Anda di halaman 1dari 50

Hubungan Antara Persepsi Resiko Belanja Online Dengan Minat Membeli

Produk Fashion Pada Wanita

Oleh :

CINDY DEBORA

NPM : 178110184

PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2022
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia dikala ini pertumbuhan belanja online mempunyai kemampuan

yang baik buat masa yang hendak tiba. Kegiatan berbelanja hadapi kemajuan

bersamaan dengan berjalannya waktu, spesialnya berbelanja secara online yang

terus menjadi diminati konsumen paling utama golongan perempuan. Indonesian

E- commerce Association (iDEA) bersama Google Indonesia serta Taylor Nelson

Sofres (TNS) pada bulan januari melaksanakan suatu survei terhadap 1300

responden di 12 kota besar di Indonesia. Nilai transaksi e- commerce pada tahun

2013 paling tidak sudah menggapai Rp 94, 5 triliun lewat hasil survei yang dicoba

serta bisa diprediksi hendak hadapi kenaikan yang signifikan sebanyak 3 kali lipat

jadi Rp 295 triliun pada tahun 2016 yang kemudian Setiawan (2014) dalam riset

Fischer& Jasny (2017).

Bagi survei iDEA, Google Indonesia, serta TNS nampak kalau dari 1. 300

responden, sebanyak 78 persen konsumen berkata kalau mereka sempat membeli

produk mode secara online Setiawan (2014). Brand and Marketing Institute (BMI)

pada tahun 2014 melaksanakan survei di 10 kota besar di Indonesia ialah terhadap

1. 213 responden. Hasil survei menampilkan transaksi online produk baju sebesar

41 persen, serta transaksi online produk pernak- pernik sebesar 40 persen. BMI

pula memberi tahu kalau aspek demografi sangat pengaruhi pergantian serta

Kerutinan berbelanja dengan metode online, spesialnya pada perempuan yang

dikenal 53 persen serta pria sebanyak 47 persen Trinanda Agustina, Sapta

Ningrum, Mahalul Azam (2019).


Aktivitas belanja online di Indonesia terus menjadi gempar semenjak

pandemi Covid- 19 baik laki- laki ataupun perempuan Indonesia mempunyai

Kerutinan belanja online yang berbeda. Hasil studi Kredivo serta Katadata Insight

Center (KIC) pada tahun 2019 menampilkan terdapatnya kenaikan jumlah rata-

rata transaksi e- commerce tiap bulannya hadapi kenaikan sebanyak 22 persen.

Hasil studi tersebut pula menampilkan, kalau frekuensi perempuan melaksanakan

transaks belanja online lebih besar 26 kali pertahunnya dibanding dengan

frekuensi belanja online pada laki- laki. Transaksi yang banyak dicoba pada

perempuan merupakan buat produk baju jadi serta pernak- pernik.

Konsumen perempuan rentang umur 18- 60 tahun lebih menggemari

pembelian produk mode Palma (2016) dalam riset Sangadah& Kartawidjaja

(2020). Perihal ini sejalan dengan survei Platform Big Commerce yang

melaporkan generasi X lebih menggemari kegiatan belanja online sebesar 67

persen dibanding dengan generasi baby boomers sebanyak 41 persen. Bermacam

aspek yang bisa pengaruhi terdapatnya seorang melaksanakan kegiatan belanja

online semacam aspek sosial serta aspek dari dalam diri orang. Salah satu riset

memberi tahu kalau aspek keyakinan orang terhadap sesuatu produk mendesak

seorang mau membeli kembali produk tersebut Trisna, Suroso& Kumorohadi

(2012) dalam riset Dezianti& Hidayati (2021).

Kemauan buat membeli ialah bawah hasrat seorang buat komsumsi,

memakai, serta menunjukkan benda ataupun jasa yang digunakan. Berbelanja

dikira selaku metode buat menampilkan status sosial, harga diri, serta up to date

terhadap produk mode. Fenomena yang kerap ditemui dikala ini kala perempuan
berbelanja sesuatu benda sebab didasarkan kemauan bukan kebutuhan, perihal ini

diisyarati dengan pembelian benda tanpa pertimbangan serta dicoba secara

otomatis cuma buat konformitas sahabatnya Febrianty (2016). Komentar yang

lain, semacam riset oleh (Dona, 2012) dalam riset Amalia (2018) menarangkan

kalau mayoritas perempuan melaksanakan kegiatan berbelanja dengan tujuan buat

memperoleh pergantian serta penuhi obsesi individu.

Tidak hanya itu pula, sikap belanja pada perempuan dengan sistem online

pula dipengaruhi oleh aspek psikologis individu baik dari motivasi, perilaku,

ataupun anggapan Adilang, Oroh, & amp; Moniharapon (2014) dalam riset

Nainggolan& Anano (2019) pengalaman, ekspektasi, kebutuhan dikala itu

serta nilai- nilai yang dianut ialah aspek yang pengaruhi anggapan warga dalam

kegiatan belanja online (Mawey, 2013) dalam riset Hasibuan& Rambe

(2020). Kebutuhan berbelanja secara efisien serta efektif dan menggunakan

pertumbuhan teknologi mendesak warga lebih memilah belanja secara online.

Sejalan dengan statment diatas riset menarangkan berbelanja online dipersepsikan

selaku sesuatu aktivitas yang mengasyikkan oleh warga yang telah sempat

melaksanakan kegiatan belanja online sebab dirasa itu instan.

Konsumen hendak merasa bahagia berbelanja kala merasakan kenyamanan

dikala diberikan pelayanan serta data tentang produk yang di informasikan dengan

baik oleh produsen. Perihal itu bisa terjalin sebab terdapatnya kemudahan serta

kenyamanannya konsumen dalam mengakses aplikasi e- commerce pula dikira

selaku salah satu pertimbangan dalam berbelanja online. Riset Hasibuan serta

Rambe (2020) dalam riset Kinerja et angkatan laut(AL)., (2022) berkata kalau
keputusan membeli produk secara online dipengaruhi oleh kemudahan transaksi

yang diberikan oleh produsen. Aplikasi yang susah diakses, alur transaksi yang

tidak jelas, tidak membagikan data tentang perinci benda cocok dengan kemauan

konsumen, serta tidak efektif secara waktu, bisa pengaruhi atensi konsumen buat

berbelanja secara online Faradila& Soesanto (2016) Anggapan yang kurang

baik dari konsumen secara signifikan mempengaruhi negatif terhadap hasrat

membeli. Tidak hanya itu, anggapan tentang harga produk pula jadi alibi lain

konsumen melaksanakan pertimbangan buat berbelanja online.

Orientasi belanja online tiap orang ditunjukkan lewat kegiatan, opini serta

atensi atensi orang dalam melaksanakan kegiatan belanja online Nusarika&

Purnami (2015) dalam riset Widiartini& Yasa (2017). Hasil survei yang

dicoba terhadap 20 responden oleh Martinayanti& Setiawan, (2016)

menampilkan kalau 18 dari 20 responden menampilkan keyakinan ialah pondasi

reponden dalam kurangi anggapan resiko kala memutuskan hasrat membeli.

Anggapan konsumen terhadap resiko hendak ketidakpastian pula

pengaruhi hasrat beli konsumen terhadap sesuatu benda ataupun jasa. Kegiatan

belanja online tidak luput dari resiko semacam keterlambatan pengiriman, benda

yang tidak cocok dengan ekspektasi, serta easy return policy. Apalagi konsumen

masih mengalami hadapi keraguan terhadap authentic produk dari sebagian e-

commerce semacam Shopee, Tokopedia, serta Lazada. Resiko hendak senantiasa

terdapat dalam tiap pengambilan keputusan, terlebih keputusan buat membeli

suatu produk ataupun jasa. Hasrat beli konsumen terkadang jadi menyusut kala
dinilai lebih banyak efek yang didapatkan, dari pada keuntungan yang mereka

peroleh.

Bersumber pada dari fenomena yang sudah dijabarkan oleh penulis,

hingga penulis mau melaksanakan riset lebih lanjut terpaut“ Ikatan Antara

Anggapan Efek Belanja Online dengan Hasrat Membeli Produk Mode Pada

Perempuan”

1. 2 Rumusan Masalah

Cocok dengan latar balik yang sudah dijabarkan, hingga rumusan

permasalahan dalam riset ini merupakan apakah ada ikatan antara anggapan resiko

belanja online serta atensi membeli produk mode pada perempuan?

1. 3 Tujuan Penelitian

Ada pula tujuan dari riset ini merupakan menarangkan ikatan antara

anggapan efek berbelanja online serta atensi membeli produk mode pada

perempuan.

1. 4 Manfaat Penelitian

Ada pula riset ini menarangkan 2 khasiat yang terdiri dari khasiat teoritis

serta khasiat praktitis, uraian tersebut ialah

1. 4. 1 Manfaat Teoritis

Dengan dicoba peneltian ini diharapkan bisa membagikan sumbangsih

pemikiran serta data dan ilmu pengetahuan spesialnya dibidang Psikologi

Konsumen. Dan jadi rujukan untuk para periset lain yang tertarik buat

mempelajari tentang anggapan efek belanja online.


1. 4. 2 Manfaat Praktis

Hasil dari riset ini diharapkan bisa membagikan khasiat serta berikan data

dan penilaian untuk para konsumen tentang bermacam efek yang terdapat dalam

dunia berbelanja online serta selaku bahan penilaian buat pelakon penjual online,

tentang resiko yang terdapat sehingga bisa membuat strategi pengurangan efek

serta tingkatkan hasrat beli konsumen belanja online spesialnya produk mode.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Anggapan ialah aspek psikologis manusia yang digunakan kala merespon

bermacam aspek serta indikasi, penerimaan rangsangan yang masuk keotak bisa

diberlakukan transisis jadi sesuatu pemikiran yang menciptakan ilham serta

komentar bagi King orang yang mempunyai anggapan yang baik bisa menguasai

bermacam data sensoris yang diterimanya, begitupula dengan data yang diterima

diawali dari reaksi sensorik yang setelah itu bersinambung buat memaknai serta

mengartikan infromasi tersebut dalam wujud emosi serta sikap. mereka yang

mempunyai anggapan efek dalam memutuskan suatu semacam belanja online

banyak memilik pengertian subjektifitas terhadap mungkin suatu perihal yang

sifatnya lebih khusus.

Penafsiran anggapan dari kamus psikologi merupakan berasal dari bahasa

Inggris, perception yang didefinisikan selaku anggapan, yang berarti menerima

ataupun mengambil. Anggapan ialah salah satu aspek psikologis yang berarti

untuk manusia dalam merespon kedatangan bermacam aspek serta indikasi di

sekitarnya. Sebagian pakar sudah membagikan definisi yang bermacam- macam

tentang anggapan, meski pada prinsipnya memiliki arti yang sama.

Sedangkan itu bagi Kamus Besar Bahasa Indonesia anggapan merupakan

asumsi( penerimaan) langsung dari suatu. Proses seorang mengenali sebagian

perihal lewat panca inderanya.


Anggapan ialah reaksi seorang kala menerima rangsangan yang masuk ke

otak sehingga reaksi tersebut berganti jadi pemikiran yang menciptakan ilham

ataupun komentar. Seorang yang menerima sesuatu rangsangan bagi definisi King

(2014) anggapan ialah metode dalam menyusun dan menguasai data sensoris yang

bermakna. Bagi komentar Demuth (2013) dalam riset Vernanda& Rahayu

(2016) anggapan didasari pada volume data input sensorik yang kita proses lebih

lanjut lewat mengatakan serta menarangkan data yang ada. Bagi teori

konstruktivisme, anggapan ataupun perception ialah proses yang sangat aktif

mengaitkan penilaian, interpretasi, serta organisasi. Anggapan merupakan produk

akhir dari interaksi antara stimulus serta hipotesis internal, harapan, serta

pengetahuan pengamat (observer).

Bagi Handayani (2013) dalam riset Dalegi et angkatan laut(AL). (2019)

anggapan merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan ataupun data

dalam otak manusia secara terus menerus mengadakan ikatan dengan

lingkungannya lewat indranya, ialah indra penglihatan, rungu, peraba, perasa serta

penciuman. Salah satu alibi kenapa anggapan demikian berarti dalam perihal

menafsirkan kondisi sekitar kita merupakan kalau kita masing masing

mempersepsi, namun mempersepsi secara berbeda, apa yang diartikan dengan

suatu suasana sempurna.

Anggapan ialah suatu proses yang nyaris bertabiat otomatik serta dia

bekerja dengan metode yang nyaris seragam pada masing masing orang, namun

sekalipun demikian secara tipikal menciptakan persepsi- persepsi yang berbeda-

beda. Penafsiran anggapan bagi Handayani (2013) dalam riset Sahafaruddin


(2013) melaporkan anggapan merupakan proses yang menyangkut masuknya

pesan serta data di dalam otak manusia. Data serta pesan yang diterima tersebut

timbul dalam wujud stimulus yang memicu otak buat mencerna lebih lanjut yang

setelah itu pengaruhi seorang dalam berperilaku.

Komentar seorang dalam memilah suatu rangsangan yang diberikan oleh

seorang, bisa di bedakan dan di pilah supaya reaksi yag diberikan cocok dengan

rangsangan yang diberikan. Perihal ini pula didukung oleh komentar Dokter.

Vladimir (1967) dalam riset Saleh (2018) anggapan ialah sesuatu proses yang

didahului oleh proses penginderaan, ialah ialah proses diterimanya stimulus oleh

orang lewat perlengkapan indra ataupun pula diucap proses sensoris. Tetapi proses

itu tidak menyudahi begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan serta

proses berikutnya ialah proses anggapan.

Efek belanja merupakan parameter relevansi situasional kalau ada

ketidakpastian tentang hasil dari transaksi berbelanja online serta hasil bergantung

pada aksi vendor internet, yang mana tidak bisa langsung berjumpa serta

mengendalikan konsumen. bisa disimpulkan kalau efek merupakan suatu yang

memiliki mungkin kerugian serta pula ketidakpastian. Perihal ini didukung

komentar Alizamar (2016) dalam riset Gunawan et angkatan laut(AL).

(2017) anggapan ialah keahlian manusia buat membedakan, mengelompokkan

setelah itu, memfokuskan benak kepada sesuatu perihal serta buat

menginterpretasikannya.
Kala anggapan resiko besar hingga konsumen hendak berfikir apakah

hendak menjauhi pembelian serta pemakaian ataupun meminimumkan resiko

lewat pencarian serta penilaian alternatif yang lain. Bagi Schiffman& Kanuk

(2010) dalam riset Utami (2020) mendefinisikan anggapan resiko selaku

ketidakpastian yang dialami para konsumen bila mereka tidak bisa meramalkan

konsekuensi keputusan pembellian mereka.

Bagi Rosyidah (2013) dalam riset Martinayanti& Setiawan (2016)

melaporkan kalau anggapan resiko belanja merupakan evaluasi seorang pada

suasana berisiko, dimana evaluasi tersebut sangat bergantung pada kepribadian

psikologis serta kondisi orang tersebut. Anggapan kalau sesuatu pembelian

berisiko menjadikan konsumen melaksanakan kegiatan pencarian data bonus.

Terus menjadi besar anggapan konsumen terhadap resiko hendak terus menjadi

besar pula kecendrungan konsumen buat melaksanakan pencarian data bonus

menimpa sesuatu produk.

Bersumber pada sebagian penafsiran menimpa anggapan dari sebagian

pakar diatas hingga bisa disimpulkan kalau anggapan merupakan

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diindera seorang

sehingga ialah suatu yang berarti, serta ialah reaksi dalam diri orang.

2. 1. 2 Persepsi Efek Belanja Online

Penafsiran Anggapan efek merupakan anggapan atas ketidakpastian serta

konsekuensi yang hendak dialami sehabis melaksanakan kegiatan tertentu

(Hsu& Chiu, 2004) dalam riset Lusiana (2015). Anggapan efek ialah sesuatu
pemikiran tentang ketidakpastian serta konsekuensi yang tidak di idamkan dalam

melaksanakan sesuatu aktivitas. Perihal ini didukung oleh komentar Shiffman

serta Kanuk (2000) dalam riset Mantan et angkatan laut(AL). (2012) kalau

anggapan efek ketidakpastian tiap konsumen kala mereka tidak bisa menduga efek

yang mereka bisa kala membagikan keputusan pada tiap pembelian yang di jalani.

Berbelanja kebutuhan sering sekali dicoba, tetapi berbelanja dengan kelewatan

serta tidak cocok dengan yang direncakan mempunyai akibat positif serta negatif

pada anggapan diri.

Anggapan efek digunakan selaku sesuatu pengganti efek sebab sukar buat

menangkap efek selaku sesuatu sasaran yang tentu. Bagi Sjoberg, Lenmart, Moen

serta Rundmo (2004) dalam penelitia Harahap (2018) anggapan efek ialah

diagnosis subyektif menimpa probabilitas jenis yang menspesifikkan musibah

yang terjalin serta gimana kekuatiran hendak konsekuensi yang ditimbulkan.

Sangadji (2013) dalam riset Paspuel, Hernández, Morales,& Gudiño,

(2021) kalau anggapan efek ialah komponen pola fikir seorang mepengaruhi

keputusan pembelian. Ada pula alibi berarti kenapa konsumen tidak membeli

produk secara online merupakan permasalahan keamanan belanja online serta

pribadi data individu. Kala seorang melaksanakan pembelian secara online dalam

sesuatu aplikasi semacam Shopee, Lazada, Tokopedia serta yang lain, seorang

dimintai mengisi informasi diri sampai gambar KTP yang membuat seorang tidak

percaya dalam membagikan bukti diri serta tidak melaksanakan belanja online.
Anggapan efek mencangkup penilaian mungkin atas konsekuensi dari

akibat yang negatif. Terdapat 3 tipe resiko yang dialami dalam belanja online:

resiko keuangan, resiko produk serta resiko kenyamanan Forsythe, Liu,

Shannon,& Gardner (2006) dalam riset Prasetyani et angkatan laut(AL).

( 2019) Sedangkan itu, resiko keuangan merupakan kerugian bersih yang

dirasakan oleh konsumen ditunjukkan dari ketidakamanan.

Resiko produk berhubungan dengan yang diharapkan di masa depan non-

kinerja produk semacam dalam permasalahan pembelian online, konsumen tidak

bisa langsung mengecek produk sedangkan membuat opsi) ataupun keterlambatan

yang dialami dalam pengiriman aktual. Resiko kenyamanan meliputi dialami

ketidaknyamanan pembeli sedangkan menempatkan pesanan online, semacam,

komplikasi teknologi yang dialami.

Bagi Lui, Kit, Jamieson, serta Rodge (2003) dalam riset Rosalia&

Ellyawati (2019) melaporkan tingkatan efek dalam berbelanja secara online

bergantung pada anggapan konsumen dalam memperkirakan besar rendahnya efek

yang dirasakan kala memakai internet buat berbelanja.

Bagi Nitisusatro (2013) dalam riset Nurhalim (2021) pengetahuan tentang

anggapan efek( perceived risk) dipecah jadi 8 efek seperti:

a) Efek fungsional (function risk): efek tentang guna berkaitan dengan

akibat negatif yang hendak mencuat apabila konsumen mengenali serta menguasai

kalau produk yang hendak dibeli tersebut menggandung beberapa keburukan

apabila dibeli serta disantap.


b) Efek keuangan (financial risk): berkaitan dengan rasa kekhawatiran

hendak mengalami kesusahan dalam perihal dana.

c) Efek raga (physica risk): berkaitan dengan akibat negatif yang hendak

dirasakan apabila konsumen membeli serta komsumsi benda.

d) Efek psikologis (psychology risk): terpaut dengan terbentuknya akibat

negatif hendak menempel pada dirinya apabila dia membeli serta komsumsi benda

tersebut.

e) Efek social (social risk): terpaut dengandampak negatif yang tiba dari

area apabila dia membeli serta komsumsi benda tersebut.

f) Efek waktu (time risk): membeli suatu motor ataupun suatu mobil yang

sangat tua memiliki efek hilangnya waktu.

gram) Efek hilangnya peluang (opportunity risk): berkaitan dengan

peluang buat mendapatkan hal- hal yang berguna untuk konsumen apabila tidak

melaksanakan sesuatu perihal.

h) Efek moral (morale risk): efek ini terpaut dengan sanksi moral ataupun

sanksi sosial warga yang lain yang hendak diterima apabila andaikata mengambil

keputusan buat membeli produk benda serta ataupun jasa yang akibatnya

memunculkan keadaan yang negatif.

Bagi Suresh (2011) dalam riset 宗 成 庆 , n. d. (2018) penanda evaluasi

variabel anggapan efek meliputi (a) Efek produk mengacu pada ketidakpastian

kalau produk yang dibeli hendak cocok dengan yang diharapkan.; (b) Efek
transaksi merupakan ketidakpastian yang hendak berdampak merugikan

konsumen dalam proses transaksi. Efek Psikologis merupakan ketakutan-

ketakutan yang bisa jadi terjalin sepanjang pembelian ataupun sehabis pembelian.

Tingkatan resiko yang dialami oleh konsumen pula dipengaruhi oleh situasi

belanja, seperti took tradisional, katalog, melalui pesan penawaran secara

langsung, serta secara online (Schiffman& Kanuk, 2010). Berkaitan dengan

situasi belanja, (Naiyi, 2004) dalam riset Bulan& Azmi (2020) secara spesial

mengatakan 7 ukuran anggapan resiko dalam berbelanja online. Dimensi- dimensi

anggapan resiko berbelanja online tersebut, ialah:

a) Resiko yang Bersumber dari Penjual. Resiko ini berkaitan dengan reliabilitas

penjual serta pelayanan sehabis pembelian dari penjual Naiyi (2004). Reliabilitas

penjual berkaitan dengan keandalan penjual, semacam terdapatnya pemberian

garansi ataupun penukaran produk dari penjual bila produk tidak cocok dengan

harapan.

b) Resiko Pengiriman Produk. Anggapan resiko konsumen yang berkaitan dengan

pengiriman produk, ialah meliputi kehabisan ataupun kehancuran benda yang bisa

jadi terjalin kala proses pengiriman produk. Resiko lain yang bisa jadi dialami

adalah adanya kemungkinan kesalahan alamat dalam pengiriman produk (Naiyi,

2004).

a) Resiko Finansial

Resiko finansial ialah resiko yang dialami oleh konsumen yang berkaitan

dengan kerugian keuangan dikala berbelanja online. Perihal ini terpaut dengan
terdapatnya diskon yang lebih kecil dalam berbelanja online dibanding dengan

berbelanja di toko langsung. Tidak hanya itu, konsumen pula butuh menghasilkan

bayaran bonus yang digunakan buat bayaran pengiriman barang (ongkos kirim)

dan biaya buat melakukan pembayaran dalam berbelanja online (Naiyi, 2004).

b) Resiko Kerugian sebab Proses serta Waktu Pembelian

Kerugian tersebut berkaitan dengan kesulitan serta ketidaknyamanan

konsumen dalam berbelanja online (Naiyi, 2004). Kesusahan serta ketidaknyaman

konsumen dalam mengakses toko online berdampak pada waktu yang digunakan

terus menjadi lama.

c) Resiko Kinerja Produk

Anggapan resiko konsumen yang berkaitan dengan kinerja produk,

meliputi mutu produk serta kepalsuan ataupun ketidaksesuaian produk yang

ditawarkan dengan produk yang diterima oleh konsumen online (Naiyi, 2004).

d) Resiko Privasi

Risiko ini berkaitan dengan keamanan informasi individu konsumen,

meliputi alamat rumah konsumen, alamat e- mail, no telepon, serta no credit card

ataupun debit card (Naiyi, 2004).

e) Resiko Data dari Penjual

Resiko ini berkaitan dengan data yang di informasikan oleh penjual online

menimpa penjual serta produk yang dijual (Naiyi, 2004).


Teori anggapan resiko yang diacu oleh periset merupakan teori dari

(Naiyi, 2004), sebab dimensi- dimensi tersebut dikira lebih relevan dengan

fenomena pengalaman resiko yang dirasakan oleh konsumen dalam berbelanja

online. Dengan demikian, bisa disimpulkan kalau anggapan resiko dalam

berbelanja online mempunyai 7 ukuran, ialah resiko yang bersumber dari penjual,

resiko pengiriman produk, resiko finansial, serta resiko kinerja produk, resiko

kerugian sebab proses serta waktu pembelian, resiko pribadi serta resiko data dari

penjual. bila penjual tidak membagikan garansi ataupun penukaran benda apabila

produk yang dibeli tidak cocok dengan yang diharapkan (Naiyi, 2004). Bersumber

pada penjelasan diatas bisa disimpulkan kalau anggapan efek merupakan dimensi

lebih dahulu khasiat yang dialami serta kemudahan pemakaian yang dialami saat

sebelum membeli produk ataupun jasa yang dinilai dari sebagian variabel seperi

efek produk, efek transaksi serta efek psikologis.

2. 1. 3 Aspek- Aspek Anggapan Resiko

Ada pula aspek- aspek anggapan efek bagi Schiffman& Kanuk

(2000) dalam riset Utami (2020) menarangkan kalau terdapat 6 (enam) aspek bisa

dipaparkan semacam anggapan efek belanja online ini bisa diukur pada orang

dengan memandang resiko finansial ialah kerugian yang di tanggu pembeli secara

finansial kala melaksanakan transaki bisnis setelah itu resiko keuangan, dalam

perihal ini orang mengambil konsekuensi dari pembelian produk dengan

memikirkan ketersediaan keuangan. Tidak hanya itu pula dilihat dari resiko sosial

media kalau pembelian sesuatu produk dipengaruhi popularitas produk tersebut,

begitu pula dengan resiko performan dari produk tersebut, serta kapan mereka
dapat membelikan evaluasi semacam leluasa ongkir serta potongan harga, tidak

cuma itu resiko raga ialah keamanan produk yang mereka terima dari penjual,

resiko psikologis seberapa besar citra diri dalam memakai produk tersebut.

Perihal– perihal tersebut yang bisa pengaruhi serta mengganti atensi membeli

seorang.

Bersumber pada urain diatas hingga bisa disimpulkan kalau anggapan

dipengaruhi oleh sebagian aspek ialah resiko finansial, resiko sosial, resiko

kinerja, resiko waktu, resiko raga, serta resiko psikologis yang dimana dari aspek

ini menarangkan ikatan anggapan resiko tiap konsumenya.

2. 1. 4 Faktor- faktor yang pengaruhi Persepsi

Ada pula faktor- faktor yang pengaruhi atensi membeli spesial nya fasion

pada perempuan bisa dipaparkan dalam 2 (dua) aspek dalam riset

Schiffman& Kanuk (2000) yang bisa dijelasan semacam Jenis Produk kala

konsumen hadapi kenaikan resiko berbeda tiap produknya, dimana konsumen

merasa kalau benda yang mempunyai nilai besar tingkatkan resiko yang lebih

besar, serta benda yang dilihat mempunyai nilai rendah hingga tingkatan resiko

benda tersebut rendah. Budaya kala benda disetiap negeri mempunyai nilai serta

kepribadian yang beragam baik dari konsumennya ataupun budayanya.

Bersumber pada urain diatas hingga bisa disimpulkan kalau anggapan

dipengaruhi oleh sebagian aspek semacam kateori produk serta budaya yang

menyebabkan beragamnya kepribadian serta budaya dari tiap konsumennya

2. 2 Minat Membeli
2. 2. 1 Pengertian Atensi Membeli

Kala berbelanja seorang mempunyai kriteria yang berbeda, terdapat yang

membeli cocok kebutuhan serta terdapat pula membeli sebab energi tarik benda

tersebut sehingga seorang kurang ingat kalau benda tersebut tidak sangat di

perlukan. Perihal ini didukung oleh komentar Hasan (2014) dalam riset Rachman

et angkatan laut(AL). (2015) atensi membeli kala seseorang konsumen membeli

produk tertentu dan banyaknya produk yang dibutuhkan pada waktu tertentu.

Atensi membeli secara online mempengaruhi pada pergantian teknologi,

kala seorang berfikir berbelanja online ialah metode termudah dalam berbelanja,

hingga seorang cuma butuh mendownload aplikasi belanja online yang lagi

gempar dikala ini semacam Shopee, Lazada, Tokopedia, serta yang lain. Perihal

ini didukung oleh komentar Oppenheim& Ward (2006) dalam penelitian

Nusarika& Purnami (2015) melaporkan uraian utama seorang

melaksanakan belanja online ialah kenyamanan serta harga. Atensi membeli ialah

instruksi diri konsumen buat melaksanakan pembelian atas sesuatu produk, kala

melaksanakan perencanaan dan mengambil tindakan- tindakan yang relevan

semacam memilah serta kesimpulannya mengambil keputusan buat melaksanakan

pembelian, perihal ini didukung oleh komentar Rossiter (1997) dalam riset

(Luis& Moncayo n. d.). Membeli secara langsung serta secara online

mempunyai akibat positif serta negatif, kala seorang berbelanja online seorang

memperoleh harga murah tetapi cuma bisa memandang mutu lewat uraian serta
tidak memandang secara langsung, sebaliknya membeli secara langsung meski

harga diskonan tetapi seorang dapat langsung mengenali mutu benda tersebut.

Bagi komentar Philip (2005) dalam riset Rachman et angkatan laut (AL).

(2015) atensi membeli suatu yang mencuat sehabis menerima rangsangan dari

produk yang dilihatnya, dari situ mencuat ketertarikan buat membeli supaya bisa

memilikinya. Atensi beli konsumen hendak mencuat dengan sendirinya bila

konsumen telah merasa tertarik ataupun membagikan reaksi yang positif terhadap

apa yang ditawarkan oleh sang penjual. Atensi beli ialah bagian dari komponen

sikap dalam perilaku komsumsi.

Atensi membeli ialah bagian dari komponen sikap konsumen dalam

perilaku komsumsi, kecenderungan responden buat berperan saat sebelum

keputusan membeli betul- betul dilaksanakan perihal ini didukung oleh komentar

Husai (2015) dalam riset Vernanda Rahayu (2016). Kala membeli sesuatu benda

kita disarankan buat membeli cocok kebutuhan serta bukan cuma ketertarika

sesaat saja, kita butuh memikirkan terlebih dulu guna serta khasiat benda yang

hendak kita bel, sehingga benda itu terkesan mempunyai guna serta di gunakan.

Bersumber pada sebagian penafsiran diatas hingga bisa disimpulkan kalau

atensi merupakan perpaduan antara kemauan serta keinginan yang bisa tumbuh

serta atensi pula dipengaruhi pada diri sendiri serta dari luar (area).

2. 2. 2 Aspek- Apek Atensi Membeli

Ada pula atensi membeli mempunyai 4 aspek perihal ini di kemukakan

oleh Ferdinand (2006) dalam riset Yusnidar et angkatan laut(AL).( 2014) ialah:
a. Atensi transaksional, ialah kecenderungan seorang buat membeli produk

b. Atensi referensial, ialah kecenderungan seorang buat mereferensikan

produk kepada orang lain.

c. Atensi preferensial, ialah atensi yang menggambarkan sikap seorang

yang mempunyai preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini cuma bisa

ditukar bila terjalin suatu dengan produk preferensinya

d. Atensi eksploratif, atensi ini menggambarkan sikap seorang yang

senantiasa mencari data menimpa produk yang diminatinya serta mencari data

buat menunjang sifat- sifat positif dari produk tersebut.

Bersumber pada hasil uraian diatas, bisa disimpulkan kalau aspek atensi

membeli dibagi antara atensi transaksional, atensi referensial, atensi prefensial,

serta atensi eksporatif yang menggabarkan sikap belanja konsumen.

2. 2. 3 Faktor- Aspek yang Pengaruhi Atensi Membeli

Ada pula atensi membeli dipengaruhi oleh sebagian aspek bersumber pada

komentar kloter (2005) yang pula digunakan Nabilah et angkatan laut(AL) .(2019)

ialah:

a) Perilaku orang lain menarangkan kalau konsumen lebih mencermati

evaluasi orang lain sehingga konsumen termotivasi menuruti kemauan oranglain.

b) Aspek suasana yang terantisipasi menarangkan kalau keputusan

konsumen terhadap benda yang hendak dibeli, apakah consume aka membeli
benda tersebut ataupun tidak, serta pula keyakinan diri konsumen dalam

memutuskan benda mana yang hendak dibeli.

Bersumber pada uraian diatas, dapatdisimpulkan kalau aspek yang

pengaruhi atensi membeli ialah perilaku orang lain serta aspek suasana yang

terantisipasi pada konsumen

2. 2. 4 Sifat serta Kepribadian Spesial Minat

Ada pula Atensi mempunyai watak serta kepribadian spesial dibagi atas 4(

4) bagian seperti

1) Atensi bertabiat individu( individual), terdapat perbandingan antara

atensi seorang dengan orang lain, semacam seorang yang melaksanakan kegiatan

belanja online dengan memandang rating toko maupun yang cuma memandang

model produk mode.

2) Atensi memunculkan dampak diskriminatif ialah rencana konsumen

buat membeli produk tertentu dan berapa banyak unit produk yang diperlukan

pada periode tertentu.

3) Erat hubungannya dengan motivasi, pengaruhi serta dipengaruhi

motivasi. Ciri serta proses pengambilan keputusan pembeli menciptakan

keputusan pembelian tertentu

4) Atensi ialah suatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir serta bisa

berganti bergantung pada kebutuhan, pengalaman, serta fashion, semacam seorang


konsumen menekuni metode berbelanja online buat kurangi tingkatan efek dalam

berbelanja online.

Dari uraian diatas bisa disimpulkan kalau watak serta ciri atensi ialah

atensi bertabiat individu, atensi memunculkan perilaku distriminatif, berhubungan

erat dengan motivasi serta atensi ialah suatu yang di pelajari bukan bawaan.

2. 3 Dinamika Psikologis Ikatan antara Anggapan Efek dengan Atensi Membeli

Produk Mode pada Wanita

Kalau anggapan efek pada konsumen spesial perempuan memanglah

mempunyai tolak ukur dalam memastikan piihan, perihal ini diakibatkan risiko-

risiko masing- masing aspeknya dikala mereka yang membeli ataupun pelanggan

fasion secara online ataupun kerap diucap shopaholic mempunyai identitas cuma

membeli sebab sekedr kemauan, mempunyai aneka warna yang lengkap perihal

ini diakibatkan harga benda online lebih murah, membeli lebih banyak dari yang

diperlukan, mempunyai kartu kredit lebih dari satu semangat dikala memandang

diskon, kerap berjanji buat menabung, serta tidak sering memakai benda online

yang di beli, serta sring merasa tidak puas dengan benda yang dibeli, pemasukan

sendiri membayar produk sendiri dengan leluasa.

Alibi yang jadi produk pula sebab ikatan sosial semacam pertemanan style

hidup, style sosial, rata- rata perempuan yang mempunyai keahlian berani

mengambil efek dalam pembelian mereka yang mempunyai style tertentu

semacam lebih modis, mendukung pekerjaan performance, hasrat seorang

membeli online hasrat menunggu, kala benda tersebut mempunyai batasan lebih
dari 3 (tiga) hari sampai hingga di tempat, serta itu membuat hasrat penasaran

seorang lebih besar serta perasaan bahagia serta bersemangat dikala benda telah

hingga.

Bagi Yusnidar et angkatan laut (AL). (2014) orang yang berani mengambil

efek sebab kecenderungan seorang buat membeli produk ialah mereferensikan

produk kepada orang lain, sikap seorang yang senantiasa mencari data menimpa

produk yang diminati.

Perihal ini jadi patokan kepada seseorang perempuan yang mempunyai

tingkatan fasion besar sehingga keantusiasannya dalam berbelanja online meski

mengenali efek yang hendak di terima dalam berbelanja online tidak cocok

ekspetasi, tetapi mereka senantiasa mempunyai atensi berbelanja online yang

besar dengan kehati- hatian dalam memandang rangking produk tersebut mauoun

komentas seorang yang telah melaksanakan maupun telah membeli produk

tersebut di kolom pendapat.

2. 4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sedangkan terhadap permasalahan yang

masih bertabiat praduga sebab masih wajib dibuktikan kebenarannya. Dugaan

jawaban tersebut ialah kebenaran yang sifatnya sedangkan, yang hendak diuji

kebenarannya dengan informasi yang dikumpulkan lewat riset. Ada pula hipotesis

riset ini merupakan ada ikatan antara anggapan efek berbelanja online serta atensi

membeli produk mode pada perempuan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Identifikasi Variabel

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang terdiri dari dua variabel

yaitu

a) Variabel Bebas (y) persepsi resiko berbelanja online

b) Variabel Terikat (x) minat membeli produk fashion

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran dari variabel berdasarkan

karakteristik yang diamati dari variabel tersebut.

A. Minat Membeli Produk Fashion

Atensi membeli secara online mempengaruhi pada pergantian teknologi,

kala seorang berfikir berbelanja online ialah metode termudah dalam berbelanja,

hingga seorang cuma butuh mendownload aplikasi belanja online yang lagi

gempar dikala ini semacam Shopee, Lazada, Toko Pedia, serta yang lain. Perihal

ini didukung oleh komentar Oppenheim& Ward (2006) Nusarika&

Purnami (2015) melaporkan uraian utama seorang melaksanakan belanja online

ialah kenyamanan serta harga. Dengan memakai aspek atensi transaksional, ialah

kecenderungan seorang buat membeli produk, atensi referensial ialah

kecenderungan seorang buat mereferensikan produk kepada orang lain, atensi

preferensial ialah atensi yang menggambarkan sikap seorang yang mempunyai

preferensi utama pada produk tersebut, atensi eksploratif, atensi ini

menggambarkan sikap seorang yang senantiasa mencari data menimpa produk


yang diminatinya serta mencari data buat menunjang sifat- sifat positif dari

produk tersebut

B. Persepsi Resiko

Bagi King orang yang mempunyai anggapan yang baik bisa menguasai

bermacam data sensoris yang diterimanya, begitupula dengan data yang diterima

diawali dari reaksi sensorik yang setelah itu bersinambung buat memaknai serta

mengartikan infromasi tersebut dalam wujud emosi serta sikap. Penafsiran

Anggapan efek merupakan anggapan atas ketidakpastian serta konsekuensi yang

hendak dialami sehabis melaksanakan kegiatan tertentu (Hsu& Chiu, 2004)

dalam riset Karpriana (2019). Resiko finansial ialah kerugian yang di tanggu

pembeli secara finansial kala melaksanakan transaki bisnis setelah itu efek

keuangan, dalam perihal ini orang mengambil konsekuensi dari pembelian produk

dengan memikirkan ketersediaan keuangan. Tidak hanya itu pula dilihat dari

resiko sosial media kalau pembelian sesuatu produk dipengaruhi popularitas

produk tersebut, begitu pula dengan resiko performan dari produk tersebut, serta

kapan mereka dapat membelikan evaluasi semacam leluasa ongkir serta potongan

harga, tidak cuma itu resiko raga ialah keamanan produk yang mereka terima dari

penjual, resiko psikologis seberapa besar citra diri dalam memakai produk

tersebut.

3.3 Subjek Penelitian

A. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi

dalam penelitian ini adalah wanita yang suka berbelanja online di Pekanbaru

dimana terdata jumlah penduduk perempuan di pekanbaru sebanyak 475.616

orang, dalam kategori usia 16-40 tahun sebanyak 215.302 jiwa.

Populasi Penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian seperti

berupa hewan, manusia, dan sebagainya, sehingga objek objek yang diuraikan

tersebut dapat menjadi sumber dari data penelitian (Bungin, 2010). Berdasarkan

uraian diatas maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita

yang berusia 16-40 tahun yang suka berbelanja online di pekanbaru.

B. Sampel

Sampel merupakan ketetapan semua individu dari contoh yang diambil,

dan karakteristik yang sama secara keseluruhan, Purwanto (2008). Adapun jumlah

populasi yang didapat dari jumlah populasi wanita di pekanbaru dengan

menggunakan probability sampling dengan menggunakan metode Snowbal.

Dimana Snowball Sampling atau pengambilan sampel rujukan berantai

merupakan teknik pengambilan sampel non-probabilitas di mana sampel memiliki

sifat yang jarang ditemukan. Metode Snowball Sampling banyak hal ini

disebabkan populasi tidak diketahui dan langka dan sulit untuk memilih subjek

untuk dikumpulkan sebagai sampel untuk penelitian.

Dalam Penelitian ini peneliti akan menggunakan sampel sebanyak 203

orang dengan kesalahan sebesar 5 persen. Berdasarkan karakteristik yang sesuai

dengan kriteria yang peneliti tentukan sesuai dengan tujuan yang dilakukan dalam

penelitian, . Berikut karakteristik subjek pada penelitian, yaitu


a. Wanita berusia 16-40 tahun

b. Suka berbelanja online

C. Teknik Sampling

Teknik sampling dapat didefinisikan sebagai cara untuk menentukan

jumlah sampel yang akan diteliti sesuai dengan ukuran sampel yang akan menjadi

sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran

populasi agar diperoleh sampel yang representative (Margono, 2004).

Teknik sampling merupakan teknik penelitian yang menggabungkan data

dari penelitian tertentu. Dalam penelitan ini teknik sampling yang digunakan

adalah Snowball yaitu Mengambil sejumlah kasus melalui hubungan keterkaitan

dari satu orang dengan orang yang lain atau satu kasus dengan kasus lain,

kemudian mencari hubungan selanjutnya melalui proses yang sama, dengan

seterusnya.

Snowball Sampling atau pengambilan sampel rujukan berantai

didefinisikan sebagai teknik pengambilan sampel non-probabilitas di mana sampel

memiliki sifat yang jarang ditemukan, subjek yang ada memberikan rujukan untuk

merekrut sampel yang diperlukan untuk studi penelitian. Adapun jumlah sampel

yang peneliti ambil dalam penelitian ini sebanyak 203 sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuisoner yang

terdiri terdiri dari dua skala yaitu skala minat membeli dan skala persepsi resiko,

adapun aspek yang digunakan dalam skala minat membeli ada 4 (empat) yaitu

Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.


Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk

kepada orang lain. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku

seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini

hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. Minat

eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari

informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk

mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. Total skala minat beli ada 28

item.

Tabel 3.1

Blue print minat beli Sebelum Try Out

Setelah melakukan uji coba yang dilakukan pada 53 wanita yang suka

berbelanja online, maka diperoleh nilai reliabilitas dengan melihat alpha sebesar

0,872. Kemudian peneliti melakukan seleksi aitem dengan menggunakan batas

nilai daya diskriminasi aitem ≥0,25. Apabila aitem memiliki nilai daya

diskriminasi kurang dari 0,25, maka aitem dinyatakan gugur. Setelah dilakukan

seleksi, aitem berubah menjadi 23 aitem dari 28 aitem, maka nilai reliabilitas

alpha naik menjadi 0,893. Terdapat 5 aitem yang dinyatakan gugur dari 28 aitem

yaitu, item nomor 4,6,7,8,14. Distribusi penyebaran aitem dapat dilihat pada table

3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Blue print minat beli Setelah Try Out

Sedangkan skala persepsi resiko memiliki 6 (enam) aspek yaitu risiko

finansial merupakan kerugian yang di tanggu pembeli secara finansial ketika


melakukan transaki bisnis kemudian resiko keuangan, dalam hal ini individu

mengambil konsekuensi dari pembelian produk dengan mempertimbangkan

ketersediaan keuangan. Selain itu juga dilihat dari risiko sosial media bahwa

pembelian suatu produk dipengaruhi popularitas produk tersebut, begitu pula

dengan risiko performan dari produk tersebut, dan kapan mereka bisa

membelikan penilaian seperti bebas ongkir dan potongan harga, tidak hanya itu

risiko fisik yaitu keamanan produk yang mereka terima dari penjual, risiko

psikologis seberapa tinggi citra diri dalam menggunakan produk tersebut. Total

skala persepsi resiko adalah 24 item.

Tabel 3.3

Blue Print Persepsi Resiko Sebelum Tryout

Setelah melakukan uji coba yang dilakukan pada 52 wanita yang suka

berbelanja online, maka diperoleh nilai reliabilitas dengan melihat alpha sebesar

0,704. Kemudian peneliti melakukan seleksi aitem dengan menggunakan batas

nilai daya diskriminasi aitem ≥0,25. Apabila aitem memiliki nilai daya

diskriminasi kurang dari 0.25, maka aitem dinyatakan gugur. Setelah dilakukan

seleksi, aitem berubah menjadi 15 aitem dari 24 aitem, maka nilai reliabilitas

alpha naik menjadi 0,832. Terdapat 8 aitem yang dinyatakan gugur dari 24 aitem

yaitu, item nomor 1,2,5,6,7,8,10,11,18. Distribusi penyebaran aitem dapat dilihat

pada table 3.4 berikut ini

Tabel 3.4

Blue Print Persepsi Resiko Setelah Tryout


3.5 Validitas dan Reliabilitas

A. Validitas

Validitas menunjukkan hasil yang sesuai dari suatu tes yang dilakukan

oleh seorang peneliti, sehingga mendapatkan hasil yang dapat dipahami oleh

peneliti maupun seseorang yang melihat penelitian tersebut, hal ini didukung oleh

pendapat Azwar (2014) dalam buku Purwanto (2015) bahwa validitas acuan pada

suatu skala, sejauh mana skala tersebut memiliki nilai yang akurat sesuai dengan

pengukurannya dan fungsinya.

Validitas merupakan karakteristik utama yang harus dimiliki dalam sebuah

skala. Alat ukur dapat dikatakan valid apabila aitem-aitem yang terdapat di dalam

alat ukur tersebut sejalan dengan konsep variabel yang dimaksud, artinya alat ukur

tersebut benar-benar mengukur sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan

serta suatu aitem memiliki daya beda yang dianggap memuaskan jika koefisien

determinasi minimal mencapai 0.3

Pada penelitian ini menggunakan validitas konten skala minat beli terdapat

23 aitem, skala persepsi resiko 15 aitem yang memiliki nilai R > R tabel, dengan

R tabel = 0,490

B. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkatan dalam menetukan hasil dari suatu tes,

sejauh mana hasil dari tes yang dilakukan oleh peneliti diakui dan tidak berubah-

ubah ketika dilakukan tes yang sama. Hal ini didukung oleh pendapat Sugiono
(2005) reliabilitas merupakan pengukuran yang hasil nya akurat dan konsisten dan

terpercaya.

Hasil uji coba skala yang menggunakan Cronbach’s Alpha menunjukkan

nilai reliabilitas pada minat beli α= 0.893 dan pada variabel persepi resiko α=

0.872, artinya skala yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.

3.6 Metode Analisis Data

Data yang didapat dalam penelitian ini akan dianalisa dengan

menggunakan teknik korelasi dari Pearson. Teknik ini digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua

variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih

tersebut adalah sama Sugiyono (2013) dan akan dihitung dengan menggunakan

SPSS (Statistical of Package for Social Science) versi 22.0 for windows.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1. Orientasi Kancah Penelitian

Tahap awal dalam penelitian ini adalah menentukan subjek yang akan di

teliti, peneliti juga mempersiapkan segala keperluan dalam melakukan

penelitannya. Peneliti menemukan subjek penelitian berdasarkan karateristik yang

telah ditentukan peneliti sebelumnya wanita yang suka berbelanja online. Subjek

yang peneliti teliti merupakan wanita yang berusia 16-40 tahun, dimana terdata

jumlah penduduk perempuan di pekanbaru sebanyak 475.616 orang, dalam

kategori usia 16-40 tahun sebanyak 215.302 jiwa.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah Snowball yaitu mengambil sejumlah kasus melalui hubungan keterkaitan

dari satu orang dengan orang yang lain atau satu kasus dengan kasus lain,

kemudian mencari hubungan selanjutnya melalui proses yang sama, dengan

seterusnya. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang suka

berbelanja.

1.2. Persiapan Penelitian

Adapun tahap awal dalam pelaksaan melakukan penelitian ini adalah

peneliti menentukan atau melist wanita mana saja yang menggunakan sosial

media untuk berbelanja, setelah itu peneliti meminta surat izin kepada fakultas

melalui SIAP UIR untuk memberikan kuisioner yang telah dibuat peneliti. Lalu

Surat dikeluarkan pada tanggal 14 Maret 2021 dengan nomor surat 499/E-UIR/27-

F.Psi/2022. Setelah subjek terkumpul peneliti menghubungi setiap wanitanya, dan


menyuruh mereka mengisi kuisioner melalui link google form yang telah peneliti

buat.

1.3. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur di tentukan dan diadaptasi lalu di revisi pembimbing,

maka dilakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret 2022,

dengan menyebarkan dan memberikan kuisioner kepada setiap wanita yang

menggunakan sosial media untuk berbelanja. Kuisioner yang di sebarkan setiap

hari ke grup whatshapp maupun instagram, adapun kuisioner yang disebarkan

merupakan persetujuan dari dosen pembimbing.

1.4. Analisis Data

Bagian ini menjelaskan hal yang terkait dengan hasil penelitian yang

dilakukan, baik itu analisis reliabilitas, validitas, diskriptif, asumsi dan uji

hipotesis.

A. Analisis Profil Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang suka berbelanja online di

Pekanbaru dimana terdata jumlah penduduk perempuan di pekanbaru sebanyak

475.616 orang, dalam kategori usia 16-40 tahun sebanyak 215.302 jiwa. Dalam

Penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 203 orang dengan

berdasarkan karakteristik yang sesuai dengan kriteria yang peneliti tentukan sesuai

dengan tujuan yang dilakukan dalam penelitian.

B. Analisis Validitas dan Reliabilitas


Pada penelitian ini dijelaskan hal-hal yang terkait dengan hasil penlitian

yang diteliti, mulai dari reliabilitas, validitas, deskriptif dan asumsi, hingga uji

hipotesis. Adapun proses pengumpulan data yang telah dilakukan terhadap dua

skala yaitu skala minat beli terdiri dari 4 aspek dengan 23 aitem, sedangkan

skala persepsi resiko terdiri dari 6 aspek dengan 15 aitem. Diperoleh reliabilitas

pada variabel minat beli adalah Cronbach α = 0,918 keseluruhn aitem minat beli

valid. Sementara itu, skala persepsi resiko memperoleh Cronbach α = 0,886 dan

aitem nomor 13 dinyatakan gugur.

C. Analisis Deskriptif Kategorisasi

Analisis penelitian yang dilakukan secara deskriptif diketahui bahwa

kedua skala menggunakan 4 respon jawaban, yang dilihat pada tabel 4.1

penjabaran data hipotetik dan data empirik minat beli dan persepsi resiko.

Tabel 4.1

Gambaran Hipotetik Dan Data Empirik

Skala Minat Beli Dan Skala Persepsi Resiko

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa data hipotetik nilai mean

pada skala minat beli yaitu 57,5 dengan standar deviasi 19,67, sedangkan nilai

rata-rata yang diperoleh untuk skala persepsi resiko yaitu 37,5 dengan standar

deviasi 12,5. Dapat dilihat data empirik yang di peroleh menggunakan SPSS.22

nilai rata-rata yang didapatkan pada skala minat beli yaitu 65 dan standar deviasi

8,67. Sedangkan nilai rata-rata pada skala persepsi resiko yaitu 43 dan data

deviasinya sebesar 5,67.


Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa skor minat beli dibuat

kategorisasi. Kategorisasi yang dilakukan bertujuan untuk mengelompokkan

bagian yang terpisah secara berjenjang menggunakan aspek yang diukur.

Pengelompokan ini dibuat berdasarkan tabel 4.1 adapun rumus kategorisasi pada

penelitian ini dapat dilhat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Rumus Kategorisasi

Berdasarkan tabel diatas, maka skala minat beli dan persepsi resiko dalam

penelitian ini terbagi menjadi lima (5) bagian kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah, sangat rendah.

Tabel 4.3

Kategori Skala Minat Beli

Berdasarkan kategorisasi pada skala minat beli pada tabel diatas

menunjukkan bahwa sebagian besar subjek pada penelitian ini memiliki skor

minat beli sangat rendah sebanyak 35,5 persen dengan 72 sampel, dan pada

kategori rendah terdapat 47 sampel dengan perentase 23,2, begitu juga dengan

kategori sedang memiliki 25,1 persentase dengan jumlah sampel sebanyak 51

orang, dan juga pada kategori tinggi sebanyak 23 orang dengan 11,3 persentase

dan di kategori sangat tinggi sebanyak 10 orang dengan jumlah persentase

sebanyak 4,9 persen. Selanjutnya kategorisasi skor untuk skala persepsi resiko

pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Kategorisasi Skala Persepsi Resiko


Berdasarkan kategorisasi pada skala persepsi resiko pada tabel diatas

menunjukkan bahwa mayoritas subjek pada penelitian diatas memiliki skor

persepsi resiko sangat rendah sebanyak 42.4 persen dengan jumlah sampel

sebanyak 86 orang, pada kategorisasi rendah dengan jumlah persentase 31.0

dengan sampel sebanyak 63 orang dengan pesentase 31.0, begitu juga dengan

kategori sedang dengan persentase sebanyak 17,2 persen dan jumlah sampel 35

orang, pada kategori sedang dengan persentase sebanyak 4.4 persen dan terakhir

pada kategori sangat tinggi dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang dan

persentase sebanyak 4.9 persen.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Adapun analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan mencari

data demografi yang di dapatkan dari keseluruhan sampel penelitian dapat dilihat

pada tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel. 4.5

Data Demografi Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa kategori rentang usia 16

– 20 tahun sebanyak 54 responden (26,5 persen). Pada rentang usia 21-25 tahun di

respon sebanyak 143 orang atau (70,5 persen), dan di kategori terakhir sebanyak 6

responden (3 persen) pada usia 26-30 tahun.

4.3 Hasil Analisis Uji Asumsi

A. Uji Normalitas
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan uji normalitas perlu

dilakukan dengan menggunakan one sample Kolmogrov-Smirnov Test (K-Sz)

dengan bantuan SPSS.22, hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6

Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Z

Hasil uji normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa skala minat beli

memperoleh nilai K-Sz = 0.00 p>0.05, sehingga dari analisis tersebut dapat

dinyatakan skala minat beli adalah tidak normal. Begitu pula dengan skala

persepsi resiko memperoleh nila K-Sz = 0.000, p>0.05, sehingga dari analisi

tersebut dapat dinyatakan skala persepsi resiko adalah tidak normal.

B. Uji Linearitas

Tujuan dilakukan uji liniearitas untuk melihat bentuk hubungan antara

variabel terikat. Uji linearitas terhadap variabel miat beli dengan persepsi resiko

pada wanita yang berusi 16-40 tahun apakah ada hubungan linear antara variabel

minat beli dan persepsi resiko. Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan secara

keseluruhan pada setiap variabel.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistic test for linearity

dengan tabel anova dengan melihat nilai signifikan p > 0,05 maka kedua variabel

dikatakan linear, dan sebaliknya serta melihat nilai signifikansi F linearity > 0,05

dengan bantuan aplikasi SPSS versi. 22 for windows. Berdasarkan hasil uji

linearitas, maka didapatkan hasil yang disajikan pada tabel 4.7 berkut.

Tabel 4.7

Uji Linearitas
Hasil Uji Linearitas menunjukkan bahwa diperoleh nilai deviation from

linearity Sig.adalah 0,962 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan linear secara signifikan antara variabel minat beli dengan variabel

persepsi resiko.

4.4 Hasil Analisis Hipotesis

Uji analisis berikutnya adalah untuk menjawab hipotesis penelitian yaitu

terdapat hubungan antara persepsi resiko belanja online dengan minat beli produk

fashion pada wanita. Analisis hipotesis yang dilakukan adalah uji statistik korelasi

dari Spearman Rho, berdasarkan uji tersebut diperoleh penjelasan di bawah ini.

Tabel 4.8

Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel diatas dapat ditunjukkan bahwa R = 0.490 p<0.05.

Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan bahwa Hubungan Antara Persepsi Resiko

Belanja Online dengan Minat Membeli Produk Fashion pada Wanita hipotesis

diterima. Hal ini dapat dilihat dari nilai R sebesar 0.490 Sedangkan nilai

signifikansi yang dihasilkan yaitu 0,000 yang dimana lebih kecil dari 0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi resiko memiliki hubungan

dengan minat membeli produk fashion pada wanita.

4.5 Pembahasan
Ulasan Riset ini bertujuan buat memandang ikatan atensi beli terhadap

anggapan efek perempuan yang berbelanja online di Pekanbaru. Bersumber pada

hasil riset diatas buat menganalisis terdapatnya ikatan atensi beli terhadap

anggapan efek pada perempuan, pengumpulan informasi memakai 23 aitem buat

skala atensi beli serta 15 aitem buat anggapan efek yang diperoleh Conbacth α= 0,

918 sehabis dicoba pengecekkan dengan spss. 22 dikenal tidak terdapat aitem

yang tidak penuhi ketentuan validitas 0, 3. Sedangkan itu pada anggapan efek 15

aitem diperolehα= 0, 872 sehabis memakai analisis dengan memakai spss. 22

dikenal terdapat 1 aitem yang gugur denganα= 0, 886.

Analisis riset yang dicoba secara deskriptif, yang disebarkan kepada 203

perempuan yang berumur 16- 40 tahun yang ialah subjek pada riset ini, dimana

tujuan dari riset ini untuk perempuan yang suka berbelanja online dalam riset

dikenal kalau informasi demokrasi paling tinggi perempuan yang suka berbelanja

online Pada rentang umur 21- 25 tahun di reaksi sebanyak 143 orang ataupun (70,

5 persen) perempuan di pekanbaru suka berbelanja online, serta di dalam jenis

rentang umur 16– 20 tahun sebanyak 54 responden (26, 5 persen) perempuan suka

berbelanja online jenis terakhir sebanyak 6 responden (3 persen) pada umur 26-

30 tahun. Perihal ini di dukung dengan suatu riset dimana konsumen perempuan

rentang umur 18- 60 tahun lebih menggemari pembelian produk mode Palma

(2016) dalam riset Sangadah&amp; Kartawidjaja( 2020). Perihal ini sejalan

dengan survei Platform Big Commerce yang melaporkan generasi X lebih

menggemari kegiatan belanja online sebesar 67 persen dibanding dengan generasi

baby boomers sebanyak 41 persen. Bermacam aspek yang bisa pengaruhi


terdapatnya seorang melaksanakan kegiatan belanja online semacam aspek sosial

serta aspek dari dalam diri orang.

Hasil uji normalitas pada riset ini memakai metode Snowball dengan

memakai one sample Kolmogrov- Smirnov Test (K- Sz) dengan dorongan SPSS.

22 menampilkan kalau informasi yang didapat tidak wajar serta riset ini diucap

non parametrik, sebaliknya uji linearitas riset ini memakai metode analisis statistik

test for linearity merupakan 0, 962 lebih besar dari 0, 05 dengan tabel anova

dengan memandang nilai signifikan p 0, 05 hingga kedua variabel dikatakan

linear, serta kebalikannya dan memandang nilai signifikansi F linearity

0, 05 dalam riset ini menampilkan terdapatnya ikatan positif pada variable

atensi beli terhadap anggapan efek pada perempuan di Pekanbaru. Perihal ini

sejalan dengan komentar Philip (2005) dalam riset Rachman et angkatan laut

(AL). (2015) atensi membeli suatu yang mencuat sehabis menerima rangsangan

dari produk yang dilihatnya, dari situ mencuat ketertarikan buat membeli supaya

bisa memilikinya. Atensi beli konsumen hendak mencuat dengan sendirinya bila

konsumen telah merasa tertarik ataupun membagikan reaksi yang positif terhadap

apa yang ditawarkan oleh sang penjual. Atensi beli ialah bagian dari komponen

sikap dalam perilaku komsumsi.

Variable anggapan efek bukan salah satunya variabel yang pengaruhi

atensi beli semacam yang dikemukakan oleh Rosdiana dkk( 2019) dalam
penelitiannya menampilkan pengaruh positif pada variabel keyakinan konsumen

terhadap atensi beli produk baju secara online.

Hasil uji hipotesis korelasi Spearman Rho yang dijabarkan diatas pada

variabel atensi beli diterima, sebab korelasinya R= 0. 490 p> 0, 05. Ikatan Antara

Anggapan Efek Belanja Online dengan Atensi Membeli Produk Mode pada

Perempuan hipotesis diterima. Perihal ini bisa dilihat dari nilai R sebesar 0. 490

Sebaliknya nilai signifikansi yang dihasilkan ialah 0, 000 yang dimana lebih kecil

dari 0, 05. Dengan demikian bisa disimpulkan kalau anggapan efek mempunyai

ikatan dengan atensi membeli produk mode pada perempuan. Bagi komentar

Faradila&amp; Soesanto (2016) anggapan yang kurang baik dari konsumen secara

signifikan mempengaruhi negatif terhadap hasrat membeli. Tidak hanya itu,

anggapan tentang harga produk pula jadi alibi lain konsumen melaksanakan

pertimbangan buat berbelanja online. bila berbelanja online, mungkin benda yang

di bisa tidak cocok dengan yang di harapkan, serta dapat saja benda yang diterima

dalam kondisi rusak, serta mungkin yang di natural perempuan kala berbelanja

online pula waktu pengantaran yang lama, sehingga wajib membeli jauh- jauh hari

bila pakaian tersebut berencana digunakan buat kegiatan besar ataupun kecil.

Dengan demikian bisa disimpulkan kalau variabel atensi beli serta variabel

anggapan efek ini layak digunakan, serta variabel anggapan efek mempunyai

ikatan secara simultan terhadap variabel atensi beli, kala seseorang perempuan

mempunyai kesenangan berbelanja baik lewat online ataupun langsung, seseorang

perempuan tentu memikirkan efek yang mereka miliki perihal ini di dukung
dalam komentar Lui, Kit, Jamieson, serta Rodge (2003) dalam riset Rosalia&amp;

Ellyawati (2019) melaporkan tingkatan efek dalam berbelanja secara online

bergantung pada anggapan konsumen dalam memperkirakan besar rendahnya efek

yang dirasakan kala memakai internet buat berbelanja.

Bagi komentar Faradila&amp; Soesanto (2016) anggapan yang kurang

baik dari konsumen secara signifikan mempengaruhi negatif terhadap hasrat

membeli. Tidak hanya itu, anggapan tentang harga produk pula jadi alibi lain

konsumen melaksanakan pertimbangan buat berbelanja online. bila berbelanja

online, mungkin benda yang di bisa tidak cocok dengan yang di harapkan, serta

dapat saja benda yang diterima dalam kondisi rusak, serta mungkin yang di

natural perempuan kala berbelanja online pula waktu pengantaran yang lama,

sehingga wajib membeli jauh- jauh hari bila pakaian tersebut berencana

digunakan buat kegiatan besar ataupun kecil.

Bersumber pada kelebihan yang terdapat dalam riset ini pula ada

kelemahan ialah sulitnya menyebarkan kuisioner secara online sebab mayoritas

kuisioner yang di sebarkan tidak di reaksi serta pula waktu yang lama buat

menunggu terpenuhinya jumlah subjek yang sudah didetetapkan dengan

beragamnya alibi subjek dalam mengisi kuisioner.

.
BAB V

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa hipotesis yang telah diajukan peneliti dalam penelitian ini

diterima. Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan antara

persepsi resiko belanja online dengan minat membeli pada wanita. Hasil

penelitian ini dapat membuktikan bahwa persepsi resiko memberikan kontribusi

terhadap minat beli. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut

menunjukkan perepsi resiko dalam mengambil minat membeli.

1.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun beberapa saran

yang peneliti kemukakan yaitu

A. Kepada Wanita Yang Suka Berbelanja Online

Kepada wanita yang suka berbelanja online, ada baiknya berbelanja lah

secara langsung karena kualitas dan keadaan barang yang kita beli nyata adanya

kita cek, jika ingin berbelanja secara online ada baiknya melihat penilaian bintang

pada produk, dan jangan malas melihat komentar serta video dan gambar yang di

berikan pembeli ketika mereka mereview barang tersebut.


B. Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan mempertimbangkan variabel yang

dapat mempengaruhi minat beli mulai dari faktor dan aspek lainnya, agar

mengurangi eror dan data yang tidak signifikan dan dapat menghasilkan hasil

yang akurat dan dapat menyempurnakan skala penelitian lebih efektif yang dapat

digunakan lebih baik untuk penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. (2018). Pengaruh Motivasi, Persepsi Dan Sikap Terhadap Keputusan

Pembelian Di Toko Niki Mart Glagah Perspektif Ekonomi Islam. 147.

Arciniegas Paspuel, O. G., Álvarez Hernández, S. R., Castro Morales, L. G., &

Maldonado Gudiño, C. W. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅

高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 6.

Bulan, T. P. L., & M. Lutfi Azmi. (2020). Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran

terhadap Minat Berkunjung Kembali di Objek Wisata Ruang Terbuka

Hijau Taman Hutan Kota Langsa. Jurnal Manajemen Dan Keuangan, 8(3),

313–325. https://doi.org/10.33059/jmk.v8i3.2326

Dalegi, F. R., Mingkid, E., & Rondonuwu, S. (2019). Persepsi Masyarakat

Tentang Berita Online Di Surat Kabar Sindo. Acta Diurna Komunikasi, 1,

12.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/

view/26314/0

Dezianti, D. A. N., & Hidayati, F. (2021). Pengaruh Konformitas Terhadap

Perilaku Konsumtif Generasi Milenial. Journal of Psychological Science

and Profession, 5(2), 151. https://doi.org/10.24198/jpsp.v5i2.28913

Dr. Vladimir, V. F. (1967). 済 無 No Title No Title No Title. Gastronomía

Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.

Faradila, R. S. N., & Soesanto, H. (2016). Analisis Pengaruh Persepsi Kemudahan

Penggunaan dan Persepsi Manfaat terhadap Minat Beli dengan

Kepercayaan Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Pengunjung Toko

Online berrybenka.com di Kalangan Mahasiswa Universitas Diponegoro).


Jurnal Studi Manajemen Organisasi, 13(2), 149.

https://doi.org/10.14710/jsmo.v13i2.13406

Fischer, A. P., & Jasny, L. (2017). Capacity to adapt to environmental change:

Evidence from a network of organizations concerned with increasing

wildfire risk. Ecology and Society, 22(1). https://doi.org/10.5751/ES-

08867-220123

Gunawan, M., Sompie, E. A., & Andreani, F. (2017). Analisa Pengaruh Persepsi

Risiko Terhadap Keputusan Pembelian di Airbnb.

Harahap, D. A. (2018). Perilaku Belanja Online Di Indonesia: Studi Kasus.

JRMSI - Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 9(2), 193–213.

https://doi.org/10.21009/jrmsi.009.2.02

Hasibuan, A. N., & Rambe, D. (2020). Perilaku Konsumen Dalam Belanja Online

Melalui Perspektif Gender. Mediastima, 26(1), 84–116.

https://doi.org/10.55122/mediastima.v26i1.15

I Putu Wisnu Octa Vernanda, Setya Rahayu, O. W. K. H. (2016). Hubungan

Persepsi, Minat, Partisipasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Futsal

Ekstrakurikuler Putri. Journal of Physical Education and Sport, 2156(4),

2–4. https://www.questia.com/library/journal/1P3-4309705311/adaptation-

of-reformation-of-physiological-functions

Karpriana, A. P. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa

Universitas Tanjungpura Untuk Menggunakan Model Pembayaran

Autodebet Dalam Transaksi Pembayaran Spp. TECHNOBIZ :

International Journal of Business, 2(2), 46.


https://doi.org/10.33365/tb.v3i2.335

Kinerja, A., Yang, K., Tata, D., Dan, P., Ekuitas, R., Bagi, U., Sektor, M., Goods,

C., & Yang, I. (2022). MANUFAKTUR SEKTOR CONSUMER GOODS

INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

2017-2019. 3(1), 63–76.

Luis, F., & Moncayo, G. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者に

おける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.

Lusiana. (2015). Antesenden Keputusan Pembelian Online di Indonesia. In Jurnal

Sains Pemasaran Indonesia: Vol. XIV (Issue 2, pp. 158–183).

Mantan, P., Narkoba, P., Putri, R., & Purba, S. (2012). Diajukan untuk memenuhi

persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. 1–11.

Martinayanti, N., & Setiawan, P. (2016). Peran Kepercayaan Dalam Memediasi

Persepsi Risiko Pada Niat Beli Produk Fashion Via Instagram Di Kota

Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(4), 252770.

Nabilah, B. N., Pascasarjana, D. P., & Malang, U. M. (2019). Pengaruh persepsi

risiko terhadap kepercayaan konsumen pada layanan dimoderasi oleh

kepribadian openness to exeperience.

Nainggolan, N. P., & Anano, M. (2019). Pengaruh Motivasi, Persepsi Dan Sikap

Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Jaringan Internet Pada Pt

Telekomunikasi Indonesia Di Kota Batam. Jurnal Akuntansi Barelang,

4(1), 96–105. https://doi.org/10.33884/jab.v4i1.1450

Nurhalim, A. D. (2021). Analisis Pergeseran Perilaku Konsumen Dalam Niat Beli

Di Sektor Otomotif E-Commerce Indonesia. Jurnal Bina Manajemen,


9(2), 113–125. https://doi.org/10.52859/jbm.v9i2.158

Nusarika, L., & Purnami, N. (2015). Pengaruh Persepsi Harga, Kepercayaan, Dan

Orientasi Belanja Terhadap Niat Beli Secara Online (Studi Pada Produk

Fashion Online Di Kota Denpasar). E-Jurnal Manajemen Universitas

Udayana, 4(8), 254393.

Prasetyani, I., Wahyuningsih, T. H., Tinggi, S., Manajemen, I., & Yogyakarta, Y.

(2019). Pengaruh Sumber Informasi, Keamanan, Dan Persepsi Resiko

Terhadap Keputusan Pembelian Pada Marketplace Shopee. EFEKTIF

Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 10(1), 91–104. www.cnnindonesia.com

Rachman, F., Ginting, R., & Amir, H. (2015). Pengaruh Stimulus Produk, Harga

dan Promosi terhadap Minat Bli Produk Baru. 12(11), 27–34.

Rosalia, D., & Ellyawati, J. (2019). Pengaruh Persepsi Risiko Terhadap

Kepercayaan Dan Keputusan Pembelian Online. E-Journal UAJY, 7, 1–9.

Sahafaruddin, R. D. (2013). UPT . PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

TANJUNGPURA Scholar Perception of Library Tanjungpura University.

Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS-2013, 1–12.

sangadah, khotimatus, & Kartawidjaja, J. (2020). No 主観的健康感を中心とし

た在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.

Orphanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.

Setiawan, E. (2014). Analisis Sikap Konsumen Terhadap Produk Fashion Lokal

Dan Impor. Jurnal Economia, 10(1), 38–47.

Trinanda Agustina, Sapta Ningrum, Mahalul Azam, F. I. (2019). Rasio Lingkar

Pinggang Panggul Dan Persentase Lemak Tubuh Dengan Kejadian


Hipertensi. Higeia Journal of Public Health Research and Development,

1(3), p652.

Utami, A. A. (2020). Pengaruh edukasi pasar modal, ekspektasi return, persepsi

risiko, motivasi pada minat investasi mahasiswa.

Widiartini, P. R., & Yasa, N. N. K. (2017). Peran Kepercayaan dalam Memediasi

Hubungan Persepsi Nilai dengan Niat Menggunakan E-Money. Jurnal

Manajemen, Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan, 11(1), 11–25.

Yusnidar, Samsir, & Restuti, S. (2014). Pengaruh kepercayaan dan persepsi resiko

terhadap minat beli dan keputusan pembelian produk fashion secara online

di kota pekanbaru. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, 12(12), 311–

329.

Web: https://ms.zhujiworld.com/id/907833-kota-pekanbaru/

Anda mungkin juga menyukai