Disusun Oleh :
1. Aenah 19.03.00.002
2. Ruhaeni 19.03.00.012
3. Tutiek Arisanti 22.03.00.003
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Dalam kesempatan ini penulis membuat makalah sebagai salah satu tugas
kelompok dari mata kuliah Perlindungan dan Pemberdayaan Hak anakdengan
judul “Hukum dan Perundang-undangan”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Hukum dan Perundang-undangan.........................................................3
B. Ilmu Perundang-undangan......................................................................................5
C. Hukum perundang-undangan.................................................................................6
D. Perundang-undangan..............................................................................................6
E. Peraturan perundang-undangan..............................................................................7
F. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan........................................................8
G. Teori Legislasi perihal Pembentukan Peraturan Perundang- undangan..................9
H. Kedudukan Pancasila dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.......10
I. Kedudukan UUD 1945 dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.....11
J. Landasan Keabsahan Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan.................15
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2012),
hlm. 21.
2
Shanty Dellyana, Wanita Dan Anak Di Mata Hukum, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1988),
hlm. 37.
1
B. Rumusan Masalah
dari penjelasan diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah selain untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Perlindungan dan Pemberdayaan Hak
Anak, juga untuk dapat memberi manfaat serta menjadi referensi bagi
pembaca khususnya segenap civitas akademika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
https://fh.unikama.ac.id/id/2017/05/24/pengertian-hukum/ Online, diakses pada tanggal 23
Oktober 2022
4
BAB I Ketentuan Umum, Bagian Kedua, Pasal1 ayat 2Undang-UndangNomor12Tahun
2011, Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
5
Bagir Manan, PerananPeraturanPerundang-undanganDalamPembinaanhukum Nasional,
(Armico, Bandung, 1987), hlm. 13
3
1. Peraturan Tertulis
Apa yang dimaksud dengan peraturan tertulis sampai saat ini belum
ada definisi yang pasti. Peraturan yang tertulis tidak sama dengan
peraturan yang ditulis. Yurisprudensi misalnya, adalah bukan peraturan
tertulis, walaupun bentuk fisiknya ditulis. Peraturan tertulis mengandung
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah segala
peraturan yang tercantum di dalam Pasal 7 ayat (1) mengenai jenis
dan hierarki perundang-undangan yakni Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesiua Tahun 1945, Undang-
Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah.
b. Peraturan tersebut dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat
negara yang berwenang.
c. Pembuatan peraturannya melalui prosedur tentu.
d. Apabila dicermati maka baik Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesiua Tahun 1945, Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
maupun Peraturan Presiden tersebut ditempatkan di dalam
lembaran negara, dan Peraturan Daerah ditempatkan dalam
lembaran daerah. Dengan demikian peraturan tersebut ditempatkan
di lembaran resmi.
2. Dibentuk Oleh Lembaga Negara Atau Pejabat Negara
Peraturan perundang-undang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat negara. Hal ini berbeda dengan norma agama misalnya, yang
merupakan wahyu dari Allah swt. Disamping dibentuk oleh lembaga
negara atau pejabat negara, peraturan perundang-undangan juga dapat
memuat sanksi bagi pelanggarnya, dan sanksi tersebut dapat dipaksakan
pelaksanaannya oleh alat negara. Dengan demikian kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan datangnya dari luar, yakni dipaksakan
4
dengan sanksi. Sedangkan kepatuhan terhadap norma agama datangnya
dari dalam, yakni kesadaran diri sendiri untuk mematuhinya. Pengertian
peraturan perundang-undangan di dalam UU PPP (uu no.12 tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan) dirumuskan secara
lebih utuh, memuat norma hukum yang mengikat, dan terintegrasi
dengan sistem perencanaan maupun prosedur pembentukan peraturan
perundang-undangan.
Dari penjabaran diatas dapat kita simpulkan bahwa hukum adalah
suatu sistem yang di buat manusia untuk membatasi tingkah laku
manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol. Sedangkan
perundang-undangan adalah setiap putusan tertulis yang dibuat,
ditetapkan dan dikeluarkan oleh Lembaga dan atau Pejabat Negara yang
mempunyai fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang berlaku.
Dengan adanya hukum dan perundang-undangan manusia akan
bisa hidup dengan tertib dbandingkan tanpa adanya hukum dan
perundang-undangan. Ibarat hukum dan undang-undang itu adalah
rambu-rambu lalu lintas, bagi siapa saja yang mematuhinya tentunya
keselamatan berkendara akan lebih terjamin. Namun jika semua rambu-
rambu itu diterobos maka tentulah kecelakaan yang akan terjadi. Dan
dampak dari kecelakaan itu sudah pasti mengakibatkan kerugian yang
besar bagi si pelaku maupun orang lain.
B. Ilmu Perundang-undangan
Ilmu Perundang-undangan, science of legislation
(wetgevingswetenschap), diturunkan dari Ilmu Pengetahuan Perundang-
undangan (Gesetzgebungswissenschaft). Ilmu Pengetahuan Perundang-
undangan merupakan ilmu interdisipliner yang mempelajari tentang
pembentukan peraturan negara. Istilah Ilmu Pengetahuan Perundang-
undangan, di Indonesia diajukan oleh A. Hamid S. Attamimi pada tahun
1975, melahirkan istilah Ilmu Perundang-undangan yang sekarang banyak
5
digunakan dalam ilmu hukum.6 Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan
merupakan ilmu interdisipliner yang berhubungan dengan ilmu politik dan
sosiologi, secara garis besar dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yakni:
C. Hukum perundang-undangan
Hukum Perundang-undangan sebagai bidang kajian ilmu hokum
dimaknai sebagai cabang ilmu hukum yang mempelajari proses pembuatan
peraturan perundang-undangan dan peraturan perundang-undangan sebagai
hasil dari proses tersebut.8
D. Perundang-undangan
Khasanah hukum mengenal kata/istilah “peraturan perundang-
undangan” merupakan terminologi hukum yang terkait dengan istilah
“wetgeving” atau “wettelijke regelingen”. Menurut A. Hamid S Attamimi,
yang mengutip dari Kamus Hukum Fockema Andreae, kata “wetgeving”
diartikan dengan:
6
Gede Marhaendra Wija Atmaja, Ilmu perundang-undangan, (Denpasar: Universita
Udayana, 2016)
7
Ibid
8
Ibid
6
perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat atau
tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan.
E. Peraturan perundang-undangan
Ilmu Hukum membedakan antara undang-undang dalam arti materiil
(wet in materiele zin) dan undang-undang dalam arti formal (wet in formele
zin). Dalam arti materiil, undang-undang adalah setiap keputusan tertulis
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yang berisi aturan tingkah
laku yang bersifat atau mengikat secara umum. Inilah yang dimaksud dengan
peraturan perundang-undangan menurut Bagr Manan.10 Menurutd Jimly
Asshiddiqie alam arti formal, undang-undang adalah keputusan tertulis yang
ditetapkan oleh pemerintah bersama parlemen sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan dalam UUD.11
9
Ibid
10
Op-Cit
11
Op-Cit
7
melalui prosedur yang telah ditetapkan (Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun
2011). Peraturan perundang-undangan (wet in materiele zin) mengandung
tiga unsur:
8
Secara otentik, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan (Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 2011). Berdasarkan
pemahaman pada peraturan perundang-undangan dan pembentukan peraturan
perundang-undangan, maka dapat dirumuskan kembali definisi opersional
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dalam unsur-unsur berikut:
9
Model tersebut menunjukan pembuatan undang-undang oleh lembaga
yang berwenang dipengaruhi oleh orang-orang dan kelompok-kelompok yang
bertindak berdasarkan pilihan yang ada sesuai dengan batasan sumber daya,
lingkungan sosial-politik, ekonomi dan fisik mereka, yang dalam Model
tersebut tampak pada ”aneka pilihan”. Demikian pula dipengaruhi oleh
umpan-balik Lembaga Pelaksana dan Pemegang Peran yang juga dipengaruhi
oleh ”aneka pilihan”.
1
Peraturan Perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
1
Yang dimaksud dengan “hukum dasar” adalah norma dasar bagi
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang merupakan sumber
hukum bagi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di bawah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1. Konstitusi adalah hukum dasar, norma dasar, dan sekaligus paling tinggi
kedudukannya dalam sistem bernegara. Namun, sebagai hukum,
konstitusi itu sendiri tidak selalu bersifat tertulis (schreven constitutie
atau written constitution).
2. Konstitusi yang bersifat tertulis biasa disebut undang-undang dasar
sebagai konstitusi dalam arti sempit, sedangkan yang tidak tertulis
merupakan konstitusi dalam arti yang luas.
12
OP-Cit
1
3. Menurut Hans Kelsen, gerund norm atau norma dasar itulah yang disebut
konstitusi. Gerund norm itu dijabarkan lebih lanjut menjadi abstract
norms yang selanjutnya dioperasionalkan dengan general norms yang
untuk seterusnya dilaksanakan dengan keputusan- keputusan yang berisi
concrete and individual norms. Bagi Hans Kelsen, peraturan perundang-
undangan berisi general and abstract norms yang tertuang dalam bentuk
formal, sedangkan gerund norms tercakup dalam rumusan pengertian
konstitusi dalam arti materiel. Konstitusi dalam arti materiel inilah yang
disebut Kelsen dengan the first constitution yang mendahului the
(second) constitution atau konstitusi dalam bentuknya yang formal
tersebut.
4. Sementara itu, Hans Nawiasky, salah seorang murid Hans Kelsen,
menyebut gerund norms itu dengan istilah staatsfundamentalnorms yang
juga dibedakannya dari konstitusi. Tidak semua nilai-nilai yang terdapat
dalam konstitusi merupakan staatsfundamental norms. Nilai-nilai yang
termasuk staatsfundamentalnorm menurutnya hanya spirit nilai-nilai
yang terkandung di dalam konstitusi itu, sedangkan norma-norma yang
tertulis di dalam pasal-pasal undang-undang dasar termasuk kategori
abstract norms.
5. Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan sistem konstitusi Republik
Indonesia, dapat dibedakan antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal-
pasal UUD 1945. Pokok pikiran yang melandasi pandangan demikian
tidak lain adalah stuffenbau theorie menurut versi Hans Nawiasky
tersebut di atas, yang sangat berbeda dari stuffenbau theorie menurut
versi Hans Kelsen. Bagi Kelsen, gerund norm itulah konstitusi,
sedangkan peraturan perundang-undangan berisi general and abstract
norms, sehingga Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dilihat
sebagai sesuatu yang terpisah dari pasal-pasal UUD 1945 itu sendiri.
Keduanya tercakup dalam pengertian UUD 1945 sebagai konstitusi yang
tertulis yang berisi gerund norms.
1
6. Tentu saja, di samping UUD 1945 sebagai konstitusi tertulis, ada pula
konstitusi yang tidak tertulis yang hidup dalam kesadaran hukum dan
praktik penyelenggaraan negara yang diidealkan sebagai bagian dari
pengertian konstitusi dalam arti luas dan oleh karena ituadalah juga
norma-norma dasar atau gerund norms yang mengikat sebagai bagian
dari konstitusi
1
J. Landasan Keabsahan Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan
Keabsahan atau validitas, sebagaimana dimaksudkan oleh Hans
Kelsen, adalah eksistensi spesifik dari norma-norma. Mengatakan suatu
norma adalah valid, sama halnya mengakui eksistensinya atau menganggap
norma itu mengandung “kekuatan mengikat” bagi mereka yang perbuatannya
diatur oleh peraturan tersebut.
1
dan (2) harus juga ada dalam naskah akademis rancangan peraturan
perundang-undangan.
1
PENUTUP
A. Kesimpulan
hukum adalah suatu sistem yang di buat manusia untuk membatasi
tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol. Sedangkan
perundang-undangan adalah setiap putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan
dan dikeluarkan oleh Lembaga dan atau Pejabat Negara yang mempunyai
fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang berlaku.
Dalam pembuatannya, Peraturan perundang-undangan (wet in
materiele zin) mengandung tiga unsur:
B. Saran
Penulis meyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
melakukan kesalahan. Dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi.
1
DAFTAR PUSTAKA