Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
CHANDRA
MAYA SAFITRI
SEFTIANAH BADRIAH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata
kuliah MATERNITAS II dengan judul “INFEKSI SALURAN REPRODUKSI”. Dalam
penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ i
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang
berhubungan dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna
mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi.
Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan
perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu
dalam memelihara kesehatan reproduksi.
Peradangan vagina, Vaginistis atau radang vagina bisa dipicu oleh infeksi
kuman, atau reaksi alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Infeksi yang paling sering
menyebabkan radang di bagian ini antara lain Tricomoniasis, Vaginosis Bakterial dan
infeksi jamur Candidiasis. Vaginistis sangat mengganggu karena bisa menyebabkan
gatal-gatal hingga iritasi. Dampak dari vaginitis juga bisa terjadi peningkatan keretanan
terhadap infeksi HIV, kanker serviks, dan kemungkinan infertilitas (mandul).
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma,
nilainilai dan gaya hidup mereka. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan
kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit, terutama yang berhubungan
dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk ancaman yang meningkat terhadap
HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan dini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Saluran Reproduksi serta gejala dan
komplikasinya ?
2. Apa yang dimaksud dengan Vaginitis dan Vulvitis serta etiologinya ?
3. Apa yang dimaksud dengan Slapingitis dan gejala serta penyebab dan
patofisiologinya ?
4. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Inpeksi Saluran Reproduksi serta gejala dan komplikasinya.
2. Untuk mengetahui Vaginitis dan Vulvitis serta etiologinya.
3. Untuk mengetahui Slapingitis dan gejala serta penyebab dan patofisiologinya.
4. Untuk mengetahui Penyakit Menular Seksual.
BAB II
PEMBAHASAN
ISR sering tanpa gejala, khususnya pada perempuan. Hingga kini belum ada
informasi yang cukup rinci tentang ISR apalagi mengenai Perawatan yang dapat
dilakukan oleh pengidap Penyakit ini. Beberapa infeksi yang terjadi dapat menyebabkan
ketidak suburan, setiap ISR, Seperti chancroid, herpes, dan sipilis dapatkan
kemungkinan lebih besar.
2.2.1 Definisi
Vulvitis adalah infeksi pada vulva sebagian besar dengan gejala keputihan atau
leukora dan tanpa infeksi lokal .
Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, parasit atau jamur.
2.2.2 Etiologi
2.3 Cervicitis
2.3.1 Definisi
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel
selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena
infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. Pada seorang multipara dalam
keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium
uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri
internum. Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir
yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina.
Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang
menimbulkan ectropion.
2.3.2 Klasifikasi
1. Cervicitis Akut
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di
endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-
partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini,
serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi,
gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain
dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya
dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis. Cervicitis akut sering terjadi
dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel
fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala
tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2. Cervicitis Kronis
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau
besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke
dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-
merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret
yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
c. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan
dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena
radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen
bertambah pendek. Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio
uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma
dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil
berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat
dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis
kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat
dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel
radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan
diagnosis cervisitis kronis.
Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis
endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang
menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan
mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis
kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat
menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis
endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas.
2.3.3 Penyebab
1. Cervicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum
adalah klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40%
kasus.Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
2. Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari
cervicitis.
2.4.1 Definisi
2.4.2 Gejala
Dalam kasus lebih ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. Ini
berarti saluran tuba dapat menjadi rusak tanpa perempuan menyadarinya
ia terinfeksi.
Gejala-gejala salpingitis meliputi:
Infeksi biasanya berasal di vagina, dan naik ke tabung falopi dari sana. Karena
infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada satu tabung fallopi
biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Paling sering disebabkan oleh
gonococcus, di samping itu oleh staphilokokus, streptokokus dan bacteri tbc.
Infeksi ini dapat terjadi sebagai berikut :
a. Naik dari cavum uteri
b. Menjalar dari alat yang berdekatan sepert dari apendiks yang meradang
Haematogen terutama salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya
bilateral.Bakteri dapat diperkenalkan dalam berbagai cara, termasuk:
* Hubungan seksual
* Penyisipan sebuah IUD (perangkat intra-uterus)
* Keguguran
* Aborsi
* Melahirkan
* Apendisitis
2.5 Penyakit Menular Seksual (PMS)
2.5.1 Definisi
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang cara penularannya
terutama melalui hubungan seksual, baik secara heteroseksual maupun homoseksual.
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual
yang menyerang sekitar alat kelamin.
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit
mikroor-ganisme yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks dengan
pasangan yang telah terinfeksi. Beberapa di antaranya dapat diobati akan tetapi banyak
pula yang tidak dapat diobati seperti HIV/AIDS. PMS dapat menyerang laki-laki
maupun perempuan, dan juga dapat ditularkan dari seorang ibu kepada anaknya selama
kehamilan dan persalinan.
a) Pada wanita PMS menghancurkan dinding vagina/leher rahim, dengan atau tanpa
gejala-gejala infeksi
b) Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing dan jika tidak diobati
akan menyebabkan keluarnya cairan dari penis dan berakibat sakit pada saat baung
air kecil
c) PMS yang tidak diobati akan dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian
dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria maupun wanita
a) Pada wanita, slauran indung telur, indung telur, rahim, kandung kemih, leher rahim,
vagina, saluran kencing (urethra), anus
b) Pada pria, kandung kemih, vas deferens, prostate, penis, epididimis, testis, urethra,
skrotum, seminal vesikel, anus
2.5.4 Alasan utama wanita lebih rentan tertular PMS dibanding pria
Saat berhubungan seksual, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar
oleh cairan sperma, jiak sperma terinfeksi dengan PMS maka wanita tersebut akan
terinfeksi. Jika wanita terinfeksi PMS, dia tidak selalu menunjukan gejala, namun besar
kemungkinan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi. Banyak orang khususnya
wanita dan remaja yang enggan untuk mencari pengobatan, karena mereka tidak ingin
keluarga/masyarakat mengetahui jika mereka menderita PMS, akibatnya PMS baru
diketahui saat sudah stadium lanjut.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identiatas
a. Identitas pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin, agama, tanggal masuk
ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan dari
pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di
lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus
keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
Apakah nyeri saat BAK, apakah keluar nana(abses) dari alat kelamin,
apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian
bawah, apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan
menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau
sedang hamil)
b. Riwayat Kesehatan keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun
tidak).
Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit
menular seksual sebelumnya atau penyakit degeneratif yang kronis.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh pasien, apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular
seksual.
Faktor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu
pasangan seksual dalam satu bulan terakhir, hubungan seksual
dengan pekerja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih
episode PMS dalam 1 tahun terakhir, pekerjaan suami beresiko
tinggi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
b. Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
c. Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata
(kujungtivitis)
d. Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung
dan palatum.
e. Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
f. Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi Hutchinson (incisivus I atas
kanan dan kiri bentuknya seperti obeng).
g. Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
h. Sistem Pernafasan : kelelahan terus menerus, kaku kuduk, malaise.
Tanda (kelemahan, perubahan tanda-tanda vital)
i. Sistem kardiovaskuler : Kemungkinan adanya hipertensi,
arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.
j. Sistem penceranaan : Biasanya terjadi anorexia pada stadium
k. Sistem musculoskeletal : Pada neurosifilis terjadi athaxia.
l. Sistem Neurologis : Biasanya terjadi parathesia.
m. Sistem perkemihan : penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing,
kencing keluat nanah. Tanda : kencing bercampur nanah, nyeri pada
saat kencing.
n. Sistem Reproduksi : kutil didaerah vulva,vagina,anus dan servik
4. Pengkajian 11 fungsional gordon
a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit
yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien?, Kaji apakah
klien merokok atau minum alkohol?, Apakah klien mengetahui tanda
dan gejala penyakitnya?
b. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit
yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kaji apakah
klien merokok atau minum alkohol? Apakah klien mengetahui tanda
dan gejala penyakitnya?
c. Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah mengalami
gangguan? Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk
eliminasi nya? Apakah klien merasakan nyeri saat BAK dan BAB?,
Apakah penyakit ini mengganggu kenyamanan saat BAK dan BAB?,
Biasanya klien mengalami gejala: penurunan berkemih, nyeri pada
saat kencing, kencing keluar Nanah., Tanda: kencing bercampur
nanah,nyeri pada saat kencing.
d. Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum
menghadapi pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri
atau malah dibantu keluarga?, Apakah aktivitas terganggu karena
penyakit yang dihadapinya?, Biasanya klien mengalami gejala:
kelelahan terus- menerus, kaku kuduk, malaise, Tanda: kelemahan,
perubahan tanda- tanda vital (tekanan darah kadang-kadang naik)
e. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam
sehari?, Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri
?
f. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada
panca indra?, Bagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami
serta berinteraksi klien terhadap orang lain?
g. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada
panca indra?, Bagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami
serta berinteraksi klien terhadap orang lain?
h. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada
panca indra?, Bagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami
serta berinteraksi klien terhadap orang lain?
i. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada
panca indra?, Bagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami
serta berinteraksi klien terhadap orang lain?
j. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji pasien, apakah saat berhubungan memakai alat pelindung?
Apakah klien mengganti-ganti pasangannya?
k. Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah?
Biasanya klien akan mengalami stres dan depresi karena
penyakitnya, takut tidak diterima dalam masyarakat
l. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya?
Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?,
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
pembedahan?
B. Diagnosa Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya
kuman penyebab infeksi kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut
dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah
terminology umum yang digunakan untuk tiga jenis infeksi pada saluran
reproduksi yaitu ISR endogen, ISR iatrogenic atau yang berhubungan dengan prosedur
medis, penyakit menular seksual (PMS). Penyakit menular seksual (PMS) adalah
penyakit yang cara penularannya terutama melalui hubungan seksual, baik secara
heteroseksual maupun homoseksual. PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin yang
B. Saran
reproduksi. Hal ini sebagai salah satu menjaga kesehatan reproduksinya dari Penyakit
Menular Seksual. Penyuluhan terpadu dari berbagai pihak, apakah itu dari petugas
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
Edisi 1. Jakarta selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperwatan Indonesia,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Sibagariang, Eva Ellya. (2016). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Andrews, Gilly. (2010). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.