Anda di halaman 1dari 26

PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Nama :

Firyal Qanita nugraha (2220210029)

Wija Yanti (2210210008)

DOSEN PENGAMPU:

Dini Anggraeni, M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM RADEN FATAH PALEMBANG

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kita taufik dan hidayah dalam
Iman dan Islam. Puji syukur Alhamdulillah kita haturkan atas rahmat Allah SWT, sehingga
makalah yang berjudul " peran ayah dalam pengasuhan”. ini bisa terselesaikan.

Sholawat dan salam tak lupa pula di sanjungkan kepada nabi besar kita nabi Muhammad
Saw. Yang kita tunggu-tunggu syafaatnya di yaumul akhir kelak. Semoga atas pembuatan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca, sehingga memberikan
pengetahuan untuk ke depanya, tidak lupa juga kami ucapkan Terimakasih atas referensi buku-
buku dan jurnal yang telah terbit sebagai landasan materi kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Kami juga mohon maaf atas kekurangan penulisan maupun perkataan
yang kurang berkenan, atas ini juga kami ingin meminta saran agar makalah selanjutnya dapat
terselesaikan lebih baik lagi. Sekian Terimakasih.

Palembang, 10 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

BAB 1..........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

A .Latar Belakang............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................3

C. Tujuan Masalah...........................................................................................................................3

BAB II..........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN..........................................................................................................................4

A. Keluarga serta peran ayah dalam pengasuhan............................................................................4

B. Pentingnya orang tua dalam pengasuhan..................................................................................16

C. Pengasuhan yang dilakukan ayah.............................................................................................22

BAB III......................................................................................................................................22

PENUTUP..................................................................................................................................22

A. KESIMPULAN.........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................1

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A .Latar Belakang

Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami suatu tempat sebagai lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Cakupan makna “pertama dan utama” tidak hanya dalam
dimensi waktu atau kronologis proses terjadinya pendidikan namun juga dalam dimensi
tanggung jawab. Betapapun proses pendidikan telah diselenggarakan oleh berbagai lembaga
pendidikan formal maupun nonformal, secara sosio-historis kehadiran lembaga-lembaga
pendidikan profesional itu merupakan pengganti peran atas peran lembaga keluarga sebagai
lembaga pendidikan yang utama tadi. Keluarga merupakan aset penting yang harus di berikan
pendidikan didalam setiap kegiatan kehidupannya dan sebagai lembaga pendidikan yang
nonformal. Dengan ini dapat dikatakan lembaga pendidikan profesional itu menerima pendapat
dari lembaga keluarga untuk menyelenggarakan pendidikan bagi para anggota keluarga.

Dalam konteks Indonesia, keluarga secara yuridis formal terbentuk melalui Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 1 menyebutkan “Perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Melalui perkawinan terbentuklah keluarga. Dalam batasan ini keluarga hanya
terbentuk karena adanya perkawinan antara seorang wanita dan seorang pria untuk membentuk
suatu keluarga atau rumah tangga yang berbahagia.

Keluarga juga dapat terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, dan sejumlah orang
yang memiliki ikatan di dalam keluarga sehingga terbentuklah keluarga yang dapat memberikan
pondasi dan pendorong bagi keluarganya untuk memberikan pendidikan sebagai petunjuk dan
pengarahan seseorang ke depannya. Sehingga di butuhkan peran dari orang tua untuk anaknya
yang di jadikan pencontoh dan penyemangat seorang anak.

1
Peran orang tua sangatlah di butuhkan anak dalam menuntun anaknya ke jalan yang benar
dengan pengasuhan yang baik dari orang tua yang membawa anak menuju masa depan yang baik
pula dengan ini peran ibu sebagai sekolah pertama anaknya sangat membantu seorang anak
tetapi sama seperti ibu ayah juga memiliki peran dalam pengasuhan, ayah menurut KBBI adalah:
orang tua kandung laki-laki; bapak;. Dan menurut para ahli Ayah didefinisikan sebagai orang
yang menikah dengan ibu, yang secara biologis mendapatkan anak dari hasil perkawinannya, dan
tinggal dengan ibu dan anak-anaknya (Roggman, Ditzgeral, Bradley, & Raikes, dalam Ariani
2011). Sedangkan di dalam Alquran seorang ayah atau suami di katakan sebagai “Ar-Rijaalul
Qawwamun” artinya seorang pria (ayah/suami) merupakan pemimpin bagi keluarganya, yang
sangat berperan dan berpengaruh bagi kemaslahatan anak dan istri-istrinya. Sehingga ayah juga
memiliki peranan penting dalam keluarga.

Maka dari ini makalah ini di buat oleh kelompok 3 sebagai tugas memenuhi mata kuliah
pendidikan keluarga yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan bagi yang
membacanya, dengan ini kami membuat makalah yang berjudul “ peran ayah dalam
pengasuhan”. Dengan ini kami membahas sebagai berikut:

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di bahas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu
sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari keluarga dan peran ayah ?


2. Bagaimana pentingnya orang tua dalam pengasuhan?
3. Bagaimana pengasuhan yang dilakukan oleh seorang ayah ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan masalah yang ada maka tujuan dari makalah ini di buat yaitu sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian keluarga serta peran ayah


2. Mahasiswa dapat memahami dan mendalami mengenai tugas dan tujuan pengasuhan

2
3. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan dari materi makalah yang kami
buat bertujuan untuk memudahkan mahasiswa memahami pentingnya peran ayah bagi
anak kedepannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Keluarga serta peran ayah dalam pengasuhan

1. Pengertian keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat berinteraksi.
Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya.
Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah
satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian
adalah praktik pengasuhan anak. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown (1961) yang
mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak. 1
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya adalah mengasuh
putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya, orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di
lingkungannya. Di samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam
memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam
pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda karena orang tua mempunyai pola
pengasuhan tertentu. Secara psikologis keluarga merupakan unit dari kepribadian orang yang
berinteraksi. Keluarga sebagai suatu unit sosial yang berisikan bapak, ibu, dan anak-anak, tinggal
bersama salam suatu rumah yang menyenangkan miliknya sendiri. Dalam konteks kehidupan di
Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa keluarga merupakan kumpulan beberapa
orang yang karena terikat oleh satu gabungan yang khas, pun berkehendak juga untuk bersama-
sama memperteguh gabungan itu untuk kemuliaan satu-satunya dan semua anggota.2

1
Maimun, psikologi pengasuhan mengasuh tumbuh kembang anak dengan ilmu, Mataram : sanabil 2018 hal: 2

2
Supriyono, Harris Iskandar, dan Sucahyono, “ pendidikan keluarga dalam perspektif masa kini”, jakarta, 2015, hal. 5 - 13

3
Dengan demikian jelas dapat dikatakan lembaga pendidikan profesional itu menerima
mandat dari lembaga keluarga untuk menyelenggarakan pendidikan bagi para anggota keluarga.
undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut peran orang tua sebagai
penanggung jawab utama pendidikan anak seolah terabaikan, diganti dengan kewajiban dan
tanggung jawab pemerintah. Peran orang tua disebutkan “berhak” berperan serta dalam memilih
satuan pendidikan dan “berhak” memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan
anaknya. Seolah-olah pendidikan diselenggarakan oleh suatu pihak (baca: pemerintah)
sedangkan orang tua adalah pihak yang berperan sebagai pihak ketiga. Sedangkan pada ayat (2)
disebutkan orang tua berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya, tanpa
penjelasan lebih lanjut. Ada yang menyebut bahwa lembaga keluargalah yang sesungguhnya
secara nyata merupakan lembaga pendidikan seumur hidup. Sejak dalam kandungan sampai
menjelang masuk liang Lahat, para orang tua dan anggota keluargalah yang bertanggung jawab
membimbing menuju jalan yang lurus (normatif). Dalam ajaran agama Islam, bila kita
menghadapi orang yang tengah sakaratul maut, menjadi kewajiban para anggota keluarga untuk
membimbing melafalkan kalimat toyibah, dzikir, dan ucapan-ucapan lain yang baik agar yang
bersangkutan mati secara Khusnul Khotimah

Maka dari penjelasan dan pendapatan dari para ahli keluarga yaitu sekelompok orang
yang memiliki ikatan dalam keluarga dimana keluarga tersebut dapat terdiri dari ayah, ibu,
kakak, adik, nenek, kakek, dan orang-orang yang masih berhubungan darah baik dari keluarga
ayah dan ibu serta orang yang dianggap menjadi keluarga seperti anak yang diadopsi. Keluarga
memiliki tujuan dan peran untuk menjadi pendidikan pertama bagi anaknya dan menjadi contoh
serta panutan yang dapat menjadi petunjuk ke masa depan dengan di imbangi dengan pendidikan
agama dengan berpedoman Al-Qur’an dan Hadi sebagai sumber petunjuk hidupnya.

2. Ciri-Ciri Keluarga

Setiap keluarga memiliki Ciri-ciri kelembagaan keluarga di setiap negara/bangsa berbeda-


beda bergantung pada kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Bahkan di Indonesia
karakter keluarga itu bisa berbeda beda antara wilayah, strata sosial, kelompok sosial, dan antar
waktu. Secara umum ciri keluarga di Indonesia yang mudah diterima adalah: (1) adanya

4
hubungan antara dua jenis kelamin yang berbeda, (2) dikukuhkan oleh suatu pernikahan, (3)
adanya pengakuan terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan dalam rangka hubungan tersebut,
(4) adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama, dan (5) diselenggarakan
kehidupan berumahtangga.3

3. Peran ayah dalam pengasuhan anak

Peranan Dan Tugas keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga, kelompok dan
masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut. Peran
ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peran ibu sebagai istri
dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat dilingkungannya, di samping itu juga ibu
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Anak–anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya


baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Ada tugas-tugas tertentu keluarga terhadap anggotanya
dan terhadap masyarakatnya. Yang pertama keluarga bertugas memelihara kesehatan para
anggota keluarganya. Ketika seorang bayi lahir, tanggung jawab pertama untuk menjaga dan
memelihara kesehatan dan kehidupannya adalah orang tuanya, bila orang tuanya tidak mampu
menjalankan tugas itu, maka anggota keluarga yang lain dalam garis keluarga besarnya yang
biasanya mengambil alih tanggung jawab tersebut. Tugas memelihara kesehatan lahir batin
anggota keluarga juga dimulai ketika keluarga tersebut terbentuk dan selanjutnya. Seorang suami
berperan dalam menjaga kesehatan istrinya, demikian juga sebaliknya. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit, maka anggota keluarga yang lain yang pertama-tama akan bertugas untuk
mencarikan obat dan memulihkan kesehatan si sakit.
3
Ibid. 5

5
Pemeliharaan kesehatan juga dilakukan ketika anggota keluarga semua sehat-sehat
walafiat dengan cara mencegahnya jangan sampai jatuh sakit. Caranya dengan memelihara
kebersihan lingkungan, kesehatan dan gizi makanan, serta pendidikan berperilaku sehat.
Keluarga juga bertanggung jawab memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga,
baik sumber daya ekonomi maupun sumber daya yang lain. Setiap keluarga pasti menginginkan
pertumbuhan dalam semua aspek kehidupan, misalnya peningkatan keimanan dan ketakwaan,
peningkatan sosial ekonomi, peningkatan status sosial, peningkatan tingkat pendidikan, dan
sebagainya. Setiap anggota keluarga memiliki peran ikut memelihara sumber-sumber daya
keluarga agar tetap fungsional dan berperan dalam peningkatan status keluarga tersebut lebih
tinggi. Di setiap keluarga menjalankan perannya dengan baik dan juga mempunyai pendidikan
dalam keluarga.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata pendidikan secara berasal dari kata “didik”
dengan mendapatkan imbuhan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti cara, proses atau perbuatan
mendidik. Kata pendidikan secara bahasa berasal dari kata “pedagogi” yakni “paid” yang berarti
anak dan “agogos” yang berarti membimbing, jadi pedagogi adalah ilmu dalam membimbing
anak. Sedangkan secara istilah definisi pendidikan ialah suatu proses pengubahan sikap dan
perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia atau peserta didik
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Ada juga yang memberikan pengertian pendidikan
sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.

Secara etimologi atau asal usul kata, kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut
education yang berasal dari bahas latin yaitu ‘educatum’ yang tersusun atas dua kata yaitu ‘E’
dan “Duco”. Kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi
banyak, sementara ‘Duco’ berarti perkembangan atau sedang berkembang. Hal ini secara
etimologi, pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau bergerak dari dalam keluar,
atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri sendiri
(inner abilities) dan kekuatan individu. Kata Education sering juga dihubungkan dengan
‘Educere’ (Latin) yang berarti dorongan (propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk
memberikan pendidikan melalui perubahan yang diusahakan melalui latihan ataupun praktik. 4

4
Faridah hidayanti & Dian beranikan sakti kaloeti, Karyono, “ peran ayah dalam pengasuhan anak”. Jurnal psikologi Undip,
vol. 9 (2), April 2011 hal.2 -4

6
Oleh karena itu definisi pendidikan mengarahkan untuk suatu perubahan terhadap
seseorang untuk menjadi lebih baik dan Pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja
dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada
tujuan dan citacitanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa
yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan
agamanya. Dengan pendidikan seorang manusia terbina menuju kedewasaan, tanggung jawab,
kematangan, dan berperan dalam masyarakat. Pendidikan juga bisa diartikan sebagai usaha sadar
yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran,
bimbingan dan latihan demi peranannya di masyarakat yang terus berkembang.

Ayah berperan dalam perkembangan kehidupan anaknya berbeda dengan yang lain
dengan cara yang khusus (Green, Halle, Le Menestrel & Moore dalam Thomas, 2008).
Karakteristik perilaku pengasuhan ayah, secara lebih terinci dijelaskan oleh Lamb (1981) yaitu
bahwa ayah dan ibu menampilkan tipe interaksi yang berbeda sejak kehidupan awal anak. Pada
masa bayi, ayah berinteraksi dalam memberi stimulasi fisik dan interaksi bermain, sementara ibu
lebih pada permainan umum dan utamanya bertanggungjawab untuk merawat. Dalam banyak
aspek, perilaku ayah nampak sebagai orang kedua dalam perawatan anak. Identifikasi ayah
melalui bermain pada saat anak berusia 2 tahun, ayah yang terlibat saat bermain akan
memberikan model peran bagi anak laki-laki. Pada penelitian interaksi orang tua anak di
laboratorium dengan anak perempuan berusia 5 tahun yang dilakukan oleh Osofsky tahun 1972,
diperoleh hasil bahwa ayah secara konsisten lebih mengambil peran yang berorientasi pada gerak
(an action-oriented role), sedangkan ibu lebih sering memberikan dukungan emosional dan
memenuhi rasa ingin tahu anak.

Penelitian Nadelman tahun 1976 menunjukkan bahwa ibu diasosiasikan oleh anak-anak
berkaitan dengan merawat (caretaking) dan memberi kasih sayang (nurturance), sementara ayah,
meskipun berhubungan dengan bermain dan menjelajah, dipersepsi lebih mengancam, kaku dan
banyak permintaan/persyaratan. Ibu secara konsisten lebih berhubungan dengan pengasuhan dan
perawatan fisik sedangkan ayah cenderung lebih berhubungan dengan interaksi bermain. Ayah
nampak lebih banyak permintaan dan tegas (dalam Lamb, 1981). Ayah merupakan peletak dasar

7
kemampuan intelektual, kemampuan memecahkan masalah, dan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah kognitif anak (Nakita, 2004). Dalam artikel “What’s Special about Father’s
Involvement?”, Brown (2000) menyebutkan peran khusus ayah, yaitu : (a).memberi
contoh/model perilaku pria dewasa, (b). membuat pilihan/keputusan (c). kemampuan
memecahkan masalah,(d). pemberi nafkah dan dukungan emosional.

4. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan

Ayah orang yang paling penting dalam pendidikan di keluarga setelah ibu sehingga ayah juga
berperan dalam pengasuhan untuk anak jika ibunya tidak ada di keluarga sehingga keterlibatan
ayah dalam pengasuhan memiliki dampak di setiap bidangnya menurut pendapat Allen & Daly
(2007) merangkum berbagai hasil penelitian tentang dampak keterlibatan ayah dalam
pengasuhan5

a. Pengaruh pada perkembangan kognitif

Anak menunjukkan fungsi / kemampuan kognitif yang lebih tinggi, mampu memecahkan
masalah secara lebih baik dan menunjukkan IQ yang lebih tinggi. Penelitian pada anak usia
sekolah, anak mempunyai ketrampilan kuantitatif dan verbal. Anak dengan ayah yang terlibat
dalam pengasuhan lebih senang bersekolah, mempunyai sikap yang lebih baik terhadap sekolah,
ikut serta dalam aktivitas ekstrakurikuler, lebih banyak yang naik kelas, lebih sering masuk, dan
lebih sedikit yang mengalami problem perilaku di sekolah.

b. Pengaruh pada perkembangan emosional

Anak mempunyai kelekatan yang nyaman, lebih dapat menyesuaikan diri ketika
menghadapi situasi yang asing, lebih tahan ketika menghadapi situasi yang penuh tekanan, lebih
5
Stolz, H.E., Barber, B.K. & Olsen, J.A. (2005). Toward disentangling fathering and mothering: An assessment of relative
importance. Journal of Marriage and Family 67, 1076 1092.

8
mempunyai rasa ingin tahu untuk mengeksplorasi lingkungan, dapat berhubungan secara lebih
dewasa pada orang-orang asing, bereaksi secara lebih kompeten. Keterlibatan ayah dalam
pengasuhan secara positif berhubungan dengan kepuasan hidup anak, lebih sedikit depresi, lebih
sedikit yang mengalami tekanan emosi dan lebih sedikit ekspresi emosional negatif seperti takut
dan rasa bersalah. Anak menunjukkan toleransi terhadap stres dan frustrasi, mempunyai
ketrampilan memecahkan masalah dan ketrampilan beradaptasi yang baik, lebih dapat menikmati
aktivitas bermain, tampil, dan penuh perhatian ketika berhadapan dengan masalah, lebih dapat
mengatur emosi dan impuls-impuls secara adaptif. Anak yang ayahnya terlibat dalam
pengasuhan lebih banyak menunjukkan pusat kendali internal, menunjukkan kemampuan yang
lebih baik untuk mengambil inisiatif, dapat melakukan kontrol diri dan lebih sedikit yang
menunjukkan impulsivitas.

c. Pengaruh pada perkembangan sosial

Keterlibatan ayah secara positif berhubungan dengan kompetensi sosial anak, kemasakan
dan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, mempunyai hubungan dengan teman
sebaya yang positif, menjadi populer dan menyenangkan, mereka termasuk dalam kelompok
teman sebaya yang minim agresivitas ataupun konflik, lebih banyak saling membantu, dan
mempunyai kualitas pertemanan yang lebih positif. Anak yang terlibat dengan ayah
menunjukkan interaksi yang bersifat prososial, menunjukkan lebih sedikit reaksi emosi negatif
ataupun ketegangan selama bermain dengan teman sebaya, dapat memecahkan konflik mereka
sendiri, lebih toleran dan mempunyai kemampuan untuk memahami, dapat bersosialisasi dengan
baik, dalam jangka panjang menjadi orang dewasa yang sukses, berhasil dalam pernikahan. Anak
mempunyai pertemanan yang awet (mampu bertahan lama), dan dapat menyesuaikan diri dengan
sekolah, baik secara personal maupun secara sosial.

d. Pengaruh pada penurunan perkembangan anak yang negatif

Keterlibatan ayah melindungi anak dari perilaku delinkuen, dan berhubungan dengan
rendahnya penggunaan obat-obatan terlarang di masa remaja, perilaku membolos, Uraian
tentang peran ayah juga dijelaskan oleh Hart (2002) yaitu : (a). ayah sebagai orang yang
memenuhi kebutuhan finansial anak untuk membeli segalanya keperluan anak (economic

9
provider),(b). ayah sebagai teman bagi anak termasuk teman bermain (friend and player), (c).
ayah berperan memberi kasih sayang dan merawat anak (caregiver) (d). ayah berperan mendidik
dan memberi contoh teladan yang baik (teacher and role models), (e). ayah berperan
memantau/mengawasi dan menegakkan aturan disiplin (monitor and disiplinarian), (f). ayah
berperan sebagai pelindung dari resiko/bahaya (protector), (g). ayah berperan membantu,
mendampingi, dan membela anak jika mengalami kesulitan/masalah (advocate), (h). ayah
berperan mendukung potensi untuk keberhasilan anak (resource).

Menurut Grimm-Wassil (dalam Thomas, 2008) ayah mempunyai pengaruh dalam beberapa area
khusus pada perkembangan anak, yaitu :

a. Ayah mengajarkan/mendorong kebebasan, secara umum ayah cenderung kurang


protektif, mendorong eksplorasi dan pengambilan risiko, serta merupakan model
perilaku agresif ataupun asertif.
b. Ayah meluaskan pandangan anak, ayah mengenalkan dunia luar melalui
pekerjaan mereka.
c. Ayah merupakan pendisiplin yang tegas, hanya memberi sedikit permakluman
dan cenderung menuntut banyak dari anak-anak mereka untuk tiap tahapnya
d. Ayah adalah (model) laki-laki.

Berdasarkan uraian pendapat diatas disimpulkan bahwa ayah mempunyai karakteristik


perilaku pengasuhan yang khas. Selain tugas pokok sebagai penyedia kebutuhan anak, ayah
mempunyai perilaku pengasuhan yang khas antara lain : interaksi ayah-anak berorientasi pada
gerak dan bermain, membantu anak bereksplorasi dan menyukai tantangan, ayah mampu
mengajarkan sikap asertif, kebijaksanaan, pengambilan keputusan, ayah merupakan pendisiplin
yang tegas, anak dapat belajar sifat maskulin sekaligus sebagai model pria dewasa, dan ayah
merupakan peletak dasar kemampuan intelektual anak. Namun demikian, di sisi lain tetap
dibutuhkan peran ayah untuk memberikan afeksi, merawat anak, dan mendukung anak untuk
mencapai keberhasilan. mencuri, minum-minuman keras, dan rendahnya frekuensi externalizing
dan externalizing symptom seperti perilaku merusak, depresi, sedih, dan berbohong. Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memberikan

10
dampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak. faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlibatan ayah dalam pengasuhan (Andayani & Koentjoro, 2004) adalah sebagai berikut :

a. Faktor kesejahteraan psikologis.

Faktor kesejahteraan psikologis diteliti dari dimensi negatif misalnya tingkat depresi,
tingkat stres, atau dalam dimensi yang lebih positif seperti tingkat well-being. Termasuk di
dalam kategori ini adalah identitas diri yang menunjuk pada harga diri dan kebermaknaan diri
sebagai individu dalam lingkungan sosialnya. Apabila kesejahteraan psikologis orang tua dalam
kondisi rendah, orientasi orang tua adalah lebih kepada pemenuhan kebutuhannya sendiri
sehingga dapat diprediksi bahwa perilaku orang tua terhadap anak lebih terpusat pada bagaimana
orang tua mencapai keseimbangan diri.

b. Faktor kepribadian

Kepribadian dapat merupakan faktor yang muncul dalam bentuk kecenderungan perilaku.
Kecenderungan ini kemudian diberi label sebagai sifat-sifat tertentu, atau dapat pula disebut
sebagai kualitas individu, termasuk salah satu diantaranya adalah kemampuan seseorang untuk
mengenali dan mengelola emosinya. Selanjutnya, dalam proses pengasuhan anak ekspresi emosi
dapat berperan pula pada proses pembentukan pribadi anak.

c. Faktor sikap

Sikap adalah suatu kumpulan keyakinan, perasaan dan perilaku terhadap orang atau objek.
Secara internal sikap akan dipengaruhi oleh kebutuhan, harapan, pemikiran dan keyakinan yang
diwarnai pula oleh pengalaman individu. Secara eksternal, sikap dipengaruhi oleh nilai-nilai dan
budaya dimana individu berada. Dalam konteks pengasuhan anak, sikap muncul dalam area
seputar kehidupan keluarga dan pengasuhan, seperti sikap tentang siapa yang bertanggungjawab
atas pengasuhan anak. Perubahan perspektif tentang pengasuhan anak mengalami perubahan
pada akhir abad 20 sehingga faktor komitmen menjadi satu aspek dari sikap positif terhadap
pengasuhan anak. Mengasuh anak membutuhkan komitmen yang tinggi. Apabila orangtua
mempersepsi dan mempunyai sikap bahwa pekerjaan adalah hal yang paling penting dalam
hidupnya, pekerjaan akan menjadi lebih penting daripada pengasuhan anak.

11
d. Faktor keberagamaan

Keberagamaan atau masalah spiritual merupakan faktor yang mendukung keterlibatan


orangtua dalam pengasuhan. Ayah yang religius cenderung bersikap egalitarian dalam urusan
rumah tangga dan anak-anak. Mereka tidak keberatan untuk mengerjakan tugas rumah tangga
dan mengasuh anak. Selanjutnya, sikap egalitarian inilah yang meningkatkan keterlibatan ayah
dengan anak-anak. Menurut Shapiro (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keterlibatan ayah,6 yaitu :

a. Tingkat keyakinan ayah untuk terlibat. Beberapa ayah sangat ingin menjalin
ikatan yang erat dengan anak-anak mereka. Beberapa lebih suka menjaga jarak.
Beberapa ayah merasa lebih nyaman berhubungan dengan anak-anak mereka
yang sudah mencapai usia sekolah. Ayah yang mempunyai ikatan yang tinggi
akan mempunyai ikatan yang erat dan terlibat lebih dalam. Ikatan yang erat antara
ayah dan anak didasari oleh adanya keyakinan ayah untuk terlibat dalam
pengasuhan.
b. Kemauan dan keinginan ibu untuk berbagi dalam membesarkan anak Meskipun
kebanyakan wanita mengharapkan lebih banyak uluran tangan dan bantuan untuk
menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, tidak semua wanita siap melepaskan
kendali atas hak merawat bayi (anak) mereka. Hal ini menyebabkan berkurangnya
kesempatan ayah untuk terlibat.
c. Hubungan orangtua. Hubungan orangtua merupakan faktor terpenting dalam
membesarkan anak. Orangtua yang saling peduli, saling mengerti dan saling
mencintai dapat dijadikan model dan dicerna ke dalam jiwa anak-anak.
Kehidupan mereka akan memupuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika
hubungan perkawinan terganggu, keterlibatan ayah dengan anak-anaknya secara
mudah akan ikut terganggu.
d. Faktor ekonomi. Hampir semua ayah beranggapan bahwa memberi nafkah
finansial merupakan sebuah keharusan sehingga mereka merasa dapat

6
Nanang Fattah dan Mohammad Ali, Buku Materi Pokok PGSD, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005), h.137

12
mengorbankan waktunya dengan anak-anak. Menyeimbangkan pekerjaan dengan
keluarga merupakan hal yang sulit bagi kebanyakan ayah.
e. Aspirasi karier dan keluarga. Beberapa bidang karier memiliki tuntutan yang
sangat tinggi, terutama pada tahun-tahun awal yang kerap bersamaan dengan saat
anak-anak tumbuh. Banyak ayah yang terbelah diantara rasa takut kehilangan
lahan yang kompetitif di tempat kerja dan keinginan untuk bersama anak-anak.
f. Pekerjaan istri di luar rumah. Pembagian tugas-tugas rumah tangga dan merawat
anak perlu diatur bersama ketika seorang istri bekerja di luar rumah dengan
jumlah jam kerja yang sama panjang dengan suaminya. Pembagian tugas yang
tidak seimbang dapat menyebabkan keterlibatan orangtua tidak optimal.
g. Tersedianya bantuan tambahan. Kehadiran seseorang yang dapat membantu
menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga atau mengasuh anak (misal : pengasuh
bayaran, nenek/kakek, saudara suami/istri), biasanya/seharusnya mampu
meningkatkan kualitas waktu yang dapat diluangkan bersama keluarga.
h. Status hukum seorang ayah. Akses para ayah yang tidak memiliki hak asuh akan
menjadi sangat terbatas. Sebaliknya, ayah tunggal, jika seorang pria harus
membesarkan anak-anaknya sendirian, kemungkinan besar harus melakukan
penyesuaian terhadap beberapa gaya hidupnya. Akibat rasa lelah dan emosi yang
terkuras, kemampuan dan minat untuk menjadi orangtua yang terlibat dapat
memudar. Jika ayah berstatus ayah tiri, perasaan ayah tiri terhadap anak tiri, dan
sebaliknya, tidak akan sama dengan perasaan masing-masing terhadap ayah atau
anak kandung atau terhadap keluarga yang diadopsi. Hak seorang ayah tiri
terhadap anak-anak tirinya juga lebih kecil. Seorang ayah tiri mungkin tidak
dibolehkan mendisiplinkan anak-anak tirinya.
i. Nilai-nilai pribadi seorang ayah. Beberapa ayah percaya bahwa keterlibatan dan
waktu yang mereka habiskan bersama anak-anak akan membawa dampak positif.
Jika keduanya merupakan prioritas dalam kehidupan seorang ayah, ia akan
melakukan apa pun untuk dapat hadir dan siap untuk anak-anak mereka. Beberapa
pria lain percaya bahwa keterlibatan dengan anak-anak merupakan tugas wanita
atau orang lain. Peran mereka sebagai ayah lebih diarahkan pada upaya-upaya
mencari nafkah dan melindungi keluarga dari jauh.

13
j. Sejarah pribadi seorang ayah. Pria yang dibesarkan jauh dari ayah mereka
cenderung kurang terlibat dengan anak-anak mereka. Atau, jika pengalaman masa
kecil mereka menyakitkan, mereka dapat melakukan hal yang sebaliknya. Jika
ayah dianiaya atau diabaikan pada masa kanak-kanak, ayah menghadapi lebih
banyak rintangan agar dapat dekat dengan anak-anak.

Dalam penelitian Jacobs & Kelley (2006) ditemukan bahwa secara hirarkhis, faktor-faktor
yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan, dimulai dari yang terpenting yaitu :
ketrampilan dan keyakinan diri, dukungan dan stres, dan faktor institusional. Efikasi diri yang
masuk dalam kategori faktor ketrampilan dan keyakinan diri, merupakan satu-satunya prediktor
yang dapat stabil menduduki tahapnya. Selain faktor di atas, faktor anak juga mempunyai
kontribusi dalam cara pengasuhan orangtua. Dalam McBride, dkk (2002) disebutkan bahwa
faktor temperamen yang diukur dari persepsi orangtua dan jenis kelamin anak mempengaruhi
cara pengasuhan orangtua. Jumlah anak dalam keluarga, kombinasi jenis kelamin anak, serta
urutan kelahiran juga dapat menimbulkan cara pengasuhan yang berbeda

Definisi ayah mengalami variasi diantara budaya-budaya, hal ini disebabkan antar
kelompok budaya membentuk definisi mengenai fungsi pengasuhan yang berbeda baik itu bagi
ayah maupun ibu (Lamb, dalam Frogman,dkk,2000). Fathering merupakan peran yang
dimainkan seseorang yang berkaitan dengan anak, bagian dari sistem keluarga, komunitas, dan
budaya (Lynn, dalam Frogman,dkk,2002). Good fathering merefleksikan keterlibatan positif
ayah dalam pengasuhan melalui aspek afektif, kognitif, dan perilaku. Ayah bertanggung jawab
secara primer terhadap kebutuhan finansial keluarga. Ibu bertanggung jawab terhadap
pengasuhan dasar. Bermain dengan anak, dukungan emosional, monitoring, dan hal yang
berkaitan dengan disiplin dan aturan cenderung dibagi bersama oleh ayah dan ibu. Lamb,dkk
(dalam Palkovits,2002) membagi keterlibatan ayah dalam 3 komponen yaitu ;

1. Paternal engagement: pengasuhan yang melibatkan interaksi langsung antara ayah dan
anaknya, misalnya lewat bermain, mengajari sesuatu, atau aktivitas santai lainnya.
2. Aksesibiltas atau ketersediaan berinteraksi dengan anak pada saat dibutuhkan saja. Hal
ini lebih bersifat temporal.

14
3. Tanggung jawab dan peran dalam hal menyusun rencana pengasuhan bagi anak. Pada
komponen ini ayah tidak terlibat Perkembangan emosi dan kesejahteraan

B. Pentingnya orang tua dalam pengasuhan

1. Pengertian pengasuhan

Parenting adalah proses mempromosikan dan mendukung perkembangan emosional,


sosial, intelektual dan fisik seorang anak dari bayi sampai dewasa1, juga merupakan kegiatan
yang kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang berkerja secara individual
dan bersama-sama berhasil untuk mempengaruhi anak. Parenting juga dapat dipahami sebagai
sebuah proses tindakan dan interaksi antara orang tua dan anak; dalam proses ini, orang tua dan
anak saling mempengaruhi, saling mengubah satu sama lain sampai saat anak tumbuh menjadi

15
sosok yang dewasa7. Parenting juga mengacu pada aspek membesarkan anak, tidak hanya
didasarkan pada hubungan biologis. Kegiatan Parenting pada umumnya dilakukan oleh orang tua
kandung kepada anak-anaknya. Secara lebih luas program Parenting juga dapat dimaknai sebagai
bentuk kegiatan informal yang dilakukan untuk menyelaraskan kegiatan-kegiatan pengasuhan
dan pendidikan anak antara di kelompok bermain dan di rumah. Dalam kegiatan Parenting ada
tiga komponen yang saling berinteraksi, yakni anak, orang tua, dan masyarakat. Anak pada saat
ia dilahirkan sampai beberapa tahun berikutnya sangat membutuhkan perhatian orang tua dam
masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan fisik (tempat tinggal, makanan, pakaian dan
kehangatan), psikologis dan sosial untuk bertahan hidup.

Orang tua bertanggungjawab memenuhi kebutuhan anak, hal ini dikarenakan masyarakat
memberikan wewenang utama pada orang tua karena ia dianggap mengetahui hal-hal terbaik
bagi anaknya. Masyarakat merupakan tempat bernaung bagi anak dan orang tua. Anak tinggal
dalam keluarga dan keluarga tinggal dalam lingkungan bermasyarakat. Masyarakat secara luas
dalam hal ini bertindak sebagai pemberi acuan bagi tiga komponen yang berinteraksi dalam
kegiatan pengasuhan yakni: anak, orang tua dan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan Parenting
memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar,
namun sangat sedikit pendidikan formal tentang hal ini..

Kegiatan parenting dalam hal ini ditujukan kepada para orangtua, pengasuh, dan anggota
keluarga lain yang terlibat secara langsung dalam proses perkembangan anak. Pelaksanaan
kegiatan parenting dalam keluarga biasanya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kelas/status sosial, kekayaan dan pendapatan. Dalam hal ini sumber daya yang dimiliki orang tua
membuat anak dapat hidup dalam lingkungan yang nyaman, mendapatkan pendidikan yang
berkulitas, serta memiliki buku, mainan, pelajaran, perjalanan, dan pelatihan yang menstimulus
sesuai yang dibutuhkan.

2. Pola Asuh dalam Keluarga

7
Indra Yudikawati & Ibrahim Bafadal, "Peran Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)". Jurnal
Manajemen Pendidikan, Vol. 19 (2), September 2006, h. 131.

16
Menurut Baumrind (1971), pola asuh orang tua berarti strategi dan tingkah laku yang
digunakan oleh kedua orang tua dalam mengawal tingkah laku sosial anak-anak mereka. Dengan
kata lain, pola asuh orang tua kembali kepada cara kedua orang tua dalam mendidik dan
mendisiplinkan akan-anak. Hasil penelitian Baumrind membagikan gaya pengasuhan orang tua
menjadi tiga jenis yaitu otoritarian, otoritatif, dan permisif berdasarkan tahap permintaan
(pengawasan, penyeliaan dan kematangan) dan rasa tanggung jawab (kehangatan, penerimaan
dan keterlibatan). Maccoby dan Martin (1983) menyatakan Baumrind dengan menggunakan
ukuran yang digunakan oleh Baumrind, yaitu tahap permintaan (demandingess) dan tanggung
jawab (responsiveness)Merujuk kepada hasil penelitian Mascoby dan Martin, mereka membagi
pola asuh menjadi dua macam, yaitu permisif dan pengabaian (neglectful. Maka pola asuh kedua
orang tua terdiri dari empat jenis, yaitu (1) otoritatif: tinggi permintaan dan tanggung jawab, (2)
otoritarian: tinggi permintaan, tetapi rendah tanggung jawab, (3) permisif: rendah permintaan
dan tinggi tanggung jawab,dan (4) pengabaian (neglectful): rendah permintaan dan tanggung
jawab (Maccoby & Martin, 1983). 8Dalam bagian ini, pola asuh orang tua merujuk kepada teori
Baumrind (1967) yang membedakan pola asuh ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pola Asuh Otoritarian. Otoritarian yaitu gaya mengarah dan mementingkan pada kepatuhan.
Kedua orang tua dalam kategori ini bersikap kurang hangat, harmonis, dan tidak menganjurkan
untuk membahas untuk mencapai persetujuan bersama.

2. Pola Asuh Otoritatif. Otoritatif yaitu gaya asuhan kedua orang tua yang mempunyai ciri tegas,
tetapi penyayang dan konsisten. Kedua orang tua dalam kategori ini suka menerangkan sebab-
sebab setiap peraturan diadakan. Mereka juga mempunyai harapan yang tinggi kepada anak-anak
mereka, tetapi senantiasa memberi dukungan dan bantuan.

3. Pola Asuh Permisif. Permisit ialah gaya asuhan kedua orang tua yang memberi anak-anak
kebebasan sepenuhnya dan mereka tidak mempunya harapan lebih kepada anak-anak.

Dalam konteks ini, sebuah keharmonisan dalam keluarga tentu tak bisa dilepaskan dari
peranan seorang ayah. Menjadi seorang ayah adalah kebanggaan bagi setiap pria, menjadi

8
Mulyasa, Manajemen berbasis Sekolah, (Jakarta:Rosda 2004), h. 13.

17
seorang orang ayah pun adalah sebuah Anugrah yang tak terkira harganya. Kebahagiaan dalam
hidup akan semakin lengkap dengan status baru menjadi seorang ayah untuk anak-anaknya.
Sebagai sosok pria yang memiliki kedudukan khusus di dalam sebuah keluarga, seorang ayah tak
hanya sekadar bertugas mencari nafkah belaka, namun ia pun menjadi sosok yang berperan
penting dalam/ pendidikan anak-anaknya kelak.. Selain untuk menafkahi keluarga, tugas ayah
juga diharapkan menjadi teman dan guru yang baik bagi istri dan anak-anaknya. Tugas ayah
yaitu: (1). Pencari nafkah (2). Sebagai suami yang penuh pengertian (3). Sebagai role model dan
pendidik (4). Sebagai pelindung. Dalam perspektif yang lain, seorang ayah memiliki peran atau
fungsi antara lain sebagai berikut:

1. Pemimpin. Menjadi seorang ayah akan selalu identik dengan kepemimpinan dalam keluarga,
labak nahkoda penentu arah tujuan panjang keluarga kedepan. Ayah akan selalu dituntut untuk
menjadi sosok nahkoda yang tegas dan cerdik ketika badai lautan menghantam kapal rumah
tangganya. Sosok ayah akan selalu ada dan bertugas sebagai pemimpin, yang memimpin
keluarganya agar mampu menjalani sebuah tantangan hidup beru- mah tangga.

2. Pelindung. Menjadi seorang ayah setelah hebat dalam skill kepemimpinan harus memiliki jiwa
pengayom dan pelindung (protector) keluarganya. Karena memang tugas dari seorang ayah
adalah menjaga anggota keluarga agar terhindar dari segala mara bahaya dari luar. Selain itu,
ayah juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga keharmonisan dan keutuhan keluarganya.
Jadi jika para ayah tak mampu untuk menjaga keutuhan rumah tangganya maka patut
dipertanyakan, apakah ia pantas untuk menjadi seorang ayah.

3. Memberi Teladan. Begitu pentingnya peran dari seorang ayah sangatlah krusial. Selain ibu,
ayah merupakan teacher and role model karakter yang menjadi panutan anaknya kelak. Terlebih
dalam taraf perkembangan sang anak dimana fase contoh gerak-gerik dan tingkah laku dari
orang di sekitar begitu kuat, maka peran ayah seharusnya mampu menjadi sentral teladan role
model dibandingkan lingkungan sekitarnya. Ayah adalah sosok panutan bagi anak-anaknya.
Seorang ayah yang baik tentunya akan memberikan sebuah suri tauladan yang baik bagi garis
keturunan dan juga istrinya. Karena itu, ayah-sebagaimana ibu-juga memiliki tanggung jawab
tentang apa saja yang diperlukan anak untuk kehidupan selanjutnya dalam berbagai kehidupan
melalui latihan dan teladan yang baik sehingga berpengaruh positif bagi anak. Tak jarang ayah

18
mengajar anak lebih melalui model. Misalnya mengajarkan anak mengenai/ empati dengan cara
menunjukkan sikap sensitif dan perilaku menolong orang lain.

4 Motivator. Dalam keluarga ayah juga bisa berperan sebagai motivator. Mendorong anggota
keluarga untuk terus semangat dalam bekerja, belajar, dan juga berbeda. Peran motivator tidak
selalu dengan memberikan nasihat yang baik saja, namun dengan/perbuatan dan tingkah laku
pun kiranya dapat memberikan motivasi positif bagi anaknya. Untuk para ayah penting kiranya
untuk tak segan-segan memberikan pujian yang membangun kepada sang anak, meskipun anak
telah gagal memenuhi ekspektasi yang diberikan kepadanya. Memberikan motivasi anak agar
tetap semangat, namun sang ayah juga harus pandai untuk memberikan motivasi kepada sang
istri, agar hubungan keluarga selalu harmonis dan berbahagia..

5. Memberi Perhatian. Tak hanya ibu saja yang wajib untuk memperhatikan segala kebutuhan
anak-anaknya. Ayah juga memiliki andil yang penting dalam memberikan perhatian, baik
perhatian dari aspek pendidikan, kesehatan, materi, dan emosional. Seorang ayah juga harus
pintar dalam membagi kasih sayang dan perhati- an, antara anak dengan pasangannya.

6. Pengajar. Seorang ayah harus mampu menyesuaikan peran selain sebagai pemimpin dalam
keluarga, ia harus mampu untuk menjadi pengajar bagi anak dan istrinya. Baik itu dari segi
norma sosial, masyarakat, dan norma- norma agama. Apabila ayah gagal untuk menjadi
pengajar, maka bersiaplah untuk menghadapi kehancuran dalam bahtera rumah tangga.

7. Melatih Disiplin. Seorang ayah bukanlah pemeran utama dan satu-satunya dalam mengajarkan
kedisiplinan kepada anak. Di dua tahun pertama usia anak, yang lebih berperan mengajarkan
disiplin. Meski demikian, ayah juga harus mengambil peran penting ini dengan terus memonitor
atau mengawasi perilaku anak, terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan sehingga
disiplin anak bisa segera ditegakkan.

8. Pembimbing. Sang ayah wajib untuk membimbing keluarganya agar selalu berada di jalan
yang benar. Utamanya adalah untuk menjadi pembimbing dan mengarahkan anak agar tidak
salah dalam bergaul dan menentukan tujuan hidup. Sebaik-baiknya ayah adalah mereka yang

19
mampu menjadi barometer petunjuk anak- nya, di saat sang anak terpuruk di dalam
kebingungannya menentukan pilihan hidup.

9. Mencari Nafkah. Menjadi hal yang sewajarnya memang peran dan fungsi ayah adalah mencari
parkah economic provider) untuk keluarganya. Meskipun begitu harus tetap bisa menjaga
kehidupan di kantor dan di rumah agar tetap seimbang. Karena memang fungsi sebagai ayah tak
hanya mencari nafkah saja, namun fungsi sang ayah adalah sosok yang mampu menjadi
penyeimbang dan pengayom dalam keluarga. Dalam perspektif tradisional, ayah dipandang
sebagai sumber pendukung finansial dan perlindungan bagi keluarga. Sekali pun ayah tidak
tinggal bersama anak-anaknya, mereka tetap dituntut memberikan kontribusinya dalam
memenuhi kebutuhan anak akan pangan, sandang, dan papan. Dengan tidak mampu
menyediakan pendukung ekonomi bagi keluarga, akan memengaruhi interaksi antara anak
dengan ayah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

10. Partner Ibu. Ayah bukan hanya sekadar pemimpin semata, namun ia juga harus bisa menjadi
seorang partner ibu yang baik di dalam keluarga, partner tersebut seperti halnya mengurusi
permasalahan ibu rumah tangga. Hal-hal seperti mengasuh anak, mengurus dapur, hingga
mencuci pun harus bisa di lakukan sang ayah. Dengan begitu maka keluarga pun akan selalu
harmonis dan meminimalisir pertengkaran dalam rumah tangga, akibat konflik peran.

11. Sebagai Teman. Seorang ayah yang baik seharusnya mampu menjadi pembimbing bagi anak
dan istri- nya, sekaligus pandai berperan sebagai sahabat dan juga teman bagi mereka (friend and
playmate). Salah satu contoh tindakan paling sederhana sebagai teman adalah meluangkan waktu
untuk bersenang-senang bersama keluarga.

20
C. Pengasuhan yang dilakukan ayah

Cara-ara tersebut merupakan cara mendidik anak yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad Saw9. Sebagai berikut

1. Menampilkan suri teladan yang baik


2. Mencari waktu yang tepat untuk memberi pengarahan
3. Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak
4. Menunaikan hak anak
5. Membelikan anak mainan
6. Tidak suka marah dan mencela.
7. Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan

9
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting; Cara Nabi SAW Mendidik Anak (Yogyakarta : Pro-U Media,
2012), hh. 137

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

keluarga yaitu sekelompok orang yang memiliki ikatan dalam keluarga dimana keluarga
tersebut dapat terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, dan orang-orang yang masih
berhubungan darah baik dari keluarga ayah dan ibu serta orang yang dianggap menjadi keluarga
seperti anak yang diadopsi. Keluarga memiliki tujuan dan peran untuk menjadi pendidikan
pertama bagi anaknya dan menjadi contoh serta panutan yang dapat menjadi petunjuk ke masa
depan dengan di imbangi dengan pendidikan agama dengan berpedoman Al-Qur’an dan Hadi
sebagai sumber petunjuk hidupnya.

Ayah adalah seorang yang memiliki tanggung jawab yang besar bagi anaknya, ayah adalah
panutan yang di jadikan raja bagi anaknya, ayah memiliki peran dalam pengasuhan bagi anaknya
seperti sebagai motivator, pemimpin, pencari nafkah, dan tempat hidup bagi anaknya, Cara-cara
dalam mendidik anak yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai berikut

1. Menampilkan suri teladan yang baik


2. Mencari waktu yang tepat untuk memberi pengarahan
3. Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak
4. Menunaikan hak anak
5. Membelikan anak mainan
6. Tidak suka marah dan mencela.
7. Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Stolz, H.E., Barber, B.K. & Olsen, J.A. (2005). Toward disentangling fathering and mothering:
An assessment of relative importance. Journal of Marriage and Family 67, 1076 1092.

Nanang Fattah dan Mohammad Ali, Buku Materi Pokok PGSD, Manajemen Berbasis Sekolah
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 137.

Mulyasa, Manajemen berbasis Sekolah, (Jakarta:Rosda 2004), h. 13.

Indra Yudikawati & Ibrahim Bafadal, "Peran Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)". Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 19 (2), September 2006, h. 131.

Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting; Cara Nabi SAW Mendidik Anak
(Yogyakarta : Pro-U Media, 2012), hh. 137-163.

Faridah hidayanti & Dian beranikan sakti kaloeti, Karyono, “ peran ayah dalam pengasuhan
anak”. Jurnal psikologi Undip, vol. 9 (2), April 2011 hal.2 -4

Maimun, psikologi pengasuhan mengasuh tumbuh kembang anak dengan ilmu, Mataram :
sanabil 2018 hal: 28

Supriyono, Harris Iskandar, dan Sucahyono, “ pendidikan keluarga dalam perspektif masa
kini”, jakarta, 2015, hal. 5 – 13

Anda mungkin juga menyukai