Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA

KLINIS
TUGAS
KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

OLEH :
KELOMPOK 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

DEWA GEDE SASTRA ANANTA WIJAYA


NI PUTU MEYLITHA BUDYANDANI
NI PUTU ERNA LIBYA
NI LUH SUCI NOVI ARIANI
PANDE PUTU SETIANINGSIH
I GEDE SUYADNYA PUTRA
NI PUTU AYU SAVITRI
NI PUTU SONIYA DARMAYANTI

(P07120214005)
(P07120214013)
(P07120214014)
(P07120214021)
(P07120214022)
(P07120214023)
(P07120214033)
(P07120214040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN DENPASAR
2015/2016

SISTEM PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA KLINIS


A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan informasi yang demikian cepat dan diikuti oleh
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik mengharuskan
sarana pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus menerus
seiring dengan perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut.
Karena profesi perawat merawat pasien 24 jam, mereka menjadi kunci untuk
kualitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu fungsi, tugas, tanggung jawab serta
akuntabilitas perawat harus diperjelas. Demikian juga pengetahuan dan
ketrampilannya terus-menerus harus ditingkatkan, supaya asuhan kepada pasien
bisa diberikan secara profesional dan holistik. Hal yang patut kita sadari bahwa
pelayanan keperawatan dapat memberikan kontribusi besar dalam peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2001, Departemen Kesehatan Indonesia bekerjasama dengan WHO
Indonesia telah melalukan penilaian terhadap 1.000 perawat dan bidan di 4
propinsi, hasil penilaian menunjukkan bahwa pada saat itu tidak terdapat sistem
manajemen yang mendukung terwujudnya kinerja klinik yang baik. Atas dasar ini
maka pada tahun 2001 berbagai pihak dengan dukungan dari WHO Indonesia dan
lembaga donor mengembangkan sebuah sistem peningkatan kinerja klinik bagi
perawat dan bidan yang disebut sebagai Sistem Pengembangan Manajemen
Kinerja Klinik (SPMKK). Sistem ini telah di ujicoba-kan (2002), di evaluasi
(2003-2004) dan pada saat ini telah diterapkan di 9 propinsi dan 35
kabupaten/kota. Lebih lanjut SPMKK telah dijadikan kebijakan nasional dengan
nama baru yaitu Peningkatan Manajemen Kinerja (PMK) melalui SK Menkes.
2. Konsep-Konsep Kunci
a. Sejarah Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
b. Pengertian Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
c. Sasaran Kegiatan SPMKK
d. Tujuan Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
e. Filosofi SPMKK
f. Komponen Dasar SPMKK
3. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum

Dapat mengetahui dan memahami Sistem Pengembangan Manajemen


Kinerja Klinik (SPMKK)
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mengetahui dan memahami Sejarah Sistem Pengembangan
Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
2. Mengetahui dan memahami Pengertian Sistem Pengembangan
Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
3. Mengetahui dan memahami Tujuan Sistem Pengembangan
Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
4. Mengetahui dan memahami Sasaran Kegiatan SPMKK
5. Mengetahui dan memahami Filosofi SPMKK
6. Mengetahui dan memahami Komponen Dasar SPMKK

B. PENYAJIAN MATERI
1. Sejarah Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK
Perawat)
SPMKK adalah upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan disarana atau institusi
pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes,
2006)
Pada bulan Oktober 2000 - Maret 2001, Tim Konsultan WHO bekerja sama
dengan Kelompok Kerja Perawat Tingkat Nasional Depkes, mengembangkan satu
model Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) guna
meningkatkan kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan pada tatanan rumah sakit dan puskesmas. Penelitian yang
dilakukan pada tahun 2000 oleh WHO dan Keperawatan Depkes di Provinsi
Kaltim, Sumut, Sulut, Jabar dan DKI menunjukan gambaran sebagai berikut :
1) 70,9 % perawat selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti
pelatihan.
2) 39,8 % perawat masih melakukan tugas-tugas kebersihan.
3) 47,4 % perawat tidak memiliki uraian tugas secara tertulis.
4) Belum dikembangkan monitoring dan evaluasi Kinerja Klinis bagi
perawat secara khusus (Depkes, 2006).
3

2. Pengertian SPMKK
Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK) adalah suatu
sistem mikro organisasi pelayanan kesehatan dan proses manajerial untuk
meningkatkan kemampuan klinis perawat di rumah sakit. Sistem Pengembangan
Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK) perawat adalah suatu upaya peningkatan
kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan di sarana/institusi pelayanan kesehatan untuk mencapai
pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Tujuan Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di sarana / institusi pelayanan
kesehatan.
b. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan perawat;
b. Meningkatnya kepatuhan penggunaan standar dalam melakukan
pelayanan keperawatan;
c. Meningkatnya kemampuan manajerial pelayanan keperawatan;
d. Meningkatnya pelaksanaan monitoring kinerja perawat berdasarkan
indikator kinerja yang disepakati;
e. Meningkatnya kegiatan diskusi refleksi kasus (DRK) keperawatan;
f. Meningkatnya mutu asuhan keperawatan;
g. Meningkatnya kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan;
4. Sasaran Kegiatan SPMKK
Sasaran kegiatan SPMKK adalah :
a. Perawat dan bidan pelaksana, serta manajer lini pertama (first line
manager) yaitu: kepala ruangan, wakil kepala ruangan di RS, perawat dan
bidan sebagai penanggung jawab program di Puskesmas, serta pimpinan
keperawatan/kebidanan di sarana pelayanan kesehatan lainn

b. Pimpinan sarana kesehatan, Direktur, Kepala Bidang/Kepala Seksi, Kepala


Instalasi dan supervisor (rumah sakit), Kepala Puskesmas, dan Kepala
sarana pelayanan.
5. Filosofi SPMKK
Sistem pengembangan manajemen kinerja klinis adalah sistem mikro yang
mendukung dan meningkatkan kemampuan kinerja klinis perawat dan bidan
secara profesional, dengan memperhatikan etika aspek legal yang akan
meningkatkan budaya kerja, sehingga diharapkan dapat bermanfaat secara
makro dalam pelayanan kesehatan masyarakat baik di rumah sakit maupun di
puskesmas.
SPMKK memfasilitasi terciptanya budaya kerja perawat dan bidan yang
mengarah kepada upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan
kebidanan yang didasarkan pada profesionalisme, IPTEK, aspek legal,
berlandaskan etika untuk mendukung sistem pelayanan kesehatan secara
komprehensif.
6. Komponen Dasar SPMKK
Dalam rangka mewujudkan

terciptanya

pelayanan

profesional

keperawatan perlu disediakan pedoman pelaksanaan SPMKK yang mengacu


pada lima komponen SPMKK yaitu : Standar, Uraian tugas, Indikator kinerja,
Refleksi Diskusi Kasus (RDK), Monitoring dan Evaluasi.
a) Standar
Komponen utama yang menjadi kunci dalam SPMKK adalah
standar, yang meliputi standar profesi, Standar Operasioanal Prosedur
(SOP), dan pedoman-pedoman yang digunakan oleh perawat disarana
pelayanan kesehatan. Standar keperawatan bermanfaat sebagai acuan
dan dasar bagi perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Standar juga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pekerjaan, dapat meningkatkan motivasi dan pendayagunaan staf,
dapat digunakan untuk mengukur mutu pelayanan serta melindungi
masyarakat atau klien dari pelayanan yang tidak bermutu.

Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan


disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktik
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Reyers, 1983).
Standar yang ditetapkan harus memenuhi kreteria yaitu : spesifik
(specific), terukur (measurable), tepat (appropriate), andal (reliable),
tepat waktu (timely).(Donabedian, 1982).
1. Ketentuan standar
a. Harus ditulis dan dapat diterima untuk dilaksanakan oleh
para pelaksana.
b. Mengandung komponen struktur, proses, hasil.
c. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sitem
dalam organisasi.
d. Standar harus disyahkan atau disetujui oleh yang
berwenang.
2. Komponen standar
a. Standar struktur atau standar input menjelaskan praturan,
kebijakan tatanan dalam organisasi, meliputi filosofi dan
obyektif organisasi dan administrasi, kebijakan dan
peraturan, staffing dan pembinaan, deskripsi pekerjaan,
fasilitas dan peralatan.
b. Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara
pemberi dan penerima asuhan yang berfokus pada kinerja
petugas secara profesional dalam tatanan klinis meliputi
fungsi, tanggungjawab, dan akontabilitas, manajemen
kinerja klinis, monitoring dan evaluasi kinerja klinis.
c. Standar hasil adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan
status pasien. Standar ini berfokus pada asuhan pasien yang
prima meliputi kepuasan pasien, keamanan pasien,
kenyamanan pasien.
3.

Manfaat standar
a. Menetapkan norma dan memberikan kesempatan anggota
masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimana tingkat
pelayanan yang diharapkan/diinginkan karena standar
tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara
luas.

b. Menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku


sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.
c. Berfokus pada inti dan tugas penting yang harus
ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi
lokal.
d. Meningkatkan

efisiensi

dan

mengarahkan

pada

pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik.


e. Meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
f. Dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada
keadaan dasar maupun post basic pelatihan dan pendidikan.
b) Uraian Tugas
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas, dan tanggungjawab
yang dijabarkan dalam suatu pekerjaan yang dapat menunjukan jenis
dan spesifikasi pekerjaan, sehingga dapat menunjukan perbedaan
antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya. Uraian tugas
merupakan dasar utama untuk memahami dengan tepat tugas dan
tanggung jawab serta akuntabilitas setiap perawat dalam melaksanakan
peran dan fungsinya.
Kejelasan uraian tugas dimaksud dapat memandu setiap perawat
untuk

melaksanakan

kegiatan

sehingga

pada

akhirnya

dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di sarana pelayanan


kesehatan setempat. Dengan adanya uraian tugas yang jelas bagi setiap
jabatan klinis akan memudahkan manajer/pimpinan untuk menilai
kinerja staf secara obyektif dan dapat digunakan sebagai dasar upaya
promosi staf ke jenjang yang lebih tinggi. Selama proses penerapan
SPMKK, perawat difasilitasi untuk mengidentifikasi kembali seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Hasil identifikasi masing-masing
perawat dibahas dalam kelompok untuk menghasilkan uraian tugas
sesuai dengan posisi pekerjaan dan standar yang telah disepakati.
Dengan melibatkan perawat dalam proses perumusan diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang jelas terhadap uraian tugas dari suatu
pekerjaan dan akan memberi keyakinan dan dorongan untuk menilai
tingkat kemampuan diri (self evaluation) dan peningkatan motivasi
kerja perawat.
1. Dalam lingkup keperawatan uraian tugas meliputi.
7

a) Posisi struktural
Ketentuan dari

posisi

struktural

ditetapkan

oleh

pemerintah ditentukan oleh adanya jabatan sesuai dengan


sistem yang ditentukan oleh organisasi, dibuktikan dengan
adanya Surat Keputusan (SK). Posisi struktural ini
ditentukan oleh masing-masing organisasi misal : kepala
bangsal,

koordinator

puskesmas,

penanggungjawab

puskesmas pembantu, ketua PPNI dan lain-lain yang


dikukuhkan dengan terbitnya SK pengangkatan.
b) Posisi klinis
Posisi klinis

berhubungan

dengan

kompetensi,

tanggungjawab dan kewenangan yang sangat berhubungan


pula dengan tingkat pendidikan. Misalnya : jabatan
fungsional pada jenjang perawat pelaksana, perawat penyelia
SPK, D1, D2, D3, D4, S1 atau tingkat profesi yang memiliki
batas kewenangan masing-masing.
2. Enam langkah untuk mengembangkan uraian tugas yaitu :
a. Identifikasi pekerjaan
b. Analisa pekerjaan
c. Analisa kegiatan setiap pekerjaan
d. Evaluasi fungsi melalui analisis kinerja dengan
menggunakan penilaian kinerja.
e. Analisis indikator kinerja untuk setiap kompetensi
f. Metode penilaian kinerja.
3. Tujuh kriteria yang harus dipertimbangkan dalam uraian
tugas sebagai berikut :
a. Diskripsi pekerjaan harus terkini dan akurat untuk
persyaratan fungsi dan tugas yang diperlukan.
b. Posisi/jabatan klinis harus jelas berdasarkan ketentuan dan
jenjang karir yang ditetapkan oleh organisasi.
c. Diskripsi pekerjaan menunjukan jenis dan spesifikasi
pekerjaan, bagaimana dan untuk apa pekerjaan tersebut
berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Diskripsi pekerjaan harus lengkap dan tidak mendetail,
sehingga dapat mengembangkan fungsi dan tugas lebih
luas.
8

e. Adanya rancangan standar yang digunakan pada semua


pekerjaan bagi masing-masing kategori.
f. Diskripsi pekerjaan harus realistis untuk aspek teknis dan
sumber daya manusia yang memungkinkan
g. Diskripsi pekerjaan harus selalu direvisi sesuai dengan
kondisi terkini.
c) Indikator Kerja
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi
suatu pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu. Indikator yang
berfokus pada hasil asuhan keperawatan kepada pasien dan proses
pelayanannya. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai
pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien
yang berdampak terhadap pelayanan.
a. Tujuan :
1. Meningkatkan prestasi kerja staf sehingga mendorong
peningkatan kinerja staf.
2. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan
meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.
3. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan
perasaannya tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur
komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.
b. Karakteristik Indikator :
1. Sahih (valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai
untuk mengukur aspek-aspek yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (reliable) artinya mampu menunjukkan
hasil yang sama pada saat yang berulangkali, untuk waktu
3.

sekarang maupun yang akan datang.


Peka (sensitive) artinya cukup peka untuk mengukur

sehingga memberikan hasil yang sesuai.


4. Spesifik (specific) artinya memberikan

gambaran

perubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih.


5. Berhubungan (relevan) artinya sesuai dengan aspek
kegiatan yang akan diukur dan kritikal. Contoh : pada unit
bedah indikator yang di buat berhubungan dengan pre
operasi dan post operasi.
c. Klasifikasi indikator
9

1. Indikator input : merujuk pada sumber-sumber yang


diperlukan untuk melaksanakan aktivitas misalnya personil,
alat, informasi, dana , peraturan.
2. Indikator proses : memonitor tugas atau kegiatan yang
dilaksanakan.
3. Indikator out put : mengukur hasil meliputi cakupan,
pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku yang dihasilkan
oleh tindakan yang dilakukan. Indikator ini juga disebut
4.

indikator effect.
Indikator out come : dipergunakan untuk menilai perubahan
atau dampak (impact) suatu program, perkembangan jangka
panjang

termasuk

perubahan

status

kasehatan

masyarakat/penduduk.
d) Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
RDK adalah suatu metode merefleksikan pengalaman klinis
perawat dalam menerapkan standar dan uraian tugas. Pengalaman
klinis yang direfleksikan merupakan pengalaman aktual dan menarik
baik hal-hal yang merupakan keberhasilan maupun kegagalan dalam
memberikan pelayanan keperawatan termasuk untuk menemukan
masalah dan menetapkan upaya penyelesaiannya. Misal dengan adanya
rencana untuk menyusun SOP baru.
a. Tujuan RDK
1. Untuk mengembangkan profesionalisme.
2. Meningkatkan aktualisasi diri.
3. Meningkatkan motivasi untuk belajar.
4. Meningkatkan pemahaman terhadap standar.
5. Memacu untuk bekerja sesuai standar.
b. Persyaratan Pelaksanaan RDK
1. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama
(supervisor) dan didukung oleh atasan langsung yang
mendorong

serta

mewajibkan

anggotanya

untuk

melaksanakan RDK secara rutin, terencana dan terjadual


dengan baik. Diatur dalam SK dan Prosedur Tetap
Pelaksanaan RDK.
2. Merupakan satu kelompok profesi.
3. Kasus/issu yang menarik diambil dari pengalaman kinerja
klinik.
10

4. Ditunjuk satu orang sebagai penyaji kasus, satu orang


sebagai fasilitator dan beberapa orang sebagai peserta
diskusi, posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam
diskusi setara/sejajar.
5. Persyaratan administratif : jadual, laporan kasus, lembar
6.

daftar hadir, lembar notulen.


Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan
pengalaman kinerja klinis yang menarik dan memberikan

motivasi pada peningkatan kinerja.


7. Waktu pelaksanaan tidak terlalu lama : singkat, padat dan
terorganisir dengan baik 1 jam.
8. Posisi duduk sebaiknya melingkar dan saling berhadapan
sehingga bisa berkomunikasi secara bebas.
9. Tidak boleh ada interupsi saat penyajian kasus, klarifikasi
kasus disampaikan secara bergantian.
10. Tidak diperkenankan ada dominasi dan memberikan kritik
11.

yang dapat memojokan peserta lainnya.


Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian
tidak boleh tertumpu pada catatan, sehingga dapat
mengurangi perhatian dalam diskusi.

e) Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring meliputi pengumpulan data dan analisis
terhadap indikator kinerja yang telah disepakati yang dilaksanakan
secara periodik untuk memperoleh informasi sejauhmana kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Monitoring bermanfaat
untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan dan mempercepat
pencapaian target. Hasil monitoring yang dilaksanakan diinformasikan
kepada staf dan dilaporkan kepada pimpinan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindaklanjut.
a. Tujuan monitoring dan evaluasi
1. Memperoleh informasi tentang kegiatan apakah

telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana dan memberikan umpan


balik.
2. Mempertanggung

jawabkan

dilakukan.

11

tugas/kegiatan

yang

telah

3. Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dan tindaklanjut


dalam pengembangan program.
4. Menentukan kompetensi pekerja dan meningkatkan kinerja
dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara
pegawai.
5. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi kearah
pencapaian kualitas yang tinggi.
6. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.
7. Memilih pegawai yang berkualitas untuk pertimbangan
jenjang karir.
8. Mengidentifikasi ketidakpuasan terhadap sistem.
b. Manfaat monitoring dan evaluasi
1. Mengidentifiaksi masalah keperawatan.
2. Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya.
3. Mengukur pencapaian sasaran/target.
4. Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasien yang
mendapat pelayanan.
c. Prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi
1. Libatkan staf dalam perencanaan

dan

implementasi,

diskusikan dengan staf untuk memberikan kesempatan


mengerti konsep, ide-ide dan keuntungan sehingga evaluasi
menjadi berguna.
2. Bentuk tim monev

yang

bertanggung

jawab

dalam

pelaksanaan monev.
3. Pastikan ada kesepakatan pelaksanaan evaluasi.
4. Siapkan sumber-sumber pengambilan data dan analisa, jika
memungkinkan melibatkan pendapat ahli.
5. Mendorong evaluator untuk melaporkan kemajuan.
6. Dokumentasikan seluruh proses monev, jika ditemukan
ketidaksesuaian dengan standar berikan peluang untuk
langkah-langkah perbaikan.
7. Hasil temuan bukan kesalahan tetapi merupakan awal proses
perubahan ke arah perbaikan.
C. PENUTUP
Simpulan:

12

SPMKK adalah upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja


perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan disarana atau institusi
pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan kesehatan bermutu yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di sarana /
institusi pelayanan kesehatan. Adapun salah satu dari sasaran kegiatan
SPMKK adalah perawat. Pedoman pelaksanaan SPMKK yang mengacu pada
lima komponen SPMKK yaitu : Standar, Uraian tugas, Indikator kinerja,
Refleksi Diskusi Kasus (RDK), Monitoring dan Evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Murdiyani.2014.SPMKK.(Online). Available:
http://www.scribd.com/doc/170536145/spmkk#scribd (Diakses pada tanggal 11
Maret 2015 pukul 19.00 WITA)
Arok,Ken.2014.Konsep SPMKK. (Online).Available:
http://www.scribd.com/doc/34599494/6a-KONSEP-SPMKK-revJan-03#scribd
(Dikases pada tanggal 11 Maret 2015 pukul 19.30 WITA)
Anonym.2012.Konsep SPMKK. (Online).Available :
www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/6a-KONSEP%20SPMKK(revJan'03).doc
(Diakses pada tanggal 11 maret 2015 pukul 20.00 WITA)
Anonym.2014.Sistem pembinaan Manajemen Kinerja Klinis Perawat.
(Online).Available: http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/sistempembinaan-manajemen-kinerja-klinis-perawat-43569885 (Diakses pada
tanggal 11 Maret 2015 pukul 21.00 WITA)
13

14

Anda mungkin juga menyukai