Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI PERILAKU KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

REMAJA YANG TINGGAL DI ASRAMA

Zihni Sharfina Darmizah1, Ari Pristiana Dewi2, Erwin3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: zihnisharfina@gmail.com

Abstract

Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood characterized by physical, psychological, cognitive,
and psychosocial growth. Some of adolescence in Indonesia want to continuing education in a boarding school.
Adolescents who live in dormitory are susceptible to disease. Effort that can be use is improve of personal hygiene
behavior in the dormitory. The purpose of this study to describe the adolescence’s personal hygiene who live in
dormitory. This research did at the Middle School of Babussalam Bording School used a descriptive research design.
The sample of this study was 75 people taken by the proportionate stratified random sampling technique using a lottery.
The results of this study are dental and oral hygiene behavior with the highest score to female gender respondents are
28 people (71,8%). Based on the results of these studies it is expected that adolescents and Islamic Boarding Schools
can increase efforts like socializing about how to do right of personal hygiene so that the adolescence’s health status
will increase.

Keywords: Adolescence, Behavior, Dormitory, Personal Hygiene

PENDAHULUAN diperlukan untuk kenyamanan individu,


Tumbuh kembang adalah proses keamanan, dan kesehatan.
berkesinambungan yang berlangsung pada Kebersihan diri (personal hygiene)
masa intrauterin sampai masa dewasa merupakan cara perawatan diri individu untuk
(Soetjiningsih, 2010). Proses tumbuh kembang memelihara kesehatan. Pemeliharaan
dilewati oleh setiap manusia, salah satunya kebersihan diri individu dilakukan untuk
masa remaja. Masa remaja merupakan masa kenyamanan individu, keamanan, dan
transisi dari kanak-kanak menuju dewasa kesehatan. Perilaku kebersihan diri merupakan
(Potter & Perry, 2010). World Health faktor dasar karena perilaku kebersihan diri
Organization (WHO, 2019) menyatakan yang baik menyebabkan resiko terpapar
bahwa jumlah populasi remaja di dunia adalah dengan penyakit sangat rendah (Chairil &
1,2 miliar jiwa. Jumlah remaja di Indonesia Hardiana, 2017).
adalah 66,3 juta jiwa (BKKBN, 2019). Kebersihan diri yang dilakukan remaja
Proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan adalah menjaga kebersihan kulit. Kebersihan
Nasional (Bappenas, 2013) menyatakan bahwa kulit yang buruk seperti jarang mandi,
jumlah kelompok umur 10-24 di Riau pada menggunakan pakaian tidak menyerap, dan
tahun 2019 mencapai 938 ribu jiwa. Badan menggunakan handuk secara bersamaan dapat
Kependudukan dan Keluarga Berencana menyebabkan masalah kesehatan seperti
(BKKBN, 2019) menyatakan bahwa rentang infeksi jamur (tinea versiclor). Hasil
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum penelitian Wardana (2017) menyatakan bahwa
menikah. terdapat hubungan kebersihan kulit dengan
Masa remaja adalah masa terjadinya kejadian infeksi jamur (21,4%). Kebersihan
perubahan fisik, psikologis, kognitif, dan kulit remaja disertai dengan kebersihan
psikososial. Peningkatan status kesehatan pada rambut.
remaja Masalah kesehatan pada remaja dapat Kebersihan rambut yang dilakukan remaja
dilakukan dengan melakukan upaya dalam adalah dengan melakukan mencuci rambut
meningkatkan, memelihara, dan minimal satu kali dalam seminggu dan
mempertahankan kesehatan remaja dengan merapikan rambut.Kebersihan rambut yang
mewujudkan perilaku kebersihan diri. buruk seperti tidak keramas dan saling
Pemeliharaan kebersihan diri perorangan meminjamkan aksesoris rambut dengan teman
memiliki risiko terjadinya masalah kesehatan
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 272
rambut seperti kutu rambut (pedikulosis Kebersihan kuku, tangan, dan kaki disertai
capatis) dan ketombe (Potter & Perry, 2010). dengan kebersihan lainnya seperti kebersihan
Menurut penelitian Hartinah dan Nurhefi genitalia. Kebersihan genitalia yang buruk
(2017), ada hubungan kebersihan diri dengan menyebabkan masalah kesehatan. Kebersihan
kejadian kutu rambut (65,6%) pada remaja. genitalia yang buruk menyebabkan masalah
Kebersihan kulit dan rambut disertai kesehatan seperti keputihan (flour albus).
dengan kebersihan mata. Perilaku kebersihan Menurut Tresnawati dan Firman (2015),
mata yang dilakukan remaja dengan mengusap remaja yang memiliki kebersihan genitalia
mata menggunakan kain bersih untuk yang buruk mengalami keputihan (93,1%).
menghindari iritasi (Ambarwati, 2017). Kejadian keputihan terjadi pada remaja
Menurut Kasiati dan Wayan (2016), disebabkan oleh perilaku remaja dalam
kebersihan mata yang buruk menyebabkan merawat organ tidak tepat yaitu cara
terjadinya infeksi. Kebersihan diri lainnya membersihkan genitalia yang salah,
adalah kebersihan hidung. pemakaian larutan antiseptik, dan penggunaan
Perilaku kebersihan hidung dilakukan celana ketat.
dengan menghembuskan secara perlahan untuk Perilaku kebersihan diri remaja dipengaruhi
mengeluarkan kotoran. Perilaku remaja oleh keberadaan remaja itu sendiri seperti
dengan mengeluarkan kotoran hidung tinggalnya remaja di lingkungan asrama
menggunakan jari menyebabkan iritasi pada pesantren. Pesantren merupakan tempat
mukosa hidung (Ambarwati, 2017). pendidikan dalam meningkatkan ilmu agama
Kebersihan diri yang dilakukan remaja selain yang diwajibkan siswanya untuk tinggal di
kebersihan hidung adalah kebersihan telinga. asrama.
Perilaku kebersihan telinga yang baik adalah SMP Pesantren Babussalam merupakan
tidak menimbulkan kerusakan pada organ sekolah asrama yang memiliki remaja
bagian dalam telinga. Perilaku kebersihan terbanyak di Pekanbaru dengan jumlah 382
telinga yang buruk seperti menggunakan jari siswa. Berdasarkan hasil wawancara 10
tangan untuk mengeluarkan kotoran dapat remaja SMP Pesantren Babussalam
menusuk gendang telinga (Ambarwati, 2017). didapatkan bahwa remaja yang melakukan
Kebersihan telinga disertai dengan kebersihan mandi 2 kali sehari. Sebanyak 8 dari 10
gigi dan mulut. remaja mencuci rambut sekali dalam sehari,
Kebersihan gigi dan mulut yang buruk mereka mengatakan gerah kalau tidak
seperti menyukai makanan manis dan tidak mencuci rambut. Hasil wawancara
melakukan gosok gigi setelah makan menyatakan bahwa 5 dari 10 remaja
mengakibatkan timbulnya plak pada gigi mengalami kutu kepala. Hasil wawancara
sehingga terjadi karies gigi. Menurut menyatakan bahwa 5 dari 10 remaja
penelitian Arifah (2016), ada hubungan mengatakan bahwa mereka menggunakan
perilaku kebersihan diri dengan karies gigi handuk bersamaan. Berdasarkan hasil
pada remaja (11,3%). wawancara yang dilakukan kepada pembina
Kebersihan gigi disertai kebersihan asrama dimana pembina selalu mengontrol
kebersihan kuku, tangan, dan kaki. Menurut kamar di asrama. Hasil observasi didapatkan
penelitian Artika, Nurhayati, dan Yustini data bahwa kamar di setiap asrama memiliki
(2017), ada hubungan kebiasaan memotong kapasitas 15-20 orang yang tempat tidurnya
kuku dan mencuci tangan dengan kejadian saling berdekatan. Pakaian dan handuk masih
giardiasis asimtomatik (34,6). Kejadian ada yang di gantung di dalam kamar. Kamar
giardiasis asimtomatik pada remaja terjadi mandi di dalam asrama memiliki bak mandi
karena kurangnya pengetahuan dan waktu satu untuk bersama.
mencuci tangan yang tepat dan benar. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
Kebersihan kuku dan tangan saling berkaitan mengidentifikasi perilaku kebersihan diri
dengan kebersihan kaki. Remaja yang remaja yang tinggal di asrama. Manfaat
memiliki perilaku jarang mencuci kaki penelitian dalam penelitian ini diharapkan
menyebabkan bau pada kaki dan mengurangi menjadi data bagi ilmu keperawatan dalam
kenyamanan remaja. meningkatkan pengetahuan tentang perilaku
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 273
kebersihan diri remaja dalam berbagai tempat Tabel 1
pendidikan seperti asrama, menjadi bahan Distribusi Karakteristik Responden
acuaan atau sumber terkait perilaku kebersihan Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
diri di asrama, meningkatkan wawasan remaja Responden
dan petugas pesantren serta dapat 1. Jenis Kelamin
meningkatkan status kesehatan dengan Laki-laki 36 52
melakukan kebersihan diri yang benar dan Perempuan 39 48
2. Usia
tepat pada remaja yang tinggal di asrama.
13 tahun 46 61,3
14 tahun 22 29,3
METODOLOGI PENELITIAN 15 tahun 7 9,4
Penelitian ini menggunakan desain Total 75 100,0
penelitian deskriptif. Desain penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin
deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan pada responden penelitian lebih besar pada
dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau perempuan sebanyak 39 orang (48%) dan
memaparkan fenomena yang terjadi di dalam responden penelitian dengan kelompok usia
suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2012). lebih banyak terdapat di usia 13 tahun yaitu
Penelitian ini menggunakan teknik sebanyak 46 orang (61,3%).
proportionate stratified random sampling.
Teknik proportionate stratified random Tabel 2
sampling adalah teknik pengambilan sampel Perilaku Kebersihan Diri dan Karakteristik
dengan mengidentifikasi karakteristik umum Jenis Kelamin
dari anggota populasi kemudian menentukan Perilaku Karaktersitik
strata atau lapisan dari jenis karakteristik yang Kebersihan Diri Perempuan Laki-laki
n % n %
ditentukan (Notoatmodjo, 2012). Jumlah
1. Kebersihan
populasi dalam penelitian ini adalah 75 orang Kulit
responden, kelas VII berjumlah 44 orang Baik 17 43,6 18 50,0
responden dan kelas VIII berjumlah 31 orang Buruk 22 56,4 18 50,0
responden. 2. Kebersihan
Instrumen yang digunakan dalam Rambut
Perempuan 17 43,6 19 52,8
pengumpulan data penelitian ini adalah dengan Laki-laki 22 56,4 17 47,2
menggunakan kuisioner. Kuisioner yang 3. Kebersihan
digunakan sebelumnya dilakukan uji validitas Mata
dan uji reliabilitas di Mts Pesantren Teknologi Perempuan 23 59,0 15 41,7
Riau. Pernyataan yang tidak valid dibuang Laki-laki 16 41,0 21 58,3
4. Kebersihan
karena sudah ada yang mewakilkan pernyataan
Hidung
tersebut. Baik 22 56,4 21 58,3
Buruk 17 43,6 15 41,7
HASIL PENELITIAN 5. Kebersihan
Analisa Univariat Telinga
Analisa univariat dalam penelitian ini Baik 19 48,7 18 50,0
menggambarkan distribusi frekuensi untuk Buruk 20 51,3 18 50,0
6. Kebersihan
karakteristik remaja seperti jenis kelamin, usia,
Gigi dan Mulut
distribusi frekuensi perilaku kebersihan diri Baik 28 71,8 20 55,6
seperti perilaku kebersihan kulit, perilaku Buruk 11 28,2 16 44,4
kebersihan rambut, perilaku kebersihan mata, 7. Kebersihan
perilaku kebersihan hidung, perilaku Kuku, Tangan,
kebersihan telinga, perilaku kebersihan gigi Kaki
Perempuan 22 56,4 17 47,2
dan mulut, perilaku kebersihan kuku, tangan, Laki-laki 17 43,6 19 52,8
dan kaki, serta perilaku kebersihan genitalia, 8. Kebersihan
serta distribusi faktor penyebab masalah Genitalia
kebersihan diri remaja yang tinggal di asrama. Perempuan 19 48,7 21 58,3
Hasil analisa univariat dapat dilihat pada tabel. Laki-laki 20 51,3 15 41,7

JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 274


Tabel 2 menunjukkan bahwa perilaku jenis kelamin laki-laki memiliki perilaku
kebersihan diri pada perilaku kebersihan kulit kebersihan kulit yang baik dan buruk dengan
sebagian besar terdapat pada responden masing-masing nilai persentase yaitu 50,0%.
perempuan dengan perilaku kebersihan kulit Kulit memiliki fungsi perlindungan, sekresi,
yang buruk sebanyak 56,4%. Perilaku ekskresi, regulasi suhu, dan sensasi (Potter &
kebersihan rambut sebagian besar terdapat Perry, 2010). Potter dan Perry (2010)
pada responden perempuan dengan perilaku menyatakan bahwa kulit memiliki fungsi yaitu
kebersihan rambut yang buruk sebanyak sebagai perlindungan dengan menghambat
56,4%. Perilaku kebersihan mata sebagian pertumbuhan bakteri yang dipengaruhi sebum
besar terdapat pada responden perempuan dan pH asam di kulit, organ sensorik (nyeri,
dengan perilaku kebersihan mata yang baik sentuhan, panas, dingin, dan tekanan),
sebanyak 59,0%. Perilaku kebersihan hidung pengatur suhu, ekresi dan sekresi dengan
sebagian besar berada pada responden mengeluarkan keringat.
perempuan dengan perilaku kebersihan hidung Naftassa dan Tiffany (2018) menyatakan
yang baik sebanyak 56,4%. bahwa kebersihan kulit yang buruk tidak
Tabel 2 menunjukkan bahwa perilaku hanya terdapat pada remaja laki-laki, namun
kebersihan telinga sebagian besar terdapat remaja dengan jenis kelamin perempuan juga
pada responden perempuan dengan perilaku memiliki perilaku kebersihan kulit yang buruk
kebersihan telinga yang buruk sebanyak sehingga menimbulkan masalah kesehatan
51,3%. Perilaku kebersihan gigi dan mulut remaja yang tinggal di asrama. Berdasarkan
sebagian besar berada pada responden penelitian Parman, Hamdani, Irwandi, dan
perempuan dengan perilaku kebersihan gigi Angga (2017), remaja yang tinggal di asrama
dan mulut yang baik sebanyak 71,8%. Perilaku dengan perilaku mandi yang buruk infestasi
kebersihan kuku, tangan, dan kaki sebagian sarcoptes scabiei atau penyakit skabies lebih
besar berada pada responden perempuan mudah terjadi, frekuensi mandi yang jarang
dengan perilaku kebersihan kuku, tangan, dan memudahkan kuman untuk datang dan
kaki yang baik sebanyak 56, 4%. Perilaku berkembang biak kerena pada dasarnya kuman
kebersihan genitalia sebagian besar berada sangat menyukai daerah lembab dan bau yang
pada responden laki-laki dengan perilaku disebabkan oleh keringat.
kebersihan genitalia yang baik sebanyak Hasil penelitian pada perilaku kebersihan
58,3%. rambut berdasarkan jenis kelamin, responden
dengan jenis kelamin perempuan sebagian
PEMBAHASAN besar memiliki perilaku kebersihan rambut
Hasil penelitian ini menemukan bahwa yang buruk (56,4%), sedangkan responden
karakteristik responden pada jenis kelamin dengan jenis kelamin laki-laki sebagian besar
perempuan lebih banyak daripada responden memiliki perilaku kebersihan rambut yang
dengan jenis kelamin laki-laki yaitu yaitu baik (52,8%). Hadi (2018) menyatakan bahwa
sebanyak 39 orang (48,0%). Hal ini dapat perilaku kebersihan rambut remaja yang
dikarenakan jumlah siswa SMP Pesantren tinggal di asrama pesantren terbanyak adalah
Babussalam secara keseluruhan lebih banyak dengan kategori buruk (60,0%). Remaja
terdapat pada siswa dengan jenis kelamin perempuan di asrama memiliki kebiasaan
perempuan yaitu sebanyak 160 siswa daripada mencuci rambut di saat sore hari sebelum
laki-laki yaitu sebanyak 136 siswa. berangkat les yang menyebabkan remaja harus
Karakteristik berdasarkan usia terbanyak menggunakan jilbab untuk pergi les dengan
adalah pada remaja dengan usia 13 tahun kondisi rambut yang masih basah karena
dengan jumlah sebanyak 44 responden rambut panjang memiliki waktu yang lebih
(61,3%). lama untuk kering. Kebiasaan penggunaan
Hasil penelitian pada perilaku kebersihan aksesoris rambut seperti sisir sering
kulit berdasarkan jenis kelamin, responden didapatkan pada remaja yang tinggal di
dengan jenis kelamin perempuan sebagian asrama.
besar memiliki perilaku kebersihan kulit yang Penggunaaan sisir yang digunakan secara
buruk (56,4%), sedangkan responden dengan bergantian dapat menyebabkan perpindahan
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 275
penyakit seperti penyakit pedikulosis capatis hidung pada responden mayoritas berada pada
(kutu rambut) dari satu orang ke orang lainnya kategori baik (86,9%). Kesehatan hidung dan
secara tidak langsung. Kutu rambut merupakan kebersihan hidung yang baik pada responden
penyakit kulit kepala yang disebabkan oleh dapat disebabkan dari sedikitnya lalu lalang
ektoparasit pedikulosis capatis yang kendaraan yang menyebabkan udara masih
menimbulkan rasa gatal pada penderita dan segar sehingga terjadinya iritasi pada hidung
menyebabkan iritasi pada kulit kepala dan sekret hidung lebih sedikit.
disebabkan kebiasaan menggaruk. Hasil penelitian pada perilaku kebersihan
Hasil penelitian pada perilaku kebersihan telinga berdasarkan jenis kelamin, responden
mata berdasarkan jenis kelamin, responden dengan jenis kelamin perempuan sebagian
dengan jenis kelamin perempuan sebagian besar memiliki perilaku kebersihan telinga
besar memiliki perilaku kebersihan mata yang yang buruk (51,3%), sedangkan responden
baik (59,0%), sedangkan responden laki-laki dengan jenis kelamin laki-laki sebagian besar
sebagian besar memiliki perilaku kebersihan memiliki perilaku kebersihan telinga yang baik
mata yang buruk (58,3%). Hasil penelitian ini dan buruk dengan masing-masing nilai
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh persentase yaitu 50,0%. Telinga merupakan
Susanto (2014), bahwa perilaku kebersihan salah satu organ yang diperhatikan dala
mata pada remaja yang tinggal di asrama lebih membersihkannya, hal ini dikarekan telinga
banyak terdapat pada kategori baik (54,8%). memiliki organ bagian dalam lainnya yang
Perilaku kebersihan mata merupakan suatu dapat menyebabkan rusak atau infeksinya
perilaku dalam merawat mata untuk organ tersebut apabila tidak tepat dalam
mempertahankan kesehatan mata dan melakukan perawatan kebersihan telinga
mencegah infeksi. Perilaku kebersihan mata (Ambarwati, 2017).
yang baik ditunjukkan dengan cara melakukan Struktur telinga tidak berubah sampai masa
perawatan mata yang benar dan tepat seperti lansia, namun telinga mengalami perubahan
menggunakan kain bersih untuk ketajaman dan keseimbangan (Potter & Perry,
membersihkan kotoran mata dan 2010). Frekuensi penggunaan cotton bud yang
membersihkan kotoran mata dari sudut mata sering dalam membersihkan kotoran telinga
bagian dalam ke sudut mata bagian luar, hal dan frekuensi menggaruk telinga ketika gatal
ini mencegah terjadinya iritasi pada mata dan yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa
mencegah perpindahan bakteri ke bagian yang telinga.
lainnya. Hasil penelitian pada perilaku kebersihan
Hasil penelitian pada perilaku kebersihan gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin,
hidung berdasarkan jenis kelamin, responden responden dengan jenis kelamin perempuan
dengan jenis kelamin perempuan sebagian sebagian besar memiliki perilaku kebersihan
besar memiliki perilaku kebersihan hidung gigi dan mulut yang baik (71,8%), dan
yang baik (56,4%), dan sebagian besar responden laki-laki sebagian besar juga
responden dengan jenis kelamin laki-laki juga memiliki perilaku kebersihan gigi dan mulut
terdapat pada perilaku kebersihan hidung yang yang baik (55,6%). Rongga mulut merupakan
baik (58,3%). Fungsi hidung (nasal) adalah bagian pertama dalam sistem pencernaan yang
indera penciuman, pemantau temperatur, di dalamnya terdapat gigi yang berperan
kelembaban udara, dan mencegah masuknya penting dalam proses pencernaan awal
partikel asing ke dalam sistem pernafasan. (Ambarwati, 2017).
Mengeluarkan debu dari lubang hidung Mulut normalnya tampak merah muda dan
dengan cara menghembuskan secara perlahan lembab. Rongga mulut dan mukosa pipi
atau menggunakan air untuk mengeluarkan memiliki kelenjar bukal untuk
kotoran dari hidung dengan membiarkan mempertahankan kebersihan dan kenyamanan
hidung tetap terbuka merupakan cara yang jaringan mulut. Rongga mulut memiliki gigi
tepat dalam membersihkan hidung. sebagai memotong, merobek, dan mencerna
Hasil penelitian ini sejalan dengan makanan. Gigi yang sehat akan tampak putih,
penelitian yang dilakukan oleh Astari dan mulus, dan tersusun rapi. Penerapkan
Teuku (2017), bahwa perilaku kebersihan frekuensi menggosok gigi dua kali sehari dan
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 276
dilakukan setiap pagi dan malam, hal tersebut kerusakan kulit, meningkatkan kenyamanan,
telah menjadi kebiasaan remaja yang tinggal di serta mempertahankan kebersihan diri
asrama SMP Pesantren Babussalam. (Ambarwati, 2017).
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Penelitian Yanti, Agrina, dan Veny (2014)
yang dilakukan oleh Purnamasari dan Hario menjelaskan bahwa sebaiknya setelah mandi
(2015), bahwa perilaku kebersihan gigi dan atau buang air, alat kelamin dikeringkan
mulut memiliki mayoritas pada kategori baik dengan lap atau handuk bersih sebelum
(95,8%). Astari dan Teuku (2017) menyatakan mengggunakan celana dalam, hal ini berguna
bahwa perilaku kebersihan gigi dan mulut untuk menghindari suasa lembab yang
yang buruk menyebabkan berbagai penyakit memungkinkan jamur mudah
seperti bau mulut, stomatitis, glostitis berkembangbiak. Penggunaan celana dalam
(peradangan lidah), gengkititis (peradangan yang tidak menyerap keringat dapat
gusi). menyebabkan keputihan patologis. Penyebab
Hasil penelitian pada perilaku kebersihan buruknya perilaku kebersihan genitalia pada
kuku, tangan, dan kaki berdasarkan jenis remaja perempuan salah satunya adalah remaja
kelamin, responden dengan jenis kelamin perempuan yang baru memasuki pesantren
perempuan sebagian besar memiliki perilaku memiliki sifat pemalu dalam bertanya terkait
kebersihan kuku, tangan, dan kaki yang baik kebersihan genitalia yang benar dan tepat,
(56,4%), sedangkan responden laki-laki sehingga mempengaruhi pembentukan
sebagian besar memiliki perilaku kebersihan perilaku kebersihan genitalia remaja
kuku, tangan, dan kaki yang buruk (52,8%). perempuan.
Kuku merupakan pelengkap kulit yang terdiri
dari jaringan epitel. Kuku yang sehat dengan SIMPULAN
perawatan yang tepat menunjukkan kuku Hasil penelitian didapatkan karakteristik
tampak bewarna merah muda (Ambarwati, yaitu jenis kelamin lebih banyak terdapat pada
2017). Mencuci tangan yang benar dan tepat jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 39
dan frekuensi memotong kuku secara rutin orang (48,0%). Karakteristik usia responden
satu minggu sekali merupakan perawatan terbanyak pada usia 13 tahun yaitu 44 orang
dalam membersihkan tangan sehingga responden (61,3%). Hasil penelitian terkait
terhindar dari kuman (Purnamasari & Hario, perilaku kebersihan diri remaja yang tinggal di
2015). asrama SMP Pesantren Babussalam
Perilaku kebersihan kuku dan tangan didapatkan bahwa perilaku kebersihan diri
disertai dengan kebersihan kaki. Kaki dengan nilai tertinggi kategori baik adalah
merupakan salah satu organ tubuh yang perilaku kebersihan gigi dan mulut pada
membutuhkan perhatian yang khusus. Masalah responden dengan jenis kelamin perempuan
kaki dapat disebabkan oleh perawatan kaki sebanyak 28 orang (71,8%).
yang buruk dan penggunaan sepatu yang tidak
tepat (Potter & Perry, 2010). Remaja SARAN
perempuan tertarik terhadap keindahan dengan Diharapkan penelitian sebagai bahan
merawat dan membersihkan kuku, tangan, dan masukan dan meningkatkan perkembangan
kaki. ilmu pengetahuan dan menjadikan penelitian
Hasil penelitian pada perilaku kebersihan ini sebagai evidence based terkait perilaku dan
genitalia berdasarkan jenis kelamin, responden kebersihan diri remaja yang tinggal di asrama.
dengan jenis kelamin perempuan sebagian
besar memiliki perilaku kebersihan genitalia UCAPAN TERIMA KASIH
yang buruk (51,3%), hal ini berbeda dengan Terima kasih kepada pembimbing yang
responden laki-laki yang sebagian besar telah membimbing dan memberikan arahannya
memiliki perilaku kebersihan genitalia yang sehingga hasil penelitian ini dapat diselesaikan.
baik (58,3%). Genitalia merupakan organ yang Terima kasih kepada penguji yang telah
diperhatikan dalam kebersihannya. Tujuan memberikan saran dalam hasil penelitian ini.
dalam membersihkan genitalia adalah untuk Terima kasih kepada responden dan institusi
mencegah dan mengontrol infeksi, mencegah terkait yang telah memberikan izin penelitian.
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 277
1
Zihni Sharfina Darmizah: Mahasiswa di UPT PSTW Khusnul Khotimah
Fakultas Keperawatan Riau, Indonesia Pekanbaru. Jurnal Photon, 8(1), 29-36.
2
Ari Pristiana Dewi: Dosen pada Kelompok Fatmawati, T. Y & Norfrans, E. S. (2016).
Jabatan Fungsional Dosen (KJFD) Perilaku hidup bersih dan sehat santri
Keperawatan Komunitas Fakultas Pondok Pesantren As’ad dan Pondok
Keperawatan Universitas Riau Pesantren Al Hidayah. Jurnal Psikologi
3
Erwin: Dosen pada Kelompok Jabatan Jambi, 1(1), 29-35.
Fungsional Dosen (KJFD) Keperawatan Hadi, T, M, F. (2018). Hubungan personal
Medikal Bedah Fakultas Keperawatan hygiene dan tingkat pengetahuan
Universitas Riau dengan kejadian pediculosis capatis di
Pondok Pesantren Ma’hadul
DAFTAR PUSTAKA Muta’alimin di Kecamatan Widodaren
Ambarwati, F. R. (2017). Konsep kebutuhan Kabupaten Ngawi [skripsi]. Diperoleh
dasar manusia. Yogyakarta: Parama pada tanggal 19 Juni 2019 dari
Ilmu. repository.stikes-bhm.ac.id.
Arifah, A. N. (2016). Hubungan pengetahuan, Hartinah, D., & Nurhefi. (2017). Hubungan
sikap dan tindakan kesehatan gigi mulut personal hygiene dengan kejadian
terhadap status kesehatan gigi pelajar pedikulosis di Pondok Pesantren
SMP/MTS Pondok Pesantren Putri Roudlotut Tholibin Jragung Kabupaten
Ummul Mukminin [skripsi]. Diperoleh Demak. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
pada tanggal 6 Maret 2019 dari Kebidanan, 8(2), 41-48.
https://core.ac.uk. Kasiati & Wayan, N. D. R. (2016). Kebutuhan
Artika, M., Nurhayati., & Yustini, A. (2017). manusia dasar I. Jakarta Selatan:
Hubungan kebiasaan mencuci tangan Kementerian Kesehatan Republik
dan memotong kuku dengan kejadian Indonesia.
giardiasis asimtomatik. Jurnal Lathifa, M. (2014). Faktor-faktor yang
Kesehatan Andalas, 6(1), 70-75. berhubungan dengan suspect skabies
Astari, R & Teuku, S. A. (2017). Personal pada santriwati Pondok Pesantren
hygiene santriwati di Pesantren Markaz Modern Diniyyah Pasia Kec. Ampek
Al-Ishlah Al-Aziziy Banda Aceh. Angkek, Kab. Agam, Sumatera Barat
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas tahun 2014 [skripsi]. Diperoleh pada
Keperawatan, 2(4), 1-9. tanggal 14 Juni 2019 dari
Badan Kependudukan dan Keluarga repository.uinjkt.ac.id.
Berencana. (2019). Kesehatan Naftassa, Z., & Tiffany, R. P. (2018).
reproduksi remaja. Diperoleh pada Hubungan jenis kelamin, tingkat
tanggal 5 Februari 2019 dari pendidikan dan pengetahuan terhadap
https://www.bkkbn.go.id/. kejadian skabies pada santri Pondok
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Pesantren Qotrun Nada Kota Depok.
(2013). Proyeksi penduduk Indonesia Biomedika, 10(2), 115-119.
(Indonesia population projection) Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian
2010-2013. Jakarta: Badan Pusat kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Statistik. Parman., Hamdani., Irwandi, R., & Angga, P.
Bujawati, E., Sitti, R., & Indriyanti. (2017). Faktor resiko hygiene perorangan santri
Faktor-Faktor Yang Berhubungan terhadap kejadian penyakit kulit
dengan Personal Hygiene Selama skabies di Pesantren Al-
Menstruasi pada Santriwati di Baqiyatushshalihat Tanjung Jabung
Pesantren Babul Khaer Kabupaten Barat tahun 2017, Jurnal Ilmiah
Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan Universitas Batanghari Jambi, 17(3),
tahun 2016. Hygiene: Jurnal 243-252.
Kesehatan Lingkungan, 3(1), 1-9. Potter, P. A., & Anne, G. P. (2010).
Chairil & Hardiana. (2017). Gambaran Fundamental keperawatan. Ed 5 Buku
perilaku personal hygiene pada lansia
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 278
1. (Nggie, A. F., & Marina, A, Yanti, S. D., Agrina., & Veny, E. (2014).
penerjemah). Jakarta: Salemba Medika. Hubungan pengetahuan remaja putri
Potter, P. A., & Anne, G. P. (2010). tentang menstruasi terhadap perilaku
Fundamental keperawatan. Ed 5 Buku higienis pada saat menstruasi. JOM
2. (Nggie, A. F., & Marina, A, PSIK, 1(2).
penerjemah). Jakarta: Salemba Medika. Zakiudin. A., & Zahroh. S. (2016). Perilaku
Purnamasari, P. M & Hario, M. (2015). kebersihan diri (personal hygiene) santri
Determinan yang berhubungan dengan di pondok pesantren wilayah kabupaten
tindakan kebersihan diri santriwati di brebes akan terwujud jika didukung
Pondok Pesantren X Jombang. Jurnal dengan ketersediaan sarana prasarana.
Promkes, 3(2), 146-158. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
Putri, F. A. A., Priyadi, N. P., & Syamsulhuda. 11(2), 64-83.
B. (2017). Faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik PHBS
pencegahan penyakit TB paru pada
santri di Pondok Pesantren Nurul
Hasan Kabupaten Magelang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 5(3), 527-539.
Rafsanjani, A. H. (2014). Pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan perilaku hidup bersih dan
sehat di Pondok Pesantren Al-Hikmah
Semberejo Karangmojo Gunungkidul
[naskah publikasi]. Diperoleh pada
tanggal 01 Juli 2019.
Rochmawati, L & Gandes, R. R. (2017).
Efektivitas pendidikan sebaya terhadap
perilaku kesehatan diri santri di
pesantren. Berita Kedokteran
Masyarakat, 33(11), 541-546.
Siwi, T & Wiwik, N. (2018). Kebiasaan
hygiene remaja yang melakukan
pencegahan penyakit skabies di
Pesantren Al Fajar Kecamatan Rumbai
Pekanbaru. Jurnal Photon, 8(2), 75-79.
Susanto, E. (2014). Gambaran personal
hygiene pada remaja di Pesantren Al-
Athiyah Lembah Selawah Aceh Besar
tahun 2014 [skripsi]. Diperoleh pada
tanggal 15 Juni 2019 dari
etd.unsyiah.ac.id.
Wardana, S. S. (2017). Hubungan higiene
personal terhadap kejadian tinea
versicolor pada santri pria di Pondok
Pesantren Darussa’adah Mojo Agung,
Lampung Tengah [skripsi]. Diperoleh
pada tanggal 8 Maret 2019 dari
http://digilib.unila.ac.id.
World Health Organization. (2019). Coming of
age: adolescent health. Diperoleh pada
tanggal 5 Februari 2019 dari
https://www.who.int.
JOM FKp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) 2019 279

Anda mungkin juga menyukai