ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh e-trust, perceived usefulness dan e-satisfaction
terhadap online repurchase intention. Penelitian ini penting dilakukan karena e-commerce di Indonesia
berkembang pesat seiring banyaknya anak muda Indonesia yang terhubung dengan internet terutama
melalui smartphone. Penelitian ini menyasar mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas
Udayana baik regular maupun non reguler. Untuk mahasiswa regular penelitian dilakukan di Kabupaten
Badung dan untuk Penelitian mahasiswa non regular dilakukan di Kota Denpasar. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 120 responden. Kriteria responden adalah 1) responden adalah mahasiswa FEB
Universitas Udayana; 2) sudah pernah melakukan pembelian secara online. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuisioner kepada responden yang sesuai dengan
kriteria yang ditentukan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis SEM berbasis component atau
variance yaitu Partial Least Square(PLS). Hasil menunjukkan bahwa e-trust dan perceived usefulness
berpengaruh positif terhadap online repurchase intention. E-satisfaction berpengaruh positif terhadap
online repurchase intention, e-trust berpengaruh positif terhadap perceived usefulness, dan perceived
usefulness berpengaruh positif terhadap e-satisfaction.
Kata kunci : e-trust, perceived usefulness, e-satisfaction dan online repurchase intention.
ABSTRACT
This study aims to examine the influence e-trust, perceived usefulness and e-satisfaction on online
repurchase intention.This research is important because e-commerce in Indonesia are growing rapidly as
the number of Indonesian young people connected to the Internet, especially via smartphones. This study
targeting the students of the Faculty of Economics and Business, Udayana University, both regular and
non-regular. For a regular student research conducted in Badung and non-regular students conducted in
Denpasar. The number of samples in this study were 120 respondents. Respondents criteria are 1) the
respondent are students at Faculty of Economics and Business (FEB), Udayana University; 2) has been
shopping online. Collecting data in this study conducted by distributing questionnaires to the respondents
in accordance with the specified criteria. This study uses SEM analysis techniques based component or
variance that is Partial Least Square (PLS). Results indicate that the e-trust has positive influence on the
perceived usefulness of online repurchase intention. E-satisfaction has positive effect on repurchase
intention online, e-trust has positive effect on perceived usefulness, and perceived usefulness has positive
effect on e-satisfaction.
PENDAHULUAN
Belanja online (e-commerce) di Indonesia terus bertambah seiring berjalannya waktu.
E-commerce telah merubah cara konsumen dalam membeli barang atau jasa. Tren belanja online
yang dilakukan oleh masyarakat tentunya dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang semakin
pesat. Internet dalam kehidupan sehari-hari digunakan oleh masyarakat dalam memperoleh
informasi, berkomunikasi maupun digunakan sebagai sarana hiburan. Piranti digital seperti
smartphone, tablet serta alat komunikasi lainnya telah mengubah perilaku belanja masyarakat.
Dibandingkan dengan modus belanja tatap muka tradisional, modus belanja online menawarkan
2
beberapa kelebihan yang unik yaitu pilihan yang lebih banyak, banyak tersedia informasi produk,
dan tidak ada batasan temporal dan spasial (Wen et al. 2010). Penelitian ini penting dilakukan
karena e-commerce di Indonesia berkembang pesat seiring banyaknya anak muda Indonesia yang
terhubung dengan internet terutama melalui smartphone mereka.
Gaya hidup belanja online dari masyarakat tentunya memberi peluang yang besar bagi
perusahaan yang menjual produk secara online. Belanja online yang tumbuh tersebut ternyata nilai
transaksinya masih jauh dibawah nilai transaksi penjualan secara fisik (brick and mortar). Data
UBS Research tahun 2014 menyatakan bahwa penjualan online sebesar 0,1 % dari total penjualan
brick and mortar pada tahun 2013 yang sekitar U$$100,2 miliar (Marketing, 2015: 60). Qureshi et
al. (2009) menyatakan penting dalam mengidentifikasi penggerak utama konsumen dalam
melakukan belanja online, mengingat perilaku konsumen yang berubah-ubah, pertumbuhan toko
web global, meningkatkan produk dan pelayanan.
Kepercayaan (trust) berperan penting dalam mempengaruhi hubungan komitmen dan
loyalitas pelanggan. Transaksi yang dilakukan melalui e-commerce memiliki potensi resiko yang
cukup tinggi, dengan demikian faktor kepercayaan pelanggan terhadap vendor menjadi faktor kunci
dalam e-commerce. Keamanan dalam bertransaksi di situs web mempengaruhi kepercayaan
konsumen dalam melakukan transaksi online. Disamping keamanan dalam bertransaksi, pemasar
online juga dituntut mampu menjaga privasi konsumennya. Vendor akan dipercaya jika konsisten
menjaga kualitas produk yang dijual. Kejujuran vendor juga menjadi bagian penting yang perlu
diperhatikan, vendor yang jujur dan tidak menipu akan dipercaya. Vendor juga harus tepat janji
akan produk yang ditawarkan dan waktu yang dijanjikan. Hasil penelitian Trisnawati dkk. (2012)
menemukan bahwa kepercayaan berpengaruh terhadap niat beli kembali, jika konsumen merasakan
bahwa situs web dapat dipercaya, sehingga konsumen mencoba membeli ulang produk yang ada di
web tersebut. Kepercayaan juga berpengaruh positif terhadap manfaat yang dirasakan, jika
pelanggan merasa bahwa berbelanja di toko yang berbasis web dapat menerima informasi produk
yang dibutuhkan, maka konsumen akan percaya pada situs web tersebut dan akan merasakan
manfaat dari pengalaman belanjanya. Kepercayaan dinyatakan dapat menyebabkan niat pembelian
awal dan pembelian actual baik secara online maupun offline (Jarvenpaa et al., 2000; Gefen et al.,
2003). (Wirtz & Lihotzky, 2003) memandang bahwa kepercayaan menimbulkan niat beli kembali,
karena dalam konteks online kepercayaan bersifat dinamis akan terlihat berbeda dengan
kepercayaan secara ofline. Hasil penelitian (Winnie, 2014) menyatakan kepercayaan yang positif
berkaitan dengan e-loyalty dan e-satisfaction. Pendapat yang berbeda menyatakan bahwa
kepercayaan tidak berhubungan dengan niat beli kembali (Wen, et al. 2011). Chen & Chou (2012)
juga menyatakan bahwa kepercayaan dan niat membeli kembali adalah positif hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa konsumen berbelanja online dengan was-was. Masalah privasi seperti
penggunaan kartu kredit pengisian biodata menjadi menjadi faktor kunci yang menghalangi
konsumen belanja melalui internet. Valvi & West (2013) juga menyatakan bahwa kepercayaan
tidak memainkan peran penting dalam loyalitas belanja secara online, hal ini dapat terjadi karena
pelanggan takut penipuan online. Pelanggan online mengalami kesulitan mempercayai lingkungan
online dibandingkan dengan offline, dimana mereka dapat memiliki kontak langsung dan
komunikasi dengan penjual.
Manfaat yang dirasakan (Perceived usefulness) dengan melakukan belanja secara online
akan mendorong konsumen untuk membeli kembali. Manfaat yang dirasakan konsumen dengan
belanja online dapat berupa kemudahan berbelanja secara tepat, keputusan belanja yang lebih baik,
lebih menghemat uang dan melakukan pembelian yang lebih mudah. Athchariyachanvanich et al.
2006); (Wen et al, 2011); (Trisnawati dkk, 2012) mengemukakan terdapat pengaruh positif manfaat
yang dirasakan (Perceived usefulness) yang dirasakan konsumen terhadap niat beli kembali secara
online. Persepsi kebermanfaatan berpengaruh positif terhadap keingnan untuk belanja melalui
intenet (Athchariyachanvanich et al. 2006)
Kepuasan konsumen merupakan perbandingan harapan akan produk atau layanan yang
akan diterima dibandingkan dengan kenyataan yang ada. Konsumen akan merasa puas jika apa
yang di apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan yang diterima. Kepuasan belanja secara
online dikaitkan dengan harapan dan kenyataan yang diterima dalam melakukan transaksi online.
Kepuasan belanja online yang pernah dilakukan, kepuasan terhadap pelayanan yang diterima serta
3
kesenangan dalam melakukan belanja melalui website akan mempengaruhi keinginan konsumen
untuk melakukan pembelian kembali. Penelitian Wen et al, 2011;Chu et al, 2012; Trisnawati dkk,
2012, menyatakan kepuasan konsumen belanja di situs web berpengaruh positif terhadap niat beli
kembali secara online. Penelitian lain juga mengemukakan bahwa kepuasan meningkatkan niat beli
di masa yang akan datang (Chamcuntra & Fongsuwan, 2014). Kondisi tersebut akan mendorong
mereka untuk untuk membeli produk yang diinginkan secara online. Transaksi belanja secara
online yang dilakukan tentunya dipengaruhi oleh kepercayaan mereka terhadap suatu vendor
online. Pengalaman melakukan transaksi akan memberikan kepuasan atau ketidakpuasan yang
berdampak pada keinginan konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Tujuan dari penelitian ini
antara lain 1) menguji pengaruh E-Trust terhadap online repurchase intention; 2) menguji pengaruh
perceived usefulness terhadap online repurchase intention; 3) menguji pengaruh e-satisfaction
terhadap online repurchase intention; 4) menguji pengaruh e-trust terhadap pengaruh perceived
usefulness; 5) menguji pengaruh perceived usefulness terhadap e-satisfaction
Berdasarkan konsep teoritis dan hasil penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan adalah
H1 : E-Trust berpengaruh positif terhadap online repurchase intention
H2 : Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap online repurchase intention
H3 : E-Satisfaction berpengaruh positif terhadap online repurchase intention
H4 : E-Trust berpengaruh positif terhadap persepsi kebermanfaatan
H5 : Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap e-satisfaction
HASIL
Karakteristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 120 orang yang digunakan sebagai sampel dalam
penelitian ini. Responden penelitian digambarkan dengan menyajikan karakteristiknya berdasarkan
variabel demografi yaitu jenis kelamin, usia, dan pendapatan atau uang saku. Mayoritas responden
dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan dengan presentase sebesar 54,2 persen.
Berdasarkan usia yang menjadi mayoritas dalam penelitian ini berusia 19 tahun yaitu sebesar 35
persen. Berdasarkan pendapatan atau uang saku yang menjadi mayoritas adalah responden dengan
pendapatan atau uang saku sebanyak ≤ 1.000.000 per bulan sebesar 70,8 persen, selanjutnya
berdasarkan pada jenis kelamin, usia, dan pendapatan atau uang saku mayoritas responden di
penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan pada usia 19 tahun dan memiliki pendapatan atau
uang saku sebanyak ≤ 1.000.000 per bulan.
Repurchase Intention (Y). Korelasi variabel Perceived Usefulness (X2) dengan indikatornya lebih
tinggi dibandingkan korelasi indikator E-Trust (X1), E-Satisfaction (X3) dan Online Repurchase
Intention (Y). Selanjutnya korelasi variabel E-Satisfaction (X3) dengan indikatornya lebih tinggi
dibandingkan korelasi indikator E-Trust (X1), Perceived Usefulness (X2), dan Online Repurchase
Intention (Y). Kemudian korelasi variabel Online Repurchase Intention (Y) dengan indikatornya
lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator E-Trust (X1), Perceived Usefulness (X2), dan E-
Satisfaction (X3). Sehingga dapat dijelaskan bahwa seluruh indikator pada setiap variabel adalah
valid.
Discriminant validity dengan menggunakan akar kuadrat average variance extracted dan
latent variable correlations
Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah dengan membandingkan akar kuadrat
dari average variance extracted ( ) untuk setiap variabel dengan korelasi antara variabel
dengan variabel lainnya dalam model. Model mempunyai discriminant validity yang cukup jika
akar kuadrat AVE untuk setiap variabel lebih besar daripada korelasi antara variabel lainnya dalam
model.Hasil menunjukkan bahwa akar AVE variabel online repurchase intention (Y) sebesar
0,7401 lebih besar dari korelasi antara online repurchase intention (Y) dengan e-trust (X1) yaitu
0,5713 lalu lebih besar dari korelasi antara online repurchase intention (Y) dengan perceived
usefulness (X2) yaitu 0,6778 dan lebih besar dari korelasi antara online repurchase intention (Y)
dengan e-satisfaction (X3) yaitu 0,7507. Akar AVE variabel e-satisfaction (X3) sebesar 0,7400
lebih besar dari korelasi antara e-satisfaction (X3) dengan e-trust (X1) yaitu 0,5289 dan lebih besar
dari korelasi antara e-satisfaction (X3) dengan perceived usefulness (X2) yaitu 0,6945. Begitu pula
akar AVE variabel perceived usefulness (X2) sebesar 0,5830 dan akar AVE variabel e-trust (X1)
sebesar 0,7401 lebih besar dari korelasi antara e-trust (X1) dengan perceived usefulness (X2) yaitu
0,5469. Jadi semua variabel dalam model yang diuji memenuhi kriteria discriminant validity.
5
Uji discriminant validity lainnya adalah dengan menilai validitas dari variabel dari nilai
AVE. Model dikatakan baik jika AVE masing-masing variabel nilainya lebih besar dari 0,50. Hasil
output menunjukkan bahwa nilai AVE seluruh variabel lebih besar dari 0,50 sehingga model dapat
dikatakan baik. Disamping uji validitas, juga dilakukan uji reliabilitas variabel yang diukur dengan
dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbach alpha dari blok indikator yang mengukur
variabel. Variabel dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability maupun cronbach’s alpha
diatas 0,70. Hasil output composite reliability maupun cronbach alpha untuk variabel e-trust,
perceived usefulness, e-satisfaction dan online repurchase intention semuanya diatas 0,70. Maka
dapat dijelaskan bahwa variabel memiliki reliabilitas yang baik.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa e-trust memiliki pengaruh positif terhadap
online repurchase intention dengan koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0,1823 dan nilai t
hitung 2,1960 > t tabel 1,96. Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap online repurchase
intention dengan koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0,2390 dan nilai t hitung 2,0106 > t
tabel 1,96. E-Satisfaction berpengaruh positif terhadap online repurchase intention dengan
koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0,4882 dan nilai t hitung 4,9571 > t tabel 1,96. E-Trust
berpengaruh positif terhadap perceived usefulness dengan koefisien korelasi bertanda positif
sebesar 0,5469 dan nilai t hitung 8,5313 > t tabel 1,96. Perceived Usefulness berpengaruh positif
terhadap e-satisfaction dengan koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0,6945 dan nilai t hitung
11,9347 > t tabel 1,96. E-trust memiliki pengaruh langsung terhadap online repurchase intention
dan memiliki pengaruh tidak langsung melalui perceived usefulness dan e-satisfaction. Besarnya
koefisien pengaruh tidak langsung dapat dihitung dengan mengalikan koefisien jalur dari e-trust ke
perceived usefulness sebesar 0,5469 dengan koefisien jalur dari perceived usefulness ke e-
satisfaction sebesar 0,6945 dan dengan koefisien jalur dari e-satisfaction ke online repurchase
intention sebesar 0,4882 seperti berikut: (0,5469) x (0,6945) x (0,4882) = 0,1854.
PEMBAHASAN
Pengaruh e-trust terhadap online repurchase intention
Pengujian hipotesis pada pengaruh e-trust terhadap online repurchase intention menunjukkan
bahwa e-trust secara positif berpengaruh terhadap online repurchase intention. Ditunjukkan dengan
dengan koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0,1823 dan nilai t hitung 2,1960 > t tabel 1,96.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa, semakin tinggi e-trust (kepercayaan) konsumen akan
pembelian produk melalui online maka niat konsumen untuk melakukan online repurchase
intention (membeli kembali produk secara online) juga semakin tinggi. Berdasarkan hal tersebut
maka hipotesis e-trust berpengaruh positif terhadap online repurchase intention dapat diterima.
Hasil penelitian tersebut juga di dukung oleh penelitian dari Trisnawati, dkk (2012) yang
menemukan bahwa kepercayaan berpengaruh terhadap niat beli ulang, jika konsumen merasakan
bahwa situs web dapat dipercaya, sehingga konsumen mencoba membeli ulang produk yang ada di
web tersebut. Chamcuntra (2014) menyatakan bahwa kepercayaan berpengaruh langsung terhadap
niat beli kembali.
Pengaruh perceived usefulness terhadap online repurchase intention
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis pada pengaruh perceived usefulness terhadap online
repurchase intention menunjukkan bahwa kredibilitas celebrity endorser secara positif berpengaruh
terhadap online repurchase intention. Ditunjukkan dengan koefisien korelasi bertanda positif
sebesar 0,2390 dan nilai t hitung 2,0106 > t tabel 1,96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, semakin
positif perceived usefulness (persepsi kebermanfaatan) yang dimiliki konsumen akan pembelian
produk melalui online maka semakin tinggi pula online repurchase intention konsumen (niat
membeli kembali produk secara online). Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis perceived
usefulness berpengaruh positif terhadap online repurchase intention dapat diterima. Hasil pengujian
hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Athchariyachanvanich et al.
(2006) yang menemukan bahwa persepsi kebermanfaatan berpengaruh positif terhadap keingnan
untuk belanja melalui intenet, penelitian ini juga sejalan dengan Wen et al. (2011) dan Trisnawati,
dkk (2012) yang menyatakan persepsi kebermanfaatan yang dirasakan konsumen berpengaruh
positif terhadap online repurchase intention.
Penelitian ini sejalan dengan Wen et al. (2011), Chu et al. (2012) dan Trisnawati, dkk (2012) yang
menyatakan kepuasan konsumen belanja di situs web berpengaruh positif terhadap niat beli
kembali secara online. Penelitian lain juga mengemuakakan bahwa kepuasan meningkatkan niat
beli di masa yang akan datang (Chamcuntra dan Fongsuwan, 2014).
Pengaruh e-trust terhadap perceived usefulness
Pengujian hipotesis pada pengaruh e-trust terhadap perceived usefulness menunjukkan bahwa e-
trust secara positif berpengaruh terhadap perceived usefulness, ditunjukkan dengan koefisien
korelasi bertanda positif sebesar 0,5469 dan nilai t hitung 8,5313 > t tabel 1,96. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa, semakin tinggi tingkat e-trust (kepercayaan) konsumen terhadap pembelian
produk secara online maka perceived usefulness (perpsepsi kebermanfaatan) konsumen akan
pembelian produk secara online juga semakin tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis e-
trust berpengaruh positif terhadap perceived usefulness dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis ini
sejalan dengan penemuan oleh Wen et al. (2011) dan oleh Trisnawati, dkk (2012) yang menyatakan
bahwa konsumen yang percaya terhadap situs web berpengaruh positif terhadap manfaat yang
dirasakan.
Pengaruh perceived usefulness terhadap e-satisfaction
Pengujian hipotesis pada pengaruh perceived usefulness terhadap e-satisfaction menunjukkan
bahwa perceived usefulness secara positif berpengaruh terhadap e-satisfaction, ditunjukkan dengan
koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0,6945 dan nilai t hitung 11,9347 > t tabel 1,96. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa, semakin tinggi tingkat perceived usefulness (perpsepsi
kebermanfaatan) yang dimiliki konsumen terhadap pembelian produk secara online maka e-
satisfaction (kepuasan) konsumen akan pembelian produk secara online juga semakin tinggi.
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis perceived usefulness berpengaruh positif terhadap e-
satisfaction dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan penelitian oleh Wen et al.
(2011) dan oleh Trisnawati, dkk (2012) yang menemukan bahwa manfaat yang diraskan oleh
konsumen mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan belanja secara online.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa: 1) E-trust berpengaruh positif terhadap online repurchase intention. Semakin tinggi e-trust
(kepercayaan) konsumen akan pembelian produk melalui online maka niat konsumen untuk
melakukan online repurchase intention (membeli kembali produk secara online) juga semakin
tinggi; 2) Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap online repurchase intention. Semakin
positif perceived usefulness (persepsi kebermanfaatan) yang dimiliki konsumen akan pembelian
produk melalui online maka semakin tinggi pula online repurchase intention konsumen (niat
membeli kembali produk secara online); 3) E-satisfaction berpengaruh positif terhadap online
repurchase intention. Semakin tinggi tingkat e-satisfaction (kepuasan) konsumen terhadap
pembelian produk melalui online maka online repurchase intention konsumen (niat membeli
kembali produk secara online) juga semakin tinggi; 4) E-trust berpengaruh positif terhadap
perceived usefulness. Semakin tinggi e-trust (kepercayaan) konsumen terhadap pembelian produk
secara online maka perceived usefulness (perpsepsi kebermanfaatan) konsumen akan pembelian
produk secara online juga semakin tinggi; 5) Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap e-
satisfaction. Semakin tinggi tingkat perceived usefulness (perpsepsi kebermanfaatan) yang dimiliki
konsumen terhadap pembelian produk secara online maka e-satisfaction (kepuasan) konsumen
akan pembelian produk secara online juga semakin tinggi.
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:1) Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng,
selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana; 2)
Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana; 3) Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana; 4) Ibu Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa,
S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana; 5) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan motivasi dan perhatian sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Atchariyachanvanich, Kanokwan. Okada, Hitoshi. Sonehara, Noboru. 2006. What Keeps Online
Customers Repurchasing Throght the Internet. ACM SIGecom Exhanges. 6 (2). Pp. 47-57.
Chamcuntra, Suttica. Fongsuwan, Wanno. 2014. Customer Repurchase Intention, trust and
Customer satisfaction Influencing Outsourced Employees at Kasikornbank Bank Publict
Company Limites (Thailand). International Journal of Arts & Sciences. 07(03). Pp. 233-
242.
Chen, Yen-Ting., Chou, Tsung-Yu. 2012. Exploring the Continuance Intentions of Cunsumer for
B2C Online Shopping. Online Information Review. 26 (1). Pp. 104-125.
Chu, Po-Young. Lee, Gin-Yuan. Chao, Yu. 2012. Service Quality, Customer Satisfaction,
Customer Trust, and Loyalty in An E-banking Context. Social Behavior And Personality.
40 98). Pp. 1271-1284.
Gefen, David. Karahanna, Elena.Straub, Detmar W. 2003. Trust and TAM in Online Shopping: an
Integrated Model. MIS Quarterly. 27 (10). Pp 51-90.
Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square
(PLS) Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jarvenpaa.,Tractinsky N., Vitale M. 2000. Consumer Trust in an internet Store. Information
Technology and Management. 1(1). Pp 45-71.
Marketing. 2015. Virtual Store: Gagalkah Menggantikan Modern Retail?
Qureshi, Israr., Fang, Yulin., Ramsey, Elaine., McCole, Patrick., Ibbotson, Patrick and Compeau,
Deborah. 2009. Understanding Online Customer Repurchasing Intention and the Mediating
role of Trust-an Empirical Investigation in Two developed Countries. European Journal of
information System. 18. Pp.205-208.Schiffman, L. G., dan Kanuk, L. L. L., 2008.
“PerilakuKonsumen, Edisi Ketujuh. Alih bahasa Zoelkifli Kasip”. Jakarta: PT. Indeks.
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Trisnawati, Ella., Suroso, Agus., dan Kumorohadi, Untung. 2012. Analisis Faktor-Faktor Kunci
Dari Niat Pembelian Kembali Secara Online (Study Kasus Pada Konsumen Fesh Shop).
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). 19 (2). Pp. 126-141.
Valvi, Aikaterini. West, Douglas. 2013. E-Loyalty is not all About Trust, Price Also Matters:
Extending Expectation-Confirmation Theory in Bookselling Websites. Journal of Electronic
Commerce Research. 14 (1). Pp. 99-123.
Wen, Chao., Prybutok, Victor R., Xu, Chenyan. 2001. An Integrated Model for Customer Online
repurchase Intentiion. Journal of Computer Information System. Pp. 14-23.
Winnie, Poh-Ming W. 2014. The Impact of Trustworthies and Customer e-Loyalty and e-
Satisfaction. International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Science. 4
(3). Pp.390-408.
Wirtz BW., Lihotzky N. 2003. Customer Retention Management in the B2C Electronic Business.
Long Range Planning. 36. Pp. 517-532.