Anda di halaman 1dari 7

PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Dr. Desri Nora, An, S.Pd., M.Pd

Rossa Arianto

Universitas Negeri Padang

rossaarianto32@gmail.com

Abstrak

Guru sebagai salah satu unsur dalam pembelajaran diharapkan dapat terus meningkatkan
kualitas pembelajaran. Evaluasi, refleksi dan perbaikan proses pembelajaran perlu dilakukan
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Perbaikan pembelajaran dilakukan berdasarkan
masalah-masalah yang ditemui guru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah-
masalah dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan model kualitatif termasuk model
penelitian kepustakaan (library research) dan juga kualitatif deskriptis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dalam proses pembelajaran.
Harapannya penelitian ini nantinya dapat menjadi salah satu referensi untuk merancang suatu
solusi pemecahan permasalahan yang efektif.

Kata Kunci : Permasalahan, Belajar, Pembelajaran

Pendahuluan

Selama roda kehidupan berjalan, manusia selalu dihadapkan oleh proses belajar. dalam
pandangan Ausubel dalam Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni belajar ialah suatu
penyesuaian yang bermakna. Artinya dalam belajar terjadi penggabungan pengetahuan dari yang
lama dan baru didapatkan untuk dikaitkan satu sama lain secara logis. Manusia yang belajar
harus memiliki motivasi dan tekad yang kuat dan bermakna untuk mencapai pengetahuan yang
maksimal dan bermakna.

Kesuksesan masa depan anak tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masa kecilnya. Oleh
karena itu, sebaiknya orang tua berperan aktif dalam menata kehidupan buah hatinya sejak
mereka masih kecil yaitu dalam menuntut ilmu. Problematika belajar dapat ditelusuri dari
jalannya proses dasar belajar. Keberhasilan belajar ditentukan oleh 3 faktor: bahan baku,
instrumen, dan lingkungan.

Belajar pada dasarnya merupakan usaha mengubah atau meningkatkan potensi seseorang.
Belajar mengubah sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, tidak
mampu menjadi mampu dan lebih baik lagi melalui proses belajar yang dijalani. Problematika
belajar yang dihadapi oleh siswa satu dengan yang lainnya memang berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan siswa memiliki kepribadian, pengalaman, tujuan dan kondisi yang beragam. Dalam
pembelajaran siswa dihadapkan pada beragam permasalahan atau problematika.

Proses belajar mengajar adalah proses interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam
memahami makna dari realitas dunia (Paulo Freire, 2000). Proses ini menuntut sikap kritis
(critical attitude) dari si pengajar dan pembelajar. Keduanya, baik pengajar maupun pembelajar
adalah subyek yang sadar (cognitive), sedangkan realitas dunia adalah obyek yang tersadari atau
disadari (cognizable). Pembelajaran menuntut kesadaran dari kedua subyek untuk terlibat secara
utuh dan penuh dalam memahami realitas dunia, sehingga proses pembelajaran tidak mengalami
distorsi yang hanya sekedar mengumpulkan pengetahuan dan menghafalkannya. Praktek
pembelajaran yang hanya mengumpulkan pengetahuan dan menghafalkannya adalah model
pembelajaran yang sering diidentikkan dengan ‘proses pengisian botol kosong’
atau pembelajaran model bank (banking concept of learning).

Proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan unsur guru, siswa, aktivitas guru dan
siswa, interaksi antara guru dan siswa, bertujuan ke arah perubahan tingkah laku siswa dan
proses maupun hasil telah direncanakan. Pembelajaran sendiri merupakan sebuah sistem yang
dapat diartikan bahwa pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir dan saling
berhubungan. Komponen di dalamnyaa ntara lain berupa tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Keberhasilan proses dan
tujuan pembelajaran di kelas bergantung pada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya, termasuk
guru. Guru memiliki tugas untuk terus mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Guru
perlu melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keberlangsungan pembelajaran. Melalui refleksi
dan evaluasi, guru dapat menggali permasalahan-permasalahan yang terjadi sehingga
dapat dengan segera mencari solusinya. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian
dengan judul: Permasalahan dalam Pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan menganalisis masalah-masalah dalam proses pembelajaran. Harapannya penelitian ini
nantinya dapat menjadi salah satu referensi untuk merancang suatu solusi pemecahan
permasalahan yang efektif.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan model kualitatif termasuk model penelitian kepustakaan


(library research) dan juga kualitatif deskriptis. Penulis akan melakukan analisis terhadap
sumber literasi yang memiliki keterkaitan dengan subjek penelitian. Sedangkan dalam
menganalisis data peneliti memakai prinsip induktif, yakni peneliti membangun tema dari
bawah ke atas (induktif) dengan mengolah data ke dalam unit-unit informasi yang lebih abstrak,
hal ini perlu dilakukan berulang-ulang agar peneliti dapat membangun tema secara utuh. Sparz
dan Kardas mengatakan, penelitian kualitatif dari segi penyajian hasil sendiri berupa narasi dan
natural.
Pembahasan

Permasalah pembelajaran (learning problems) selalu ada. Bahkan disinyalir semakin lama
semakin bertambah seiring dengan semakin cepatnya perubahan masyarakat dan meningkatnya
tuntutan standar mutu. Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) menyebutkan ada beberapa
permasalah yang terjadi pada praktek pembelajaran di sekolah pada khususnya dan praktek
penyelenggaraan sekolah pada umumnya. Masalah penyelenggaraan sekolah yang actual dan
kongkrit terjadi di Indonesia pada umumnya adalah:

1. Pencapaian tujuan pembelajaran yang parsial yang menyimpang dari tujuan


utuh sebagaimana diamanatkan undang-undang.
2. Masalah kurikulum, menyangkut konsep dan pelaksanaan kurikulum,
kandungan kokurikuler dan ekstra kurikuler, kandungan nasional dan lokal, serta
keluwesan atau fleksibilitas kurikulum.
3. Masalah peranan, citra diri, dan kualitas guru
4. Pelaksanaan pendidikan dasar sembilan tahun yang sulit dicapai sejak dicanangkan tahun
1993 sampai sekarang.

Sedangkan masalah-masalah pembelajaran menurut Depdiknas (2005), antara lain berkaitan


dengan kondisi internal seperti guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar
dan sistem; Disamping itu juga berkaitan dengan kondisi eksternal yaitu lingkungan sekitar
tempat proses pembelajaran berlangsung. Oemar Hamalik (2006), menambahkan bahwa
masalah-masalah pembelajaran mencakup dua dimensi, yaitu dimensi komponen dan dimensi
interaksi antar komponen.

Kesulitan Belajar

Menurut Lilik Sriyanti (2011:126) kesulitan belajar adalah masalah belajar yang dialami
siswa dan menghambat usaha dalam mencapai tujuan belajar. Hambatan tersebut bisa datang di
lingkungan dapat juga di dalam sendiri. Pada tingkat tertentu anak didik dapat mengatasi
kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Pada kasus-kasus tertentu, karena anak
didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru, dan orang lain sangat
diperlukan.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah
suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman,
hambatan ataupun gangguan dalam belajar.

1. Jenis – Jenis atau Tipe Kesulitan Belajar

jenis-jenis kesulitan belajar adalah 3 yaitu :

a) Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa, misalnya :


1) 1) Keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa.
2) Keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau gagasan melalui bahasa yang
baik dan benar.
3) Keterlambatan dalam hal pemahaman bahasa.
b) Permasalahan dalam hal kemampuan akademik, misalnya :
1) 1) Keterlambatan dalam hal membaca.
2) Keterlambatan dalam hal menulis.
3) Keterlambatan dalam hal berhitung.
c) Kesulitan dalam mengkoordinasi gerakkan anggota tubuh dengan masalah berbicara,
berbahasa dan kemampuan akademik, misal dengan adanya kedua masalah tersebut
gangguan koordinasi tubuh dapat mengakibatkan buruknya tulisan seseorang dan
kesulitan mengeja serta mengingat.

2. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Menurut Nana Syaodih, (2004:162-165) faktor-faktor penyebab kesulitan belajar :

a) Faktor yang berasal dari dalam diri anak (internal) :


1) Jasmani : mencangkup kondisi dan kesehatan jasmani dari anak, kondisi fisik yaitu
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pencecapan.
2) Rohani : mencangkup tekanan batin yang mendalam, gangguan perasaan, frustasi,
konflik-konflik psikis.
b) Faktor yang berasal dari luar anak (eksternal) :
1) Lingkungan keluarga : faktor fisik dalam lingkungan keluarga yaitu, keadaan rumah
dan ruangan tempat belajar, sarana prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah
dan juga suasana lingkungan di sekitar rumah. Faktor sosial dalam keluarga yaitu,
hubungan antar anggota keluarga, kasih sayang, keterbukaan, kepercayaan, dan
keakraban.
2) Lingkungan sekolah : lingkungan fisik sekolah meliputi lingkungan sekolah, sarana
dan prasarana belajar, sumber belajar, media belajar. Lingkungan sosial meliputi,
hubungan siswa dengan teman, guru serta staf yang lain. Lingkungan akademis
meliputi, suasana dan pelaksaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan
kurikuler.
3) Lingkungan masyarakat : warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup,
terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan
memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar anak.

Mengidentifikasi Kesulitan Belajar

Sebelum seorang guru mengambil kesimpulan bahwa seorang anak mengalami kesulitan
belajar serta memerlukan perhatian khusus terlebih dahulu perlu mengetahui indikasi dari siswa
yang memiliki kesulitan belajar. Beberapa gejala adanya kesulitan belajar anak didik dapat
dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut menurut Lilik Sriyanti (2011:135):
a. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah
b. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
c. Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
d. Anak didik menunjukkan sikap kurang wajar, misal acuh tak acuh, mudah tersinggung
dan lain-lain.
e. Anak didik menunjukkan perilaku yang tidak biasanya ditunjukkan pada orang lain.
f. Anak didik yang tergolong IQ tinggi, secara potensial mereka seharusnya mendapat
prestasi yang tinggi, tapi kenyataannya mendapatkan prestasi yang rendah.
g. Anak didik yang menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata
pelajaran, tetapi di lain waktu prestasinya menurun drastis.

Diagnosis Kesulitan Belajar

Usaha ini perlu dilakukan guru dengan penuh keuletan, kesabaran dan kerja keras. Guru
tidak hanya dituntut menguasai berbagai tehnik pengumpulan data, tetapi juga harus mampu
berhubungan dengan berbagai pihak yang terkait dengan persoalan anak (Lilik Sriyanti,
2011:137). Usaha mengatasi kesulitan belajar (Imam Musbikin, 2010:188-191) :

a. Menganalisis hasil diagnosis, menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan


antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan. Data
dan informasi di peroleh guru melalui diagnostis kesulitan belajar tadi perlu di analisis
sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi
rendah dapat diketahui secara pasti.
b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan
perbaikan. Berdasarkan analisis, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan
tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan.
c. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial theaching (pengajaran
perbaikan). Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan guru perlu menetapkan
hal-hal sebagai berikut: 1) tujuan pengajaran remedial, 2) materi pengajaran remedial, 3)
metode pengajaran remedial, 4) alokasi waktu pengajaran remedial dan 5) evaluasi
kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remidial.

Kesimpulan

Belajar pada dasarnya merupakan usaha mengubah atau meningkatkan potensi seseorang.
Belajar mengubah sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, tidak
mampu menjadi mampu dan lebih baik lagi melalui proses belajar yang dijalani. Problematika
belajar yang dihadapi oleh siswa satu dengan yang lainnya memang berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan siswa memiliki kepribadian, pengalaman, tujuan dan kondisi yang beragam. Dalam
pembelajaran siswa dihadapkan pada beragam permasalahan atau problematika.

kesulitan belajar adalah masalah belajar yang dialami siswa dan menghambat usaha dalam
mencapai tujuan belajar. Hambatan tersebut bisa datang di lingkungan dapat juga di dalam
sendiri. Pada tingkat tertentu anak didik dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus
melibatkan orang lain. Pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi
kesulitan belajarnya, maka bantuan guru, dan orang lain sangat diperlukan. Masalah
penyelenggaraan sekolah yang actual dan kongkrit terjadi di Indonesia pada umumnya adalah:
Pencapaian tujuan pembelajaran yang parsial yang menyimpang dari tujuan utuh sebagaimana
diamanatkan undang-undang, masalah kurikulum, menyangkut konsep dan pelaksanaan
kurikulum, kandungankokurikuler dan ekstra kurikuler, kandungan nasional dan lokal, serta
keluwesan atau fleksibilitas kurikulum, masalah peranan, citra diri, dan kualitas guru,
pelaksanaan pendidikan dasar sembilan tahun yang sulit dicapai sejak dicanangkan tahun 1993
sampai sekarang.
Daftar Pustaka

Angranti, W. (2016). Problematika kesulitan belajar siswa. GERBANG ETAM, 10(1), 28-37.

Rohman, A. (2009). Masalah pembelajaran dan upaya pencarian solusi melalui klinik. Majalah
Ilmiah Pembelajaran, 5(1).

Utomo, D. P. (2011). Masalah-masalah dalam Pembelajaran Matematika di SLTP. Widya Warta:


Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, 35(01), 196-204.

Anda mungkin juga menyukai