Dosen Pengampu :
Dr. Dema Yulianto, M.Psi.
Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah menuntun kita menuju jalan yang baik dan lurus yakni agama islam. Dengan
segala kerendahan hati kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna, sehingga kami membuka saran dan kritik yang bersifat membangun
agar nantinya tulisan ini lebih sempurna. Sehingga membawa manfaat bagi pencinta ilmu,
aamiin.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi Mahasiswa pada
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................
PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan..............................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................
A. Pengertian Anak Usia Dini...............................................................................................
B. Karakteristik Anak Usia Dini...............................................................................................8
C. Perbedaan Anak Usia Dini Dengan Anak Usia Sesudahnya......
D. Hukum Terhadap Anak Dalam Mendapatkan Pendidikan di
Indonesia....................................................................................
E. Tugas Negara Dalam Memenuhi Hak Pendidikan Anak di Indonesia..............
F. Hak Asuh Anak Yang Belum Dewasa Akibat Perceraian Kedua Orang
Tuanya...................13
G. Hal Yang Dipertimbangkan Majelis Hakim Dalam Menentukan Tanggung Jawab
Pengasuhan Anak Pasca Perceraian Kedua Orang
Tua.............................................................14
BAB III..................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................16
Kesimpulan.............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan individu dan memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Orang
tua atau orang dewasa dapat membantu anak dalam mengembangkan potensi-potensinya.
Orang tua/orang dewasa dapat membantu anak dalam mengembangkan potensinya dengan
cara mendidik serta membimbing sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Orang tua juga
dituntut untuk memberikan kasih sayang yang tulus serta mendidik anak dengan baik.
Berbeda dengan orang dewasa, anak memiliki sikap egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang
sangat tinggi, memiliki keunikan, dan kaya dengan fantasi.
Memperoleh pendidikan merupakan hak bagi anak-anak dan negara memiliki kewajiban
untuk memenuhi dan memberikan pendidikan secara merata dan seimbang pada setiap
warganya tanpa terkecuali dikarenakan negara merupakan penyelenggara pendidikan, namun
pada kenyataannya pemerintah masih belum bisa memenuhi seluruh hak pendidikan untuk
anak-anak. Mulai dari biaya pendidikan yang sangat tinggi sehingga pendidikan yang
berkualitas hanya dapat dinikmati oleh segelintir anak-anak yang berada di Indonesia.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah sebagai upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Hak asuh anak sering kali menjadi permasalahan sebelum ataupun sesudah perceraian.
Bahkan tak jarang bila antar mantan suami dan mantan istri, saling berebut mendapat hak
asuh anak mereka. Yang paling ekstrim lagi adalah, perebutan anak dilakukan dengan
kekerasan, sampai para pihak menggunakan jasa preman yang tentunya dapat melahirkan
permasalahan hukum baru jika tindakannya dilakukan di luar ketentuan hukum. Tak jarang
pula, bila ada pihak yang sudah mengantungi putusan pengadilan untuk mengasuh anak,
namun tidak mematuhi dan menjalankannya, alias tidak mengasuh anak yang dipercayakan
kepadanya dengan baik.
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk menjelaskan mengenai seperti apa Hakikat Anak dan Norma
Hukum PengasuhanPendidikan Anak, pengertian anak, seperti apa karakteristik pada anak,
apa saja perbedaan anak usia dini dengan anak usia sesudahnya, bagaimana hukum terhadap
anak dalam mendapatkan pendidikan di Indonesia, apa yang harus dilakukan negara dalam
memenuhi hak pendidikan anak, untuk mengetahui siapa yang berhak atas hak suh anak yang
belum dewasa akibat perceraian orang tuanya, dan seperti apa pertimbangan majelis hakim
dalam menentukan tanggung jawab pengasuhan anak ketika orang tuanya bercerai. Hal ini
dimaksud untuk menambah wawasan masyarakat khususnya orang tua tentang pentingnya
memahami Hakikat Anak dan Norma Hukum PengasuhanPendidikan Anak pada anak
mereka. Sehingga masyarakat khususnya orang tua dapat memaksimalkan peran dalam
mengasuh anaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.5 Anak sebagai milik orang tua dan investasi masa depan
Sejak Abad Pertengahan, banyak orang tua yang percaya bahwa anak-anak mereka
akan menjadi penerus mereka ketika mereka menjadi tua atau meninggal. Pada tahun
1960-an, berbagai program yang didasarkan pada pentingnya anak sebagai investasi
dikembangkan di berbagai negara bagian Amerika, termasuk program kesejahteraan
anak yang didasarkan pada persepsi anak sebagai investasi. Secara keseluruhan,
program-program ini mendukung gagasan bahwa anak-anak adalah investasi negara
yang paling berharga.
Berbeda dengan fase usia anak lainnya, anak usia dini memiliki karakteristik yang khas.
Beberapa karakteristik untuk anak usia dini tersebut adalah sebagai berikut :
Selain karakteristik anak usia dini di atas, ada beberapa titik kritis yang perlu
diperhatikan pada anak usia dini yang berbeda dengan anak usia sesudahnya. Titik kritis
tersebut adalah sebagai berikut (Kartadinata, 2003) :
Tujuan pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai mana dimaksud dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 (Pasal 5 ayat 1) tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Dari kata “setiap warga negara” mengartikan bahwa anak sebagai warga negara
berhak mendapatkan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang undang No. 23
Tahun 2002 (Pasal 9 ayat 1) tentang Perlindungan Anak bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan tingkat
kecerdasan sesuai minat dan bakatnya.
Pengertian hak anak atas pendidikan seharusnya dikembalikan pada pengertian dan
pemahaman dasar tentang apa itu hak asasi manusia itu sendiri. Hillary Rodham menyatakan
bahwa konsep dasar dari substansi hak-hak anak sebagai HAM merupakan suatu slogan
dalam proses pencapaian suatu pengertian dan pemahaman hakiki dari hak-hak anak itu
sendiri. Sebagai suatu proses, pengertian dan pemahaman hak-hak asasi anak sebagai bagian
dari HAM mengalami perubahan substantif berdasarkan evolusi dan revolusi waktu dari
konsep perlindungan (protection) keotonomi (outonomy) dari konsep ketidakmatangan
mental dan fisik (nurturance) menjadi kematangan pribadi dalam penetuan sikap dan
nasibnya sendiri (self determination), serta dari konsep (welfare) ke keadilan (justice).
Dalam hal terjadinya perceraian, pemeliharaan anak belum berumur 12 tahun adalah
hak ibunya.
Bila anak sudah berusia di atas 12 tahun, maka keputusan akan diserahkan kepada
anak tersebut untuk memilih antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak asuhnya.
Pihak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan anak
adalah ayahnya.
Sedangkan bagi yang non-Muslim, bila ada perselisihan mengenai hak asuh anak, maka
pengadilan yang akan memutuskan yang disesuaikan dengan fakta hukum.
Setiap orang tua memiliki tanggung jawab bagi pemeliharaan atau pengasuhan terhadap
anaknya. Pemeliharaan atau pengasuhan terhadap anak adalah pemenuhan berbagai aspek
kebutuhan si anak, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Dalam penentuan
hak asuh terhadap anak dapat dilihat dari beberapa faktor yang menjadi pertimbangan majelis
hakim yaitu :
Apabila anak masih dibawah umur maka hak asuh anak akan diutamakan
kepada pihak ibu.
Apabila selama proses sidang anak berada di pihak ayah maka hak asuh anak
bisa jadi jatuh kepada ayah dengan syarat pihak ayah harus tetap
memperbolehkan komunikasi antara ibu dan anak dengan kesepakatan kedua
belah pihak.
Apabila salah satu pihak keberatan dengan putusan hakim terkait hak asuh
anak maka pihak tersebut dapat mengajukan keberatan saat sidang dengan
memberikan alasan yang jelas dan dapat dibuktikan atau dapat dipertanggung
jawabkan.
Tentang pembebanan biaya hidup anak majelis hakim akan melihat dari segi
ekonomi kedua orang tua artinya majelis hakim akan memutuskan kepada
pihak yang ekonominya lebih mampu namun, apabila kedua ekonomi orang
tua anak tersebut mampu maka kedua belah pihak berhak menggunakan
kesepakatan bersama.
Jika dikaitkan dengan hukum adat Bali bahwa anak yang dilahirkan laki-laki
adalah purusa yaitu akan bertanggungjawab meneruskan hak dan kewajiban
dari ayahnya, baik dari sisi adat maupun dari sisi agama. Jika dilihat menurut
hukum adat. Hak asuh jelas seharusnya ikut bapak, hak disini diartikan bahwa
segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan anak dan status hukum
adalah anak bapak karena masyarakat hindu khususnya di Bali menganut
sistem patrilinal. Artinya anak yang lahir adalah anak bapak yang nantinya
akan melanjutkan bapak demikian warisnya akan jatuh ke tangan anak asuh
lakinya saja.
BAB 3
KESIMPULAN
1) Menurut National Association for the Education of Young Children (NAEYC) yaitu
asosiasi para pendidik anak yang berpusat di Amerika, anak usia dini adalah anak yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman
penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan
prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD (NAEYC, 1992).
2) Adapula pengertian anak usia dini menurut Menurut Undang-undang tentang Perlindungan
terhadap Anak (UU RI Nomor 32 Tahun 2002) Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih dalam kandungan.
3) Pengertian hak anak atas pendidikan seharusnya dikembalikan pada pengertian dan
pemahaman dasar tentang apa itu hak asasi manusia itu sendiri. Hillary Rodham menyatakan
bahwa konsep dasar dari substansi hak-hak anak sebagai HAM merupakan suatu slogan
dalam proses pencapaian suatu pengertian dan pemahaman hakiki dari hak-hak anak itu
sendiri
4) Hak asuh atas anak sebenarnya bisa diputuskan dengan cara kekeluargaan. Namun, bila
terjadi perselisihan akibat hak asuh anak, pasangan dapat menempuh jalur hukum untuk
memutuskan anak ikut dengan siapa. Baik yang Muslim maupun non-Muslim, hak asuh anak
di bawah umur jatuh kepada ibunya.
Pengertian dan Hakikat Anak | SILABUS. (n.d.). Retrieved November 11, 2023, from
https://www.silabus.web.id/anak/
Halodoc, R. (n.d.). Orangtua Bercerai, Anak Sebaiknya Ikut Siapa? Halodoc. Retrieved
sebaiknya-ikut-siapa
Mustika Mega Wijaya, SH., MH. 2015. "Perlindungan Hukum Anak Dibawah Umur Untuk
Ii, B., Teori, K., & Anak, A. (n.d.). Retrieved November 12, 2023, from http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/13089/5/BAB%20II.pdf
Amini, M., & Aisyah, S. (2014). Hakikat anak usia dini. Perkembangan Dan Konsep Dasar
Tatminingsih, S., & Cintasih, I. (2016). Hakikat anak usia dini. Perkembangan dan konsep