Oleh:
Dosen Pengampu:
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
Anak luar nikah adalah anak yang lahir dari hasil dari hubungan diluar
nikah. Dalam islam yang dipandang sebagai anak luar nikah adalah anak zina.
Anak zina adalah anak yang lahir dari hasil hubungan tanpa pernikahan, biasa
juga disebut dengan anak tidak sah karena dilahirkan diluar perkawinan yang
sah.1
Adapun perkawinan yang sah dan diakui di Indonesia ialah
perkawinan yang dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya, dan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku (pasal 2 (1) dan (2) UU No. 1 Tahun 1974). Dan pencatatan
perkawinan dilakukan oleh pegawai pencatat nikah dari KUA untuk orang
yang beragama islam.
Menurut UU No. 1 Tahun 1974 pasal 42, anak yang sah adalah anak
yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Dan didalam
KHI Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat
perkawinan yang sah dan merupakan hasil perbuatan suami istri yang sah
diluar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut.
1
Prof. Dr. H. Huzaimah Tahido Yango, MA, 2005, Masail Fiqhiyah Kajian Hukum Islam
Kontemporer, Bandung, Penerbit Angkasa.
2
1. Menurut Ulama Syafi’iyah sebagaimana dikutif oleh Ramli,
menjelaskan yang dalam bahasa Indonesianya:
2. Zina adalah memasukkan zakar ke dalam faraj perempuan
yang diharamkan, yang diingini menurut tabi’at yang
sehat dan sunyi dari subhat.1
3. Ulama Malikiyah di dalam bukunya Khattab, menjelaskan:
Zina adalah wathi’ seorang mukallaf dengan sengaja
pada faraj manusia yang tidak diragukan lagi bahwa ia
bukan memilikinya, kedua belah pihak sama‐sama setuju
dan sengaja melakukannya.2
4. Imam al‐Qurtubi dalam bukunya Al‐ Khattab berpendapat
bahwa zina adalah: memasukkan zakar ke dalam faraj
perempuan yang diingini menurut tabi’at dan diharamkan
menurut syara.3
Dari ketiga pendapat tersebut di atas dapatlah dipahami
diman masing‐masing ulama memberikan defenisi zina yang
berbeda‐beda, akan tetapi pada hakikatnya mengandung arti dan
maksud yang sama yakni zina adalah memasukkan zakar ke
dalam faraj (fagina) perempuan yang bukan muhrim atau isterinya
yang sah. Anak zina menurut pandangan Islam, adalah suci dengan segala
dosa, karena kesalahan itu tidak dapat ditujukan kepada anak tersebut tetapi
kepada kedua orang tuanya. sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW:
كل مولود يولد على الفطرة حتى يعرب عنه لسانه فابواه يهودانه او ينصرانه او
) (الحديث.يمجسانه
1
Yus Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996),
hlm. 1638.
2
Ramli, Zina Dalam Pandang Islam, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1968), hlm. 422.
3
Al Khattab, Perzinahan Dalam Pandangan Ulama Islam, (Semarang: Aneka Ilmu, 1990),
hlm. 290.
3
Artinya: “Semua anak dilahirkan atas kesucian / kebersihan (dari segala
dosa / noda) dan pembawaan beragama tauhid, sehingga ia jelas bicaranya.
Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anaknya menjadi Yahudi,
atau Nasrani atau Majusi”. (Hadis riwayat Abu Ya’la. Al-Thabrani, dan Al-
Baihaqi dari Al-Aswad bin Sari’).
Dan berdasarkan firman Allah dalam surat An-Najm ayat 38:
Artinya: “(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul
dosa orang lain.”
Oleh karena itu, anak tersebut harus diperlakukan secara manusiawi,
diberi pendidikan, pengajaran, dan ketrampilan yang berguna untuk bekal
hidupnya dimasyarakat nanti.
1. Status Nasab
Artinya : Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati
dalam rongganya, dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu
zhihar) itu sebagai ibumu dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu
sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataan
di mulutmu saja. Dan Allah menyatakan yang sebenarnya. Dan Dia
menunjukkan jalan (yang benar) panggilan mereka (anak-anak angkat itu)
dengan memakai bapak-bapak mereka, tidak yang lebih adil pada sisi
Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, (maka
panggilah mereka sebagai saudara-saudara mu seagama maula-
maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf
4
padanya, (tetapi yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan
Allah pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab 4-5)
5
Dzahiri adalah yang paling mendekati kebiasaan / pengalaman wanita
hamil berdasarkan realitas dan empirik.
2. Status Kewarisan
6
bertanggung jawab atas perbuatannya yang dengan menyebabkan
kelahiran anak itu, karena dalam hukum Islam dikenal dengan adanya
hibah dan wasiat. Ketentua ini hanya berlaku untuk anak yang lahir diluar
nikah yang sah.
14
Rosnidar Sembiring, 2016, Hukum Keluarga (Harta-Harta Benda Dalam Perkawinan ),
Rajwali Pers, Jakarta, Hal. 118.
7
e. Surat keterangan waris dapat dibuat namun dapat terjadi permasalahan
dalam administrasi pengurusan surat keterangan waris.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Status hukum anak luar nikah menurut Hukum Islam, KHI dan UU
Perkawinan No 1 Tahun 1974 hanya memiliki hubungan dengan ibunya saja
dan tidak memilki hubungan apapun dengan ayah yang menyebabkan
keberadaannya. Sehingga anak tersebut dalam hal nasab dan kewarisan tidak
ada hubungan dengan ayahnya. Akan tetapi didalam putusan MK Nomor
46/PUU-VIII/2010 menghendaki adanya hubungan antara anak dengan ayah
tersebut dengan alat bantu ilmu pengetahuan sehingga anak tersebut dapat
dihubungkan nasabnya kepada ayah yang menghamili ibunya dan
mendapatkan harta waris.
9
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Huzaimah Tahido Yango, MA, 2005, Masail Fiqhiyah Kajian
Hukum Islam Kontemporer, Bandung, Penerbit Angkasa.
Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, 2006 Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum
Islam, Jakarta, CV Haji Masagung.
Yus Badudu, 1966, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Ramli, 1968, Zina Dalam Pandang Islam, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
10