Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH)

ORANG TUA TERHADAP TINDAKAN ANAK ANAKNYA ATAU YANG


MENJADI PERWALIANNYA(1367)

Disusun oleh :

ANISA BELLA

NIM : 1910211320118

KELAS : D

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan saya kesehatan dan
kesempatan sehingga saya bisa menyelesaikan makalah saya dengan baik.
Dalam membuat makalah ini saya mendapat bantuan dari berbagai sumber referensi
dan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kemudian terima kasih kepada dosen pengampu yaitu ibu Lena Hanifah,S.H.,L.LM. yang
telah memberikan saya arahan yang jelas sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan, baik dari segi tata bahasa, penyusunan,
dan lain sebagainya. Untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dan
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Banjarmasin, 22 april 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
BAB II
Tinjauan teoritis .................................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN
A. Tanggung jawab dengan kesalahan ...................................................................... 6
B. Tanggung jawab tanpa kesalahan ......................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 11
B. Saran ...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Orang tua terdiri dari ayah, ibu serta saudara adik dan kakak. Orang tua atau biasa
disebut juga dengan keluarga, atau yang identik dengan orang yang membimbing anak
dalam lingkungan keluarga. Meskipun orang tua pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu
orang tua kandung, orang tua asuh, dan orang tua tiri. Tetapi yang kesemuanya itu dalam
bab ini diartikan sebagai keluarga. Sedangkan pengertian keluarga adalah suatu ikatan
laki‐laki dengan perempuan berdasarkan hukum dan undang‐undang perkawinan yang
sah.19 Orang tua adalah orang yang mempunyai amanat dari Allah untuk mendidik anak
dengan penuh tanggungjawab dan dengan kasih sayang. Orang tua (keluarga) yang
bertanggung jawab yang paling utama atas perkembangan dan kemajuan anak. Orang tua
adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari
sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua
memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya
untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian
keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah
tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Tugas dan peran
orang tua keluarga adalah unit pertama dan institusi pertama di dalam masyarakat
dimana hubunganhubungan yang terdapat di dalamnya sebagian besar sifatnya hubungan
langsung. Disitulah perkembangan individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal
perkembangan dan mulai interaksi dengannya, ia memperoleh pengetahuan,
keterampilan, minat dan sikap dalam hidup. Dalam keluarga orang tua sangat berperan
sebab dalam kehidupan anak waktunya sebagian besar dihabiskan dalam lingkungan
keluarga apalagi anak masih di bawah pengasuhan atau anak usia sekolah dasar, terutama
peran seorang ibu. Demikianlah keluarga atau orang tua menjadi faktor penting untuk
mendidik anak‐anaknya baik dalam sudut tinjauan agama, sosial kemasyarakatan
maupun tinjauan individu. Jadi jelaslah orang tua mempunyai peranan penting dalam
tugas dan tanggung jawabnya yang besar terhadap semua anggota keluarga yaitu lebih
bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan ketentuan rumah
tangga, dan sejenisnya. Orang tua sudah selayaknya sebagai panutan atau model yang
selalu ditiru dan dicontoh anaknya. Dalam meningkatkan bangsa yang berkualitas,
1
diperlukan pembangunan pendidikan yang didasari dengan tingginya mutu pendidikan.
Setiap anak memerlukan pendidikan yang layak untuk meningkatkan taraf hidup
sehingga secara nyata memerlukan suatu lembaga yang mampu meningkatkan
pendidikan anak dalam pendidikan keuarga. Orang tua tidak boleh menganggap bahwa
pendidikan keluarga didalam keluarga itu tidak penting karena dasar yang utama yang
harus orang tua berikan kepada anak adalah pendidikandidalam keluarga.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya
pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan
pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati
suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi
pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan
hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Pendidikan orang tua terhadap anak -
anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap
anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati,
pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap
anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula.
Keluarga juga wahana (tempat) untuk mendidik anak untuk pandai,
berpengalaman, berpengetahuan, berperilaku dengan baik. Bilamana kedua
orang tua dalam keluarga, memahami dengan baik kewajiban dan tanggung
jawab sebagai orang tua. Orang tua (ayah dan ibu) tidak hanya sekedar
membangun silaturrahmi dan melakukan berbagai tujuan berkeluarga seperti
tujuan reproduksi, meneruskan keturunan, menjalin kasih sayang dan lain
sebagainya, yang lebih terpenting bagi dari tugas keluarga adalah
menciptakan suasana dalam keluarga proses pendidikan yang berkelanjutan
(continius progress) guna melahirkan generasi penerus (keturunan) yang cerdas
dan berakhlak (berbudi pekerti yang baik), baik dimata orang tua, dan
masyarakat. Pondasi dan dasar-dasar yang kuat adalah awal pendidikan dalam
keluarga merupakan dasar yang kokoh dalam menapaki kehidupan yang
lebih berat dan luas bagi perjalanan anak-anak manusia berikutnya. Maka

2
tepatlah apa yang digambarkan Allah SWT dalam kitab suci Al Qur’an.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. apa peranan orang tua terhadap kesalahan yang dilakukan anak ?
2. apa tanggung jawab orang tua terhadap tanggungjawab dengan kesalahan?
3. Apa tanggungjawab orang tua terhadap tanggung jawab tanpa kesalahan?

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:854) “peran yaitu perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam

masyarakat. Sedangkan Hamalik (2011:33) menyatakan bahwa“peran adalah pola

tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari pekerjaan

atau jabatan tertentu”.

Menurut Lestari (2012:153) “peran orang tua merupakan cara yang

digunakan oleh orang tua berkaitan dengan pandangan mengenai tugas yang harus

dijalankan dalam mengasuh anak”. Hadi (2016:102) menyatakan bahwa “orang

tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mengasuh, memelihara,

mendidik, dan melindungi anak”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran orang tua

yaitu cara yang digunakan oleh orang tua atau keluarga dalam menjalankan tugas

dalam mengasuh, mendidik, melindungi, dan mempersiapkan anak dalam

keidupan bermasyarakat. Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan

anak baik dari aspek kognitif, efektif dan psikomotor. Selain itu peran orang tua

juga sangat penting dalam keluarga

Menurut Hadi (2016:105) “keluarga merupakan ikatan laki-laki dan

perempuan berdasarkan hukum dan undang-undang perkawinan yang sah dan

pondasi utama dalam pendidikan selanjutnya”. Ki Hajar Dewantara (dalam

Tirtarahardja, 2005:169) menyatakan bahwa “suasana kehidupan keluarga

4
merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual

maupun pendidikan sosial”.

Peran keluarga menurut Jhonson (2010:9) sebagai berikut: “1) ayah

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,

serta sebagai kepala keluarga; 2) ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga,

pelindung, pengasuh, dan pendidik anak-anaknya; 3) anak-anak melaksanakan

peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya”. Tirtarahardja

(2005:169) menyimpulkan bahwa “peran orang tua dalam keluarga sebagai

panutan, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh”

Menurut Jhonson (2010:8) “fungsi keluarga terdiri dari fungsi sosialisasi

anak, fungsi afeksi, fungsi edukatif, fungsi religius, fungsi protektif, fungsi

rekreatif, fungsi ekonomis, dan fungsi status sosial”. Sedangkan menurut Hadi

(2016:7-9) “fungsi keluarga terdiri dari fungsi biologis, fungsi edukatif, fungsi

religius, fungsi protektif, fungsi sosialisasi anak, dan fungsi rekreatif”.

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. TANGGUNG JAWAB DENGAN KESALAHAN


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah kewajiban
menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan
diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi
seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.1 Menurut
hukum tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seorang
tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam melakukan suatu
perbuatan.
Menurut hukum perdata dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi
dua macam, yaitu kesalahan dan risiko. Dengan demikian dikenal dengan
pertanggungjawaban atas dasar kesalahan (lilability without based on fault) dan
pertanggungjawaban tanpa kesalahan yang dikenal (lilability without fault) yang
dikenal dengan tanggung jawab risiko atau tanggung jawab mutlak (strick liabiliy).4
Prinsip dasar pertanggung jawaban atas dasar kesalahan mengandung arti bahwa
seseorang harus bertanggung jawab karena ia melakukan kesalahan karena merugikan
orang lain. Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko adalah bahwa konsumen
penggugat tidak diwajibkan lagi melainkan produsen tergugat langsung bertanggung
jawab sebagai risiko usahanya. Menurut pasal 1365 KUHPerdata, maka yang
dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan
hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan
kerugian bagi orang lain.
a. PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA ORANG TUA TERHADAP ANAK
SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA LALU LINTAS.
Pengertian anak secara khusus dapat diartikan menurut Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1), bahwa dimaksud
dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.Anak sebagai generasi penerus dan
pengelola masa depan bangsa perlu dipersiapkan sejak dini melalui pemenuhan
hak-haknya yakni hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

6
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Jika pelaku dari kecelakaan lalu lintas ini merupakan seorang anak dibawah
umur, maka terhadap kerugian yang diderita Korban dapat dimintakan
pertanggungjawabannya terhadap orang tua dari si anak, seperti diatur didalam
Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), yaitu: “Orang tua dan
wali bertanggung jawab tentang kerugian, yang disebabkan oleh anak-anak belum
dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan
kekuasaan orang tua atau wali”
Dengan kata lain, yang dapat dimintakan pertanggungjawaban atas kerugian
adalah orang tua kandung/wali dari si anak, ataupun orang dewasa yang tinggal
bersama anak tersebut. Adapun bentuk kerugian yang dapat dimintakan
merupakan kerugian Perdata yang disebabkan kecelakaan lalu litas, seperti : biaya
pengobatan, biaya ganti rugi kerusakan sepeda motor, sedangkan kerugian dalam
bentuk pidana hanya bisa dijalani oleh si anak, sesuai dengan prinsip hukum
pidana yaitu Siapa yang melakukan tindak pidana, dia yang harus bertanggung
jawab, atau dengan kata lain suatu pemidanaan tidak bisa dialihkan kepada pihak
lain, namun karena pelakunya adalah anak, maka yang akan digunakan ialah
proses sesuai undang-undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Melihat
tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut tidak cukup hanya
pertanggungjawan ganti kerugian saja yang dibebankan kepada orang tua,
dibutuhkan pertangungjawaban orang tua terhadap tindak pidana yang dilakukan
oleh anaknya, karena pada dasarnya anak sebaiknya tidak boleh dihukum. Melihat
karena kelalaian orang tualah sianak melakukan tindak pidana.
Pasal 45 KUHP, mendefinisikan anak yang belum dewasa apabila belum berumur
16 (enam belas) tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam perkara
pidana hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada
orang tuanya; walinya atau pemeliharanya dengan tidak dikenakan suatu
hukuman. Atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada pemerintah dengan
tidak dikenakan sesuatu hukuman. Ketentuan pasal 35, 46 dan 47 KUHP ini sudah
dihapuskan dengan lahirnya Undang-undang No. 3 Tahun 1997.
Jika pengawasan dari orang tua dan keluarga terhadap anak lemah, maka hal ini
dapat menjadi salah satu penyebab anak melakukan tindakan kriminal, sehingga
akan berakibat tingginya angka kriminalitas pada anak.

7
B. TANGGUNG JAWAB TANPA KESALAHAN
a. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
para ahli memberikan berbagai sudut pandang tentang pengertian pendidikan
keluarga. Misalnya Mansur, mendefinisikan pendidikan keluarga adalah proses
pemberian nilai-nilai positif bagi tumbuh kembangnya anak sebagai fondasi
pendidikan selanjutnya. Selain itu, Abdullah juga mendefinisikan pendidikan
keluarga adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua berupa pembiasaan
dan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi anak. Pendapat lain yang
dikemukakan oleh anNahlawi, Hasan Langgulung memberi batasan terhadap
pengertian pendidikan keluarga sebagai usaha yang dilakukan oleh ayah dan ibu
sebagai orang yang diberi tanggung jawab untuk memberikan nilai-nilai, akhlak,
keteladanan dan kefitrahan.
keluarga tidak hanya menyediakan kebutuhan dasar fisik anak, berupa pakaian,
makanan dan minuman, serta tempat tinggal yang layak. Akan tetapi, keluarga
dituntut untuk menyediakan dan memfasilitasi ketersediaan dasar-dasar kebaikan,
berupa perilaku, etika, sopan santun dan pembentukan karakter anak yang santun
dan berakhlak baik sebagai fitrah manusia yang hakiki. pendidikan keluarga
memberikan warisan nilai-nilai yang berkaitan dengan aspek kepribadian anak.
Tugas akhir pendidikan keluarga tercermin dari sikap, perilaku dan kepribadian
personality) anak dalam kehidupan sehari-hari yang ditampilkan. Peranan Orang
Tua Dalam Pendidikan Anak Berupa Pendidikan Agama Pada Keluarga
Pendidikan agama adalah penanaman iman kedalam jiwa anak, dan untuk
pelaksanaan hal itu secara maksimal hanya dapat dilaksanakan dalam lingkungan
rumah tangga. Orang tua berperan dalam membimbing dan mengarahkan anak-
anak mereka untuk lebih mendalami makna keimanan. Peranan orang tua dalam
pendidikan agama berupa memberikan tauladan yang baik tentang kekuatan iman
kepada Allah pada keluarga. Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Berupa
Pendidikan Sosial Pada Keluarga Pendidikan sosial adalah suatu usaha yang
dilakukan untuk mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan
bersama. Untuk hidup bersama dengan orang lain dalam masyarakat, anak harus
dapat menyusaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini peranan
orang tua sangat diperlukan dalam mendidik anak dalam lingkungan. Dalam

8
memberikan contoh tingkah laku sosial berdasarkan prinsi-prinsip agama berupa
mengajarkan anak bertingkah laku yang sopan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 30 tahun 2017 tentang
Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan.
Keluarga memiliki peran strategis dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pelibatan keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan memerlukan sinergi antara
satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
Sehingga Kementrian perlu perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan.

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4586), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5157);
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1072);

9
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1982);
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan
Pendidikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 101);
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 tentang
Komite Sekolah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 211

10
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keluarga adalah lembaga yang utama dan pertama bagi proses
awal pendidikan anak-anak untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki seorang anak ke arah pengembangan kepribadian diri
yang positif dan baik.
Perbedaan antara tanggung jawab dengan kesalahan dan tanggung jawab tanpa
kesalahan ialah tanggung jawab dengan kesalahan itu seperti anak yang
melakukan kesalahan dan dihukum atas perbuatannya tetapi jika anak itu
dibawah umur maka orang tuannya lah yang dapat diminta pertanggung
jawaban sedangkan tanggung jawab tanpa kesalahan ialah tanggung jawab
secara mutlak atas anaknya sejak lahir seperti pendidikan anak yang sudah
dijelaskan dimakalah.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil di atas, maka saran untuk Orangtua agar lebih
aktif dalam mencari tahu dan memahami tentang bagaimana mengembangkan
perkembangan anak usia dini secara optimal sehingga anak dapat menjadi
individu dengan kreatifitas yang tinggi dan mempunyai sikap atau perilaku
yang baik.serta jika ingin memberikan alat transportasi seperti kendaraan
setelah umurnya sudah cukup dan memiliki sim.

11
DAFTAR PUSTAKA :
Nadwa | Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8, Nomor 2, Oktober 2014
ISSN 1979-1739 © 2014 Nadwa | IAIN Walisongo
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/nadwa

Journal Equitable 59 ISSN: 2541-7037 e-ISSN: 2614-2643


Mahendra Yudhi Vol. 4 No. 2 Tahun 2019.

Jurnal edukasi nonformal E-ISSN : 2715-2634

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Balai Pustaka, Jakarta 1990, h.629

A.H. Hasanuddin, Cakrawala Kuliah Agama, Al-Ikhlas, Surabaya, 1984 h.


155

H.M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan


Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1987 h.74

Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. X,


2012 h. 35

12

Anda mungkin juga menyukai