Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Makalah ini untuk Alih-guna untuk mempelajari tentang sosialisasi maayrakat


serta lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti
penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan
bahkan perubahan lingkungan global. Jadi makalah ini mempelajari tentang ekologi
terutama ekologi pedesaan.Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan
dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain.
Ekologi Pedesaan adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat
ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan tersebut di
atas dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Ekologi Pedesaan, sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan
mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang telah dipraktekkan petani sejak dulu
kala. Secara sederhana, ekologi pedesaan berarti menanam pepohonan di lahan pertanian,
dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan
demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja
tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu,
sehingga agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis. ekologi pedesaan mahasiswa
diharapkan mampu memahami konsep, menerapkan serta mengevaluasi kajian ekologi
pedesaan. Tujuan pembelajaran mata kuliah Ekologi pedesaan bagi mahasiswa adalah
secara umum sesuai visi dan misi Jurusan dasar-dasar ilmu Ekologi pedesaan serta contoh-
contohnya dalam kehidupan sehari-hari dan industri; Menghasilkan dan; Meningkatkan
kemampuan berdiskusi, bekerjasama dalam kelompok dalam menganalisis masalah dan
berinteraksi antar displin ilmu. Makalah ini untuk Alih-guna untuk mempelajari tentang
sosialisasi maasyrakat serta lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan
banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna,
banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Jadi makalah ini mempelajari
tentang ekologi terutama ekologi pedesaan.Masalah ini bertambah berat dari waktu ke
waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan
usaha lain. Ekologi Pedesaan adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin
dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan

2
tersebut di atas dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Ekologi Pedesaan,
sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan, berupaya
mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang telah dipraktekkan
petani sejak dulu kala. Secara sederhana, ekologi pedesaan berarti menanam pepohonan di
lahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya
(subyek). Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik
dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari
waktu ke waktu, sehingga agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis. ekologi
pedesaan mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep, menerapkan serta
mengevaluasi kajian ekologi pedesaan. Tujuan pembelajaran mata kuliah Ekologi pedesaan
bagi mahasiswa adalah secara umum sesuai visi dan misi Jurusan dasar-dasar ilmu Ekologi
pedesaan serta contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari dan industri; Menghasilkan
dan Meningkatkan kemampuan berdiskusi, bekerjasama dalam kelompok dalam
menganalisis masalah dan berinteraksi antar displin ilmu. Dalam ekologi pedesaan,
mengenal beberapa konsep yang menjelaskan keadaan dinamika suatu ekosistem seperti
pertukaran materi, perubahan ekologis, kesetimbangan dan ketidaksetimbangan populasi,
distribusi dan interaksi. Dalam dinamika internal ekosistem ini terdapat dua faktor
pendukung utama yaitu faktor abiotik (tanah, sinar matahari,air dan gas) dan dan faktor
biotik (makhluk hidup). Ekologi pedesaan terkait dengan ilmu ekologi manusia, karena
kemampuannya dalam memberikan landasan teoretik dan konseptual yang berguna untuk
memaknai dan memahami fenomena dan fakta hubungan interaksional manusia dan alam
serta perubahan sosial dan ekologis yang terjadi dialam. Perubahan ekologi adalah dampak
yang tidak dapat dielakkan dari interakasi manusia dan alam yang berlangsung dalam
konteks pertukaran. Proses pertukaran itu sendiri melibatkan energi, materi dan informasi
yang saling diberikan oleh kedua belah pihak yang saling berinteraksi. Namun tidak
selamanya pertukaran energi dan materi antara sistem sosial dan sistem ekologis
berlangsung dalam suasana yang arif, pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang terus
meningkat telah membawamanusia pada suatu fase yang mendorong manusia untuk
mengembangkan tindakan-tindakan eksploitatif disetiap aras ekosistem mikro-meso-makro
diseluruh pelosok bumi ini.

2
1.2 Rumusan masalah

 apa saja dampak positif dan negatif dari ekologi pedesaan?


 Bagaimana sistem ekologi pedesaan?
 Bagaimana dukungan dari pemerintah dalam menerapkan ekologi pedeseaan dalam
sebuah lingkungan? 
 Bagaimana pola ekologi pedesaan dalam mengembangkan ekonomi petani atau
masyarakat?

.1.3.Tujuan Penulisan

1. Sebagai media sosialisasi dan informasi tentang menggunakan sistem ekologi pedesaan
dan dampaknya terhadap lingkungan sosial.
2. Sebagai referensi bagi mahasiswa untuk membuat makalah dari dosen untuk membuat
presentasi plus makalah. Tentang ekologi pedesaan. Dalam program studi sosial
pedesaan.

1.4 manfaat penulisan

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan dalam bidang pendidikan,


khususnya dalam meningkatkan prestasi siswa.
2. Sebagai tambahan pengalaman serta masukan sehingga dapat menjadi bekal dan pedoman
untuk terjun dalam lembaga pendidikan dalam rangka mengembangkan ilmu sosial
masyarakat terutama dipedesaaan dikalangan mahasiswa.
3. Kalangan Pendidik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi pada dosen
selaku pendidik untuk meningkatkan kompetensi dosen dalam meningkatkan prestasi
mahasiswa.

1.5 Sumber Data

1. Referensi tentang pola ekologi pedesaaan


2. Referensi alih fungsi lahan manfaat , dan dampak positif dan negatif diekologi
pedeasaan

2
Bab II

Pembahasan

2.1 ekologi pedesaan serta pola pedesaan

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang
sistem ekologi pedesaaan dan dampaknya terhadap lingkungan sosial.

Ekologi tersebut merupakan cabangilmu biologi yang


mempelajari interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain dan juga dengan
lingkungan sekitarnya.[1] Dalam ilmu lingkungan, ekologi dijadikan sebagai ilmu dasar untuk
memahami interaksi di dalam lingkungan.[2] Komponen yang terlibat dalam interaksi ini dapat
dibagi menjadi komponen biotik (hidup) dan abiotik (tak hidup). Sistem ekologi terbentuk dari
kesatuan dan interaksi antarkomponen penyusun ekosistem yang saling berhubungan satu
sama lain. Analisis ekologi digunakan oleh manusia untuk menciptakan lingkungan hidup
berkelanjutan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan demi pengamanan dan
kelestarian, dan kesejahteraan. Asas-asas ekologi digunakan dalam menganalisis
lingkungan hidup manusia, pertambahan penduduk, peningkatan produksi makanan,
penghijauan, erosi, banjir, pelestarian plasma nutfah, dan hewan-hewan langka, koleksi
buah-buahan langka,Maupun alam dan ekonomi masyarakat di pedesaan. ekologi
pedesaan, mengenal beberapa konsep yang menjelaskan keadaan dinamika suatu
ekosistem seperti pertukaran materi, perubahan ekologis, kesetimbangan dan
ketidaksetimbangan populasi, distribusi dan interaksi. Dalam dinamika internal ekosistem
ini terdapat dua faktor pendukung utama yaitu faktor abiotik (tanah, sinar matahari,air dan
gas) dan dan faktor biotik (makhluk hidup). Ekologi pedesaan terkait dengan ilmu ekologi
manusia, karena kemampuannya dalam memberikan landasan teoretik dan konseptual
yang berguna untuk memaknai dan memahami fenomena dan fakta hubungan
interaksional manusia dan alam serta perubahan sosial dan ekologis yang terjadi dialam.
Perubahan ekologi adalah dampak yang tidak dapat dielakkan dari interakasi manusia dan
alam yang berlangsung dalam konteks pertukaran. Proses pertukaran itu sendiri
melibatkan energi, materi dan informasi yang saling diberikan oleh kedua belah pihak
yang saling berinteraksi. Namun tidak selamanya pertukaran energi dan materi antara

2
sistem sosial dan sistem ekologis berlangsung dalam suasana yang arif, pemenuhan
kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat telah membawamanusia pada suatu fase
yang mendorong manusia untuk mengembangkan tindakan-tindakan eksploitatif disetiap
aras ekosistem mikro-meso-makro diseluruh pelosok bumi ini. Ekologi pedesaan
memiliki keterkaitan dengan proses adaptasi yang dilakukan antara komponen biotik dan
komponen abiotik dalam suatu ekosistem. Ekologi pedesaan juga memfokuskan
hubungan interaksi dan adaptasi antara manusia dengan alam yang ada di suatu desa.
Adaptasi ekologi tersebut membentuk suatu pola. Dalam pola adaptasi ekologi terdapat
tiga teori yang menjelaskan tentang bagaimana sesungguhnya kebudayaan terbentuk,
bertahan dan berkembang, yaitu

1. Determinasi Lingkungan Menurut Ellen C. Semple (1911), seluruh kebudayaan dan


perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi langsung oleh faktor-faktor lingkungan yaitu
iklim, topografi, sumber daya alam dan geografi.

2. Posibilisme Lingkungan Teori ini muncul sekitar tahun 1930an sebagai kritik atas
pendekatan deterministik. Teori ini memandang bahwa pada dasarnya lingkungan
bukanlah faktor penentu sebagaimana pada paham deterministik, melainkan hanya
sebagai penapis, penyaring bagi terbentuknya unsur budaya tertentu. Menurut Arnold
Toynbee (1947), respon masyarakat terhadap lingkungan alam menjadi penentu
berkembang tidaknya peradaban di masyarakat bersangkutan. Contoh, masyarakat eskimo
vs masyarakat tropis

3. Ekologi Budaya Paham ini dipandang sebagai revisi dari paham posibilisme. Menurut
Julian Steward (1968), Ekologi budaya adalah studi yang mempelajari bagaimana suatu
masyarakat beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi lingkungan hanya berlangsung
di unsur budaya tertentu, yakni teknologi eksploitasi sumber daya alam, populasi
penduduk, ekonomi dan organisasi sosial. Pola ekologi pedesaan tidak dapat terlepas
dengan lokasi desa tersebut. Lokasi desa juga membentuk suatu pola tertentu dalam
mendukung ekologi pedesaan. Pola lokasi desa adalah pengaturan ruang lingkung desa,
bagaimana pengaturan lahan untuk perumahan serta penggunaan lahan untuk persawahan,
pertambakan, ternak, hutan lindung dan sebagainya. Ukuran yang dijadikan pedoman
bagi warga desa adalah unsur-unsur kemudahan, keamanan, dan ada norma tertentu yang
bersifat budaya dan rohaniah yang harus diperhitungkan, dalam hal pemilihan lokasi

2
untuk rumah tinggal misalnya. Umumnya warga desa menyatu dengan alam, dalam arti
sering tergantung kepada keadaan alam dan unsur kepercayaan yang sifatnya tahayul.
Drs.Sapari Imam Asy’ari mengemukakan bahwa desa yang maju, memiliki tata ruang
desa yang rapi, asri dan indah dipandang mata, dengan deretan rumah dan pepohonan di
kanan kiri jalan. Pola ekologi desa pada umumnya menganut pola konsentris. Ada pusat
desa atau dusun, yang menurut sejarahnya sebagai cikal bakalnya. Jenis-jenis pola lokasi
desa yaitu pola melingkar, pola mendatar, pola konsentris, pola memanjang jalur sungai
atau jalan dan pola mendatar. Ekologi pedesaan juga tidak bisa lepas dari faktor
pendukung berupa tipe dari suatu desa. Tipe desa dapat terbagi menjadi berbagai macam
jenis yang dapat menunjang dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat
pedesaan. Dalam ekologi pedesaan, tipe desa menjadi faktor penting agar desa tersebut
dapat menjalankan fungsi kehidupannya sesuai dengan peruntukkannya. Hal tersebut
disebabkan karena ekologi pedesaan tidak dapat berdiri begitu saja, namun dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor pendukungnya. Ekologi pedesaan akan berjalan dengan baik,
apabila semua komponen dan sistem pendukung sesuai dan seimbang

2.2 Tipe desa menurut mata pencaharian :

1) Desa pertanian Desa pertanian biasanya dilandasi oleh mayoritas pekerjaan dari
penduduknya adalah pertanian tanaman budidaya. Desa ini bias pertanian lahan sawah
dan tegal dengan karakteristik masing-masing.

2) Desa peternakan Desa peternakan merupakan desa dimana penduduknya mempunyai


mata pencaharian utama peternakan. Meski demikian kenyataannya saat ini tidak ada
satupun desa yang memiliki homogenitas. Meski ada mata pencaharian lain namun,
peternakan tetap merupakan pencaharian utama

3) Desa industri Desa yang memproduksi kebutuhan dan alat perlengkapan hidup. b.
Tipe

desa menurut tingkat perkembangan desa

1) Desa swadaya, yaitu desa yang belum mampu mandiri dalam penyelenggaraan
urutan rumah tangga sendiri, administrasi desa belum terselenggara dengan

2
baik dan LKMD belum berfungsi dengan baik dalam mengorganisasikan dan
menngerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa secara
terpadu.
2) Desa swakarya, yaitu desa setingkat lebih tinggi dari desa swadaya. Pada desa
swakarya ini, mulai mampu mandiri untuk menyelenggarakan urusan rumah
tangga sendiri, administrasi desa sudah terselenggara dengan cukup baik dan
LKMD cukup berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu.
3) Desa swasembada, yaitu desa yang telah mampu menyelenggarakan urusan
rumah tangga sendiri, administrrasi desa sudah terselenggara dengan baik dan
LKMD telah berfungsi dalam mengorganisasikan serta mampu menggerakkan
peran serta masyarakat dalam pembanguanan secara terpadu. Menurut tipe
desa ditentukan berdasarkan pendekatan potensi dominan yang diolah dan
dikembangkan serta telah menjadi sumber penghasilan sebagian besar
masyarakat desa. Tipe desa meliputi 8 tipe, yaitu: Tipe desa nelayan, desa
persawahan, desa perladangan, desa perkebunan, desa peternakan, desa
kerajinan/industri kecil, desa industri sedang dan besar, desa jasa dan
perdagangan

Pola pola desa, dari bujur sangkar sampai bulat


telur.

2.3 14 pola desa, yaitu :

 Segi empat memanjang ( rectangular ) ; tipe paling umum karena bentuk lahan
pertaniannya. Kekompakan desa membutuhkan letak rumah yang saling berdekatan,
karena tak ada tembok keliling yang mengamankannya. Pola segi 4 cocok bagi
permukiman berkelompok.

 Bujur sangkar ( square & 4 square ) ; tipe ini muncul di persilangan jalan, juga di
permukiman bentuk segi 4 panjang yang terbagi 4 kelompok.
 Desa memanjang ( elongated ) ; kondisi alam dan budaya setempat telah membatasi
pemekaran desa ke arah2 tertentu sehingga terpaksa memanjangkan diri.

2
 Desa melingkar ( circular ) ; bentuk ini diwarisi ketika tanah masih kosong. Desa
dibangun di atas urugan tanah, sehingga dari luar nampak seperti benteng dengan lubang
untuk keluar masuk.
 Tipe beruji ( radial plan ) ; jika pusat desa berpengaruh besar atas perumahan penduduk,
maka tercapai bentuk beruji. Pengaruh tsb berasal dari istana bangsawan, rumah ibadah
atau pasar.
 Desa poligonal ; karena desa tak pernah dibangun menurut rencana tertentu, maka
nampak bentuk2 luar yang beragam. Bentuk ini antara melingkar dan segi empat
panjang.

 Pola tapal kuda ( horse shoe ) ; dihasilkan oleh sebuah gundukan, bukit atau lembah,
sehingga pola desa menjadi setengah melingkar.
 Tak teratur ( irregular ) : desa yang masing2 rumahnya tak karuan alang ujurnya.
 Inti rangkap ( double nucleus ) ; desa kembar hasil pertemuan 2 permukiman yang saling
mendekat, misalnya akibat lokasi stasiun kereta api di antara keduanya.
 Pola kipas ; tumbuh dari pusat yang letaknya di salah satu ujung permukiman, dari situ
jalan raya menuju ke segala arah.

 Desa pinggir jalan raya ( street ) ; desa ini memanjang sepanjang jalan raya, pasar
berada di tengah, jalan kereta api menyusuri jalan raya tsb.
 Desa bulat telur ( oval  ) ; sengaja dibuat menurut rencana demikian.

2.4 Ekologi Pedesaan Menjadi Korban Alih Fungsi Lahan

Dengan julukan Negara agraris yang dijunjungnya, tentu saja Indonesia memiliki
banyak sekali potensi pertanian atau perkebunan yang bisa dijadikan sumber perekonomian
Negara.Akan tetapi, seiring berkembangnya sistem perekonomian serta meningkatnya jumlah
penduduk, maka kebutuhan lahan untuk kepentingan dalam bidang selain pertanian semakin
meningkat pula.Alih fungsi lahan menjadi ancaman serius bagi ekosistem pertanian di
Indonesia. Berubahnya lahan pertanian menjadi non-pertanian bisa membawa dampak sangat
luas.Tak hanya soal ketahanan pangan, tetapi juga membawa dampak bagi kemiskinan petani
dan kerusakan ekologi di pedesaan.Berkurangnya lahan pertanian menyebabkan turunnya
produksi pangan nasional dan memgancam keseimbangan ekosistem dengan berbagai
keanekaragaman populasi di dalamnya.Sawah atau lahan-lahan pertanian merupakan
ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga jika lahan tersebut mengalami perubahan

2
fungsi, binatang-binatang tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke
permukiman warga.Selain itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan
dengan baik sehingga mengurangi resiko penyebab banjir saat musim penghujan.Hal ini
diamini Ketua Presidium Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHGS),
Gunawan. Menurutnya, alih fungsi lahan membawa dampak langsung kepada kemiskinan
petani.Karena tanahnya terjual tapi hasilnya habis untuk konsumsi, dan bukan modal kerja
lagi. Tentu, juga sangat sulit mengubah dari petani menjadi profesi lain.Efek negatif pada
kerusakan ekologi pedesaan menjadi dampak utama terkait dengan hilangnya kawasan
budidaya pertanian. Kondisi tersebut tidak muncul dengan sendirinya.Alih fungsi lahan selalu
diawali dari kondisi dimana hasil produksi pertanian tidak mencukupi kebutuhan hidup
petani. Akhirnya, berujung dengan dijualnya lahan pertanian tersebut.Seharusnya memang
adanya dorongan kebijakan untuk menjaga kawasan pertanian berkelanjutan akan
mengurangi dampak berkepanjangan untuk ketahanan pangan dimasa datang.Untuk
mengatasi itu, perlu ada komitmen yang serius dari pemerintah untuk melindungi lahan
pertanian, baik melalui dan penegakan aturan.peraturan Karena belum punya Perda
perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, perda perlindungan dan pemberdayaan petani
serta produk hukum daerah terkait kawasan perdesaan, agar segera menyusunnya.

Dampak negativ dan positif alih fungsi lahan


didalam ekologi pedesaan.

2.5 Dampak negativ

1. Kerugian pertama, alih fungsi lahan pertanian akan membuat kesejahteraan petani
menurun. Hal itu disebabkan berubahnya lahan pertanian yang telah dikelolanya.
Lanjutnya, hal itu juga bisa menyebabkan bergesernya lapangan kerja dari sektor
pertanian ke non-pertanian. Jika tenaga kerja sebelumnya (petani) tidak mampu
diserap semua, itu akan menambah angka pengangguran.
2. Sisi negatif kedua, alif fungsi bisa mengurangi ketersediaan pangan pokok yang
dibutuhkan masyarakat Indonesia untuk konsumsinya.
3. Dampak negatif terakhir adalah terhadap lingkungan dan potensi dari lahan itu
sendiri. Investor yang mengalihkan fungsi lahan pertanian dapat saja salah
perhitungan sehingga menambah jumlah lahan tidur,

2
2.6 Dampak positif

 Yaitu meningkatnya harga jual lahan,


 terbukanya peluang usaha, dan
 peningkatan sarana prasarana fasilitas umum.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang sistem ekologi
pedesaaan dan dampaknya terhadap lingkungan sosial. Maupun alam dan ekonomi
masyarakat di pedesaan. ekologi pedesaan, mengenal beberapa konsep yang menjelaskan
keadaan dinamika suatu ekosistem seperti pertukaran materi, perubahan
ekologis, kesetimbangan dan ketidaksetimbangan populasi, distribusi dan
interaksi. Perubahan ekologi adalah dampak yang tidak dapat dielakkan dari interakasi
manusia dan alam yang berlangsung dalam konteks pertukaran. Proses pertukaran itu sendiri
melibatkan energi, materi dan informasi yang saling diberikan oleh kedua belah pihak yang
saling berinteraksi. Ekologi pedesaan juga memfokuskan hubungan interaksi dan adaptasi
antara manusia dengan alam yang ada di suatu desa. Adaptasi ekologi tersebut membentuk
suatu pola.

3.2 Saran

Menurut pendapat saya, di era Globalisasi ini bangsa Indonesia perlu melakukan berbagai
perbaikan di segala bidang. Adapun bidang dasar yang cukup penting seperti sosial dan
budaya, politik, hukum bidang ekonomi, dan pertanian. Dan terkang masalah tersebut akan
muncul dan tidak dapat dihindarkan. Saya yakin bahwa bangsa ini akan memiliki kehidupan

2
yang lebih baik dan memecahkan berbagai masalah masalah ekonomi pertanian terutama
untuk kebaikan masyarakat.

Dan kami juga Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.Untuk saran bisa
berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan
dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

2
DAFTAR PUSTAKA.

3.3.DAFTAR PUSTAKA

Nisa Widiaswara on Nov 04, 2017 Pola Ekologi Pedesaan,fak.ilmu matametika pengetahuan
Univesitas sebelas maret.

Malvyandie Haryadi Kamis12,Maret,2020.Alih Fungsi Lahan Jadi Ancaman Serius Bagi


ekosistem pertanian Indonsia.warta kota.
Pak Tani June 25, 2021,Ekologi Pedesaan Menjadi Korban Alih Fungsi Lahan,Paktani
digital.

Savitri 17 desember 2009 Pola2 desa, dari bujur sangkar sampai bulat
telur.Great,People,Javabandung.
Prof. Dr. Erizal Mukhtar, M.Sc Drs. Zuchri Syam, MP,Ekologi Pedesaan, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai