Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Anak Dalam Keluarga

"Hakikat Anak dan Norma Hukum Pengasuhan/Pendidikan Anak"

Dosen Pengampu :
Dr. Dema Yulianto, M.Psi.

Di Susun Oleh :

Kelompok 2

1. Feri Sholikah (2314070010)


2. Lia Puspita Sari (2314070009)
3. Maula Nafisah (2315070024)

JURUSAN PG PAUD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI
KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Tiada kata yang patut kami ucapkan selain ungkapan rasa syukur Alhamdulillah kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala taufiq, hidayah serta inayah-
Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Pendidikan
Anak Dalam Keluarga dengan judul Hakikat Anak dan Norma Hukum
Pengasuhan/Pendidikan Anak

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah menuntun kita menuju jalan yang baik dan lurus yakni agama islam. Dengan
segala kerendahan hati kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna, sehingga kami membuka saran dan kritik yang bersifat membangun
agar nantinya tulisan ini lebih sempurna. Sehingga membawa manfaat bagi pencinta ilmu,
aamiin.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi Mahasiswa pada
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kediri, 13 November 2023

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................
PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan..............................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................
A. Pengertian Anak Usia Dini...............................................................................................
B. Karakteristik Anak Usia Dini...............................................................................................8
C. Perbedaan Anak Usia Dini Dengan Anak Usia Sesudahnya......
D. Hukum Terhadap Anak Dalam Mendapatkan Pendidikan di
Indonesia....................................................................................
E. Tugas Negara Dalam Memenuhi Hak Pendidikan Anak di Indonesia..............
F. Hak Asuh Anak Yang Belum Dewasa Akibat Perceraian Kedua Orang
Tuanya...................13
G. Hal Yang Dipertimbangkan Majelis Hakim Dalam Menentukan Tanggung Jawab
Pengasuhan Anak Pasca Perceraian Kedua Orang
Tua.............................................................14
BAB III..................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................16
Kesimpulan.............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan individu dan memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Orang
tua atau orang dewasa dapat membantu anak dalam mengembangkan potensi-potensinya.
Orang tua/orang dewasa dapat membantu anak dalam mengembangkan potensinya dengan
cara mendidik serta membimbing sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Orang tua juga
dituntut untuk memberikan kasih sayang yang tulus serta mendidik anak dengan baik.
Berbeda dengan orang dewasa, anak memiliki sikap egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang
sangat tinggi, memiliki keunikan, dan kaya dengan fantasi.

Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat,


dibuat oleh lembaga yang berwenang dan bersifat memaksa serta berisi perintah dan larangan
yang apabila dilanggar akan mendapat sanksi. Hukum sangat dibutuhkan dalam pergaulan
hidup, dimana fungsinya adalah memperoleh ketertiban dalam hubungan antar manusia,
menjaga jangan sampai seseorang dapat dipaksa oleh orang lain untuk melakukan sesuatu
yang tidak kehendaknya, dan lain lain.

Memperoleh pendidikan merupakan hak bagi anak-anak dan negara memiliki kewajiban
untuk memenuhi dan memberikan pendidikan secara merata dan seimbang pada setiap
warganya tanpa terkecuali dikarenakan negara merupakan penyelenggara pendidikan, namun
pada kenyataannya pemerintah masih belum bisa memenuhi seluruh hak pendidikan untuk
anak-anak. Mulai dari biaya pendidikan yang sangat tinggi sehingga pendidikan yang
berkualitas hanya dapat dinikmati oleh segelintir anak-anak yang berada di Indonesia.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah sebagai upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Hak asuh anak sering kali menjadi permasalahan sebelum ataupun sesudah perceraian.
Bahkan tak jarang bila antar mantan suami dan mantan istri, saling berebut mendapat hak
asuh anak mereka. Yang paling ekstrim lagi adalah, perebutan anak dilakukan dengan
kekerasan, sampai para pihak menggunakan jasa preman yang tentunya dapat melahirkan
permasalahan hukum baru jika tindakannya dilakukan di luar ketentuan hukum. Tak jarang
pula, bila ada pihak yang sudah mengantungi putusan pengadilan untuk mengasuh anak,
namun tidak mematuhi dan menjalankannya, alias tidak mengasuh anak yang dipercayakan
kepadanya dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari anak usia dini?


2. Bagaimana karakteristik anak usia dini?
3. Apa perbedaan anak usia dini dengan anak usia sesudahnya?
4. Bagaimana pengaturan mengenai hukum terhadap anak dalam mendapatkan
pendidikan di Indonesia?
5. Bagaimana tugas negara dalam memenuhi hak pendidikan teruntuk anak di
Indonesia?
6. Siapa yang berhak mengasuh anak yang belum dewasa sebagai akibat perceraian
dari orang tuanya?
7. Apa saja Pertimbangan majelis hakim dalam menentukan tanggung jawab
pengasuhan anak yang orang tuanya bercerai?

1.3 Tujuan

Makalah ini disusun untuk menjelaskan mengenai seperti apa Hakikat Anak dan Norma
Hukum PengasuhanPendidikan Anak, pengertian anak, seperti apa karakteristik pada anak,
apa saja perbedaan anak usia dini dengan anak usia sesudahnya, bagaimana hukum terhadap
anak dalam mendapatkan pendidikan di Indonesia, apa yang harus dilakukan negara dalam
memenuhi hak pendidikan anak, untuk mengetahui siapa yang berhak atas hak suh anak yang
belum dewasa akibat perceraian orang tuanya, dan seperti apa pertimbangan majelis hakim
dalam menentukan tanggung jawab pengasuhan anak ketika orang tuanya bercerai. Hal ini
dimaksud untuk menambah wawasan masyarakat khususnya orang tua tentang pentingnya
memahami Hakikat Anak dan Norma Hukum PengasuhanPendidikan Anak pada anak
mereka. Sehingga masyarakat khususnya orang tua dapat memaksimalkan peran dalam
mengasuh anaknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK USIA DINI


Menurut National Association for the Education of Young Children (NAEYC) yaitu
asosiasi para pendidik anak yang berpusat di Amerika, anak usia dini adalah anak yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman
penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan
prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD (NAEYC, 1992). Adapula pengertian
anak usia dini menurut Menurut Undang-undang tentang Perlindungan terhadap Anak (UU
RI Nomor 32 Tahun 2002) Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Adapula beberapa penjelasan tentang hakikat anak dari berbagai pandangan :

2.1 Anak sebagai orang dewasa mini


Pada Abad Pertengahan, khususnya di Eropa, anak-anak dianggap sebagai orang
dewasa mini. Yang membedakannya dengan orang dewasa hanyalah ukuran dan
usianya. Padahal, seharusnya anak-anak berperilaku seperti orang dewasa. Bahkan di
berbagai negara berkembang, khususnya Amerika Latin dan Asia, anak-anak
diharapkan produktif secara ekonomi. Maria Montessori percaya bahwa anak-anak
diberkahi dengan kekuatan yang belum diketahui yang dapat membawa kita menuju
masa depan gemilang. Jika kita benar-benar menginginkan dunia baru, pendidikan
harus bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi tersembunyi tersebut.

2.2 Anak sebagai tanaman yang tumbuh


Anak-anak diibaratkan dengan tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan
orang tua adalah sebagai tukang kebun, dan sekolah adalah rumah kaca tempat anak-
anak tumbuh dan menjadi dewasa sesuai dengan pola pertumbuhan alaminya. Sebagai
seorang tukang kebun, Anda bertanggung jawab untuk menyiram, memupuk,
memberi makan, dan merawat tanaman di taman Anda.
2.3 Anak sebagai makhluk independen
Meskipun anak-anak dilahirkan dari orang tua, pada dasarnya mereka adalah individu
yang berbeda dari orang lain, termasuk orang tua mereka. Anak juga mempunyai
nasibnya masing-masing, yang belum tentu sama dengan nasib orang tuanya. Orang
tua harus memahami bahwa mereka tidak berhak memaksakan kehendaknya kepada
anak. Kita biarkan anak tumbuh sesuai hati nuraninya, orang tua hanya menjaga dan
membimbingnya agar tidak salah jalan dalam hidup.

2.4 Anak sebagai nikmat, amanat dan fitnah orang tua


Anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga, buah hatilah yang memperkuat
kehangatan tali kasih kedua orang tuanya dan mampu membahagiakan segenap sanak
saudara. Oleh karena itulah hendaknya orang tua menyadari pula akan kewajiban dan
tanggung jawabnya terhadap anak. Anak memerlukan perawatan, asuhan, bimbingan
dan pendidikan yang benar demi kelangsungan hidupnya. Pasangan suami istri yang
mampu melahirkan anak hendaknya menyadari betul bahwa anaknya itu semata-mata
merupakan karunia Allah. Sebab banyak orang yang sudah lama menikah dan ingin
mempunyai anak, tetapi tidak diberi anak oleh Allah. Oleh karena itu anak merupakan
anugerah dari Allah SWT dan mempunyai nilai yang begitu besar, kita wajib
mensyukurinya dan memberikan mereka pendidikan dan didikan yang terbaik.
Sebagai orang tua, Anda harus memahami bahwa meskipun memiliki anak adalah
sebuah anugerah, namun sayang juga bagi orang tua jika tidak bisa menjaganya.

2.5 Anak sebagai milik orang tua dan investasi masa depan
Sejak Abad Pertengahan, banyak orang tua yang percaya bahwa anak-anak mereka
akan menjadi penerus mereka ketika mereka menjadi tua atau meninggal. Pada tahun
1960-an, berbagai program yang didasarkan pada pentingnya anak sebagai investasi
dikembangkan di berbagai negara bagian Amerika, termasuk program kesejahteraan
anak yang didasarkan pada persepsi anak sebagai investasi. Secara keseluruhan,
program-program ini mendukung gagasan bahwa anak-anak adalah investasi negara
yang paling berharga.

2.6 Anak sebagai generasi penerus orang tua dan bangsa


Orang tua yang sudah mempunyai anak akan merasa ada yang bisa meneruskan garis
keturunannya. Batasan ini tidak akan terputus dan kelangsungan hidup umat manusia
akan terus terjamin.
B. KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI

Berbeda dengan fase usia anak lainnya, anak usia dini memiliki karakteristik yang khas.
Beberapa karakteristik untuk anak usia dini tersebut adalah sebagai berikut :

2.1 Memiliki rasa ingin tahu yang besar


Anak kecil sangat tertarik dengan dunia sekitar mereka. Dia ingin tahu segala sesuatu
yang terjadi di sekitarnya. Pada masa kanak-kanak, minat ini terwujud dalam dirinya
meraih benda apa pun yang tersedia baginya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Anak usia 3 hingga 4 tahun tidak hanya sering membongkar barang-barang untuk
memuaskan rasa ingin tahunya, tetapi mereka juga mulai suka bertanya, meskipun
bahasanya masih sangat sederhana. Pertanyaan anak usia ini biasanya diungkapkan
dengan kata “apa” atau “mengapa”. Setiap pertanyaan anak harus dijawab secara
menyeluruh dan lengkap, bukan sekadar dijawab. Bila perlu, kita juga bisa
merangsang rasa ingin tahu anak dengan mengajukan pertanyaan agar terjalin dialog
yang menyenangkan.
2.2 Merupakan pribadi yang unik
Meski terdapat banyak kesamaan pola perkembangan secara umum, namun setiap
anak, termasuk anak kembar, memiliki ciri khasnya masing-masing, seperti gaya
belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan ini dapat bersifat genetik
(misalnya dari segi ciri fisik) atau lingkungan (misalnya dari segi minat). Mengingat
keunikan tersebut, maka guru harus lebih mengutamakan pendekatan individual
dibandingkan pendekatan kelompok agar keunikan setiap anak dapat diperhitungkan
secara memadai.
2.3 Suka berfantasi dan berimajinasi
Anak usia dini senang membayangkan dan mengembangkan hal-hal yang jauh
melampaui dunia nyata. Anak dapat menceritakan sesuatu dengan sangat meyakinkan
seolah-olah mereka sendiri yang melihat atau mengalaminya, meskipun itu hanya
hasil khayalan atau khayalannya saja. Kadang-kadang anak-anak pada usia ini tidak
dapat dengan jelas memisahkan kenyataan dari fantasi, itulah sebabnya orang dewasa
sering mengira mereka berbohong. Imajinasi adalah kemampuan untuk menciptakan
jawaban-jawaban baru dari jawaban-jawaban yang sudah ada. Anak-anak pada
umumnya mempunyai fantasi yang sangat luas.Mereka dapat menciptakan gambar-
gambar yang tidak biasa dan imajiner, misalnya kursi yang disulap menjadi kereta,
taplak meja yang disulap menjadi perahu, dan sebagainya (Lubis, 1986).
2.4 Masa paling potensial untuk belajar
Anak usia dini sering disebut sebagai masa emas (golden age) karena anak pada usia
ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai
aspek. Misalnya dalam perkembangan otak, proses pertumbuhan otak yang sangat
pesat terjadi pada dua tahun pertama kehidupan seorang anak.
2.5 Menunjukkan sikap egosentris
Egosentris berasal dari kata ego dan sentris. Ego artinya diri sendiri, sentris artinya
pusat. Jadi egosentris artinya “egois”, artinya anak kecil biasanya hanya memahami
sesuatu dari sudut pandangnya sendiri dan bukan dari sudut pandang orang lain.
Anak-anak yang egosentris lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri mereka
sendiri dibandingkan tentang orang lain, dan tindakan mereka terutama untuk
keuntungan mereka sendiri (Hurlock, 1993). Hal ini terlihat dari tingkah laku anak,
misalnya masih suka berdebat mengenai mainan, menangis atau mengeluh jika
keinginannya tidak terpenuhi, memandang ayah dan ibu sebagai orang tua mutlak dan
bukan sebagai orang tua bagi adik atau kakaknya. yang Anak-anak. besar. saudara
laki-laki dan perempuan dll.
2.6 Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
Kita sering melihat anak kecil berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya
dengan sangat cepat. Anak pada usia ini mempunyai rentang perhatian yang sangat
pendek sehingga mudah mengalihkan perhatiannya ke aktivitas lain. Hal ini terutama
berlaku jika aktivitas sebelumnya tampaknya tidak lagi menarik perhatian mereka.
2.7 Sebagai bagian dari makhluk sosial
Bahkan pada usia dini, anak mulai senang bersosialisasi dan bermain dengan teman
sebayanya. Ia belajar berbagi, melepaskan, mengantri giliran, dan bersenang-senang
bersama teman-temannya. Anak membentuk citra dirinya melalui interaksi sosial
dengan teman sebayanya. Anak juga belajar bersosialisasi dan diterima di
lingkungannya. Jika dia bersikap egois, teman-temannya akan langsung menolaknya.
Dalam hal ini anak belajar berperilaku sesuai harapan sosial karena ia membutuhkan
orang lain dalam hidupnya.
2.8 Anak Usia Dini Bersifat Relatif Spontan
Pada masa ini, anak berperilaku apa adanya dan belum tahu cara berpura-pura.
Mereka dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan bebas tanpa khawatir
dengan reaksi orang-orang di sekitarnya.

2.9 Anak Usia Dini Cenderung Ceroboh dan Kurang Perhitungan


Pada anak usia dini, berbahaya atau tidaknya suatu tindakan tidak diperhitungkan.
Jika mereka ingin melakukannya, mereka akan melakukannya, meskipun hal itu dapat
mengakibatkan cedera atau kerusakan.
2.10 Anak Usia Dini Bersifat Aktif dan Energik
Anak usia dini selalu bergerak dan tidak pernah bisa diam kecuali sedang tertidur.
Maka sering kali dikatakan bahwa anak usia dini “tidak ada matinya”

2.11 Anak Usia Dini Berjiwa Petualang


Karena rasa ingin tahunya yang besar dan kuat, anak kecil ingin menjelajahi berbagai
tempat untuk memuaskan rasa ingin tahunya dengan menjelajahi benda dan
lingkungan di sekitarnya.
2.12 Anak Usia Dini Cenderung Mudah Frustrasi
Anak kecil mudah menyerah dan bosan dengan segala hal yang sulit baginya. Mereka
segera meninggalkan tugas atau permainan yang bahkan belum mereka selesaikan.

C. PERBEDAAN ANAK USIA DINI DENGAN ANAK USIA SESUDAHNYA

Selain karakteristik anak usia dini di atas, ada beberapa titik kritis yang perlu
diperhatikan pada anak usia dini yang berbeda dengan anak usia sesudahnya. Titik kritis
tersebut adalah sebagai berikut (Kartadinata, 2003) :

2.1 Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik


Anak usia dini membutuhkan keseimbangan nutrisi yang berbeda, olahraga dan tidur
yang cukup. Kondisi anak-anak tersebut memerlukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala untuk memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan baik. Selain itu,
pengawasan orang tua secara berkala juga diperlukan untuk menjaga keselamatan dan
harga diri anak sehingga mereka merasa aman lahir dan batin.
2.2 Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru
Anak usia dini senantiasa meniru apa yang dilihat dan didengarnya. Ia akan
mengamati segala perkataan, tingkah laku, sikap, keadaan, perasaan dan kebiasaan
anak-anak maupun orang dewasa disekitarnya, mencatatnya dalam benaknya
kemudian menirunya. Peniruan atau imitasi merupakan salah satu cara utama anak
belajar. Oleh karena itu, memberikan keteladanan atau contoh merupakan hal
terpenting dalam membesarkan anak usia dini.
2.3 Membutuhkan latihan dan rutinitas
Mengulangi sesuatu merupakan suatu kebutuhan sekaligus kesenangan bagi anak
kecil. Mereka tidak pernah bosan melakukan sesuatu secara berulang-ulang, misalnya:
mengumpulkan batu, menempelkan foto, mendengarkan cerita, dan lain-lain.
Pengulangan ini merupakan latihan bagi anak untuk mempelajari keterampilan
tertentu. Selain itu, rutinitas juga merupakan proses pembelajaran yang penting dalam
kehidupan anak karena melalui rutinitas tersebut, anak mengembangkan berbagai
kebiasaan baik, misalnya: mencuci tangan sebelum makan, berdoa sebelum dan
sesudah beraktivitas, berterima kasih kepada orang lain, dll.
2.4 Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban
Mengajukan pertanyaan adalah cara paling umum bagi anak-anak untuk belajar.
Anak-anak usia 3 hingga 4 tahun banyak menanyakan pertanyaan “bagaimana” dan
“mengapa”. Menjawab berbagai pertanyaan anak dengan baik dan mendapatkan
jawaban yang memuaskan akan membuat rasa ingin tahu dan keinginan anak untuk
mencari ilmu semakin kuat. Sebaliknya jika pertanyaan tersebut diabaikan, dikritik,
atau dijawab sembarangan, maka anak akan merasa bersalah atas pertanyaan yang
sudah ia ajukan dan perasaan bersalah tersebut menghalangi keinginannya untuk terus
belajar.
2.5 Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa
Meskipun anak-anak terkadang dapat memahami dan mengikuti instruksi orang
dewasa, anak kecil masih belum mampu berpikir seperti orang dewasa. Keterampilan
berpikir logis anak berkembang lebih lambat dibandingkan kemampuannya
menguasai kata-kata. Terkadang bahasa seorang anak terkesan mengejutkan, namun
pemikiran di balik perkataannya sebenarnya kekanak-kanakan dan tidak logis.
Pemikiran anak-anak terutama didasarkan pada hal-hal yang tampak dangkal bagi
mereka, dan seringkali kesimpulan yang diambil dari apa yang mereka lihat salah.
Oleh karena itu, membesarkan anak kecil memang membutuhkan kesabaran dan
pengertian.
2.6 Membutuhkan pengalaman langsung
Orang dewasa mempunyai kemampuan mental untuk menghadapi situasi baru,
menemukan alasan untuk memecahkan masalah, menguraikan solusi masalah dalam
pikirannya, dan mengungkapkan ide-ide baru. Anak usia dini belum memiliki
kemampuan mental seperti itu. Melalui pengalaman langsung, anak memperoleh lebih
banyak pengetahuan. Anak belajar banyak dari hal-hal yang sebenarnya ada di
hadapannya. Belajar menggunakan tubuh dan indera Anda termasuk: penglihatan,
pendengaran, sentuhan, rasa dan bau.
2.7 Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar
Anak kecil suka bereksperimen. Setiap kali dia gagal, dia tidak pernah lelah untuk
mencoba lagi dan lagi. Oleh karena itu, pendidik harus memberikan kesempatan
kepada anak untuk terlebih dahulu mencoba mengikuti jalannya sendiri, meskipun
kita tahu bahwa jalannya salah. Kita perlu memotivasi anak untuk melakukannya
berulang kali karena ketekunan adalah kunci keberhasilan dalam hidup dan
pembelajaran. Selain itu, pendidik juga harus siap untuk mengidentifikasi tindakan
yang tepat ketika seorang anak tampak bosan dengan kegagalan atau memintanya.
2.8 Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak
Bermain bagi anak merupakan proses persiapan memasuki dunia orang dewasa,
kesempatan memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal, membangkitkan
keinginan bereksplorasi, melatih perkembangan fisik dan imajinasinya, berlatih
berinteraksi dengan orang dewasa dan anak lain, berlatih menggunakan kata-kata, dll.
Selain itu, bermain membuat belajar menjadi menyenangkan, dan manfaat bermain
sangat besar, karena begitu anak memasuki sekolah dasar, pembelajaran menjadi lebih
formal dan memerlukan usaha yang serius.

D. HUKUM TERHADAP ANAK DALAM MENDAPATKAN PENDIDIKAN DI


INDONESIA

Tujuan pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai mana dimaksud dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 (Pasal 5 ayat 1) tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Dari kata “setiap warga negara” mengartikan bahwa anak sebagai warga negara
berhak mendapatkan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang undang No. 23
Tahun 2002 (Pasal 9 ayat 1) tentang Perlindungan Anak bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan tingkat
kecerdasan sesuai minat dan bakatnya.

Pengertian hak anak atas pendidikan seharusnya dikembalikan pada pengertian dan
pemahaman dasar tentang apa itu hak asasi manusia itu sendiri. Hillary Rodham menyatakan
bahwa konsep dasar dari substansi hak-hak anak sebagai HAM merupakan suatu slogan
dalam proses pencapaian suatu pengertian dan pemahaman hakiki dari hak-hak anak itu
sendiri. Sebagai suatu proses, pengertian dan pemahaman hak-hak asasi anak sebagai bagian
dari HAM mengalami perubahan substantif berdasarkan evolusi dan revolusi waktu dari
konsep perlindungan (protection) keotonomi (outonomy) dari konsep ketidakmatangan
mental dan fisik (nurturance) menjadi kematangan pribadi dalam penetuan sikap dan
nasibnya sendiri (self determination), serta dari konsep (welfare) ke keadilan (justice).

E. TUGAS NEGARA DALAM MEMENUHI HAK PENDIDIKAN ANAK DI


INDONESIA

Tugas negara dalam memenuhi hak pendidikan bagi anak adalah :

 Pertama, bahwa pendidikan merupakan hak seluruh warga Negara. Artinya,


seluruh warga Negara, bahkan setiap anak berhak mendapatkan pendidikan
dengan prinsip non diskriminasi, baik jenis kelamin, gender, Suku, Ras,
Agama, juga kelas ekonomi, termasuk untuk warga Negara yang memiliki
kebutuhan khusus (difable).
 Kedua, bahwa Pendidikan merupakan hak warga Negara, yang artinya
pemerintah sebagai penyelenggara Negara wajib untuk menyelenggarakan
pendidikan. Penyelenggaraan tersebut mencakup pendanaan, serta pelayanan
publik untuk menyelenggarakan pendidikan itu sendiri.

F. HAK ASUH ANAK YANG BELUM DEWASA AKIBAT PERCERAIAN KEDUA


ORANG TUANYA
Hak asuh atas anak sebenarnya bisa diputuskan dengan cara kekeluargaan. Namun, bila
terjadi perselisihan akibat hak asuh anak, pasangan dapat menempuh jalur hukum untuk
memutuskan anak ikut dengan siapa. Baik yang Muslim maupun non-Muslim, hak asuh anak
di bawah umur jatuh kepada ibunya.
Khusus bagi yang Muslim, Kompilasi Hukum Islam pasal 105 mengatur 3 ketentuan berikut:

 Dalam hal terjadinya perceraian, pemeliharaan anak belum berumur 12 tahun adalah
hak ibunya.
 Bila anak sudah berusia di atas 12 tahun, maka keputusan akan diserahkan kepada
anak tersebut untuk memilih antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak asuhnya.
 Pihak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan anak
adalah ayahnya.

Sedangkan bagi yang non-Muslim, bila ada perselisihan mengenai hak asuh anak, maka
pengadilan yang akan memutuskan yang disesuaikan dengan fakta hukum.

G. HAL YANG DIPERTIMBANGKAN MAJELIS HAKIM DALAM MENENTUKAN


TANGGUNG JAWAB PENGASUHAN ANAK PASCA PERCERAIAN KEDUA
ORANG TUA
Pertimbangan hukum menjadi pertanggungjawaban hakim terhadap putusan yang telah
dilahirkannya. Baik putusan yang berkaitan dengan perkara perdata, pidana, tata usaha negara
dan putusan yang diputuskan oleh hakim di Pengadilan Militer tidak terlepas dari
pertimbangan yang menjadi dasar bagi hakim dalam mempertimbangkannya. Termasuk di
dalamnya dalam memutuskan hak asuh anak pasca terjadinya perceraian orang tuanya. Hal
yang sama juga diterapkan oleh hakim dalam memutuskan hak pengasuhan anak dalam
memutuskan putusan.

Setiap orang tua memiliki tanggung jawab bagi pemeliharaan atau pengasuhan terhadap
anaknya. Pemeliharaan atau pengasuhan terhadap anak adalah pemenuhan berbagai aspek
kebutuhan si anak, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Dalam penentuan
hak asuh terhadap anak dapat dilihat dari beberapa faktor yang menjadi pertimbangan majelis
hakim yaitu :

 Apabila anak masih dibawah umur maka hak asuh anak akan diutamakan
kepada pihak ibu.
 Apabila selama proses sidang anak berada di pihak ayah maka hak asuh anak
bisa jadi jatuh kepada ayah dengan syarat pihak ayah harus tetap
memperbolehkan komunikasi antara ibu dan anak dengan kesepakatan kedua
belah pihak.
 Apabila salah satu pihak keberatan dengan putusan hakim terkait hak asuh
anak maka pihak tersebut dapat mengajukan keberatan saat sidang dengan
memberikan alasan yang jelas dan dapat dibuktikan atau dapat dipertanggung
jawabkan.
 Tentang pembebanan biaya hidup anak majelis hakim akan melihat dari segi
ekonomi kedua orang tua artinya majelis hakim akan memutuskan kepada
pihak yang ekonominya lebih mampu namun, apabila kedua ekonomi orang
tua anak tersebut mampu maka kedua belah pihak berhak menggunakan
kesepakatan bersama.
 Jika dikaitkan dengan hukum adat Bali bahwa anak yang dilahirkan laki-laki
adalah purusa yaitu akan bertanggungjawab meneruskan hak dan kewajiban
dari ayahnya, baik dari sisi adat maupun dari sisi agama. Jika dilihat menurut
hukum adat. Hak asuh jelas seharusnya ikut bapak, hak disini diartikan bahwa
segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan anak dan status hukum
adalah anak bapak karena masyarakat hindu khususnya di Bali menganut
sistem patrilinal. Artinya anak yang lahir adalah anak bapak yang nantinya
akan melanjutkan bapak demikian warisnya akan jatuh ke tangan anak asuh
lakinya saja.
BAB 3
KESIMPULAN

1) Menurut National Association for the Education of Young Children (NAEYC) yaitu
asosiasi para pendidik anak yang berpusat di Amerika, anak usia dini adalah anak yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman
penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan
prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD (NAEYC, 1992).

2) Adapula pengertian anak usia dini menurut Menurut Undang-undang tentang Perlindungan
terhadap Anak (UU RI Nomor 32 Tahun 2002) Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih dalam kandungan.

3) Pengertian hak anak atas pendidikan seharusnya dikembalikan pada pengertian dan
pemahaman dasar tentang apa itu hak asasi manusia itu sendiri. Hillary Rodham menyatakan
bahwa konsep dasar dari substansi hak-hak anak sebagai HAM merupakan suatu slogan
dalam proses pencapaian suatu pengertian dan pemahaman hakiki dari hak-hak anak itu
sendiri

4) Hak asuh atas anak sebenarnya bisa diputuskan dengan cara kekeluargaan. Namun, bila
terjadi perselisihan akibat hak asuh anak, pasangan dapat menempuh jalur hukum untuk
memutuskan anak ikut dengan siapa. Baik yang Muslim maupun non-Muslim, hak asuh anak
di bawah umur jatuh kepada ibunya.

5) Pertimbangan hukum menjadi pertanggungjawaban hakim terhadap putusan yang telah


dilahirkannya. Baik putusan yang berkaitan dengan perkara perdata, pidana, tata usaha negara
dan putusan yang diputuskan oleh hakim di Pengadilan Militer tidak terlepas dari
pertimbangan yang menjadi dasar bagi hakim dalam mempertimbangkannya. Termasuk di
dalamnya dalam memutuskan hak asuh anak pasca terjadinya perceraian orang tuanya. Hal
yang sama juga diterapkan oleh hakim dalam memutuskan hak pengasuhan anak dalam
memutuskan putusan.
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian dan Hakikat Anak | SILABUS. (n.d.). Retrieved November 11, 2023, from

https://www.silabus.web.id/anak/

Halodoc, R. (n.d.). Orangtua Bercerai, Anak Sebaiknya Ikut Siapa? Halodoc. Retrieved

November 11, 2023, from https://www.halodoc.com/artikel/orangtua-bercerai-anak-

sebaiknya-ikut-siapa

Ni Kadek Sintia Antari1) , I Wayan Agus Vijayantera2). ‘’PERTIMBANGAN HUKUM

DALAM MENETAPKAN HAK ASUH DAN PEMBEBANAN NAFKAH ANAK PASCA

PERCERAIAN”, vol. 0,1, Oct. 2021, doi:https://doihttps://doi.org/10.36733/jhm.v1i2,.

Mustika Mega Wijaya, SH., MH. 2015. "Perlindungan Hukum Anak Dibawah Umur Untuk

Mendapatkan Pendidikan". Pakuan Law Review 1 no.2:257-278.

Ii, B., Teori, K., & Anak, A. (n.d.). Retrieved November 12, 2023, from http://repo.iain-

tulungagung.ac.id/13089/5/BAB%20II.pdf

Amini, M., & Aisyah, S. (2014). Hakikat anak usia dini. Perkembangan Dan Konsep Dasar

Pengembangan Anak Usia Dini, 65, 1-43.

Tatminingsih, S., & Cintasih, I. (2016). Hakikat anak usia dini. Perkembangan dan konsep

dasar pengembangan anak usia dini, 1, 1-65.

Anda mungkin juga menyukai