Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

TUBA OVARIUM ABSES

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Keperawatan Maternitas
yang dibina oleh ibu Ns.Ririn Anantasari,M.Kep.Sp.Mat.

Oleh

1. Putri Hadinda Iglima (1601300055)


2. Muhammad Esan Wahyu R. (1601300067)
3. Evvin Valendena (1601300077)
4. Kinanti Wilujeng (1601300088)

KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN BLITAR
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Oktober 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa
penyusunan makalah yang be rjudul “Asuhan Keperawatan Tuba
Ovarium Abses” telah dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Ns.Ririn Anantasari,M.Kep.Sp.Mat.selaku dosen pembimbing
matakuliah Keperawatan Maternitas
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung kami sehingga makalah
ini terselesaikan.
3. Serta seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun, sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
baik. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Blitar, Oktober 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tuba Ovarium Abses.............................................................................
3
2.2 Etiologi Tuba Ovarium Abses.................................................................................
3
2.3 Maninfestasi Tuba Ovarium Abses.........................................................................
3
2.4 Pemeriksaan Ginekologi Abortus...........................................................................
4
2.5 Pemeriksaan Penunjang Abortus.............................................................................
4
2.6 Patofisiologi Tuba Ovarium Abses.........................................................................
5
2.7 Klasifikasi Abotus...................................................................................................
5
2.8 Komplikasi Tuba Ovarium Abses...........................................................................
8
2.9 Penatalaksanaan Tuba Ovarium Abses...................................................................
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
11
3.2 Saran.......................................................................................................................
11
DAFTAR RUJUKAN...............................................................................................................
12
LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan
perantaraan traktus genetalis. Radang alat kandungan mungkin lebih sering terjadi
di negara tropis karena organ kewanitaan menjadi mudah sekali lembab karena
udara yang panas sehingga menyebabkan sering berkeringat sedangkan personal
hygiene masih kurang terjaga, infeksi veneris belum terkendali, serta perawatan
persalinan dan abortus yang belum memenuhi syarat-syarat.
Tetapi dengan adanya antibiotika pada umumnya infeksi alat kandungan
berkurang. Infeksi alat kandungan dapat menentukan fertilitas, mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu kehidupan sex.
Pada infeksi tinggi, tuba yang terkena dan infeksi tuba dapat merambat ke
ovarium dan peritoneum pelvis. Bila tidak segera ditangani maka dapat berakibat
fatal bagi setiap penderitanya karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi
bahkan kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tuba Ovarium Abses

a. Tuba adalah saluran (kamus kedokteran).


Tuba uterina / fallopii adalah saluran telur, berjalan disebelah kiri dan
sebelah kanan sebuah dari sudut uterus ke samping, di tepi atas ligamen
lebar ke arah sisi pelvis.
(Anatomi Fisiologi, 2002: 264)
b. Ovarial adalah indung telur.
Ovarial / ovarium adalah alat kelamin wanita yang berbentuk biji kenali,
terletak di kanan dan kiri uterus di bawah tuba uterina dan terikat di
sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri.
(Anatomi Fisiologi, 2002:264)
c. Abces adalah rongga yang terjadi karena kerusakan jaringan / bengkak.
Tuba ovarial abces adalah pembekakan pada tuba ovarium yang
disebabkan oleh infeksi.
2.2 Etiologi Tuba Ovarium Abses

Paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh


staphylococcus dan streptococcus dan bacteri.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
· Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium yang meradang.
· Naik dari cavum uteri.
2.3 Patofisiologi Tuba Ovarium Abses
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke tuerus lalu ke tuba dan
atau parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis, keadaan ini
bisa terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan
genekologik sebelumnya.
Mekanisme pembentukan ATO yang pasti sukar ditentukan, tergantung
sampai dimana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses
penyakit, lumen tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent dari
febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana struktur lain dalam

2
pelvis mengalami keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi.
Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa
terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis
yang lain seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain.
Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan,
keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin
terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menhebat dapat terjadi pecahnya
abses.
2.4 Gejala-gejala Tuba Ovarium Abses

 Demam tinggi dengan menggigil.


 Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan.
 Mual dan muntah, jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsang
peritoneum.
 Kadang-kadang ada tanesmi adalah anum karena proses dekat rektum dan
sigmoid.
 Toucher :
 Nyeri kalau portio digoyangkan.
 Nyeri kiri dan kanan dari uterus.
 Kadang-kadang ada penebalan dari tuba. Tuba yang sehat tak teraba.
 Nyeri pada ovarium karena meradang.
2.5 Gejala Klinis Tuba Ovarium Abses
Bervariasi bisa tanpa keluhan bisa tampak sakit, dari ringan sampai berat
disertai suhu badan naik, bisa akut abdomen sampai syok septic. Nyeri
panggul dan perut bawah disertai pula nyeri tekan, febris (60-80 % kasus),
takhirkardi, mual dan muntah, bisa pula terjadi ileus. Adanya masa pada perut
bawah dan aneksa lebih memastikan suatu ATO.
2.6 Pemeriksaan Tuba Ovarium Abses
a) Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis pernah infeksi daerah
panggul dengan umur antara 30-40 tahun, dimana 25-50 % nya adalah
nulipara
b) Pemeriksaan laboratorium, lekositosis (60-80 % dari kasus),
peningkatan Leo

3
c) Foto abdomen dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga
adanya masa di adneksa
d) Ultrasonografi, bisa dipakai pada kecurigaan adanya ATO atau adanya
masa di adneksa melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus,
dapat untuk evaluasi kemajuan terapi.
e) Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba
menonjol. Pada ATO yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi
jaringan. Pada ATO yang pecah atau pada abses yang mengisi cavum
Douglas, didapat pus pada lebih 70 % kasus
2.7 Komplikasi Tuba Ovarium Abses
a) ATO yang utuh :
Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, ileus, infertilitas, kehamian
ektopik
b) ATO yang pecah
Syok sepsis, abses intra abdominal, abses sub kronik, abses paru / otak
2.8 Penatalaksanaan Tuba Ovarium Abses
a. Curiga ATO utuh tanpa gejala
 Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan :
doksiklin 2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x
500 mg / hari, selama 1 minggu.
 Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau
mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut
dengan kemungkinan untuk laparatomi
b. ATO utuh dengan gejala :
 Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi
ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika
perlu pasang infuse P2
 Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72
jam
 Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan
gentamisin 5 mg / kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari
selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau

4
kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal
atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol
2 x1 gr selama 5-7 hari
 Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
 Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan
seluruh organ genetalia interna
c. ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi
pasang drain kultur nanah
 Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III
dan metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

6
DAFTAR RUJUKAN

Effendi hasjim Dr,dkk. 1981. Fisiologa Dan Patofisiologi Ginjal. Bandung:


alumni

Price. Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Psroses Penyakit Edisi
6 Volume 2. Jakarta : EGC

Rabbins, Stanley C. Buku Ajar Patologi II . Jakarta :EGC

Rn. Sweringen. 2000. Keperawatan Medical Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai