Anda di halaman 1dari 15

MANAGEMENT SUPERVISE

MAKALAH

Memenuhi tugas mata kuliah


Menejemen Keperawatan
Yang dibina oleh Ibu Dr. Sri Mugianti, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh:
Indah Rizky S. 1601300072
Syelin Calvina P 1601300073
Anis Nadifatul CN 1601300074
Ari Nur Amin 1601300075
Binti Robiatul A 1601300076
Evvin Valendena 1601300077
Dian Kustinnasari 1601300078
M. Fernanda K. 1601300079
Elya Asasal M. 1601300080
Kafatul Lailatil Khusna 1601300082
Dwi Ayuningtiyas 1601300083

KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN BLITAR
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN BLITAR
Mei 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Mugianti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku
Dosen matakuliah Menejemen Keperawatan yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini dan juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini serta berbagai sumber yang telah penulis pakai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah tentang “Management Supervise” ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis. Amien.

Blitar, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................................. 1
BAB II TEORI
2.1 Pengertian Supervisi .............................................................................. 2
2.2 Tujuan Supervisi .................................................................................... 3
2.3 Peran dan Fungsi Supervisor ................................................................. 3
2.4 Fungsi Supervisi..................................................................................... 3
2.5 Proses Supervisi dan Delegasi ............................................................... 4
2.6 Cara Supervisi ........................................................................................ 4
2.7 Kegiatan Supervisi ................................................................................. 5
2.8 Model-model Supervisi .......................................................................... 6
2.9 SOP Supervisi ........................................................................................ 7
BAB III HASIL OBSERVASI
3.1 RSUD MARDI WALUYO BLITAR .................................................... 9
3.2 RSK BUDI RAHAYU BLITAR ........................................................... 9
3.3 RSUD NGUDI WALUYO WLINGI..................................................... 10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
4.2 Saran ..................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan pelayanan keperawatan membutuhkan sistem manajerial
keperawatan yang tepat untuk mengarahkan seluruh sumber daya keperawatan dalam
menghasilkan pelayanan keperawatan yang prima dan berkualitas. Hal ini tentu perlu
didukung oleh seorang manager yang mempunyai kemampuan manajerial handal untuk
melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
aktivitas-aktivitas keperawatan.
Supervise merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang berperan untuk
mempertahankan segala kegiatan yang telah terpogram agar dapat dilaksanakan dengan
baik dan lancar. Supervise secara langsung memungkinkan kepala ruang menemukan
berbagai hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dan bersama
dengan staf keperawatan mencari jalan pemecahannya. Supervise dalam keperawatan
bukan hanya sekadar control, kegiatan supervise juga mencakup penentuan kondisi-
kondisi atau syarat syarat personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya
tujuan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien. Supervise klinik berpengaruh
terhadap kepuasan kerja dan kinerja perawat. Penerapan supervise yang tepat akan
menyebabkan perawat pelaksana merasa diterima, dihargai, dan dilibatkan sehingga
timbul komitmen tinggi untuk memajukan pelayanan keperawatan. Supervise klinik dapat
meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Peran supervisor sebagai penilai berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja perawat. Supervise klinik oleh kepala ruang juga
berdampak terhadap kepuasan kerja.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian supervisi keperawatan
b. Untuk mengetahui prinsip supervisi keperawatan
c. Untuk mengetahui pelaksanaan supervisi keperawatan
d. Untuk mengetahui alur supervisi keperawatan
e. Untuk mengetahui langkah supervisi keperawatan
f. Untuk mengetahui peran dan fungsi supervisi keperawatan
g. Untuk mengetahui Standart Operasional Prosedur (SOP) supervisi

1.3 Manfaat
Memberikan informasi ilmiah bagi kalangan akademik baik tim pengajar maupun
mahasiswa keperawatan dalam pengembangan proses berpikir tentang perlunya
supervisi kepala ruang untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.

1
BAB II
TEORI
2.1 Pengertian Supervisi
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti di atas) dan videre (bahasa
Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti
“melihat dari atas”. Secara umum supervisi adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan
“bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang
bersifat langsung guna mengatasinya. Supervisi dapat juga diartikan sebagai proses
yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara aktif dan positif agar
tujuan organisasi tercapai.
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawas yang bisa di lakukan untuk
memastikan bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan pekerjaannya.
Supervisi adalah memberikan bantuan, bimbingan/pengajaran, dukungan pada
seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai kebijakan dan prosedur,
mengembangkan keterampilan baru, pemahaman yang lebih luas tentang pekerjaannya
sehingga dapat melakukannya lebih baik. Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi
adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan,
pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehari-hari. Seorang supervisor harus mempunyai keterampilan
teknis dan keterampilan membuat keputusan.
Sitorus & Panjaitan mengatakan supervisi proses formal dari belajar dan
dukungan profesional yang memungkinkan perawat praktisi untuk mengembangkan
pengetahuan dan kompetensi, menerima tanggung jawab dalam praktiknya dan
meningkatkan perlindungan terhadap pasien dan pelayanan keperawatan yang aman
dalam situasi yang kompleks. Simamora.R. mengatakan supervise adalah suatu
aktifitas pengawasan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa suatu proses
pekerjaan dilakukan sesuai dengan pekerjaan dilapangan.
Kesimpulan dari beberapa pengertian tersebut, kegiatan supervisi adalah kegiatan-
kegiatan yang terencana seorang, melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,
motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-
hari.
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan,

2
masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu
setiap saat. Supervisi bertujuan untuk mengusahakan lingkungan dan kondisi kerja
seoptimal mungkin termasuk suasana kerja diantara staf`dan memfasilitasi penyediaan
alat-alat yang dibutuhkan baik kuantitas maupun kualitas sehingga memudahkan untuk
melaksanakan tugas.

2.2 Tujuan Supervisi


Supervisi bertujuan mengusahakan lingkungan dan kondisi kerja seoptimal mungkin
termasuk suasana kerja di antara staf, dan memfasilitasi penyediaan alat-alat yang di
butuhkan baik kuantitas maupun kualitas sehingga memudahkan untuk melaksanakan
tugas. Lingkungan kerja harus diupayakan agar staf merasa bebas untuk melakukan
yang yang terbaik yang dapat di lakukan staf. Tujuan secara umum adalah memberikan
bantuan tehnis dan bimbingan kepada perawat dan staf agar personel tersebut mampu
meningkatkan kualitas kerjanya. Tujuan supervisi adalah : kesatu, mengorentasikan
melatih, membimbing staf sesuai kebutuhan dan mengarah untuk menggunakan
kemampuan dan mengembangkan keterampilan baru. Kedua, Memfasilitasi staf untuk
mengembangkan dirinya. Ketiga, Menolong dan mengarahkan staf, untuk
meningkatkan minat, sikap dan kebiasaan yang baik dalam bekerja. Keempat,
memberikan bimbingan langsung kepada staf dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Kelima, mendorong dan meningkatkan perkembangan profesional
secara terus menerus dan menjalankan standar asuhan. Tujuan khususnya adalah
meningkatkan kinerja perawat dalam peranya sebagai pemberi pelayanan.

2.3 Peran dan fungsi Supervisor


Supervisor bertanggung jawab dalam menejemen, sesuai memiliki
pengetahuan, keterampilan dan keinginan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perannya. Supervisor dapat berperan sebagai mentoring, power perspective, dan
networking. Supervisor sebagai mentor berperan sebagai model, mengajar, melatih,
mengembangkan, dan memberikan bimbingan dan fasilitas untuk meningkatkan karir
staf. Supervisor sebagai pemegang kekuasan adalah kemampuan untuk mengubah
prilaku stafnya. Supervisor dan kerjasama membangun hubungan yang positif, dengan
kelompok dan institusi dalam merubah lingkungan kerja.

2.4 Fungsi Supervisi


Seorang supervisi di beri otoritas untuk mengambil keputusan dan memberi
tugas kepada orang-orang di bawah tanggung jawabnya. Otoritas harus di berikan
dengan tepat, artinya supervisi harus menyeimbangkan penggunaan otoritas, kapan

3
harus di gunakan, dan kapan harus menahan diri dan membiarkan perawat pelaksana
bekerja dengan mengoptimalkan kreatifitas mereka. Supervisor perlu mengenal peran
manajerial, peran mencangkup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, evaluasi dan
pengawasan, serta implementasi. Perencanaan dan pengorganisasian, mempunyai
empat fungsi dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian proses
supervisi menunjukkan koordinasi terhadap sumber-sumber guna mencapai tujuan.
Pengawasan dan evaluasi, supervisi bertanggung jawab mengawasi lingkungan dan
mengukur hasil kerja. Pengawasan dan evaluasi terhadap standar organisasi,
harapannya terhadap ukuran penampilan atau kinerja dalam wilayah yang spesifik.

2.5 Proses Supervisi dan Delegasi


Komponen penting dalam proses supervisi adalah delegasi, dan delegasi mulai
tingkat menejemen puncak, supervisor mendelegasikan tugas kepada staf agar segera
dapat dilaksanakan. Komponen delegalasi adalah partisipasi melaksanakan tugas dan
tanggung jawab perawat pelaksana terhadap pasien. Delegasi penting agar menejer atau
supervisor dapat melakukan tungas-tugas yang lain.Supervisi dan aktifitas delegasi
memerlukan pengambilan keputusan, dimana kompetensi pengambilan keputusan
memerlukan faktor instrinsik dalam fungsi menejemen: perencanaan, pengorganisasian,
pengawasan, dan evaluasi proses kerja.
Menurut Maria De Vincenti, bahwa kegiatan supervisor yang di lakukan
mencangkup beberapa aspek meliputi: kesatu, standar penampilan kerja, agar mutu
pelayanan dapat di tingkatkan. Kedua, perbandingan kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan, dengan pedoman kerja. Ketiga, tindakan koreksi. Tindakan koreksi
terhadap hasil kerja yang kurang baik segera diberikan jalan keluar, sehingga motivasi
kerja dapat terpelihara, bukannya menyalahkan atau memberikan hukuman.

2.6 Cara Supervisi


Supervisi dapat dilaksanakan dengan cara langsung dan tidak langsung.
1. Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung dan
turun kelapangan, tindakan yang bisa di lakukan yaitu inspeksi mendadak,
obsevasi pada tempat kritis atau bermasalah. Pada supervisi modern di
harapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pembimbing dalam
memberikan pengarahan dan petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan yang efektif adalah: pengarahan
diberikan dengan lengkap, mudah dipahami, menggunakan kata-kata yang
tepat, berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat, berikan arahan yang logis,

4
hindari memberikan banyak orahan, pastikan bahwa arahan mudah di pahami,
yakinkan bahwa arahan dilaksanakan dan perlu tindaklanjut.
2. Tidak langsung
Supervisor tidak langsung, memantau kejadian dari jarak jauh baik di lakukan
secara lisan bertanya tentang kondisi, maupun meminta catatan pelapora,
supervisi ini tidak optimal karena tidak melihat kejadaian di lapangan sehingga
beresiko terjadinya kesenjangan fakta. Supervisi dilaksanakan melalui laporan
tertulis dan lisan. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

2.7 Kegiatan supervisor


1. Perencanaan : kesatu, membuat unit mengacu pada visi dan misi, kedua
membuat standar ketenagaan ruangan, ketiga membuat erncana pegembangan
staf, keempat meyususn SOP dan SAK, kelima mnetapkan lama hari rawat di
unit yang disupervisi, membuat jadwal sesuai area yang disupervisi, dan
membuat standar evaluasi staf.
2. Pengoragniasasiaan terdiri dari menetapkan sistem pemberian asuhan
keperawatan, mengatur pekerjaan personil, koordinasi sumber-sumber untuk
mencapai tujuan pelayanan.
3. Membimbing dan mengarahkan: menjadi role model dalam meberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dan keluarga, membina hubungan yang baik dengan
staf melalui komunikasi yang efektif, mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan staf, mengajar atau membimbing, mengarahkan, melatih,
mengembangkan staf untuk memberikan asuhan keperawatan, memberi
bimbingan untuk meningkatkan ketrampilan staf, melatih staf unttuk mengambil
keputusan kilinis, embantu =staf dalam pemecahan masalah, memfasilitasi staf
dalam penyelesaian pkerjaan, mendelegasi tugas kepada staf sesuai kemampuan,
memberikan bantuan atau hal-hal terkait pelayanan sesuai kebutuhan.
4. Pengawasan dan evaluasi meliputi mengontrol jadwal kerja dan kehadiran staf,
menganalisa keseimbangan staf dan pekerjaan, mengontrol tersedianya
perlatan sarana untuk hari ini, mengontrol area ntuk supervisi, mengontrol area
supervisi, mengidentifikasi kendala, masalah yang muncul, mengontrol dan
mengevaluasi pekerrjaan staf, mengavasi dan evaluasi kualitas asuhan
keperawatan.
5. Pencatatan dan pelaporan: pencatatan permasalahan yang muncul, membuat
daftar masalah yang belum dapat diatasi dan berusaha untuk menyelesaikan pada
esok harinya, mencatat dan melapor fasilitas, sarana, alat sesuai kondisi,
selanjutnya mencatat dan melaporkan secara rutin proses dan hasil supervisi,

5
mengevaluasi tugas supervisi yang dilakukan setiap hari dan melakukan tindak
lanjut sesuai kebutuhan, membuat jadwal kerja untuk keesokan harinya
memelihara administrasi keperawatan pasien.

2.8 Model-model supervisi


Model-model supervisi keperawatan terdiri dari model dari supervisi konvesional,
model ilmiah dan model klinis.
a. Model Konvensional merupakan model supervisi yang bersifat kegiatan
inspeksi, adanya mata-mata dalam mengoreksi orang lain, dan hanya untuk
mencari kesalahan. Model Konvesional masih banyak di gunakan di pelayanan
keperawatan.
b. Model Ilmiah merupakan model yang dilaksanakan secara terencana,
berkesinambungan dan sistimatis. Bersumber dari data yang obyektif, terdapat
pedoman check lis dan memberikan umpan balik dalam perbaikan. Model
ilmiah sangat berkaitan erat dengan penelitian.
c. Model klinis adalah suatu cara untuk mensuport perawat dimana mereka harus
mempertanggung jawabkan kompetensinya sebagai perawat.

6
2.9 SOP SUPERVISI
Pengertian Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatankemampuan pihak yang disupervisi
agar dapat melaksanakan tugas kegiatanyang telah di tetapkan
secara efisien dan efektif (huber,2000).

Tujuan Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga


dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang
cukup untuk dapatmelaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil
yang baik (Suarli, 2009)

Petugas Perawat

Persiapan 1. Persiapan alat


alat a. Alat tulis
b. SOP
c. Format penilaian supervisi
2. Persiapan perawat
a. Kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang bertugas menyiapakan alat untuk
melakukan tindakan sesuaidengan SOP
3. Persiapanpasien
Pasien dalam kondisi stabil dan tenang

Prosedur 1. Persiapan
Supervisior mempersiapkan format
supervisi yang diperlukan.Perawat yang bertugas
menyiapkan alat untuk melakukan tindakan sesuaidengan
SOP yang dipilih
2. Pelaksanaan
a. Salam pembukaan dan menjelaskan kegiatan supervisi
b. PP menerima penjelasan terkait kegiatan dan tujuan
supervisi
c. Supervisior menjelaskan tujuan supervisi.
d. Supervisior menjelaskan format penilaian yang akan
digunakan.

7
e. PP mempersiapkan diri ter!adap kegiatan supervisi
f. Supervisior melakukan pengawasan dan koordinasi
g. PP mempersiapkan kegiatan supervise lembar-
lembar dokumentasi keperawatan
h. Supervisior menilai berdasarkan format Supervisi
i. Supervisior mencatat jika ditemukan ada hal-
hal yang perludidiskusikan bersama PP.
j. Supervisior memberikan masukan berupa saran atau
pembetulan daritindakan yang dilakukan
k. k.PP menerimana saran dan kritik perbaikan

Evaluasi 1. Menginformasikan hasil dari penilaian.


2. Melakukan evaluasi hasil bimbingan
3. Memberikan solusi dan feed back
4. Memberikan reinforcement dan reward.
5. Melakukan dokumentasi hasil supervisi

Daftar Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan;


rujukan Aplikasi pada Praktek Perawatan Professional. Jakarta:
Salemba Medika.
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Suarli dan Bahtiar. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta:
Airlangga.

8
BAB III
HASIL OBSERVASI

3.1 RSUD MARDI WALUYO BLITAR


Supervise yang dilakukan oleh kepala ruang belum optimal. Peran kepala ruang
sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai belum teridentifikasi. Supervisi yang
dilakukan masih bersifat situasional dengan bentuk tutorial. Masalah yang dapat
dirumuskan adalah fungsi supervisi kepala ruangan belum optimal.
Hasil observasi ditemui masih ada dokumen asuhan keperawatan yang tidak
lengkap. Format pengkajian ditemukan beberapa data penting yang tidak
didokumentasikan, pada bagian diagnosa keperawatan cenderung hanya
mencantumkan satu diagnosa, dan cacatan tindakan keperawatan belum
didokumentasikan sesuai standar. Prestasi kerja, tanggung jawab, dan ketaatan perawat
pada standar kerja masih rendah. Masalah yang dapat dirumuskan adalah kinerja
perawat pelaksana belum optimal. Kepala ruangan juga menyatakan sebagian besar
dokumentasi asuhan keperawatan dilengkapi setelah pasien pulang. Kondisi ini harus
mendapat perhatian kepala ruangan sebagai manajer yang bertanggung jawab langsung
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat pelaksana. Kepala ruangan
harus dapat menjalankan fungsi manajerial yaitu bimbingan dan pengarahan dengan
melakukan supervisi terhadap perawat pelaksana agar melaksanakan asuhan
keperawatan secara optimal. Pemberian asuhan keperawatan yang optimal diharapkan
dapat memenuhi harapan konsumen untuk memperoleh pelayanan yang terbaik selama
dirawat di rumah sakit dan secara tidak langsung mendukung tujuan rumah sakit.
Ada sebagian perawat mengatakan bahwa walaupun kegiatan supervisi
keperawatan sudah diadakan setiap hari oleh supervisor, namun dalam pelaksanaannya
supervisor belum melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan uraian tugas dan
standar operasional prosedur yang ada dengan baik, supervisi hanya melakukan pada
prainteraksi, pada tahap interaksi supervisor jarang menjelaskan tehnik supervisi dan
menjelaskan struktur dan prosedur yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut supervisi,
supervisor juga jarang memberikan kesempatan kepada perawat untuk merefleksikan
dan mereview asuhan keperawatan dan mendiskusikan kasus-kasus pasien secara
mendalam.
Pada tahap terminasi supervisor dapat mengidentifikasi kesenjangan dalam
memberikan asuhan keperawatan tetapi jarang membuat rencana tindak lanjut dengan
menggunakan pendekatan bersama perawat. Tetapi ada juga perawat yang mengatakan
bahwa terdapat supervisor yang melaksanakan tugasnya dengan baik. Supervisor telah

9
melakanakan pengarahan dan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan,
pendokumentasian asuhan keperawatan, dan implementasi keperawatan.

3.2 RSK BUDI RAHAYU BLITAR


Supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan terkain dengan perannya sebagai
perencana, pengarah, pelatih, dan penilai belum teridentifikasi masih belum optimal.
Supervisi yang dilakukan masih bersifat situasional dengan bentuk tutorial. Masalah
yang dapat dirumuskan adalah fungsi supervisi kepala ruangan belum optimal.
Hasil observasi yang ditemukan adalah masih adanya dokumentasi dalam status
pasien yang tidak lengkap. Pada form pengkajian ada beberapa data yang seharusnya
ditulis justru tidak ditulis. Diagnosa keperawatan yang ditulis lebih dari satu namun ada
beberapa pasien yang diagnosa keperawatannya hanya berfokus pada satu diagnosa
keperawatan. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan sudah cukup baik dan
didokumentasikan sesuai dengan standar. Prestasi kerja, tanggung jawab, dan ketaatan
perawat pada standar kerja sudah cukup baik. Meskipun demikian, kepala ruangan harus
dapat menjalankan fungsi manajerial yaitu bimbingan dan pengarahan dengan melakukan
supervisi terhadap perawat pelaksana agar melakukan asuhan keperawatan lebih baik lagi
sehingga pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal. Pemberian
asuhan keperawatan yang optimal tentunya dapat memberikan kepuasan kepada pasien
sehingga pasien lebih percaya kepada rumah sakit dan secara tidak langsung membantu
mewujudkan tujuan rumah sakit.
Pada pelaksanaannya supervisor sudah melakukan tugas dan fungsinya dengan
baik. Dimulai dari tahap prainteraksi, interaksi, dan evaluasi. Pada tahap interaksi
supervisor menjelaskan teknik supervisi, menjelaskan struktur dan prosedur yang akan
dilakukan sebagai tindak lanjut supervisi. Supervisor juga memberikan kesempatan
kepada perawat untuk merefleksikan dan mereview asuhan keperawatan dan
mendiskusikan kasus-kasus pasien secara mendalam.
Pada tahap terminasi supervisor dapat mengidentifikasi kesenjangan dalam
memberikan asuhan keperawatan, membuat rencana tindak lanjut dengan
menggunakan pendekatan bersama perawat. Tetapi ada juga perawat yang mengatakan
bahwa terdapat supervisor yang melaksanakan tugasnya dengan kurang baik. Ada
upervisor tidak melakanakan pengarahan dan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan, pendokumentasian asuhan keperawatan, dan implementasi keperawatan.

3.3 RSUD NGUDI WALUYO WLINGI


Supervise yang dilakukan oleh kepala ruangan yang ada di RSUD Ngudi Waluyo
dalam melakukan tugasnya sudah cukup baik.

10
Dalam dokumentasi sudah dilakukan dengan cukup baik. Namun, kadang dalam
format asuhan keperawatan pada bagian diagnose di ruangan tertentu biasanya tidak terisi.
Dalam dokumentasi bagian registrasi pasien kadang menunggu sampai pasien menumpuk
banyak kemudian baru di tulis di buku registrasi yang mengakibatkan harus meminjam
data registrasi dari ruangan yang lain yang berkaitan.
Prestasi kerja, tanggung jawab, dan ketaatan perawat pada standar kerja sudah
cukup baik. Meskipun demikian, kepala ruangan harus dapat menjalankan fungsi
manajerial yaitu bimbingan dan pengarahan dengan melakukan supervisi terhadap
perawat pelaksana agar melakukan asuhan keperawatan lebih baik lagi sehingga
pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal. Pemberian asuhan
keperawatan yang optimal tentunya dapat memberikan kepuasan kepada pasien sehingga
pasien lebih percaya kepada rumah sakit dan secara tidak langsung membantu
mewujudkan tujuan rumah sakit.
Pada pelaksanaannya supervisor sudah melakukan tugas dan fungsinya dengan
baik. Dimulai dari tahap prainteraksi, interaksi, dan evaluasi. Pada tahap interaksi
supervisor menjelaskan teknik supervisi, menjelaskan struktur dan prosedur yang akan
dilakukan sebagai tindak lanjut supervisi. Supervisor juga memberikan kesempatan
kepada perawat untuk merefleksikan dan mereview asuhan keperawatan dan
mendiskusikan kasus-kasus pasien secara mendalam.
Pada tahap terminasi supervisor dapat mengidentifikasi kesenjangan dalam
memberikan asuhan keperawatan, membuat rencana tindak lanjut dengan
menggunakan pendekatan bersama perawat. Tetapi ada juga perawat yang mengatakan
bahwa terdapat supervisor yang melaksanakan tugasnya dengan kurang baik. Ada
upervisor tidak melakanakan pengarahan dan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan, pendokumentasian asuhan keperawatan, dan implementasi keperawatan.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Supervise merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang berperan untuk
mempertahankan segala kegiatan yang telah terpogram agar dapat dilaksanakan dengan
baik dan lancar. Supervise secara langsung memungkinkan kepala ruang menemukan
berbagai hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dan bersama
dengan staf keperawatan mencari jalan pemecahannya.
Supervise di masing-masing rumah sakit berbeda. Ada yang sudah cukup optimal
dan ada juga yang belum optimal.

4.2 Saran
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi rumah sakit, khususnya
pada bidang keperawatan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan bidang
keperawatan. Selain itu juga Diharapkan perawat (supervisor) dapat tetap melakukan
supervisi sesuai SOP dan uraian tugas yang telah ada di Rumah Sakit, agar dapat
meningkatkan kinerja perawat pelaksana (efektif dan efisien).

12

Anda mungkin juga menyukai