0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan5 halaman
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: (1) Ekonomi global dan Indonesia diprediksi akan tumbuh di tahun 2018, (2) Survei PERPI menemukan bahwa konsumen Indonesia akan lebih percaya diri dan meningkatkan pengeluaran tahun depan, terutama untuk sektor makanan, pakaian, dan jasa keuangan, (3) Perempuan memainkan peran penting dalam pertumbuhan e-commerce di Indonesia, dengan kebutuhan akan jejaring sosial
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: (1) Ekonomi global dan Indonesia diprediksi akan tumbuh di tahun 2018, (2) Survei PERPI menemukan bahwa konsumen Indonesia akan lebih percaya diri dan meningkatkan pengeluaran tahun depan, terutama untuk sektor makanan, pakaian, dan jasa keuangan, (3) Perempuan memainkan peran penting dalam pertumbuhan e-commerce di Indonesia, dengan kebutuhan akan jejaring sosial
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: (1) Ekonomi global dan Indonesia diprediksi akan tumbuh di tahun 2018, (2) Survei PERPI menemukan bahwa konsumen Indonesia akan lebih percaya diri dan meningkatkan pengeluaran tahun depan, terutama untuk sektor makanan, pakaian, dan jasa keuangan, (3) Perempuan memainkan peran penting dalam pertumbuhan e-commerce di Indonesia, dengan kebutuhan akan jejaring sosial
Ekonomi global diprediksi terus meningkat di tahun 2018, dengan kenaikan di
tahun 2017 sebesar 3,6%. Pertumbuhan tersebut diprediksi dari beberapa negara, seperti Developing Europe dan ASEAN. Indonesia sendiri diharapkan akan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4%–6,1%. Perhimpunan Riset Pemasaran Indonesia (PERPI) mengadakan seminar pada 15 November lalu, bertajuk “Indonesia Market Behaviour Outlook 2018”, oleh Yanti Nisro, Ketua Umum PERPI.
Saat ini kondisi pasar penuh pertanyaan. Beberapa indikator makro memiliki
tingkat pertumbuhan yang positif; namun dari sisi mikro, para pelaku usaha Indonesia Market Behaviour Outlook 2018 menyatakan sebaliknya. Sebab itu PERPI mencoba merespons secara aktif upaya-upaya untuk memahami bagaimana kondisi pasar ke depannya. PERPI mengadakan riset dengan kombinasi metodologi antara survei online dan wawancara tatap muka (face to face interview), melibatkan 1.220 responden di Indonesia yang terbagi dalam lima zona (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali-Nusa, dan Sulawesi-Papua). Riset PERPI yang dilakukan dalam rentang waktu antara kuartal III–IV 2017 ini bertujuan memberikan gambaran perilaku konsumen yang mungkin menjadi akar penyebab kondisi ekonomi saat ini, dan bagaimana tren belanja konsumen tahun depan.
Beberapa hasil dari riset tersebut dipaparkan berikut ini. Konsumen lebih percaya
diri terhadap tahun 2018, dan 67% dari responden memperkirakan bahwa pengeluaran mereka akan meningkat di tahun depan.
Survei juga menemukan bahwa pengalaman berbelanja menyenangkan dengan
format tempat belanja yang lebih nyaman, akan lebih menarik untuk konsumen di perdesaan dan kota-kota sekunder. Maka dari itu, industri fast moving consumer goods (FMCG) akan tetap bertumbuh secara signifikan melalui format minimarket. Sementara itu, konsumen Indonesia akan menjadi lebih cerdas dalam berbelanja. Konsumen dengan daya beli yang rendah sudah mulai melakukan pembelian ulang, dengan tetap fokus pada nilai produk (product value). Di sisi lain, konsumen dengan daya beli yang lebih kuat akan meningkatkan gaya hidup mereka, dan ini akan menyebabkan pengeluaran untuk berbelanja FMCG harus dibagi dengan pengeluaran untuk makan di luar rumah, hiburan, liburan, dan menabung.
Terungkap pula persepsi harga terkait makanan dan pakaian. Harga keduanya
dipersepsikan akan stabil, sehingga konsumen cenderung akan membeli sektor ini lebih banyak (terutama untuk makanan dan minuman siap saji). Konsumen juga akan cenderung meningkatkan pengeluaran untuk food services.
Sementara terkait harga rumah dan dukungan bank, responden memiliki persepsi yang
lebih baik, dan hal ini akan menjadi pemicu bagi pembelian aset konsumen.
Responden pun mengungkap bahwa persepsi harga dan kebutuhan untuk
transportasi dan komunikasi menjadi lebih tinggi. Telekomunikasi akan menjadi sumber informasi yang dominan, dan dikonfirmasi melalui pengalaman mereka sendiri.
Dari laporan terkait persepsi terhadap harga pendidikan dan kesehatan, diketahui
bahwa pendidikan tetap menjadi fokus konsumen. kelompok ekonomi kelas atas dan menengah cenderung meningkatkan anggaran untuk sekolah private (baik formal dan informal). Selain itu, kebutuhan tersier untuk kesehatan dan kecantikan juga akan meningkat, bahkan untuk konsumen pria.
Konsumen yang dominan berbelanja adalah konsumen yang berada dalam rentang
usia 30–34 tahun, dari SES A2, dengan pendapatan sebesar Rp7 juta–Rp11 juta per bulan, yang tinggal di semua wilayah Indonesia kecuali Kalimantan.
Yanti Nisro juga memaparkan beberapa hal. Pertama, banyak tantangan yang
dihadapi oleh perusahaan-perusahaan riset pemasaran, dan mereka diharapkan akan terus membantu para manufacturer (klien) untuk memenangkan serta meningkatkan bisnisnya di zaman yang serba kompleks. Kedua, perusahaan riset juga harus bisa bertransformasi untuk memenuhi needs dari para klien, dengan berbagai sumber data dan metodologi. Dengan begitu mereka bisa menawarkan riset pemasaran yang lebih cepat, lebih baik, dan memberikan value added. Ketiga, perusahaan riset pemasaran agar semakin membuka diri untuk segala bentuk research approach dan harus melakukan kolaborasi dengan berbagai macam organisasi, “together we can”. PERPI – Perhimpunan Riset Pemasaran Indonesia
Perempuan dan Geliat e-Commerce di Indonesia
Jumlah pengguna internet dan penetrasi penggunaan smartphone dengan akses
internet yang terus meningkat memberikan efek positif pada nilai transaksi e- commerce di Indonesia. Yang menarik, perempuan memiliki peran besar dalam pertumbuhan industri e-commerce. Menurut Wall Street Journal, sekitar 40 juta perempuan di Indonesia merupakan pengguna internet. Dengan total sekitar 54%, mayoritas konsumen e-commerce adalah perempuan. Setengah dari mereka adalah perempuan dengan usia 20-29 tahun. Kebutuhan untuk berjejaring sosial dan konten hiburan menjadi alasan mula bagi para perempuan di Indonesia untuk mengakses internet. Mulai dari berbagi foto di media sosial, bertukar informasi melalui aplikasi online messenger, mengunggah video tutorial di YouTube, hingga mengulas produk dan jasa melalui forum online. Di Indonesia, media sosial seperti Instagram dan Facebook turut menjembatani perempuan untuk memulai kebiasaan berbelanja secara online. Media sosial memberikan keuntungan bagi para pembelanja online untuk mendapatkan pengalaman belanja yang lebih bersifat personal. Mereka dapat terhubung langsung dengan penjual, baik melalui fasilitas kolom komentar one- to-all, maupun melalui fasilitas live chat yang memberi kesempatan untuk berinteraksi secara one-to-one. Tak ayal, melalui internet perempuan turut menyumbang pengaruh besar dalam menentukan tingkat kepuasan terhadap produk dan jasa, engagement terhadap merek, hingga memengaruhi perempuan lainnya dalam berbelanja. Female Daily, salah satu forum online terbesar di Indonesia yang menargetkan audiens perempuan, menyebutkan 65% perempuan di Indonesia merupakan pengambil keputusan dalam pembelian. Informasi yang didapat melalui peer-circle atau lingkaran pertemanan terdekat, diikuti oleh media online dan blog, memberikan pengaruh terbesar bagi perempuan dalam keputusan pembelian.
Dalam survei yang dilakukan oleh Female Daily tersebut pula, kategori kecantikan
masih menjadi isu yang paling banyak dibahas dalam forum online. Sejalan dengan fakta tersebut, 80% perempuan di Indonesia lebih tertarik untuk membeli produk kecantikan secara online. Google mencatat 72% pembelian produk kecantikan dan personal care dilakukan secara mobile shopping; 32% sisanya, transaksi online dilakukan dengan menggunakan desktop. Selain produk kecantikan, perempuan juga berbelanja produk fashion dan aksesori, makanan dan minuman, hingga kebutuhan bayi dan anak. Tidak hanya kebutuhan untuk diri sendiri, mayoritas perempuan juga berbelanja kebutuhan keluarga mereka sehari-hari secara online.
Sejalan dengan tren global dan kebutuhan akan pengalaman belanja yang lebih
personal, user experience design dan navigasi dalam aplikasi/website belanja online semakin dikembangkan guna menjawab hal tersebut. Sale stock, salah satu startup e-commerce di Indonesia yang menargetkan perempuan usia muda, misalnya, mengakomodasi kebiasaan belanja perempuan ini melalui fasilitas live chat yang canggih. Sale Stock meluncurkan layanan chatbot yang dapat menjalankan percakapan secara otomatis. Tidak hanya menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan seperti ketersediaan barang, pilihan ukuran, atau pilihan pembayaran, chatbot tersebut bahkan dapat melayani calon pembeli hingga transaksi berhasil diselesaikan. Untuk menghindari nuansa percakapan yang kaku seperti dengan mesin, Sale Stock mendesain nuansa percakapan seperti halnya dua orang perempuan yang sedang mengobrol. Calon pembeli dapat melakukan tanya-jawab dengan Soraya, sebuah program kecerdasan artifisial (artificial intelligence) yang dijalankan pada chatbot. Begitu pula perihal penggunaan aplikasi mobile dalam berbelanja online. Google mengestimasi 66% dari total pengguna smartphone di Indonesia menggunakan aplikasi mobile, sedangkan 34% sisanya mengakses situs belanja melalui desktop. Melalui aplikasi dan website, pengalaman “window shopping” dapat tergantikan oleh aktivitas browsing dengan kemudahan navigasi online yang disesuaikan dengan kategori produk. Referensi dalam menentukan pilihan produk juga lebih mudah didapat, melalui opsi rekomendasi yang disesuaikan berdasarkan karakteristik pilihan produk yang diidamkan (wish list), atau produk-produk yang pernah diakses sebelumnya. Pilihan pembayaran yang beragam dan tawaran promosi seperti kode diskon juga menjadi pemikat perempuan dalam berbelanja online. Tak ketinggalan, fasilitas ongkos kirim gratis sering kali dianggap sebagai nilai tambah dalam menentukan situs atau aplikasi e-commerce yang akan digunakan.
Di masa depan, diprediksi peran perempuan dalam pertumbuhan industri e-commerce
di Indonesia akan semakin kuat. Jumlah wirausaha perempuan yang meningkat menjadi 14,3 juta, ditambah partisipasi perempuan dalam angkatan kerja yang naik menjadi 55,04% di tahun 2016— dan akan terus meningkat pada beberapa tahun mendatang. Hal ini akan berperan positif dalam peningkatan pendapatan disposable perempuan di Indonesia. Pola konsumsi pribadi dan rumah tangga yang mayoritas pengambilan keputusan dalam pembelian berada di tangan perempuan, akan menjadi peluang besar bagi pelaku e- commerce untuk lebih gencar melakukan penetrasi pasar. Harga yang terjangkau dan tawaran diskon masih akan menjadi pertimbangan utama perempuan dalam berbelanja online. Namun, untuk meningkatkan frekuensi dan nilai transaksi, kenyamanan dan kepuasan dalam berbelanja online menjadi faktor yang tak kalah penting. Kemudahan dalam pembayaran dan kecepatan respons dalam menyelesaikan masalah juga menjadi nilai tambah dalam kepuasan berbelanja online. Pelaku e-commerce di Indonesia yang menargetkan perempuan harus mulai berinovasi untuk meningkatkan interaksi dan pengalaman bertransaksi online yang lebih erat dengan kebutuhan dan pola perilaku perempuan di Indonesia dalam berbelanja. Pengembangan aplikasi belanja mobile berbasis user experience melalui riset pasar bisa menjadi pilihan yang tepat untuk lebih memahami profil dan perilaku target dalam berbelanja online. Septyani Primanita, Qualitative Researcher – Kantar TNS Indonesia