Anda di halaman 1dari 16

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Manusia

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah:

Filsafat Pendidikan Islam

Disusun

Kelompok 3

Muhammad Zaylani

Melly Puspa Indah

Muhammad Fikri

Dosen: Bapak Jusua Barus, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEMESTER VI REGULER PAGI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

TEBINGTINGGI DELI

T.A 2020

0
KATA PENGANTAR
‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيم‬

Assalamuaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah
Swt. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia Nya, Shalawat dan
salam keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad Saw semoga kita
mendapatkan syafaat dikemudian hari kelak amin ya robbal alamin.

Dengan makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin.


Maka dengan itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak
Jusua Barus M.Pd yang telah membimbing kami serta memberikan banyak
dukungan kepada kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu, kami membutuhkan saran dan
kritik kepada rekan-rekan demi kesempurnaan makalah ini dan sebagai
penyemangat dalam menyusun makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, dan berharap semoga


makalah ini dapat memberikan banyak pengetahuan serta manfaat kepada
para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Tebing Tinggi, 01 April 2020

Penyusun

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
A. Faktor Heriditas...................................................................................................4
B. Faktor Warisan....................................................................................................6
C. Faktor dan kondisi lingkungan...........................................................................9
e. Hubungan antara Heriditas, dan Lingkungan.................................................11
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia menurut fitrahnya adalah makhluk jasmani dan rohani.


Ada dua faktor yang berpengaruh dalam perkembangan pribadinya menuju
manusia yang martabat, yaitu faktor warisan dan faktor lingkungan. Yang
dimaksud dengan faktor warisan adalah keadaan yang dibawa manusia
sejak lahir yang diperoleh dari orangtuanya. Faktor lingkungan yang
dimaksud ialah keadaan sekitar yang meliputi manusia (termasuk
orangtua, keluarga, guru, teman, dan tetangga), benda-benda seperti air,
udara, bumi, langit, maupun individu dan kelompok manusia ataupun
kelompok sosial seperti, sekolah, peraturan-peraturan dan adat kebiasaan.

Manusia sejak dilahirkan telah membawa berbagai potensi, yaitu


hal-hal mengenai baik dan buruk. Jika dalam perjalanan menuju manusia
bermartabat terjadi penyimpangan dan keburukan, maka hal itu terjadi
akibat pengaruh lingkungan dan pendidikan.

John Locke dengan paham empirisnya menyatakan bahwa, “ketika


anak lahir, ia diumpamakan sebagai kertas putih, belum ditulisi atau
digoresi dengan bakat apa pun. Jiwanya masih bersih dari pengaruh
keturunan, sehingga pendidik dapat mendidiknya menurut kehendaknya”.
Berdasarkan teori ini, pengalaman yang berasal dari lingkungan sangat
menentukan pribadi seseorang. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan
peka terhadap rangsangan yang berasal dari luar. Oleh sebab itu peranan
orang tua sangat penting dalam mengisi kertas yang masih kosong tadi
dari sejak bayi. Baik atau buruk pribadi seseorang itu tergantung dari
lingkungannya. Dalam hal ini, anak bersifat pasif dan pasrah terhadap
lingkungan yang membentuknya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Heriditas
Menurut Morris L. Bigge (1982) bahwa sifat dasar atau bawaan dasar
moral adalah baik, jelek, atau netral sedangkan hubungan manusia dengan
lingkungannya bersifat aktif, pasif, dan interaktif. Dari konsep ini berlanjut
dengan lahirnya hukum empirisme, nativisme, dan konvergensi.1

1. Teori hukum Empirisme

Teori empirisme ini mengatakan bahwa perkembangan dan


pembentukan manusia itu ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan,
termasuk pendidikan. Adapun tokoh pelopor empirisme ialah John Locke
(1632-1704) yang dikenal dengan teori “tabularasa” atau empirisme.
Menurut teori tabularasa, bahwa tiap individu lahir sebagai kertas putih,
dan lingkungan itulah yang memberi corak atau tulisan dalam kertas putih
tersebut. Bagi John Locke pengalaman yang berasal dari lingkungan itulah
yang menentukan pribadi seesorang.

2. Teori hukum Nativisme

Teori ini dipelopori oleh Athur Schopenhauer (1788-1860) yang


mengatakan bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh bawaan
(kemampuan dasar), bakat serta faktor-faktor endogen yang bersifat
kodrati. Proses pembentukan dan perkembangan pribadi menurut aliran
empirisme ditentukan oleh faktor bawaan ini, yang tidak dapat diubah oleh
pengaruh alam sekitar atau pendidikan. Menurut Syam, bahwa aliran
nativisme bersifat pesimistik, karena menerima kepribadian sebagaimana
adanya, tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan untuk merubah
kepribadian.

1
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi
Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014), h. 100-101

4
3. Teori hukum Konvergensi

Teori konvergensi yang dipelopori oleh William Stern (1871-1938)


ini, mengatakan bahwa perkembangan manusia itu berlangsung atas
peengaruh dari faktor-faktor bakat atau kemampuan dasar (endogen atau
bawaan) dan faktor alam sekitar (eksogen atau ajar) termasuk pendidikan
dan sosial budaya. Karena dalam kenyataan bahwa kemampuan dasar yang
baik saja, tanpa dibina oleh alam lingkungan terutama lingkungan sosial
termasuk pendidikan tidak akan dapat mencontek pribadi yang ideal.
Sebaliknya, lingkungan yang baik terutama pendidikan, tetapi tidak
didukung oleh kemampuan dasar tadi, tidak akan menghasilkan
kepribadian yang ideal. Oleh karena itu, perkembangan pribadi
sesungguhnya adalah hasil persenyawaan antara faktor endogen dan
eksogen.2

Heriditas merupakan kecenderungan alami yang cabang-cabangnya


untuk meniru sumber mulanya dalam komposisi fisik dan psikologi. Paling
tidak ada tiga teori tentang heriditas yakni heriditas partiality, coalition,
dan association.

a. Heriditas dengan Pernikahan (partiality) yakni anak yang lahir


mewarisi salah satu dari dua sumber aslinya secara keseluruhan
atau sebagian besar sifat-sifatnya. Misalnya, anak laki-laki
menerima semua sifat fisik serta mental dari ayahnya, bukan
dari ibunya.
b. Hereditas dengan cara penyatuan (coalition) yakni sifat anak
tidak menyalin cabang-cabang dari sumber aslinya. Anaknya
tidak menanggung sifat-sifat fisik yang sama dengan kedua
orangtua mereka, dan mungkin anak menyalin sifat dari
kakeknya, baik dari pihak ibu maupun ayahnya.
c. Hereditas dengan cara penggabungan (association) yakni anak
menyalin salah satu sifat tertentu dari sumber aslinya, seperti
dari ayah dan menyalin sifat lain dari sang ibu. Seperti anak
2
Ibid, h. 103-104

5
yang mungkin menerima kecerdasan dan tinggi badan dari sang
ayah, namun wajah dan mata dari sang ibu.3

B. Faktor Warisan
Bawaan atau heriditas memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai ragam
warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek. Warisan
atau turunan tersebut yang terpenting, antara lain :

1. Bentuk Tubuh dan Warna Kulit

Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah
mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak yang
memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti bapaknya,
rambut kering dan warna kulit putih seperti ibunya.

2. Intelegensi

Intelegensi didefinisikan sebagai keseluruhan kemampuan


individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah
dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi seseorang dapat
diketahui secara lebih tepat dengan menggunakan tes intelegensi.
Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quotient).

3. Bakat

Bakat merupakan kemampuan khusus yang menonjol di antara


berbagai jenis kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Kemampuan
khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu.

4. Sifat

Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek


yang diwarisi dari ibu, ayah, atau kakek dan nenek. Bermacam-macam
sifat yang dimiliki manusia, misalnya: penyabar, pemarah, kikir,
pemboros,hemat dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut dibawa

3
Ibid, h. 102

6
manusia sejak lahir. Ada yang dapat dilihat atau diketahui selagi kecil
dan ada pula yang diketahui sesudah ia besar. Misalnya sifat keras
(pelawan atau bandel) sudah dapat dilihat sewaktu anak masih
berumur kurang dari satu tahun, sedangkan sifat pemarah baru dapat
diketahui setelah anak lancer berbicara, yaitu sekitar 5 tahun. Sifat atau
tabiat berbeda dengan kebiasaan. Sifat sangat sukar diubah, sedangkan
kebiasaan dapat diubah setiap saat bila dikehendaki dengan sungguh-
sungguh. Kebiasaan meminum minuman keras, mabuk, main judi, dan
sebagainya bisa diubah dan dibuang dari diri seseorang.

5. Penyakit

Beberapa penyakit bisa berasal dari turunan, seperti penyakit


kebutaan, syaraf, dan luka sulit kering (darah keluar terus, hemopili).
Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.

Faktor heriditas akan diwarisi atau ditiru oleh keturunannya. Ilmu


yang membahas tentang heriditas telah menetapkan, bahwa anak akan
mewarisi sifat-sifat dari kedua orang tuanya, baik moral, kinestetik,
maupun intelektual. Dari sisi lain dapat dipahami juga bahwa, baik faktor
heriditas maupun faktor lingkungan secara signifikan membentuk
kepribadian manusia.

Dan selanjutnya ada prinsip-prinsip heriditas seperti yang ditulis


oleh Ki RBS. Fudyartanto (2002) ada empat, yakni prinsip reproduksi,
prinsip konformitas, prinsip variasi, dan prinsip filial.

a. Prinsip Reproduksi

Heriditas yang diturunkan kepada anak oleh


orangtuanya menurut prisip ini adalah berbeda satu dengan
yang lain. Antara orang tua dengan keturunannya (anak)
mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Misalnya, kepandaian anak
berbeda dengan kepandaian orang tuanya. Kepandaian atau

7
bakat yang diperoleh anak berasal dari belajar bukan dari sel-
sel benih yang diturunkan oleh kedua orangtuanya.

b. Prinsip konformitas

Berdasarkan prinsip konformitas setiap jenis atau


golongan (spesies) akan menghasilkan jenisnya sendiri bukan
jenis yang lain. Contohnya jenis manusia pasti akan
menghasilkan jenis manusia bukan yang lain. Tegasnya, antara
anak dan orangtua (ayah, ibu) bisa saja mempunyai persamaan,
namun tetap diantara anak dan orangtua mempunyai
perbedaan. Pada prinsip konformitas ditilik dalam satu jenis
mempunyai persamaan-persamaan yang besar dan mencolok.

c. Prinsip variasi

Prinsip ini memberikan landasan berpikir bahwa sel-sel


benih (germsel) berisi banyak determinan yang mempunyai
mekanisme percampuran atau perpaduan sehingga
menghasilkan perbedaan-perbedaan individual. Oleh karena
itu, dapat dipahami anak sebagai keturunan dari orang tuanya.
Tetapi, ada pula anak yang tidak menyerupai orangtuanya.
Variasi yang terjadi pada anak tersebut umumnya lebih tampak
dari orangtua yang terdekat, misalnya dari ayah atau ibunya
dibandingkan dengan kakek atau neneknya.

d. Prinsip regresi filial

Prinsip regresi filial adalah bahwa sifat-sifat dari


orangtuanya akan menghasilkan keturunan dengan
kecenderungan pada sifat rata-rata pada umumnya4.

4
Diyah Puspitasari, Hakikat Hereditas, Lingkungan Dan Kebebasan Manusia, E-
Learning.

8
C. Faktor dan kondisi lingkungan
Islam mengakui keberadaan pengaruh heriditas dan alam
lingkungan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial dalam
pembentukan kepribadian manusia. Namun kedua faktor yakni endogen
(heriditas) dan eksogen (alam lingkungan) tersebut tidaklah berjalan
secara otomatis. Artinya, sekalipun seseorang berada pada lingkungan
sekitar yang baik dan heriditasnya baik, belum tentu ia menjadi baik pula.
Sebaliknya, sekalipun seseorang berada dalam lingkungan yang jelek dan
heriditasnya kurang baik, mungkin saja ia menjadi baik. Karena dengan
kehendak bebas manusia dan kemampuannya sesuai dengan batas
kemanusiaannya akan dapat mengalahkan dua faktor pengaruh tersebut
yaitu atas pertolongan Allah Swt dan hidayah Allah Swt. Adapun maksud
dari hidayah ialah sesuatu yang ditetapkan dan dihujamkan dalam kalbu
seseorang yakni iman (Muhammad Alial-Shabuni, 2004). Apa yang
diketahui oleh manusia tentang hukum-hukum alam (sunnatullah)
termasuk heriditas dan alam lingkungan tentu sifatnya nisbi (masih
bersifat mungkin) bukanlah suatu kepastian dan absolut. Aapaun
kebenaran yang absolut dan pasti sebenarnya hanyalah kebenaran yang
datang dari Allah Swt.

Dengan demikian, pendidikan Islam bersandar pada tiga nilai dasar


asasi yang saling berpengaruh dalam proses pembentukan kepribadian
manusia, yaitu tabiat individu, seperti kapasitas akal, kalbu, nafs, fisik dan
lain-lain. Faktor lingkungan baik lingkungan alam maupun sosial,
teristimewa lingkungan sosial; dan faktor kehendak bebas manusia
merespon dirinya, dan lingkungannya. Tiga faktor berada dalam kawalan
pertolongan dan hidayah Allah. Kepribadian seseorang tidak lain
merupakan hasil interaksi antara tabiat kemanusiaannya, kehendak dan
kemauan bebasnya dan faktor lingkungan sosialnya.5

Adapun makna secara sempit dari lingkungan adalah alam sekitar


diluar diri manusia atau individu. Lebih luas lagi, lingkungan mencakup
segala material dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik yang
5
Ibid, h. 109-110

9
bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural. Dengan demikian,
lingkungan dapat diartikan secara:

1. Fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material


jasmaniah di dalam tubuh, seperti gizi, vitamin, air, zat asam, dan
sebagainya.
2. Psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima
oleh individu mulai sejak zaman konsesi, kelahiran sampai
matinya.
3. Sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi
dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan
ataupun karya orang lain.

Secara garis besar, lingkungan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:


Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan
tanah, keadaan musim, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda
akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu. Lingkungan
sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat yang ditandai dengan
adanya interaksi individu yang satu dengan individu yang lain.

Kemudian dengan adanya perkembangan zaman, institusi lembaga


pendidikan disederhanakan menjadi lingkungan sekolah dan lingkungan
luar sekolah yang termuat dalam Undang-undang SisDikNas nomor 20
tahun 2003.

a. Satuan Pendidikan Luar Sekolah adalah keluarga yang


berlangsung dirumah. Keluarga merupakan unit sosial terkecil
yang terdiri dari orang yang berada dalam seisi rumah yang
sekurang-kurangnya terdiri dari suami dan istri. Banyak syarat
yang perlu dipersiapkan dalam membangun keluarga. Dengan
syarat tersebut diharapkan keluarga dapat memainkan perannya
dalam membina masa depan putra-putrinya secara
berkualitas.seperti yang telah disinggung oleh Ki Hajar
Dewantara bahwasaanya alam keluarga itu buat tiap-tiap orang

10
adalah alam pendidikan yang permulaan. Pendidikan disitu
pertama kali didapat dari orang tua yang berperan sebagai guru,
pengajar, dan sebagai pemimpin pekerjaan atau pemberi
contoh. Selain peran keluarga, rumahpun juga berperan penting
dalam pendidikan. Banyak sekali fungsinya diantaranya adalah
sebagai tempat ibadah, tempat tinggal keluarga, tempat
menyelenggarakan kegiatan, dll. Dengan demikian secara
normatif, keluarga dan rumah berperan sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama.
b. Lingkungan Pendidikan Luar Sekolah. Dalam hal ini sekolah
tidak dipersoalkan lagi keberadaannya. Sekolah disini
merupakan perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa keberadaan madrasah
sebagai tempat belajar atau tempat mempelajari sesuatu sejalan
dengan semangat Al-Qur’an yang senantiasa menunjukkan
kepada umat manusia agar mempelajari sesuatu.
c. Lingkungan Masyarakat. Manusia adalah makhluk ciptaan
Allah yang keberadaan hidupnya tidak dapat menyendiri,
melainkan membutuhkan masyarakat dalam pertumbuhan dan
perkembangan kemajuannya yang dapat meninggikan kualitas
hidupnya. Kebutuhan manusia diperlukan dari masyrakat tidak
hanya bidang material, spiritual termasuk ilmu pengetahuan,
pengalaman, ketrampilan, dll. Dengan demikian dapat difahami
bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan manusia
membutuhkan adanya lingkungan sosial masyarakat.6

e. Hubungan antara Heriditas, dan Lingkungan


Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa faktor internal yaitu
heriditas mempunyai peran dan pengaruh yang kuat dalam menentukan
potensi seseorang. Ilmu yang membahas tentang heriditas menetapkan
bahwa anak mewarisi sifat-sifat orang tuanya, baik secara moral (al-
khalqiyah), kinestetik (al-jismiyah), maupun intelektual (al-aqliyah), sejak

6
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, ( Ciputat: Gaya Media Pratama, 2005), h. 165

11
masa kelahirannya, namun ternyata harus diakui bahwa faktor heriditas
tidak selalu berjalan otomatis.

Keterbatasan dan ketidakleluasaan faktor heriditas dikarenakan


manusia juga diberikan kebebasan dalam bertindak mengikuti kematangan
usianya beranjak dewasa. Allah memberikan keleluasaan pada manusia
berupa kehendak yang bebas, dan atas pertolongan Allah Swt (bi
ma’unatillah) kebebasan tersebut bisa mengalahkan faktor heriditas
ataupun lingkungan secara murni. Maksud dari keterbatasan faktor
heriditas tersebut sebagaimana dicontohkan dalam hikmah dari kisah Nabi
Nuh as dan anaknya yang bernama Kan’an. Jika dilihat dalam perspektif
hukum heriditas, tentunya sangat mustahil ketika seorang nabi dan rasul
yang tentunya berperangai mulia sehingga menjadi pilihan Allah untuk
menyeru kebaikan kepada umatnya, tapi ternyata anak kandungnya sendiri
ingkar terhadap Allah dan tidak mau mengikuti ajakan baik ayahnya.
Berkebalikan dengan kisah Kan’an yang ingkar, kisah lain adalah tentang
Azir ayah nabi Ibrahim as yang juga musyrik. Seorang ayah musyrik
namun anaknya bisa menjadi seorang nabi dan juga rasul. Berdasarkan
dari kisah-kisah tersebut, dapat kita simpulkan sederhana bahwa ternyata
tidak selamanya faktor heriditas menjadi faktor utama dalam pembentukan
kepribadian maupun potensi. Allah memberikan porsi lain dalam
membentuk mahkluk ciptaan-Nya yaitu salah satunya adanya faktor lain
yang juga berperan besar, yaitu lingkungan.

Lingkungan dalam pandangan Islam merupakan elemen yang


signifikan dalam pembentukan personalitas serta pencapaian keinginan-
keinginan individu dalam kerangka umum peradaban, dan disadari atau
tidak, masyarakat cenderung mengikuti kebiasaan yang ada di sekitar. Hal
ini tentunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Pengaruh lingkungan juga digambarkan pula
permisalannya dalam Al Qur’an yang artinya “Dan tanah yang baik,
tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang
tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah

12
Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang
bersyukur. (QS. Al-A’raf: 58)”.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa tidak hanya faktor heriditas


saja yang berpengaruh dalam perkembangan individu, namun lingkungan
juga turut andil. Jika dicermati keduanya sebenarnya mempunyai porsi
yang seimbang dalam pembentukan karakter individu, heriditas seseorang
sebagai potensi dasar yang dibawa sejak lahir tentunya dimiliki oleh setiap
orang, tanpa terkecuali. Hal itu merupakan fitrah bagi setiap manusia,
selanjutnya potensi bawaan itu ditumbuh kembangkan secara optimal
melalui kontribusi lingkungan, yaitu pendidikan. Disinilah nantinya akan
terlihat bahwa dua faktor tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan.
Itulah hakikat proses pendidikan sepanjang hayat, sejak dalam kandungan
(heriditas) sampai ke liang lahat (proses interaksi dengan lingkungan).
Maka, itu juga yang dimaknai dengan kebebasan bagi tiap individu.7

7
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 19

13
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Faktor heriditas akan diwarisi atau ditiru oleh keturunannya. Ilmu
yang membahas tentang heriditas telah menetapkan, bahwa anak akan
mewarisi sifat-sifat dari kedua orang tuanya, baik moral, kinestetik,
maupun intelektual. Dari sisi lain dapat dipahami juga bahwa, baik faktor
heriditas maupun faktor lingkungan secara signifikan membentuk
kepribadian manusia.

Secara garis besar, lingkungan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:


Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan
tanah, keadaan musim, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda
akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu. Lingkungan
sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat yang ditandai dengan
adanya interaksi individu yang satu dengan individu yang lain.

Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa faktor internal yaitu


heriditas mempunyai peran dan pengaruh yang kuat dalam menentukan
potensi seseorang. Ilmu yang membahas tentang heriditas menetapkan
bahwa anak mewarisi sifat-sifat orang tuanya, baik secara moral (al-
khalqiyah), kinestetik (al-jismiyah), maupun intelektual (al-aqliyah), sejak
masa kelahirannya, namun ternyata harus diakui bahwa faktor heriditas
tidak selalu berjalan otomatis. Keterbatasan dan ketidakleluasaan faktor
heriditas dikarenakan manusia juga diberikan kebebasan dalam bertindak
mengikuti kematangan usianya beranjak dewasa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Maragustam. 2014. Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan


Karakter Menghadapi Arus Global. Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta.

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Rosdakarya.

Nata Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat: Gaya Media


Pratama.

Puspitasari Diyah. Hakikat Hereditas, Lingkungan Dan Kebebasan


Manusia. E-Learning.

15

Anda mungkin juga menyukai