“Masail Fiqhiyah”
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
DAFTAR ISI
ii
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Angkat 3
B. Pendapat Para Ulama 4
C. Dampak Positif dan Negatif 5
D. Sumber Hukum dan Dalil 6
DAFTAR PUSTAKA 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup,
mempunyai tempat dalam masyarakat dengan disertai berbagai hak-hak serta
kewajiban terhadap orang-orang dalam lingkungan masyarakat di sekelilingnya,
juga termasuk terhadap barang-barang yang ada di dalam suatu masyarakat
tersebut. Hal ini menimbulkan pengaruh langsung atau menunjukkan adanya suatu
hubungan hukum antara seseorang dengan orang lain yang saling mempengaruhi
satu sama lain serta dapat memberikan kenikmatan ataupun beban kepada masing-
masing pihak.
Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka akan muncul suatu
pertanyaan, apakah yang akan terjadi dengan perhubungan-perhubungan hukum
tadi, yang mungkin sangat erat kaitannya ketika seseorang tadi masih hidup. Hal
ini tentunya berpengaruh langsung terhadap kepentingan-kepentingan dari dalam
masyarakat itu sendiri, dan kepentingan itu selama seseorang tersebut hidup, maka
ia membutuhkan pemeliharaan dan penyelesaian sehingga tidak menimbulkan
permasalahan yang berlarut-larut dalam masyarakat. Salah satu permasalahan
yang sering timbul adalah mengenai pengalihan harta dari orang tua kepada anak-
anaknya, yang biasa dalam bentuk waris, hibah ataupun wasiat.
Anak angkat adalah bagian dari segala tumpuan dan harapan kedua orang
tua (ayah dan ibu) sebagai penerus hidup. Mempunyai anak merupakan tujuan
dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta
kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Namun,
demikian tujuan tersebut terkadang tidak dapat tercapai sesuai dengan harapan.
Beberapa pasangan hidup, tidaklah sedikit dari mereka mengalami kesulitan
dalam memperoleh keturunan. Sedang keinginan untuk mempunyai anak
nampaknya begitu besar. sehingga kemudian di antara mereka pun ada yang
mengangkat anak.
Pengangkatan anak bukanlah permasalahan yang baru. Sejak zaman
Jahiliyah, pengangkatan anak telah dilakukan dengan cara dan motivasi yang
1
berbeda-beda sejalan dengan sistem dan peraturan hukum yang berlaku pada
masyarakat yang bersangkutan. Pengangkatan anak tersebut dapat dikategorikan
sebagai perbuatan hukum karena dengan mengangkat anak, berarti seseorang telah
mengambil anak orang lain untuk dijadikan bagian dari keluarganya sendiri dan
pada akhirnya, akan timbul suatu hubungan hukum antara orang yang mengangkat
dan anak yang diangkat. Anak angkat memiliki peranan serta kedekatan terhadap
anggota keluarga orang tua angkatnya, sehingga ia kadang diperlakukan sama
seperti anak kandung sendiri.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASNA
A. Pengertian Anak Angkat
Pengertian dari anak angkat dapat ditinjau dari dua pandangan yaitu
secara etimologi serta terminologi. Sudut pandang etimologi yaitu
berdasarkan asal usul katanya menurut bahasa Belanda adopsi berasal dari
kata adoptie, kemudian dalam bahasa Inggris disebut adopt (adoption) yang
artinya pengangkatan anak, dalam bahasa Arab disebut Tabanni menurut
Prof. Mahmud Yunus diartikan dengan “mengambil anak angkat”,
selanjutnya pengertian dalam bahasa Belanda menurut kamus hukum berarti
pengangkatan seorang anak untuk sebagai anak kandungnya sendiri.1
Pengangkatan anak adalah perbuatan hukum, mengalihkan seorang
anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain
yang bertanggungjawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak
tersebut kedalam lingkungan keluarga orang tua angkat. Hal tersebut diatur
dalam Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Adopsi menurut
hukum adat merupakan proses pengambilan anak dari orang lain yang
diikutsertakan kedalam keluarga sendiri. Hal ini menyebabkan hubungan
kekeluargaan antara anak angkat dengan orang tua angkat terjadi. 2
Pengangkatan anak menurut pendapat Soerjono Soekanto adalah
perbuatan mengangkat anak yang berada dalam suatu kedudukan
mengakibatkan munculnya hubungan yang seakan mempunyai hubungan
darah. Seseorang yang dimaksud adalah anak orang lain yang diangkat anak
untuk dijadikan anak sendiri.3 Dari semua definisi yang diberikan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa adopsi atau pengangkatan anak adalah suatu
1
R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta, Sinar Grafika, 2007, hlm. 174.
2
Soerojo Wignjodipoero, 1994, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta, PT.
Toko Gunung Agung, hlm. 117.
3
Soerjono Soekanto, 1980, Intisari Hukum Keluarga, Alumni Bandung, hlm. 52.
3
perbuatan hukum yang memberi kedudukan kepada seorang anak orang lain
yang sama seperti seorang anak yang sah.
B. Pendapat Para Ulama
Tabanni secara harfiah diartikan sebagai seseorang yang mengambil
anak orang lain untuk diperlakukan seperti anak kandung sendiri. Hal ini itu
dilakukan untuk memberi kasih sayang, nafkah pendidikan dan keperluan
lainnya. Secara hukum anak itu bukanlah anaknya.
Adopsi dinilai sebagai perbuatan yang pantas dikerjakan oleh
pasangan suami istri yang luas rezekinya, namun belum dikaruniai anak.
Maka itu, sangat baik jika mengambil anak orang lain yang kurang mampu,
agar mendapat kasih sayang ibu-bapak (karena yatim piatu), atau untuk
mendidik dan memberikan kesempatan belajar kepadanya.
Kalangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak lama sudah
memfatwakan tentang adopsi. Fatwa itu menjadi salah satu hasil Rapat Kerja
Nasional MUI yang berlangsung Maret 1984. Pada salah satu butir
pertimbangannya, para ulama memandang, bahwa Islam mengakui keturunan
(nasab) yang sah, ialah anak yang lahir dari perkawinan (pernikahan).
Hanya saja, MUI mengingatkan ketika mengangkat (adopsi) anak,
jangan sampai si anak putus hubungan keturunan (nasab) dengan ayah dan
ibu kandungnya. Sebab, hal ini bertentangan dengan syariat Islam.
Banyak dalil yang mendasarinya. Seperti surat al-Ahzab ayat 4 :
Artinya : ''Dan, dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak
kandungmu (sendiri); yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu
saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan
yang benar.''
Dalam fatwanya MUI memandang, mengangkat anak hendaknya tidak
lantas mengubah status (nasab) dan agamanya. Misalnya dengan
menyematkan nama orangtua angkat di belakang nama si anak. Rasulullah
telah mencontohkan. Beliau tetap mempertahankan nama ayah kandung Zaid,
yakni Haritsah di belakang namanya, tidak lantas mengubahnya dengan nama
bin Muhammad.
4
MUI mengharapkan supaya adopsi dilakukan atas rasa tanggung
jawab sosial untuk memelihara, mengasuh dan mendidik anak dengan penuh
kasih sayang, seperti anak sendiri. Ini adalah perbuatan yang terpuji dan
termasuk amal saleh.
5
keberadaannya, maka wali hakimlah yang berhak menjadi wali, bukan
orang tua angkatnya.
6
Artinya : “Saya akan bersama orang yang menanggung anak yatim, seperti
ini sambil ia menunjuk jari telunjuk dan jari138 tengah dan ia
merenggangkan antara keduanya.” (H.R. Bukhari, Abu Daud dan At-
Tirmidzi) Dan disimpulkan pada hadits di atas juga, bahwa mengadopsi
seorang anak kecil yatim atau mendapat dijalan dalam arti mendidik dan
memeliharanya tanpa menasabkan pada orang tua yang mengadopsinya,
maka Allah SWT. memberikan pahala kelak di surga nanti.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengangkatan anak adalah perbuatan hukum, mengalihkan seorang anak dari
lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
bertanggungjawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak
tersebut kedalam lingkungan keluarga orang tua angkat. Hal tersebut diatur
dalam Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.
Pada prinsipnya pengangkatan anak dalam islam tidak menimbulkan
akibat hukum dalam hal :
1. Hubungan darah
2. Hubungan kewalian
3. Hubungan kewarisan dengan orang tua angkat
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan
mengenai anak angkat. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan, karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih
mendalam dalam makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15958/BAB%20II.PDF?
sequence=3&isAllowed=y Di akses pada tanggal 28 September 2021 Pkl. 15.10
WIB
https://www.republika.co.id/berita/ogmk6y313/mau-adopsi-anak-ini-pandangan-
ulama Di akses pada tanggal 28 September 2021 Pkl. 15.35 WIB
https://media.neliti.com/media/publications/161748-ID-none.pdf Di akses pada
tanggal 28 September 2021 Pkl. 16.32 WIB