Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENYAKIT PADA KELAMIN PRIA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah patofisiologi

Dosen Pengampu : Ernawati S.kep, Ns, M.kes

Disusun Oleh :

Nur Agniya Aprilia (221101007)

Progam Studi Ilmu Gizi

Fakultas Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Gresik

2024
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "penyakit pada keliamin

pria"

Allahumma sholli alaa Muhammad semoga tetap tercurah limpahkan atas suri

tauladan kita, sang pemimpin para Nabi, sang putra padang pasir, Nabi Muhammad SAW,

karena dengan perjuangan beliau hingga sampai saat ini kita masih bisa menikmati manisnya

iman, dan indahnya islam serta ihsan.

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari adanya banyak kekurangan dalam

pembuatan paper ini, namun Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini dengan

ridho dan izin Allah SWT.

Tidak lupa Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut serta

dalam Penulisan makalah ini, tanpa pihak-pihak yang terlibat Penulis tidak bisa

menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu yaitu :

1. Allah SWT yang senantiasa memberi kesehatan dan kesempatan kepada Penulis sehingga

Penulis bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik.

2. Ibu Ernawati S.kep, Ns, M.Kes selaku Dosen pengajar mata kuliah patofisiologi

Penulis menyadari bahwasannya Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih banyak kekeliuran di dalamnya. Karena tidak ada gading yang tidak retak dan tidak

ada manusia yang sempurna. Karena, pada dasarnya manusia adalah tempat salah dan

lupa dan kesempurnaan hanya milik allah SWT semata.

Kritik dan saran-saran pembaca sangat diperlukan Penulis dalam Penulisan Makalah

ini sehingga dikemudian hari Penulis bisa lebih baik lagi. Akhir kata Penulis berharap

semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi Penulis dan Pembaca.

1
Gresik, 1 januari 2024

Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................................................................1

Daftar Isi...................................................................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan..................................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................................................3

BAB II LandasanTeori ............................................................................................................................................5

2.1 Balanitis..............................................................................................................................................................5

2.1.1 Definisi Balanitis.........................................................................................................................................5

2.1.2 Patofisiologi................................................................................................................................................5

2.1.3 Etiologi........................................................................................................................................................6

BAB III Kesimpulan................................................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................................................8

Daftar Pustaka..........................................................................................................................................................9

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balanitis adalah peradangan pada glans penis (kepala penis);

Balanoposthitis melibatkan kelenjar dan kulup dan terjadi pada sekitar 6% pria

yang tidak disunat. Balanoposthitis hanya terjadi pada pria yang tidak

disunat. Namun, balanitis dan balanoposthitis sering terjadi bersamaan, dan

istilah ini biasanya digunakan secara bergantian. Etiologi balanitis yang

menular mencakup jamur tertentu seperti ragi dan bakteri atau virus tertentu .

Balanitis bukanlah infeksi menular seksual. Episode balanoposthitis yang

berulang harus meningkatkan kekhawatiran akan diabetes yang tersembunyi.

Balanitis paling sering terjadi pada pria yang tidak disunat karena

kebersihan yang buruk dan penumpukan smegma di bawah kulup. Smegma

adalah sekret sebasea berwarna keputihan yang tersusun dari sel epitel dan

sebum yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea alat kelamin pria dan

wanita. Kebersihan yang buruk, kulup yang ketat, dan penumpukan smegma

menjadi sarang pertumbuhan bakteri dan jamur yang berlebihan yang dapat

menyebabkan iritasi dan peradangan. Temuan anamnesis dan pemeriksaan

fisik terkadang menunjukkan etiologi lain yang mempunyai implikasi

penatalaksanaan.

3
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang di maksud dengan balanitis?

1.2.2 Bagaimana patofisiologi balanitis?

1.2.3 Bagaimana etiologi balanitis?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui definisi balanitis?

1.3.2 Untuk mengetahui patofisiologi balanitis?

1.3.3 Untuk mengetahui etiologi balanitis?

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Balanitis

2.1.1 Definisi Balanitis

Balanitis merupakan penyakit peradangan pada ujung penis. Kebanyakan

kasus balanitis terjadi pada pria yang tidak melakukan sirkumsisi dan mereka

yang tidak menjaga kebersihan alat vital

Sirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal

dengan istilah “sunat” atau “supit”, adalah operasi pengangkatan sebagian, atau

semua dari kulup (preputium) penis (WHO, 2007). Prosedur ini biasanya

dilakukan untuk alasan agama, kebersihan, ataupun kosmetik. Sirkumsisi juga

dapat mengurangi masalah yang timbul dari kondisi medis tertentu, seperti

phimosis. Secara medis, dikatakan bahwa sirkumsisi sangat menguntungkan bagi

kesehatan. Banyak manfaat dari sirkumsisi yang diidentifikasi untuk mencegah

infeksi saluran kemih, membuat penis menjadi bersih, penularan HIV, serta

mengurangi resiko terkena karsinoma penis

Secara medis tidak ada batasan umur untuk dilakukan sirkumsisi. Biasanya,

sirkumsisi dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Usia yang paling baik untuk

seorang anak laki-laki di Amerika dilakukan sirkumsisi adalah setelah 40 hari.

Anak di Arab Saudi disirkumsisi pada usia 3 sampai 7 tahun, di Mesir antara 5

dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4 tahun (WHO,

2007). Usia yang paling sering dilakukan sirkumsisi di Indonesia yaitu usia 5

sampai 12 tahun. Sebab, pada usia tersebut biasanya ukuran penis dan kesiapan

5
emosional menjadi pertimbangan. Selain itu, anak umumnya belum ereksi

sehingga, risiko perdarahannya akan minimal

Balanitis adalah peradangan pada glans penis (kepala penis); penyakit ini

cukup umum dan menyerang sekitar 3-11% pria selama hidup mereka. Posthitis

adalah peradangan pada kulup (kulup). Balanoposthitis melibatkan kelenjar dan

kulup dan terjadi pada sekitar 6% pria yang tidak disunat. Balanoposthitis hanya

terjadi pada pria yang tidak disunat. Namun, balanitis dan balanoposthitis sering

terjadi bersamaan, dan istilah ini biasanya digunakan secara bergantian. Etiologi

balanitis yang menular mencakup jamur tertentu seperti ragi dan bakteri atau virus

tertentu (termasuk yang menyebabkan PMS seperti gonore). Balanitis bukanlah

infeksi menular seksual. Penyakit sebenarnya tidak dapat ditularkan dari satu

orang ke orang lain; namun, perpindahan organisme penyebab balanitis mungkin

terjadi. Episode balanoposthitis yang berulang harus meningkatkan kekhawatiran

akan diabetes yang tersembunyi. Pasien dengan episode berulang harus menjalani

pemeriksaan glukosa darah untuk diabetes dan evaluasi oleh ahli urologi

Balanitis merupakan kandidiasis yang teri pada glans penis, sedangkan

balanopostitis mengenai glans penis dan prepusium pada laki-laki yang belum

disirkumsisi. Gambaran klinis tampak erosi merah superfisialis dan pustul

berdinding tipis di atas glans penis, sulkus koronarius (balanitis) dan pada

prepusium penis yang tidak disirkumsisi (balanopostitis) (Hay, et al., 2010). Papul

kecil tampak pada glans penis beberapa jam sesudah berhubungan seks, kemudian

menjadi pustul putih atau vesikel dan pecah meninggalkan tepi yang mengelupas.

Bentuk ringan ini biasanya sedikit pedih dan iritasi. Pada bentuk lanjut tampak

bercak putih susu di glans penis, sulkus koronanius dan kadang-kadang di batang

6
penis. Dapat meluas ke skrotum, paha dan seluruh area inguinalis, terutama pada

udara panas. Pada kasus berat lesi tampak pada epitel uretra (Rippon, 1988).

Faktor risiko penyebab balanitis

Faktor risiko penyakit balanitis, antara lain:

1. Pria yang tidak di sunat. Pria yang tidak sunat mengeluarkan cairan kotor

dankulup dapat menyimpan kotoran.

2. Penderita diabetes melitus. Penyakit balanitis menyebabkan bagian

tubuhmudah mengalami luka diabetes dan infeksi. Selain itu, urin akan

membuatbakteri bakteri berkumpul.

3. Tidak menjaga kebersihan. Tidak hanya sekedar membersihkan alat

kelamin,akan tetapi juga pakaian dalam yang bersentuhan langsung dengan

alat kelamin

4. .Daya tahan tubuh rendah. Infeksi atau peradangan tidak menyerang

yangmemiliki tahan tubuh yang baik.

5. Melakukan hubungan seksual tidak aman. Balanitis terjadi pada pria

jikamelakukan hubungan seksual tidak aman

7
Tanda dan gejala penyakit balanitis

Beberapa gejala balanitis yang umum, antara lain:

1. Iritasi akibat dari rasa gatal pada kepala penis dan sekitarnya

2. Penis mengeluarkan bau yang tidak sedap

3. Kepala penis berwarna agak kemerahan. Hal ini merupakan

pertandaperadangan atau infeksi. Warna kemerahan berupa bercak atau

bintik maupunkemerahan secara menyeluruh.

4. Terlihat seperti ada ruam merupakan pertanda iritasi atau alergi

5. Keluar cairan yang kental dari bawah preputium Biasanya akan

menimbulkanbau tidak sedap. Cairan ini akibat infeksi bakteri

bernamaStreptococcus sp.

6. Sulit menarik kulup menyebabkan sulit membersihkan penis, akibatnya

terjadipenumpukan bakteri atau jamur

Balanitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Infeksi

dapat terjadi ketika kepala penis atau kulup tidak dibersihkan secara rutin

sehingga menimbulkan iritasi dan menyebabkan pertumbuhan jamur atau

bakteri. Jika dibiarkan, penyakit kelamin pria ini dapat memicu peradangan.

Selain infeksi, balanitis juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti:

1. Penggunaan sabun batang yang membuat kulit penis mudah kering dan

iritasi

2. Alergi terhadap pelumas atau kondom berbahan lateks

3. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat pencahar, obat pereda nyeri,

dan antibiotic

4. Infeksi menular seksual, seperti sifilis, trikomoniasis, dan gonore

8
5. Kelainan pada kulit, seperti eksim dan psoriasis

6. Cedera di bagian ujung penis atau kulupPenyakit atau kelainan tertentu,

seperti diabetes dan fimosis

7. Obesitas

Penyakit balanitis dapat ditangani melalui terapi obat. Jenis obat yang

digunakan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Obat-obatan yang

umum diberikan adalah:

1. Antibiotik

Antibiotik digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan oleh

infeksi bakteri. Obat ini diberikan dalam bentuk salep atau pil. Contoh

antibiotik yang digunakan adalah amoxicillin, cefadroxil, dan

ciprofloxacin.

2. Antijamur

Antijamur digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan

oleh infeksi jamur Candida (balanitis candidiasis). Obat ini diberikan

dalam bentuk krim atau tablet. Beberapa obat antijamur yang digunakan

adalah clotrimazole, fluconazole, dan itraconazole.

3. Kortikosteroid

Obat ini digunakan untuk meredakan peradangan pada balanitis, baik

karena infeksi maupun alergi. Obat kortikosteroid yang sering diberikan

antara lain prednisolone, methylprednisolone, dan betametasone.

Selama menjalani pengobatan, pasien dianjurkan untuk melakukan

beberapa hal berikut guna mempercepat penyembuhan:

1. Hindari penggunaan sabun selama penis masih mengalami peradangan.

9
2. Gunakan air hangat dan krim pelembab sebagai pengganti sabun untuk

membersihkan penis.

3. Hindari berhubungan seksual, terutama jika balanitis disebabkan oleh

infeksi menular seksual. Hal ini dilakukan untuk mencegah nyeri pada

penis dan penularan penyakit ke

Pengobatan umumnya berlangsung selama 7 hari. Jika gejala makin

memburuk dan obat-obatan tidak lagi efektif untuk mengobati balanitis,

dokter akan melakukan sirkumsisi atau sunat. Sunat dilakukan pada penderita

balanitis yang memang belum pernah disunat atau mengalami fimosis.

Upaya utama untuk mencegah balanitis adalah dengan menjaga kebersihan

penis. Caranya adalah dengan membersihkan penis secara rutin menggunakan

air dan sabun, terutama saat mandi dan setelah berhubungan intim. Setelah

itu, keringkan penis sebelum mengenakan celana dalam.

Selain itu, pastikan sabun yang Anda gunakan untuk membersihkan penis

bukan sabun batangan atau sabun yang mengandung scrub atau parfum.

Upaya lain untuk mencegah balanitis adalah sebagai berikut:

1. Gunakan kondom khusus untuk kulit sensitif, jika Anda memiliki alergi

terhadap kondom dengan bahan tertentu.

2. Cucilah tangan sebelum menyentuh penis, terutama setelah menggunakan

detergen atau sabun cuci piring.

3. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin jika menderita diabetes,

untuk mengontrol kadar gula darah.

4. Turunkan berat badan jika mengalami obesitas, misalnya dengan

berolahraga secara teratur dan menjaga pola makan.

10
2.1.2 Patofisiologi

Balanitis paling sering terjadi pada pria yang tidak disunat karena kebersihan

yang buruk dan penumpukan smegma di bawah kulup. Smegma adalah sekret

sebasea berwarna keputihan yang tersusun dari sel epitel (kulit mati) dan sebum

(sekresi berminyak) yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea alat kelamin pria dan

wanita. Dalam keadaan normal, smegma membantu gerakan pelumasan kulup;

tanpanya akan timbul gesekan dan iritasi. Kebersihan yang buruk, kulup yang

ketat, dan penumpukan smegma menjadi sarang pertumbuhan bakteri dan jamur

yang berlebihan yang dapat menyebabkan iritasi dan peradangan. Infeksi jamur

biasanya menjadi penyebabnya, paling sering melibatkan jamur Candida albicans.

Temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik terkadang menunjukkan etiologi lain

yang mempunyai implikasi penatalaksanaan.

Terkadang penyebab dermatologis (misalnya psoriasis atau lichen planus)

reaksi alergi, atau (yang lebih kecil kemungkinannya) kondisi pra-ganas mungkin

menjadi penyebabnya. Ini mungkin memerlukan rujukan khusus ke dokter kulit

untuk biopsi atau ahli urologi.

Edema lokal dapat terjadi jika seseorang membiarkan balanitis berkembang

tanpa pengobatan. Kombinasi peradangan dan edema dapat menyebabkan

menempelnya kulup ke kelenjar.

Gejala utama balanitis adalah kemerahan dan pembengkakan penis di kepala

atau kulup. Ujung penis yang membengkak dapat menyebabkan saluran kemih

tertekan sehingga penderitanya merasakan nyeri ketika buang air kecil.

Balanitis juga dapat menimbulkan beberapa gejala tambahan, seperti:

1. Penis terasa gatal dan seperti terbakar


11
2. Keluar cairan berwarna kekuningan dan berbau dari penis

3. Kulup terasa kencang

4. Muncul benjolan di pangkal paha akibat pembengkakan kelenjar getah bening

2.1.3 Etiologi

Etologi balanoposhits yang paling sering adalah pola kebersihan yang

buruk. Etologi lainnya dapat disebabkan akibat reaksi infamasi, infeksi, trauma,

dan kanker. Infeksi candida merupakan yang palingsering, terutama pada bayi

dan berhubungan dengan ruam popok. Pada anak, balanoposthits seringdisebabkan

akibat imosis dan pada mereka yang belum disirkumsisi karena tdak bisa

membersihkan kotoran akibat tertutup oleh kulit. Penyebab infeksi lain selain

Candida sp. adalah bakteri aerob seperti Staphylococcus aureus dan grup A

Streplococcus. Bakteri anaerob dan virus juga dapat menyebabkan terjadinya

balanoposthits

Ada berbagai macam penyakit yang memengaruhi alat kelamin pria termasuk

lesi inflamasi, penyebab infeksi, sindrom praneoplastik, dan kondisi keganasan.

Namun, penyebab paling umum dari balanitis terkait dengan kebersihan pribadi

yang tidak memadai pada pria yang tidak disunat sehingga menyebabkan infeksi.

Lingkungan lembab yang hangat di bawah kulup penis yang tidak disunat

mendukung pertumbuhan organisme penyebab balanitis seperti Jamur.

Organisme ini biasanya ada pada kulit kelenjar dan dapat dianggap sebagai

flora normal. Jamur dapat menyebabkan infeksi pada keadaan tertentu, terutama

ketika pasien mempunyai kondisi yang mendasarinya, kebersihan yang buruk,

pertumbuhan berlebih, atau perubahan pH dasar. Meskipun infeksi adalah

penyebab paling umum, ada beberapa etiologi lain yang ada dan harus

12
dipertimbangkan oleh penyedia layanan kesehatan. Hal ini mencakup etiologi

menular dan tidak menular berikut

Etiologi menular:

 Spesies Candida (paling sering dikaitkan dengan diabetes)

 Streptokokus beta-hemolitik grup B dan grup A

 Neisseria gonore

 Spesies klamidia

 Infeksi anaerobik

 Virus papiloma manusia

 Gardnerella vaginalis

 Treponema pallidum (sifilis)

 spesies Trichomonas

 Borrelia vincentii dan Borrelia burgdorferi

Etiologi non-infeksi:

 Kebersihan pribadi yang buruk (paling umum)

 Bahan kimia yang mengiritasi (mis., spermisida, deterjen, sabun dan sabun

mandi beraroma wangi, kondisioner kain)

 Kondisi edema, termasuk gagal jantung kongestif (sisi kanan), sirosis, dan

nefrosis

 Alergi obat (misalnya, tetrasiklin, sulfonamida)

13
 Obesitas yang tidak sehat

 Reaksi alergi (kondom lateks, jeli kontrasepsi)

 Erupsi obat tetap (sulfa, tetrasiklin)

 Infiltrasi sel plasma (Zoon balanitis)

 Pencernaan otomatis oleh enzim eksokrin transplantasi pankreas yang

diaktifkan

 Trauma

 Kondisi neoplastic

BAB III

Kesimpulan

3.1 Kesimpulan

Balanoposthitis hanya terjadi pada pria yang tidak disunat. Namun, balanitis dan

balanoposthitis sering terjadi bersamaan, dan istilah ini biasanya digunakan secara bergantian

14
Balanitis paling sering terjadi pada pria yang tidak disunat karena kebersihan yang buruk

dan penumpukan smegma di bawah kulup. Smegma adalah sekret sebasea berwarna keputihan

yang tersusun dari sel epitel (kulit mati) dan sebum (sekresi berminyak) yang dihasilkan oleh

kelenjar sebasea alat kelamin pria dan wanita. Dalam keadaan normal, smegma membantu

gerakan pelumasan kulup; tanpanya akan timbul gesekan dan iritasi

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri kulit normal pada penis atau oleh bahan kimia

yang mengiritasi kulit ini, umumnya dianggap tidak menular

Sementara yang disebabkan oleh jamur tertentu (ragi) dan atau bakteri atau virus

tertentu termasuk yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti gonore , dapat

ditularkan dari satu orang langsung ke orang lain

Meskipun penyakit balanitis biasanya tidak ditularkan, organisme penyebabnya

dapat berpindah ke tubuh orang lain

Daftar Pustaka

Edwards S. Balanitis dan balanoposthitis: ulasan. Obat Genitourin. 1996


Juni; 72 (3):155-9.

15
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/17941/bab%202.pdf?
sequence=3

https://www.academia.edu/39949513/Balanitis_Adalah

https://www.alodokter.com/balanitis#:~:text=Balanitis%20umumnya
%20disebabkan%20oleh%20infeksi,pria%20ini%20dapat%20memicu
%20peradangan.

Lisboa C, Ferreira A, Resende C, Rodrigues AG. Balanoposthitis menular:


penatalaksanaan, gambaran klinis dan laboratorium. Dermatol Int
J. Februari 2009; 48 (2):121-4.

Morris BJ, Krieger JN. Gangguan Kulit Radang Penis dan Peran Pencegahan
Sunat. Int J Sebelumnya Med. 2017; 8 :32.

Tom WW, Munda R, MR Pertama, Alexander JW. Pencernaan otomatis


kelenjar penis dan uretra dengan mengaktifkan enzim eksokrin pankreas
transplantasi yang diaktifkan. Operasi. 1987 Juli; 102 (1):99-101.

Vohra S, Badlani G. Balanitis dan balanoposthitis. Klinik Urol Utara


Am. Februari 1992; 19 (1):143-7

16
17

Anda mungkin juga menyukai