PENDAHULUAN
2
tersebut di atas dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Ekologi Pedesaan,
sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan, berupaya
mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang telah dipraktekkan
petani sejak dulu kala. Secara sederhana, ekologi pedesaan berarti menanam pepohonan di
lahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya
(subyek). Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik
dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari
waktu ke waktu, sehingga agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis. ekologi
pedesaan mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep, menerapkan serta
mengevaluasi kajian ekologi pedesaan. Tujuan pembelajaran mata kuliah Ekologi pedesaan
bagi mahasiswa adalah secara umum sesuai visi dan misi Jurusan dasar-dasar ilmu Ekologi
pedesaan serta contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari dan industri; Menghasilkan
dan Meningkatkan kemampuan berdiskusi, bekerjasama dalam kelompok dalam
menganalisis masalah dan berinteraksi antar displin ilmu. Dalam ekologi pedesaan,
mengenal beberapa konsep yang menjelaskan keadaan dinamika suatu ekosistem seperti
pertukaran materi, perubahan ekologis, kesetimbangan dan ketidaksetimbangan populasi,
distribusi dan interaksi. Dalam dinamika internal ekosistem ini terdapat dua faktor
pendukung utama yaitu faktor abiotik (tanah, sinar matahari,air dan gas) dan dan faktor
biotik (makhluk hidup). Ekologi pedesaan terkait dengan ilmu ekologi manusia, karena
kemampuannya dalam memberikan landasan teoretik dan konseptual yang berguna untuk
memaknai dan memahami fenomena dan fakta hubungan interaksional manusia dan alam
serta perubahan sosial dan ekologis yang terjadi dialam. Perubahan ekologi adalah dampak
yang tidak dapat dielakkan dari interakasi manusia dan alam yang berlangsung dalam
konteks pertukaran. Proses pertukaran itu sendiri melibatkan energi, materi dan informasi
yang saling diberikan oleh kedua belah pihak yang saling berinteraksi. Namun tidak
selamanya pertukaran energi dan materi antara sistem sosial dan sistem ekologis
berlangsung dalam suasana yang arif, pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang terus
meningkat telah membawamanusia pada suatu fase yang mendorong manusia untuk
mengembangkan tindakan-tindakan eksploitatif disetiap aras ekosistem mikro-meso-makro
diseluruh pelosok bumi ini.
2
1.2 Rumusan masalah
.1.3.Tujuan Penulisan
1. Sebagai media sosialisasi dan informasi tentang menggunakan sistem ekologi pedesaan
dan dampaknya terhadap lingkungan sosial.
2. Sebagai referensi bagi mahasiswa untuk membuat makalah dari dosen untuk membuat
presentasi plus makalah. Tentang ekologi pedesaan. Dalam program studi sosial
pedesaan.
1.5 Sumber Data
2
Bab II
Pembahasan
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang
sistem ekologi pedesaaan dan dampaknya terhadap lingkungan sosial.
2
sistem sosial dan sistem ekologis berlangsung dalam suasana yang arif, pemenuhan
kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat telah membawamanusia pada suatu fase
yang mendorong manusia untuk mengembangkan tindakan-tindakan eksploitatif disetiap
aras ekosistem mikro-meso-makro diseluruh pelosok bumi ini. Ekologi pedesaan
memiliki keterkaitan dengan proses adaptasi yang dilakukan antara komponen biotik dan
komponen abiotik dalam suatu ekosistem. Ekologi pedesaan juga memfokuskan
hubungan interaksi dan adaptasi antara manusia dengan alam yang ada di suatu desa.
Adaptasi ekologi tersebut membentuk suatu pola. Dalam pola adaptasi ekologi terdapat
tiga teori yang menjelaskan tentang bagaimana sesungguhnya kebudayaan terbentuk,
bertahan dan berkembang, yaitu
2. Posibilisme Lingkungan Teori ini muncul sekitar tahun 1930an sebagai kritik atas
pendekatan deterministik. Teori ini memandang bahwa pada dasarnya lingkungan
bukanlah faktor penentu sebagaimana pada paham deterministik, melainkan hanya
sebagai penapis, penyaring bagi terbentuknya unsur budaya tertentu. Menurut Arnold
Toynbee (1947), respon masyarakat terhadap lingkungan alam menjadi penentu
berkembang tidaknya peradaban di masyarakat bersangkutan. Contoh, masyarakat eskimo
vs masyarakat tropis
3. Ekologi Budaya Paham ini dipandang sebagai revisi dari paham posibilisme. Menurut
Julian Steward (1968), Ekologi budaya adalah studi yang mempelajari bagaimana suatu
masyarakat beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi lingkungan hanya berlangsung
di unsur budaya tertentu, yakni teknologi eksploitasi sumber daya alam, populasi
penduduk, ekonomi dan organisasi sosial. Pola ekologi pedesaan tidak dapat terlepas
dengan lokasi desa tersebut. Lokasi desa juga membentuk suatu pola tertentu dalam
mendukung ekologi pedesaan. Pola lokasi desa adalah pengaturan ruang lingkung desa,
bagaimana pengaturan lahan untuk perumahan serta penggunaan lahan untuk persawahan,
pertambakan, ternak, hutan lindung dan sebagainya. Ukuran yang dijadikan pedoman
bagi warga desa adalah unsur-unsur kemudahan, keamanan, dan ada norma tertentu yang
bersifat budaya dan rohaniah yang harus diperhitungkan, dalam hal pemilihan lokasi
2
untuk rumah tinggal misalnya. Umumnya warga desa menyatu dengan alam, dalam arti
sering tergantung kepada keadaan alam dan unsur kepercayaan yang sifatnya tahayul.
Drs.Sapari Imam Asy’ari mengemukakan bahwa desa yang maju, memiliki tata ruang
desa yang rapi, asri dan indah dipandang mata, dengan deretan rumah dan pepohonan di
kanan kiri jalan. Pola ekologi desa pada umumnya menganut pola konsentris. Ada pusat
desa atau dusun, yang menurut sejarahnya sebagai cikal bakalnya. Jenis-jenis pola lokasi
desa yaitu pola melingkar, pola mendatar, pola konsentris, pola memanjang jalur sungai
atau jalan dan pola mendatar. Ekologi pedesaan juga tidak bisa lepas dari faktor
pendukung berupa tipe dari suatu desa. Tipe desa dapat terbagi menjadi berbagai macam
jenis yang dapat menunjang dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat
pedesaan. Dalam ekologi pedesaan, tipe desa menjadi faktor penting agar desa tersebut
dapat menjalankan fungsi kehidupannya sesuai dengan peruntukkannya. Hal tersebut
disebabkan karena ekologi pedesaan tidak dapat berdiri begitu saja, namun dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor pendukungnya. Ekologi pedesaan akan berjalan dengan baik,
apabila semua komponen dan sistem pendukung sesuai dan seimbang
1) Desa pertanian Desa pertanian biasanya dilandasi oleh mayoritas pekerjaan dari
penduduknya adalah pertanian tanaman budidaya. Desa ini bias pertanian lahan sawah
dan tegal dengan karakteristik masing-masing.
3) Desa industri Desa yang memproduksi kebutuhan dan alat perlengkapan hidup. b.
Tipe
1) Desa swadaya, yaitu desa yang belum mampu mandiri dalam penyelenggaraan
urutan rumah tangga sendiri, administrasi desa belum terselenggara dengan
2
baik dan LKMD belum berfungsi dengan baik dalam mengorganisasikan dan
menngerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa secara
terpadu.
2) Desa swakarya, yaitu desa setingkat lebih tinggi dari desa swadaya. Pada desa
swakarya ini, mulai mampu mandiri untuk menyelenggarakan urusan rumah
tangga sendiri, administrasi desa sudah terselenggara dengan cukup baik dan
LKMD cukup berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu.
3) Desa swasembada, yaitu desa yang telah mampu menyelenggarakan urusan
rumah tangga sendiri, administrrasi desa sudah terselenggara dengan baik dan
LKMD telah berfungsi dalam mengorganisasikan serta mampu menggerakkan
peran serta masyarakat dalam pembanguanan secara terpadu. Menurut tipe
desa ditentukan berdasarkan pendekatan potensi dominan yang diolah dan
dikembangkan serta telah menjadi sumber penghasilan sebagian besar
masyarakat desa. Tipe desa meliputi 8 tipe, yaitu: Tipe desa nelayan, desa
persawahan, desa perladangan, desa perkebunan, desa peternakan, desa
kerajinan/industri kecil, desa industri sedang dan besar, desa jasa dan
perdagangan
Segi empat memanjang ( rectangular ) ; tipe paling umum karena bentuk lahan
pertaniannya. Kekompakan desa membutuhkan letak rumah yang saling berdekatan,
karena tak ada tembok keliling yang mengamankannya. Pola segi 4 cocok bagi
permukiman berkelompok.
Bujur sangkar ( square & 4 square ) ; tipe ini muncul di persilangan jalan, juga di
permukiman bentuk segi 4 panjang yang terbagi 4 kelompok.
Desa memanjang ( elongated ) ; kondisi alam dan budaya setempat telah membatasi
pemekaran desa ke arah2 tertentu sehingga terpaksa memanjangkan diri.
2
Desa melingkar ( circular ) ; bentuk ini diwarisi ketika tanah masih kosong. Desa
dibangun di atas urugan tanah, sehingga dari luar nampak seperti benteng dengan lubang
untuk keluar masuk.
Tipe beruji ( radial plan ) ; jika pusat desa berpengaruh besar atas perumahan penduduk,
maka tercapai bentuk beruji. Pengaruh tsb berasal dari istana bangsawan, rumah ibadah
atau pasar.
Desa poligonal ; karena desa tak pernah dibangun menurut rencana tertentu, maka
nampak bentuk2 luar yang beragam. Bentuk ini antara melingkar dan segi empat
panjang.
Pola tapal kuda ( horse shoe ) ; dihasilkan oleh sebuah gundukan, bukit atau lembah,
sehingga pola desa menjadi setengah melingkar.
Tak teratur ( irregular ) : desa yang masing2 rumahnya tak karuan alang ujurnya.
Inti rangkap ( double nucleus ) ; desa kembar hasil pertemuan 2 permukiman yang saling
mendekat, misalnya akibat lokasi stasiun kereta api di antara keduanya.
Pola kipas ; tumbuh dari pusat yang letaknya di salah satu ujung permukiman, dari situ
jalan raya menuju ke segala arah.
Desa pinggir jalan raya ( street ) ; desa ini memanjang sepanjang jalan raya, pasar
berada di tengah, jalan kereta api menyusuri jalan raya tsb.
Desa bulat telur ( oval ) ; sengaja dibuat menurut rencana demikian.
Dengan julukan Negara agraris yang dijunjungnya, tentu saja Indonesia memiliki
banyak sekali potensi pertanian atau perkebunan yang bisa dijadikan sumber perekonomian
Negara.Akan tetapi, seiring berkembangnya sistem perekonomian serta meningkatnya jumlah
penduduk, maka kebutuhan lahan untuk kepentingan dalam bidang selain pertanian semakin
meningkat pula.Alih fungsi lahan menjadi ancaman serius bagi ekosistem pertanian di
Indonesia. Berubahnya lahan pertanian menjadi non-pertanian bisa membawa dampak sangat
luas.Tak hanya soal ketahanan pangan, tetapi juga membawa dampak bagi kemiskinan petani
dan kerusakan ekologi di pedesaan.Berkurangnya lahan pertanian menyebabkan turunnya
produksi pangan nasional dan memgancam keseimbangan ekosistem dengan berbagai
keanekaragaman populasi di dalamnya.Sawah atau lahan-lahan pertanian merupakan
ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga jika lahan tersebut mengalami perubahan
2
fungsi, binatang-binatang tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke
permukiman warga.Selain itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan
dengan baik sehingga mengurangi resiko penyebab banjir saat musim penghujan.Hal ini
diamini Ketua Presidium Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHGS),
Gunawan. Menurutnya, alih fungsi lahan membawa dampak langsung kepada kemiskinan
petani.Karena tanahnya terjual tapi hasilnya habis untuk konsumsi, dan bukan modal kerja
lagi. Tentu, juga sangat sulit mengubah dari petani menjadi profesi lain.Efek negatif pada
kerusakan ekologi pedesaan menjadi dampak utama terkait dengan hilangnya kawasan
budidaya pertanian. Kondisi tersebut tidak muncul dengan sendirinya.Alih fungsi lahan selalu
diawali dari kondisi dimana hasil produksi pertanian tidak mencukupi kebutuhan hidup
petani. Akhirnya, berujung dengan dijualnya lahan pertanian tersebut.Seharusnya memang
adanya dorongan kebijakan untuk menjaga kawasan pertanian berkelanjutan akan
mengurangi dampak berkepanjangan untuk ketahanan pangan dimasa datang.Untuk
mengatasi itu, perlu ada komitmen yang serius dari pemerintah untuk melindungi lahan
pertanian, baik melalui dan penegakan aturan.peraturan Karena belum punya Perda
perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, perda perlindungan dan pemberdayaan petani
serta produk hukum daerah terkait kawasan perdesaan, agar segera menyusunnya.
1. Kerugian pertama, alih fungsi lahan pertanian akan membuat kesejahteraan petani
menurun. Hal itu disebabkan berubahnya lahan pertanian yang telah dikelolanya.
Lanjutnya, hal itu juga bisa menyebabkan bergesernya lapangan kerja dari sektor
pertanian ke non-pertanian. Jika tenaga kerja sebelumnya (petani) tidak mampu
diserap semua, itu akan menambah angka pengangguran.
2. Sisi negatif kedua, alif fungsi bisa mengurangi ketersediaan pangan pokok yang
dibutuhkan masyarakat Indonesia untuk konsumsinya.
3. Dampak negatif terakhir adalah terhadap lingkungan dan potensi dari lahan itu
sendiri. Investor yang mengalihkan fungsi lahan pertanian dapat saja salah
perhitungan sehingga menambah jumlah lahan tidur,
2
2.6 Dampak positif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang sistem ekologi
pedesaaan dan dampaknya terhadap lingkungan sosial. Maupun alam dan ekonomi
masyarakat di pedesaan. ekologi pedesaan, mengenal beberapa konsep yang menjelaskan
keadaan dinamika suatu ekosistem seperti pertukaran materi, perubahan
ekologis, kesetimbangan dan ketidaksetimbangan populasi, distribusi dan
interaksi. Perubahan ekologi adalah dampak yang tidak dapat dielakkan dari interakasi
manusia dan alam yang berlangsung dalam konteks pertukaran. Proses pertukaran itu sendiri
melibatkan energi, materi dan informasi yang saling diberikan oleh kedua belah pihak yang
saling berinteraksi. Ekologi pedesaan juga memfokuskan hubungan interaksi dan adaptasi
antara manusia dengan alam yang ada di suatu desa. Adaptasi ekologi tersebut membentuk
suatu pola.
3.2 Saran
Menurut pendapat saya, di era Globalisasi ini bangsa Indonesia perlu melakukan berbagai
perbaikan di segala bidang. Adapun bidang dasar yang cukup penting seperti sosial dan
budaya, politik, hukum bidang ekonomi, dan pertanian. Dan terkang masalah tersebut akan
muncul dan tidak dapat dihindarkan. Saya yakin bahwa bangsa ini akan memiliki kehidupan
2
yang lebih baik dan memecahkan berbagai masalah masalah ekonomi pertanian terutama
untuk kebaikan masyarakat.
Dan kami juga Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.Untuk saran bisa
berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan
dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
2
DAFTAR PUSTAKA.
3.3.DAFTAR PUSTAKA
Nisa Widiaswara on Nov 04, 2017 Pola Ekologi Pedesaan,fak.ilmu matametika pengetahuan
Univesitas sebelas maret.
Savitri 17 desember 2009 Pola2 desa, dari bujur sangkar sampai bulat
telur.Great,People,Javabandung.
Prof. Dr. Erizal Mukhtar, M.Sc Drs. Zuchri Syam, MP,Ekologi Pedesaan, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.