Oleh
KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN BLITAR
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Oktober 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa
penyusunan makalah yang be rjudul “Asuhan Keperawatan Tuba
Ovarium Abses” telah dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Ns.Ririn Anantasari,M.Kep.Sp.Mat.selaku dosen pembimbing
matakuliah Keperawatan Maternitas
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung kami sehingga makalah
ini terselesaikan.
3. Serta seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun, sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
baik. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tuba Ovarium Abses.............................................................................
3
2.2 Etiologi Tuba Ovarium Abses.................................................................................
3
2.3 Maninfestasi Tuba Ovarium Abses.........................................................................
3
2.4 Pemeriksaan Ginekologi Abortus...........................................................................
4
2.5 Pemeriksaan Penunjang Abortus.............................................................................
4
2.6 Patofisiologi Tuba Ovarium Abses.........................................................................
5
2.7 Klasifikasi Abotus...................................................................................................
5
2.8 Komplikasi Tuba Ovarium Abses...........................................................................
8
2.9 Penatalaksanaan Tuba Ovarium Abses...................................................................
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
11
3.2 Saran.......................................................................................................................
11
DAFTAR RUJUKAN...............................................................................................................
12
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan
perantaraan traktus genetalis. Radang alat kandungan mungkin lebih sering terjadi
di negara tropis karena organ kewanitaan menjadi mudah sekali lembab karena
udara yang panas sehingga menyebabkan sering berkeringat sedangkan personal
hygiene masih kurang terjaga, infeksi veneris belum terkendali, serta perawatan
persalinan dan abortus yang belum memenuhi syarat-syarat.
Tetapi dengan adanya antibiotika pada umumnya infeksi alat kandungan
berkurang. Infeksi alat kandungan dapat menentukan fertilitas, mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu kehidupan sex.
Pada infeksi tinggi, tuba yang terkena dan infeksi tuba dapat merambat ke
ovarium dan peritoneum pelvis. Bila tidak segera ditangani maka dapat berakibat
fatal bagi setiap penderitanya karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi
bahkan kematian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pelvis mengalami keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi.
Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa
terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis
yang lain seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain.
Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan,
keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin
terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menhebat dapat terjadi pecahnya
abses.
2.4 Gejala-gejala Tuba Ovarium Abses
3
c) Foto abdomen dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga
adanya masa di adneksa
d) Ultrasonografi, bisa dipakai pada kecurigaan adanya ATO atau adanya
masa di adneksa melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus,
dapat untuk evaluasi kemajuan terapi.
e) Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba
menonjol. Pada ATO yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi
jaringan. Pada ATO yang pecah atau pada abses yang mengisi cavum
Douglas, didapat pus pada lebih 70 % kasus
2.7 Komplikasi Tuba Ovarium Abses
a) ATO yang utuh :
Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, ileus, infertilitas, kehamian
ektopik
b) ATO yang pecah
Syok sepsis, abses intra abdominal, abses sub kronik, abses paru / otak
2.8 Penatalaksanaan Tuba Ovarium Abses
a. Curiga ATO utuh tanpa gejala
Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan :
doksiklin 2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x
500 mg / hari, selama 1 minggu.
Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau
mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut
dengan kemungkinan untuk laparatomi
b. ATO utuh dengan gejala :
Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi
ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika
perlu pasang infuse P2
Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72
jam
Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan
gentamisin 5 mg / kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari
selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau
4
kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal
atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol
2 x1 gr selama 5-7 hari
Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan
seluruh organ genetalia interna
c. ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi
pasang drain kultur nanah
Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III
dan metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
6
DAFTAR RUJUKAN
Price. Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Psroses Penyakit Edisi
6 Volume 2. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta :EGC