Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
TUMOR merupakan sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses
pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Tumor gaster adalah
penyakit yang terjadi di lambung, dimana Penyakit ini diduga dipicu karena
adanya radang lambung yang dibiarkan.Tumor gaster biasanya bersifat jinak,
namun apabila tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan tumor gaster yang
ganas. Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor)
dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan
adalah tumor otot polos. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah
ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak
ditemukan nekrosis (Rubenstein, 2007).
B. Anatomi dan Fisiologu Gaster
1. Anatomi Gaster
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di
antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung
merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah
diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri
pada regio abdomen (Widjaja,2007). Secara anatomik, lambung memiliki
lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori.
a. Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan
gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu
masuk ke lambung.
b. Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri
di atas kardia.
c. Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan
dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung.
d. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan ( body) ke
pilorik dan terdiri dari otot yang kuat.
e. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung
dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz &
Martin, 2008).

Gambar. 1. Pembagian daerah anatomi lambung


Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama
halnya dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi
tertentu yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa
(Schmitz & Martin, 2008).
1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan
muskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina
propia dengan kedalaman yang bervariasi, dan membentuk sumur-
sumur lambung disebut foveola gastrika. Epitel yang menutupi
permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah epitel selapis
silindris dan semua selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia
lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos
dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dari
submukosa dan mengandung otot polos (Schmitz & Martin, 2008).
2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah,
sistem limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu
terdapat pleksus submukosa (Meissner) (Schmitz & Martin, 2008).
3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner
oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis
propia terdapat pleksus myenterik (auerbach). Lapisan oblik terbatas
pada bagian badan (body) dari lambung (Schmitz & Martin, 2008).
4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis
skuamos (mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora &
Derrickson, 2009). Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan
merupakan bagian dari viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).
2. Fisiologi
Fungsi utama lambung adalah penerima makanan dan minuman,
dikerjakan oleh fundus dan korpus, dan penghancur dikerjakan oleh
antrum, selain turut bekerja dalam pencernaan awal berkat kerja kimiawi
asam lambung dan pepsin. Fungsi lambung yang berkaitan dengan gerakan
adalah penyimpanan dan pencampuran makanan serta pengosongan
lambung. Kemampuan lambung menampung makanan mencapai 1500 ml
karena mampu menyesuaikan ukurannya dengan kenaikan tekanan
intraluminal tanpa peregangan dinding (relaksasi resepti). Fungsi ini
diatur oleh N.Vagus dan hilang setelah Pagotomi. Ini antara lain yang
mendasari turunnya kapasitas penampungan pada penderita tumor
lambung lanjut sehingga cepat kenyang. Peristalsis terjadi bila lambung
mengambang akibat adanya makanan dan minuman. Kontraksi yang kuat
pada antrum (dindingnya paling tebal) akan mencampur makanan dengan
enzim lambung, kemudian mengosongkannya ke duodenum secara
bertahap. Daging tidak berlemak, nasi, dan sayuran meninggalkan
lambung dalam tiga jam, sedangkan makanan yang tinggi lemak dapat
bertahan di lambung 6 - 12 jam.
Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung.
Sel-sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan
mukosa lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi
dua bagian terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan
badan (body), (2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum.
Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di kantong lambung ( gastric pits), yaitu
suatu invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi
sel sekretori yang melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya adalah
eksokrin, endokrin, dan parakrin (Setiadi. 2007). Ada tiga jenis sel tipe
eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan kelenjar oksintik mukosa
lambung (Gambar 2.3), yaitu :
1. Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus
yang encer.
2. Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama ( chief cell) dan sel
parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.
3. Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik
artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk
menghasilkan keadaan yang sangat asam.
Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan
mereka berperan dalam membentuk getah lambung ( gastric juice ). Sel
mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel
baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan
sel akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel permukaan
atau berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi sel utama atau sel parietal.
Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap tiga hari
(Setiadi. 2007).
Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama
mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda
dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya
adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel
enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan
gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan
berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G
yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan
sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Rubenstein,
2007).
C. Etiologi
Menurut Brunner and Suddarth (2013) penyebab tumor gaster dimulai
dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia
premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah
mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H-pylori dengan tumor
gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan
menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut Rubenstein, yang
menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-
buahan dan sayuran dapat meningkatkan risiko terhadap tumor lambung.
Faktor lain yang berhubungan dengan insiden kanker lambung mencakup
inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H.
pylori, keturunan dan golongan darah A.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Setiadi. 2007, menyatakan gejala klinis yang ditemukan tidak
khas, dapat dalam bentuk keluhan nyeri epigastrium atau bila didapatkan
komplikasi seperti perdarahan sukar di bedakan dengan perdarahan yang
bersumber dari ulkus peptik. Gejala lain yang akan didapatkan adalah dalam
bentuk akut abdomen, perdarahan saluran cerna bagian bawah atau gejala
obstruksi. Menurut Brunner and Suddart (2013) gejala awal dari tumor dan
kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di
kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang
hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus
benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan,
anoreksia, dispepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi,
anemia dan mual serta muntah.
E. Patofisiologi
Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering
ditemukan pada sepertiga distal. Kebanyakan kanker-kanker lambung adalah
adeno karsinoma dan terjadi dalam bentuk-bentuk polypoid, ulseratif atau
infiltratif. Bentuk ulseratif merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan
mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus peptikum, yang
karenanya sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien untuk
mengobati sendiri. Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar
lambung dapat menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus
(nyeri ulu hati dan cepat kenyang). Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda
awal dari kanker lambung tersebut tidaklah nampak. Kanker lambung dapat
menyebar secara langsung melalui dinding lambung jaringan-jaringan yang
berdekatan, ke pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional di lambung, ke
organ-organ perut lain dan cenderung menyebar ke arah intraperitoneal.
Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan tingkatan metastasis (Setiadi.
2007)
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Brunner and Suddarth (2013) pemeriksaan tumor gaster meliputi:
1. Pemeriksaan fisik : berat badan, anemia, adanya massa.
2. Perdarahan tersembunyi dalam tinja (occult blood) : tes benzidin.
3. Sitologi dengan gastrofiberskop.
4. Rontgenologik : posisi (terlentang, tengkurap dan oblik, serta kompresi).
5. Gastroskopi : pemotretan isi lambung.
6. Gastrobiopsi : pengambilan jaringan secara visual pada lesi.
7. Fosfor radio aktif dan CT scanning.
G. Komplikasi
Menurut Brunner and Suddarth (2013) komplikasi dari tumor gaster
adalah sebagai berikut :
1. Perforasi
2. Hematemesis
3. Obstruksi pada bagian bawah lambung dekat pilorus
4. Adhesi
5. penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon.
H. Penatalaksanaan
Menurut Brunner and Suddarth (2013) tidak ada pengobatan yang
berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila
tumor telah menyebar ke area lain yang dapat di eksisi secara bedah,
penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini paling
efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi
tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung di
anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila
gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki dengan
anastomosis pada organ vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan
terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif
dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan disfagia. Untuk pasien
yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan,
pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap
penyakit dan paliasi.
ASUHAN KEPARAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Doenges (2014) dasar data pengkajian pasien antara lain :
1. Aktivitas
Gejala: Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat
stress tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja
Tanda : Perubahan pada TD
3. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehilangan
kontrol, depresi.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi urinarius.
Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen.
5. Makanan atau cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi
makanan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.
6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri atau derajad bervariasi.
8. Pernafasan
Gejala: Merokok, pemajanan asbes.
9. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari
lama.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
11. Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah
tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan.
12. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat
pengobatan. Pemeriksaan diagnostik
a. Scan dan ultrasound : identifikasi metastatik dan evaluasi respon
pengobatan.
b. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum) : untuk menggambarkan pengobatan.
c. Penanda tumor untuk monitor kanker dan membantu mendiagnosis
kanker.
d. Tes kimia skrining misalnya elektrolit, tes ginjal, tes hepar, tes tulang.
e. JDL dengan diferensial dan trombosit : menunjukkan anemia

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang
diantisipasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan
anoreksia.
3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan
ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
C. IntervensiKeperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Ansietas NOC : NIC :
Definisi : Anxiety control
• Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Perasaan gelisah yang tak 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping

jelas dari ketidaknyamanan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap


Kriteria Hasil :
atau ketakutan yang disertai pelaku pasien
Klien
• mampu
respon autonom (sumner 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengidentifikasi dan
tidak spesifik atau tidak dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas
diketahui oleh individu); 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan
Mengidentifkasi, mengungkapkan
• dan
perasaan keprihatinan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk
disebabkan dari antisipasi 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
mengontol cemas
terhadap bahaya. Sinyal ini tindakan prognosis
Vital sign dalam batas normal

merupakan peringatan adanya 6. Bantu pasien mengenal situasi yang
Postur tubuh, ekspresi wajah,
ancaman yang akan datang

bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menimbulkan kecemasan


dan memungkinkan individu 7. Dorong pasien untuk mengungkapkan
menunjukkan berkurangnya
untuk mengambil langkah
kecemasan perasaan, ketakutan, persepsi
untuk menyetujui terhadap
8. Instruksikan pasien menggunakan teknik
tindakan
relaksasi
9. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
keperluan • Adanya peningkatan berat jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
metabolisme tubuh. badan sesuai dengan tujuan pasien.
• Berat badan ideal sesuai 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
dengan tinggi badan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
• Mampu mengidentifikasi dan vitamin C
kebutuhan nutrisi 5. Berikan substansi gula
• Tidak ada tanda tanda 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
malnutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Tidak terjadi penurunan 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
berat badan yang berarti dikonsultasikan dengan ahli gizi
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
3 Nyeri akut NOC : NIC :
Defenisi : • Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Pengalaman sensori dan • pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
emosional tidak • comfort level kualitas dan faktor presipitasi
menyenangkan yang muncul 2. Observasi reaksi nonverbal dari
akibat kerusakan jaringan Kriteria Hasil: ketidaknyamanan
actual atau potensial atau • Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
yang digambarkan sebagai menggunakan tehnik menemukan dukungan
kerusakan, awitan yang tiba- nonfarmakologi untuk 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
tiba atau lambat, dari mengurangi nyeri, mencari nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
intensitas ringan sampai bantuan) kebisingan
berat dengan akhir yang • Melaporkan bahwa 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
dapat diantisipasi atau nyeri berkurang dengan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
diprediksi menggunakan manajemen nyeri intervensi
• Mampu mengenali nyeri 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
(skala, intensitas, frekuensi dan dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
tanda nyeri) dingin
• Menyatakan rasa nyaman 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
setelah nyeri berkurang 9. Tingkatkan istirahat
• Tanda vital dalam rentang normal 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti
• Tidak mengalami gangguan tidur penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
NOC : pemberian analgesik pertama kali
• Immune Status NIC :
4 Resiko tinggi infeksi • Knowledge : Infection control Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Peningkatan 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
• Risk control
resiko lain
masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
• Prosedur Infasif Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik isolasi
• Ketidakcukupan • Klien bebas dari tanda dan 3. Batasi pengunjung bila perlu
pengetahuan untuk gejala infeksi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
menghindari paparan • Mendeskripsikan proses tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
patogen penularan penyakit, factor yang meninggalkan pasien
• Trauma mempengaruhi penularan 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
• Kerusakan jaringan dan serta penatalaksanaannya, tangan
peningkatan paparan • Menunjukkan kemampuan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
lingkungan untuk mencegah timbulnya infeksi tindakan kperawtan
• Ruptur membran amnion • Jumlah leukosit dalam 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
• Agen farmasi batas normal pelindung
(imunosupresan) • Menunjukkan perilaku 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
• Malnutrisi hidup sehat pemasangan alat
• Peningkatan paparan 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
lingkungan patogen dressing sesuai dengan petunjuk umum
• Imonusupresi 10. Gunakan kateter intermiten untuk
• Ketidakadekuatan imum menurunkan infeksi kandung kencing
buatan 11. Tingkatkan intake nutrisi
• Tidak adekuat pertahanan 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
respon inflamasi) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
• Tidak adekuat pertahanan
2. Monitor hitung granulosit, WBC
tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
penurunan kerja silia, 4. Batasi pengunjung
cairan tubuh statis, 5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
perubahan sekresi pH, 6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
perubahan peristaltik) beresiko
• Penyakit kronik 7. Pertahankan teknik isolasi kalau perlu
8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
5 Kurang Pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : • Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
Tidak adanya atau kurangnya • Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
informasi kognitif Kriteria Hasil : pasien tentang proses penyakit yang spesifik
sehubungan dengan topic • Pasien dan keluarga menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
spesifik. pemahaman tentang penyakit, bagaimana hal ini berhubungan dengan
kondisi, prognosis dan program anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
• Pasien dan keluarga muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
mampu melaksanakan prosedur 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
yang dijelaskan secara benar tepat
• Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
mampu menjelaskan kembali cara yang tepat
apa yang dijelaskan perawat/tim 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kesehatan lainnya kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11.Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12.Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
13.Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14.Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
6 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Definisi : Ketidakcukupan •Energy conservation Energy Management
energi secara fisiologis•Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien
maupun psikologis untuk Kriteria Hasil : dalam melakukan aktivitas
meneruskan atau•Berpartisipasi dalam aktivitas 2. Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan
menyelesaikan aktifitas yang fisik tanpa disertai terhadap keterbatasan
diminta atau aktifitas sehari peningkatan tekanan darah, 3. Kaji adanya factor yang
hari. nadi dan RR menyebabkan kelelahan
• Mampu melakukan aktivitas 4. Monitor nutrisi dan sumber energi
sehari hari (ADLs) secara tangadekuat
mandiri 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, L dan Suddarth, D. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.


Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn. Dkk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC
Rubenstain, David, dkk. 2007. Lecture notes: Kedokteran klinis. Jakarta :
Erlangga
Schmitz & Martin. 2008. Internal Medicine: Just the Facts. McGraw Hill
Professional
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Ed.Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Widjaja, dr. harijadi. 2007. Anatomi Abdomen. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai