Anda di halaman 1dari 54

ILMU KEDOKTERAN TERINTEGRASI

SKENARIO 4

KELOMPOK 24

IGA WULANDARI 12700026

DERRIAN KYNAN A 12700028

STEVEN HILMI 12700030

NINING RAHMA P 12700032

MERILA LIYANTA 12700034

PUTU AYUNDA M 12700036

CORNELIUS SUNARYO 12700038

FAIZAH NAWALI 12700040

BAGUS RAGIL S 12700042

JOLANDA ANGELIN Y 12700044

ANDARINI NURVIKASARI 12700046

NI MADE HENDRAYATI S 12700048

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
2013/2014
BAB I

Seorang bayi usia 12 bulan dibawa ibunya ke dokter karena curiga melihat perut bayinya yang
buncit dan makin lama makin membesar..
BAB II
KATA KUNCI

Kata kunci yang ditemukan pada skenario ini, yaitu:


1. Perut bayi membuncit
2. Perut bayi semakin membesar
BAB III
PROBLEM

Rumusan masalah yang dapat ditemukan dari skenario diatas adalah :


1. ApaKAH penyebab perut buncit yang semakin membesar pada pasien?
2. Apa diagnosanya?
3. Bagaimana penatalaksanaan?
4. bagaimana cara pencegahannya?
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 ANATOMI / HISTOLOGI / FISIOLOGI


Abdomen terdapat di antara thorax dan pelvis. Cavasitas abdominalis  di batasi oleh dinding
abdomen, terpisah dari cavitas thoracis oleh diafragma, bagian atasnya terlindung oleh sangkar
dada,ke arah kaudal bersinambungan dengan cavitas pelvis.
Untuk memberi gambaran tentang lokasi suatu organ abdominal atau penyebaran rasa nyeri,
cavitas abdominis biasanya di bedakan menjadi 4 kuadran yang di batasi oleh 2 bidang yakni 1
bidang horizontal dan 1 bidang vertikal.
Dinding abdomen ventrolateral di batasi ke arah kranial oleh cartilangines VII-XII dan
processus xiphoideusnya, dan ke arah kaudal oleh ligamentum inguinal dan tulang-tulang
pelvis. Dinding ini terdiri dari kulit, jaringan ikat subkutis, otot, fascia, dan protoeum.

a.    Fascia Dinding Abdomen Ventrolateral


Fascia superficialis ( jaringan ikat subkutis) pada hampir seluruh luas dinding ventrolateral
terdiri dari suatu lapisan dengan kandungan lemak yang berbeda-beda. Pada bagian kaudal
dinding abdomen Ventrolateral fascia superficialis dapt di bedakan menjadi 2 lembar, yaitu
superfisialis dengan banyak jaringan lemak dan lembar profunda berupa

selaput.

b.    Otot dinding abdomen Ventrolateral


Pada dinding abdomen ventrolatral terdapat 4 otot yang penting. Tiga otot pipih (musculus
obliqus externus abdominis, musculus obliqus internus abdominis dan musculus transversus
abdominis), dan satu otot vertikal yang mirip ambin ( musculus rectus abdominis).

c.    Saraf dinding abdomen Ventrolateral


Kulit dan otot dinding abdomen ventrolateral terutama di persarafi oleh nervus intercostalis
torakoabdominal yang di bentuk oleh cabang ventral ke 6 saraf torakal paling kaudal (T7-T11)
dan oleh nervus subcotalis (T12) dexter dan nervus subcotalis (T 12) sinister.

d.    Pembuluh dinding abdomen ventolateral


Arteri dan vena dinding abdomen ventrolateral ialah pembuluh epigastrica superior dari
pembuluh cireumflexa iliaca profunda dari pembuluh iliaca externa.

e.    Permukaan dalam dinding abdomen ventolateral


Permukaan ini di lapisi peritoneum parietal. Bagian intra umbilical dinding tersebut
memperlihatkan beberapa lipatan peritoneum, antaranya lipatan berisi sisa pembuluh-
pembuluh yang mengantar darah ke dan dari janin.

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar dan mempunyai tiga fungsi : (a)
menyimpan makanan-pada orang dewasa lambung memiliki kapasitas sekitar 1500ml; (b)
mencampur makanan dan getah lambung untuk membentuk chymus yang setengah cair; dan
(c) mengatur kecepatan pengiriman chymus ke usus halus sehingga pencernaan dan absorbsi
yang efisien dapat berlangsung. Lambung dibagi menjadi bagian-bagian berikut: cardiaca,
fundus gastricum, corpus gastricum, anthrum pyloricum, pylorus, dan curvatura minor et
major. Lubang masuk lambung disebut ostium cardiacum dan lubang keluarnya disebut ostium
pyloricum. Lambung mendapat pendarahan arteri dari percabangan truncus coeliacus. Venanya
mengalirkan darah ke vena porta hepatis, vena linenalis, dan vena mesenterica superior (Snell,
2006).
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik, dan intestinal. Fase
sefalik sudah dimulai saat melihat, mencium, memikirkan, atau mengecap makanan. Fase ini
diperantarai nervus vagus. Fase gastrik dimulai saat mencapai anthrum pylorum. Distensi
anthrum dapat menyebabkan terjadinya rangsangan dari reseptor pada dinding lambung yang
diteruskan menuju medula melalui aferen vagus dan kembali melalui eferen vagus yang akan
merangsang pelepasan hormon gastrin secara langsung. Gastrin dapat meningkatkan aktivitas
dari pompa pylorus.  Fase intestinal dimulai oleh gerakan chymus dari lambung ke duodenum
(Guyton, 1997; Wilson, 2005).
Lambung terdiri atas empat lapis: tunika mukosa, sub mukosa, muskularis, dan serosa. Lapisan
mukosanya mengandung epitel permukaan (kolumner simpleks) yang menghasilkan mukus
yang bersifat basa. Epitel ini juga berikatan erat (tight junction). Ikatan ini serta mukus yang
dihasilkan itulah yang menjaga lambung tetap utuh (sebagai sawar terhadap HCl). Sistem
perlindungan yang lainnya adalah proliferasi yang cepat dari sel-sel lambung. Di lambung
terdapat sel-sel penting antara lain : sel parietal, pengasil HCL; sel zymogen, penghasil lipase
dan pepsinogen; sel enteroendokrin, penghasil serotonin, sel  G, penghasil hormon gastrin; dan
sel D, penghasil hormon somatostatin yang merupakan penghambat hormon lain

HISTOLOGI

Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi utamanya adalah
menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang liat yang
dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung ditandai oleh adanya peninggian atau lipatan
yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut menembus lamina
propria, membentuk alur mikroskopik yang dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae.
Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam
dasar gastric pits ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang
mensekresi mukus. Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,
korpus, fundus, dan pylorus.
6.    Daerah Kardia
Kardia merupakan peralihan antara oesofagus dan lambung. Lamina proprianya mengandung
kelenjar-kelenjar kardia turbular simpleks bercabang, bergelung dan sering mempunyai lumen
yang besar yang berfungsi mensekresikan mukus. Kelenjar-kelenjar ini strukturnya sama
seperti kelenjar kardia bagian terminal oesofagus dan mengandung (dan mungkin sekresi)
enzim lisosom.
7.    Korpus dan Fundus
Lamina mukosa tersusun atas 6 jenis sel yaitu:
a.       sel-sel mukus istmus terdapat dalam bagian atas kelenjar pada daerah peralihan antara
leher dan gastric pit. Sel-sel ini mengsekresi mukus netral yang membatasi dan melindungi
permukaan lambung dari asam.
b.      sel-sel parietal (oksintik) terutama terdapat pada bagian setengah atas kelenjar dan tersisip
antara sel-sel mukus leher. Sel parietal merupakan sel bulat atau piramidal dengan inti sferis di
tengah dan sitoplasma yang jelas eosinofilik. Sel-sel parietal menghasilkan asam klorida (HCl)
yang terdapat dalam getah lambung. Pada kasus gastritis atrofikans, sel parietal dan chief cells
keduanya jumlahnya berkurang, dan getah lambung mempunyai sedikit atau tidak mempunyai
aktivitas pepsin. Asam yang disekresi berasal dari klorida-klorida yang terdapat dalam darah di
tambah kation (H+) yang berasal dari kerja suatu enzim-anhidrase karbonat. Anhidrase
karbonat bekerja pada CO2 untuk menghasilkan asam karbonat, yang berdisosiasi menjadi
bikarbonat dan satu H+. Kedua kation dan ion klorida secara aktif ditanspor melalui membran
sel sedangkan air akan berdifusi secara pasif mengikuti perbedaan tekanan osmotik.
c.       sel-sel mukus leher terdapat dalam kelompokkan atau sel-sel tunggal antara sel-sel parietal
dalam leher kelenjar gastrik. Sekret sel mukus leher adalah mukus asam yang kaya akan
glikosaminoglikans.
d.      chief cells (sel zimogenik) mensintesis dan mengeluarkan protein yang mengandung enzim
inaktif pepsinogen. Bila granula pepsinogen dikeluarkan ke dalam lingkungan lambung yang
asam, enzim diubah menjadi enzim proteolitik yang sangat aktif yang disebut pepsin.
e.       sel-sel argentafin juga dinamakan sel-sel enterokromafin karena afinitasnya terhadap
garam kromium serta perak. Sel-sel ini jumlahnya lebih sedikit dan terletak pada dasar
kelenjar, terselip antara sel-sel zimogenik.
f.       sel-sel yang menghasilkan zat seperti glukagon.. Sel-sel endokrin lain yang dapat
digolongkan sebagai sel-sel APUD (amine precursor uptake and decarboxyllation)
menghasilkan hormon Gastrin.
8.    Pilorus
Pada pilorus terdapat kelenjar bergelung pendek yang mensekresikan enzim lisosim. Diantara
sel-sel mukus ke lenjar pilorus terdapat sel-sel gastrin (G) yang berfungsi mengeluarkan
hormone gastrin. Gastrin berfungsi merangsang pengeluaran asam lambung oleh kelenjar-
kelenjar lambung. Muskularis mukosae lambung terdiri atas 2 atau 3 lapisan otot yang tegak
lurus menembus ke dalam laminan propria. Apabila otot berkontraksi akan mengakibatkan
lipatan pada permukaan dalam organ yang selanjutnya akan menekan kelenjar lambung dan
mengeluarkan sekretnya.
9.    Pergantian (turnover) Mukosa Lambung
Selain untuk mengganti sel-sel epitel yang mengelupas setiap hari, membran mukosa lambung
dapat mengalami regenerasi bila cedera. Aktivitas mitosis terutama dilakukan oleh sel-sel leher
kelenjar. Kecepatan pembaharuan selsel epitel ini sekitar 5 hari. Epitel pembatas lambung
hidupnya singkat, dan sel-sel terus menerus mengelupas dalam lumen. Sel-sel ini dengan
lambat berdiferensiasi menjadi sel partietal dan chief cells (sel zimogenik).
10.    Usus Halus

Usus halus
relatif panjang kira-kira 6 m dan ini memungkinkan kontak yang lama antara makanan dan
enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil pencernaan dan sel-sel absorptif epitel
pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.Membran
mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang disebut plika sirkularis atau
valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang kecil yang merupakan muara kelenjar
tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn).
Kelenjarkelenjar intestinal mempunyai epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian
atas).Mukosa usus halus dibatasi oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel
toraks (absorptif), sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin.
1.    Sel toraks adalah sel-sel absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang
mengalami spesialisasi yang dinamakan ”striated border” yang tersusun atas mikrovili.
Mikrovili mempunyai fungsi fisiologis yang penting karena sangat menambah permukaan
kontak usus halus dengan makanan. Striated border merupakan tempat aktivitas enzim
disakaridase usus halus. Enzim ini terikat pada mikrovili, menghidrolisis disakarida menjadi
monosakarida, sehingga mudah diabsorbsi. Di tempat yang sama diduga terdapat enzim
dipeptidase yang menghidrolisis dipeptida menjadi unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel
toraks usus halus lebih penting adalah mengabsorbsi zat-zat sari-sari yang dihasilkan dari
proses pencernaan.
2.    Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih sedikit dalam
duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan glikoprotein asam
yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa pembatas usus halus.
3.    Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan sel eksokrin
serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan memegang peranan
dalam mengawasi flora usus halus.
4.    Sel-sel endokrin saluran pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara lain:
sekretin, dan kolesistokinin (CCK). Sekretin berperan sekresi cairan pankreas dan bikarbonat.
Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi enzim pankreas.
Dengan demikian, aktivitas sistem pencernaan diregulasi oleh sistem saraf dan hormon-hormon
peptida.
11.    Lamina propria sampai serosa
Lamina propria usus halus terdiri atas jaringan penyambung jarang dan
pembuluh darah dan limfe, serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos. Tepat di
bawah membrana basalis, terdapat lapisan kontinyu sel-sel limfoid penghasil
antibodi dan makrofag, membentuk sawar imunologik pada daerah ini. Lamina
propria menembus ke dalam inti vili usus, bersama dengan pembuluh darah dan
limfe, saraf, jaringan penyambung, miofibroblas, dan sel-sel otot polos. Bercak
PEYERI (Peyer’s path). Submukosa pada bagian permulaan duodenum terdapat kelenjar-
kelenjar tubulosa bercabang, bergelung yang bernuara ke dalam kelenjar intestinal yang
disebut kelenjar duodenum (Brunner), yang berfungsi menghasilkan glikoprotein netral untuk
menetralkan HCl lambung, melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah
lambung, dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim penkreas. Sel-
sel kelenjar Brunner mengandung uragastron yaitu suatu hormon yang menghambat sekresi
asam klorida lambung. Disamping kelenjar duodenum, submukosa usus halus sering
mengandung nodulus limfatikus. Pengelompokkan nodulus ini membentuk struktur yang
dinamakan bercak Peyer.

cetrione.blogspot.com/2008/09/histologi-lambung.html

4.2. ANATOMI DAN HISTOLOGI SALURAN CERNA BAWAH

Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya dalah suatu saluran (tabung) dengan
panjang sekitar 30 kaki (9 m) yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut ke anus.
Saluran cerna terbagi menjadi saluran cerna atas dan bawah yang dipisahkan oleh ligamentum
treitz yang merupakan bagian duodenum pars ascending yang berbatasan dengan jejunum
(Richard Snell, 2006). Oleh sebab itu, pada bagian ini akan dibahas usus halus, usus besar,
rektum, dan anus sebagai bagian saluran pencernaan bawah.
Intestinum Tenue dan Intestinum Crassum merupakan bagian saluran pencernaan makanan
(traktus digestivus). Setelah melewati pilorus disebut Intestinum Tenue atau usus halus2. Usus
halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjangnya dalam keadaan
hidup. Angka yang biasa diberikan, enam meter adalah penemuan setelah mati bila otot telah
kehilangan tonusnya. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ilio-kolika, tempat
bersambungnya dengan usus besar.

Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar dan dibagi dalam
beberapa bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Karena tidak mempunyai mesenterium
maka duodenum disebut juga Intestinum Tenue non Mesenteriale dan jejunum serta ileum yang
mempunyai mesenterium disebut Intestinum Tenue Mesenteriale.

Duodenum disebut juga usus dua belas jari yaitu 12 jari orang yang bersangkutan (panjang
kira-kira 25 cm) yaitu bagian usus setelah pilorus sampai pada permulaan jejunum, berbentuk
sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran
pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula
hepatopankreatika, atau ampula vateri, sepuluh sentimeter dari pilorus.
            Duodenum ini sebagian besar letaknya secundair Retro Peritoneal (semasa fetus muda
letaknya Intra peritoneal kemudian pada fetus lebih tua letaknya beralih melekat pada dinding
belakang abdomen) letaknya rapat pada dinding abdomen belakang kanan dan didepannya
dilapisi oleh peritoneum viscerale.

Duodenum terdiri dari empat bagian :

          Pars Superior Duodeni (panjang kira-kira 5 cm) yang berjalan horizontal. Bagian
permulaannya (setelah pilorus) disebut Bulbus duodeni, sebab berbentuk membesar dan
meluas. Bagian ini mempunyai mesenterium, pada bagian belakang abdomen tiba-tiba
membelok 90 derajat ke bawah secara vertikal. Di depan pars superior ini terdapat
Ligamentum HepatoDuodenale dan dibelakangnya berjalan V. Cava Inferior

          Pars Descendens Duodeni (panjang kira-kira 8 cm) berada rapat pada dinding
belakang abdomen; sebelah kanan belakang terdapat ginjal kanan, dan masuk Ductus
Choledocus dan Ductus Pancreaticus serta ductus Wirsungi. Di depan Bagian ini berjalan
Colon Transversum.

          Pars Inferior (horizontal) Duodeni (panjang kira-kira 7.5 cm) berjalan horizontal
kekiri pada level L-3. Didepan duodenum ini terbentang mesenterium yang didalamnya
terdapat arteri dan V. Mesenterica Superior, serabut-serabut syaraf dan pembuluh limfe. Di
belakang bagian ini berjalan V. Kava Inferior dan Aorta Abdominalis serta Pankreas diatasnya.
Akhir bagian ini membelok ke atas depan menjadi Pars Ascendens Doudeni.

          Pars Ascendens Duodeni (panjang kira-kira 5 cm) sampai level L-2  dan berlanjut
sampai jejunum.

Sambungan duodenum dengan jejunum disebut flexura duodeno jejunalis. Permukaan dalam
duodenum dilapisis mukosa. Permukaan mukosa pada bulbus tinggi mencapai 1 cm dan satu
sama lainnya berjarak 0.5 cm. Pada pertengahan duodenum pars desendens di bagian kiri
terdapat muara bersama duktus choledochus (saluran empedu) dan ductus wirsungi (saluran
pankreas).

Bagian-bagian duodenum yang dilapisi peritoneum adalah duodenum pars superior ditutupi
seluruhnya oleh peritonium viscerale. Duodenum pars desscendens, hanya bagian depan yang
dilapisi peritonium. Duodenum pars horizontal, hanya bagian depan yang dilapisi peritoneum.
Duodenum pars ascendens, seluruhnya dilapisi peritoneum. Alat-alat disekitar duodenum
adalah ginjal kanan dan ureter berada di belakang duodenum pars descendens.

Colon transversum berjalan melintang di depan pars descendens dan di atas pars horizontalis.
Pankreas terdapat di sebelah kiri dari duodenum pars descendens. Hepar lobus kanan terdapat
di depan duodenum pars superior dan duodenum pars descendens. Arteri dan vena
mesenterica superior berada di depan duodenum pars horizontalis (pars inferior). V. cava
inferior dan aorta abdominalis berada di belakang duodenum.
Jejunum adalah usus halus lanjutan duodenum yang panjangnya kira-kira ½ meter,
penampangnya berkisar 25-35 mm.  Jejunum berkelok-kelok dan berada di bawah colon
transversum dan ditutupi oleh omentum mayus. Permulaannya pada flexura duodeno jejunalis
(level L2) dan berakhir pada sacro iliaca junction kanan. Penampang permulaan 33.5 cm dan
makin ke kaudal makin kecil 2.5 cm. Jejunum mempunyai mesenterium lengkap; permukaan
mukosa jejunum memperlihatkan Plicae Mucosa Circulare yang pada apangkalnya agak tinggi
(kira-kira 5 cm) dan jarang, makin ke kaudal lebih rendah (kira-kira 2 cm) dan lebih rapat.
Disini terdapat limfonodi solitaris (sebesar kepala jarum pentul).

Ileum adalah usus halus lanjutan jejunum yang menempati rongga perut kawasan hypogastrica,
panjang ileum ini berkisar 2-2.5 meter dengan lumen permulaan 25 mm dan lumen kaudal 20
mm. Ileum ini warnanya agak kemerahan sebab mempunyai banyak kapiler. Absorpsi makanan
terutama terjadi pada usus ini. Ileum mempunyai mesenterium lengkap. Permukaan mukosa
memperlihatkan plicae mucoase semisircularis agak rendah (kira-kira 2 mm) dan rapat, pada
bagian kaudal plika lebih lengkap. Disini terdapat limfonodi aggregati (peyer plexus).
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar (lapisan serosa) dibentuk oleh
peritonium. Peritonium mempunyai lapisan viiseral dan parietal, dan ruang yang terletak di
antara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritonium. Peritonium melipat dan meliputi
hampir seluruh viscera abdomen. Nama-nama khusus telah diberikan pada lipatan-lipatan
peritonium. Mesenterium merupakan lipatan peritonium lebar yang menyerupai kipas yang
menggantung jejunum dan ileum dari dinding  posterior abdomen, dan memungkinkan usus
bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah dan limfe yang menyuplai
ke usus. Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritonium yang menggantung dari
kurvatum mayor lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen menyerupai celemek.
Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi
terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari
kurvatura minor lambung dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum
suspensorium hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale. Salah satu fungsi penting
peritonium adalah mencegah gesekan antara organ-organ yang berdekatan sebagai pelumas.

Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan : lapisan luar terdiri atas serabut-serabut
longitudinal yang lebih tipis; dan lapisan dalam terdiri dari serabut-serabut sirkular. Lapisan
submukosa terdapat antara otot sirkuler dan lapisan yang terdalam yang merupakan
perbatasannya. Dinding submukosa ini terdiri atas jaringan aerolar dan berisi banyak pembuluh
darah, saluran limfe, kelenjar dan pleksus saraf yang disebut pleksus Meissner. Di dalam
duodenum terdapat ebberapa kelenjar khas yang dikenal sebagai kelenjar Brunner. Kelenjar ini
dalah jenis kelenjar tandan yang mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang bekerja untuk
melindungi lapisan duodenum dari pengaruh isi lambung yang asam.

Dinding mukosa dalam yang menyelaputi sebelah dalamnya disusun berupa kerutan tetap
seperti jala, yang disebut valvulae koniventes, yang memberi kesan anyaman halus. Lipatan ini
menambah luas permukaan sekresi dan absorpsi.  Dengan ini juga dihalangi agar isinya tidak
terlalu cepat berjalan melalui usus, dengan demikian memberi kesempatan lebih lama pada
getah pencernaan untuk bekerja atas makanan. Lapisan mukosa berisi banyak lipatan
Lieberkuhn berupa kelenjar sederhana yang diselimuti epitelium silinder yang bermuara di atas
permukaan di tengah-tengah vili.
Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteria ini
mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis
dan cabangnya, arteria pankreatikoduodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena
mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.

Usus halus dipersyarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis
merangsang aktifitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan nyeri,
sedangkan serabut-serabut parasimpatis merngatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang
menimbulkan fungsi motorik berjalan melalui pleksus Aurbach yang terletak di dalam lapisan
muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1.5 m (5
kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter ususbesar sekitar 6.5 cm (2.5
inchi), tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama
dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan
mencegah aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus.  Kolon dibagi lagi
menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid. Tempat kolon membentuk
kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura
hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan mebentuk
lekukan berbentuk–S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu
dengan rektum. Bagian utama dari usus besar yang terakhir disebut sebagi rektum dan
membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara bagian keluar tubuh). Satu inci terakhir
dari rektum disebut kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus.
Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5.9 inci).

Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti yang ditemukan pada
bagian usus lain. Lapisan otot longitusinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam
tiga pita yang disebut taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, sehingga rektum
mempunyai satu lapisan otot longitusinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek dari pada
usus, sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut
haustra. Apendises epiploika adalah kantong-kantong kecil peritonium yang berisi lemak dan
melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan
mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau rugae. Kripte Lieberkuhn (kelenjar
intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan usus
halus.

Usus besar secara klinis dibagi menjadi bagian kiri dan kanan berdasarkan suplai darah yang
diterima. Arteri mesenterika superior mendarahi bagian kanan (sekum, kolon asendens, dan
duapertiga proksimal kolon transversum) dan arteria mesenterica inferior mendarahi belahan
kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal
rektum). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior
yang dicabangkan dari arteri iliaka interna dan aorta abdominalis.

Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior,
vena mesenterika inverior, dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang
mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka sehingga merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.

Persyarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan pengecualian sfingter
eksterna yang berada dalam pengendalian volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf
vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral
menyuplai bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula spinalis melalui saraf
splangnikus. Serabut saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan aortikorenalis, kemudian
serabut pascaganglionik menuju kolon. Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan
kontraksi, serta merangsang sfingter rektum. Rangsang parasimpatis mempunyai efek
berlawanan
FISIOLOGI SALURAN CERNA BAWAH

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorpsi bahan-bahan nutrisi
dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur dan mempermudah berlangusngnya proses ini.
Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptialin, HCL, pepsin, mukus,
renin, dan lipase lambung terhadap makaann yang masuk. Proses ini berlanjut di duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mukus juga memberikan perlindungan terhadap asam.
Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga
memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.

Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat
lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan molekul-molekul
lemak. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan
molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik menghadap ke luar
menuju medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak, dan
kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas, gliserida, dan vitamin larut lemak dipertahankan
dalam larutan sampai dapat diabsorpsi oleh permukaan sel epitel.

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat dalam getah usus (sukus
enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat dalam brush border vili dan mencerna zat-zat
makanan sambil diabsorpsi.

Dua hormon berperan penting dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang dioerantarai oleh
kerja kolesitokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang bersentuhan dengan
mukosa duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya-enzim; hal ini diperantarai
oleh pankreozimin.
Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkannya hormon
lain, yaitu sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah asam yang
mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat
dari pankreas, merangsang sekresi empedu dari hati, dan memperbesar kerja CCK.
Pergerakan segmental usus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung
ke ujung lain dengan kecepatan absorpsi optimal dan asupan kontinu isi lambung.

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir
selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa
feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.

Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah
gerakan pengadukan haustral. Kantung atau haustra meregang dan dari waktu ke waktu otot
sirkular akan berkontraksi untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif tetapi
menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan mermas-remas sehingga memberi waktu untuk
terjadinya absorpsi. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lambat dan tidak
teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menymbat beberapa haustra;
dan (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian
ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gatrokolik setelah makan,
terutama setelah makanan yang pertama kali dimakan pada hari itu.

Propulsi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan
merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna.
Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna
dikendalikan oleh sistem saraf voluntar. Refleks defekasi terintegrasi pada medula spinalis
segmen sakral kedua dan keempat. Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf
splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rektum dan relaksasi sfingter
interna. Pada waktu rektum yang tergang berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal hilang. Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi
pada waktu anus tertarik ke atas melebihi tinggi masa feses. Defekasi dipercepat dengan
tekanan intraabdomen yang meningkat akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang
tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus menerus (manuver atau peregangan
valsalva). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar sfingter eksterna dan levator ani.
Dinding rektumsecara bertahap menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang.
4.3HEPAR

Secara Mikroskopis
dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yg disebut
Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym mengikuti pembuluh darah getah
bening dan duktus biliaris. Massa dari seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam
lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang
disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh
yang lain, oleh karena

lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer
lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler
yang lain .Lempengan sel-sel tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid.
Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah
lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang
menyalurkan darah keluar .Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan
ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-
cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan
mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier
dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel dan bahkan turut
membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa
ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.

B. FISIOLOGI HATI

Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh
sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fung hati yaitu :

1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat

Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1 sama
lain.Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen,
mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan
memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa disebut
glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh,
selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah
pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis
dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon
(3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).

2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak

Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam
lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :

1. Senyawa 4 karbon – KETON BODIES


2. Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid

Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol .Dimana
serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein

Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi, hati juga
mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ
yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea
merupakan end product metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga
dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin
mengandung ą 584 asam amino dengan BM 66.000

4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah

Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi
darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing
menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan
dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat
pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk
pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.

5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin

Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K

6. Fungsi hati sebagai detoksikasi

Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi,
metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over
dosis.

7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas

Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses
fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers
mechanism.
8. Fungsi hemodinamik

Hati menerima ą 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ą 1500 cc/ menit atau
1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica ą 25% dan di dalam v.porta
75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh
persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari,
shock.merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.

4.4KANDUNG EMPEDU

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran berotot.
Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran
depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu terbagi dalam
sebuah fundus, badan dan leher. 
Fungsi kangdung empedu adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. 
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. (Pearce, 1999).

HISTOLOGI

Vesica fellea umumnya berbentuk seperti buah pear, terletak pada fossa vesica fellea yang
berada pada fascies visceralis hepatis diantara lobus dexter hepatis dan lobus quadratus hepatis.
Vesica fellea divaskularisasi oleh a. cystic cabang ramus dexter hepatica propria. V. cystic
merupakan venosanya ke vena porta hepatis. Inervasi dari vesica fellea adalah cabang dari
plexus hepaticus dimana mengandung serabut-serabut saraf parasimpatis dan simpatis.
Dinding vesica fellea terdiri atas mukosa dengan epitel selapis silindris dan lamina propria,
selapis otot polos, jaringan ikat perimuskular, dan suatu membran serosa. Mukosa vesica fellea
memiliki banyak lipatan yang terutama dijumpai ketika vesica fellea sedang kosong. Sel-sel
epitelnya kaya akan mitokondria. Semua sel ini mampu menyekresi sejumlah kecil mukus.
Kelenjar mukosa tubuloasinar dekat dengan duktus sistikus berperan pada produksi sebagian
besar mukus yang terdapat dalam empedu. Fungsi utama vesica fellea adalah penyimpanan
empedu, pemekatan empedu, dan melepaskan empedu ke dalam saluran cerna (Indratni, 2004;
Junqueira, 2007).

FISOLOGIS
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50
ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Padamanusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak , bukan karena enzim dalam empedu yang
menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam empedu dalam empedu melakukan dua
hal :
a.Asam empedu membantu mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar dalam makanan
menjadi banyak partikel kecil, permukaan partikel tersebut dapat diserang oleh enzim lipase
yang disekresikan dalam getah pancreas.
b. Asam empedu membantu absorbs produk akhir lemak yang telah dicerna melalui
membran mukosa intestinal.
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

4.5PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah.
Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum sampai limpa. Pankreas
dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga
abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang lambung
dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri
dan menyentuh limpa.

Fungsi pankreas adalah :


1. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk getah
pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
2. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompok-kelompok kecil sel
epitelium yang jelas terpisah dan nyata.
3. Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi gula otot (Pearce, 1999).

HISTOLOGI

Pankreas adalah suatu kelenjar eksokrin dan endokrin yang memanjang berbentuk seperti pistol
membentang dari lengkung duodenum hingga lien menyilang transversal dinding posterior
abdomen. Pankreas memiliki dua saluran yaitu duktus pankreatikus wirsungi dan duktus
pankreatikus asesorius. Duktus pankreatikus wirsungi bermuara pada papilla duodeni mayor
bersama duktus choledocus. Sedangkan duktus pankreatikus asesorius bermuara di papilla
duodeni minor (Indratni, 2004).
Pankreas berfungsi penting dalam membentuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
karena mengeluarkan: (1) succus pankreaticus (getah pankreas) yang mengandung berbagai
enzyme yang setelah mencapai duodenum akan mampu mencernakan protein, lemak dan
karbohidrat; (2) hormon insulin dan glukagon (Indratni, 2004).
Pankreas merupakan kelenjar dengan fungsi endokrin dan eksokrin. Fungsi endokrin
dijalankan oleh pulau langerhans. Bagian eksokrin pankreas adalah kelenjar asinar kompleks
yang serupa dengan struktur kelenjar parotis.  Namun dapat dibedakan karena tidak ada duktus
striata dan ada pulau langerhans pada pankreas. Inti, yang dikelilingi sitoplasma pucat, terletak
di sel sentroasinar yang merupakan bagian intra-asinar di duktus interkalaris. Sel-sel ini hanya
dijumpai di asinus pankreas. Asinus eksokrin pankreas terdiri atas beberapa sel serosa yang
mengelilingi lumen. Sel-sel ini sangat terpolarisasi, dengan inti bulat dan khas untuk penghasil
protein. Pankreas ditutupi suatu simpai jaringan ikat tipis yang menjulurkan septa ke dalamnya,
dan memisahkan lobulus pankreas (Junqueira, 2007).

FISIOLOGIS
Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke
dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh
dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Sekresi pankreas mengandung banyak enzim untuk mencerna tiga jenis makanan utama :
protein, karbohidrat, dan lemak. Enzim-enzim pancreas yang paling penting untuk mencerna
protein adalah tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase. Tripsin dan kimotripsin
memisahkan seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi peptide berbagai ukuran tetapi
tidak menyebabkan pelepasan asam-asam amino bentuk tunggal. Namun 
karboksipolipeptidase ternyata memecah beberapa peptide menjadi asam-asam amino bentuk
tunggal, sehingga menyelesaikan pencernaan beberapa protein menjadi bentuk asam amino.
Enzim pancreas untuk mencerna karbohidrat adalah amilase pankreas, yang akan
menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali selulosa) untuk
membentuk sebagian besar disakarida dan beberapa trisakarida.
  Enzim pancreas untuk mencerna lemak adalah
1. lipase pancreas, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan
monogliserida.
2. Kolesterol  esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol.
3. Fosfolipase, yang memecah asam lemak dari fosfolipid.

4.6GINJAL
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah kanan
dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari
ketinggian vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari
kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7½
centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus
yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra. 

Fungsi ginjal adalah :


a. Mengatur keseimbangan air. 
b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah. 
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. (Pearce, 1999) 
HISTOLOGI

Struktur histologi ginjal:


A. Sinus renalis
Disusun atas :
1. Pelvis renal, dibentuk oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas
ureter yang melebar.
2. Arteri, vena dan nervus.
3. Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif.
B. Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar ) dan Medulla (dalam).
Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga disebut piramid medula hingga
ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk suatu kolum disebut
Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak
merah yang kecil (petikhie) yang sebenarnya merupakan kumpulan vaskuler khusus yang
terpotong, kumpulan ini dinamakan renal korpuskle atau badan malphigi.
C. Kortek ginjal terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus konvulatus proksimalis,
tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medula dijumpai sebagian besar nefron
pada bagian loop of Henle’s dan tubulus kolektivus. Setiap ginjal mempunyai satu sampai
empat juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang disebut nefron.
D. Renal Korpuskula
Renal korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan glomerulus yang dikelilingi oleh
kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut : Kapsula Bowman.
E. Dinding sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan yang disebelah luar disebut
lapisan pariental, yakni menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding kapiler.
Korpuskula renalis mempunyai katup vaskular dimana darah masuk ke arteriole aferent dan
keluar melalui arteriole aferent.
F. Tubulus Konvulatus Prokimalis
Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut dengan jarak satu dengan yang
lainnya 0.03 . Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang
kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai
mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2 Struktur ini merupakan segmen berkelok-
kelok, yang bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter
57-60 Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.

G. Loop of Henle’s
Loop of Henle’s .banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai 15  Loop
of henle’s . panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden mempunyai lumen yang agak besar
dengan panjang 9 mm dengan diameter 30 berbentuk seperti huruf “U” yang mempunyai
segmen tebal dan diikuti oleh segmen tipis. Pada bagian desenden mempunyai lumen yang
kecil dengan diameter 12
Epithel dari Loop of Henle’s merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus sampai
squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi bisa juga
terjadi di daerah atas dari Loop of Henle’s.
H. Tubulus Konvulatus Distalis
Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Konvulatus proksimalis antara lain : Sel
epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat
yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus distalis : Sel epithel lebih
kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada
potongan melintang sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan
dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent
dan eferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama
dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola
aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap
ini disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.
I. Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah
sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula
dense yang dekat dengan arteriola aferent mengandung sel juksta glomerulus yaitu sel yang
mempunyai bentuk epitheloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi
dari otot polos. Sel ini yang nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah
hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media
dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.
J. Tubulus kolektivus
panjangnya mencapai 30-38 mm. dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel kubis
selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk
silindris dengan diameter 200 Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian
tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus
bagian depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40.

FISIOLOGI

Filtrasi glomerular

Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeable terhadap protein plasma yang lebih
besar dan cukup permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam
amino, glukosa dan sisa nitrogen. Kapiler glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah (90
mmHg vs 10-30 mmHg). Kenaikan ini terjadi karena arteriole aferen yang mengarah ke kapiler
glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan daripada
kapiler yang lain. Secara proporsional arteriole aferen lebih besar diameternya dari arteriole
eferen. Berliter-liter darah didorong keruang yang lebih kecil , mendorong air dan partikel kecil
terlarut dari plasma masuk kedalam kapsula Bowman’s. Tekanan darah terhadap dinding
pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuk kedalam kapsula Bowman’s
disebut filtrasi glomerulus dan materi yang masuk kedalam kapsula Bowman’s disebut filtrat.
Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi : TH dan tekanan osmotik (TO) dari filtrat dalam
kapsula Bowman’s dan TO plasma. Tekanan osmotik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh air
(pelarut lain) pada membran semipermeable sebagai usaha untuk menembus membran kedalam
area yang mengandung lebih banyak molekul yang tidak dapat melewati membran
semipermeable.

Proses pembentukan urin

Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada kapsula bowmens berfungsi untuk
menampung hasil filtrasi dari glomerulus.

Pada tubulus ginjal akan erjadi penyerapan kembali dari zat-zat yang sudah disaring pada
glomelurus, sisa cairan akan diteruskan ke ginjal kemudian ke ureter.

Terdapat 3 tahap pembentukan urin :

1. Proses filtrasi
Terjadi diglomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan
aferent lebih besar dari permukaan eferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian
yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh
kapsula bowmen’s yang terdiri dari glukosa, air, sodium,klorida, sulfat, bikarbonat dll
kemudian diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerpan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa
ion bikarbonat, prosesnya terjadi di tubulus proximal. Penyerapan terjadi secara aktif dikenal
dengan reabsorpsi fakultatif
3. Proses sekresi
Sisa penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke ginjal kemudian dialirkan
keluar

4.7LIMPA
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus ventrikuli dan
diafragma. 

Fungsi limpa adalah : 


a.Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit. 
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk homoglobin dan zat besi
bebas. 

Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 

a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis. 


b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior 

HISTOLOGI

Lien dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang melanjutkan diri sebagai trabecula.
Capsula akan menebal di daerah hilus yang berhubungan dengan peritoneum. Dari capsula
melanjutkan serabut retikuler halus ke tengah organ yang akan membentuk anyaman. Pada
sediaan terlihat adanya daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7 mm, daerah tersebut
dinamakan pulpa alba yang tersebar pada daerah yang berwarna merah tua yang dinamakan
pulpa ruba.

a) Pulpa alba
Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas jaringan limfoid difus
dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid periarterial (periarterial limfoid
sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti
arteri sampai bercabang-cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa
tempat selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal center merupakan
jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit Tdan germinal center
mengandung limfosit B. Struktur PALS terdiri dari anyaman longgar serabut retkuler dan sel
retikuler. Di tengah pulpa alba terdapat arteri sentralis . dalam celah-celah anyaman terdapat
limfosit kecil dan sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya rangsangan antigen
di daerah PALS banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda banyak sekali.
b) Pulpa rubra
Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur sebagai sinus
renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic cords of Billroth. Warna
merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang mengisi sinus venosus dan jaringan
diantaranya.
Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis sel dalam darah
dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan mudah ditemukan sebagai
sel besar dengan sitoplasma yag kadang-kadang mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit
atau pigmen. Bagian tepi pulpa alba terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-
100 mikron, daerah ini dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil.
Zona marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga merupakan
tempat hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan parenkim lien.
Capsula dan Trabecula Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel
otot polos dan anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai bagian
peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang membawa arteri, vena dan pembuluh
limfe. Trabecua mengandung lebih banyak serabut elastis dan beberapa serabut sel otot polos.
Arteri
Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti trabecula dan tiap kali bercabang
menjadi makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri muskuler dengan tunika
adventitia yang longgar dalam jaringan pengikat padat trabecula. Setelah mencapai diameter
0,2 mm, arteri tersebut mennggalkan trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan
limfoid hingga menjadi arteri sentralis.
Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi disertai selapis atau
dua lapis otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-cabang dan makin kecil. Pada
diameter 40-50 mikron, selubung limfoid menipis dan bercabang menjadi 2-6 pembuluh
sebagai arteria penicillus atau arteria pulpa rubra. Pada waktu masuk pulpa rubra, arteri
penicillus bercabang menjadi 2-3 kapiler dengan dinding yang menebal yag disebut selubung
Schweiger Seidel. Kapilernya disebut sheated capillary.
Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:
1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.
2. Sheated capillary, tanpa otot polos
3. Terminal arterial capilarry
Sinus Venosus dan Vena Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali
terdapat di sekeliling pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus
sebab lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya terdiri atas endotil dan
lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam filament yang tersusun sejajar sumbu
panjang dan tidak terdapat intercellular junction. Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus
venosus akan mengalirkan darah ke vena pulpa yang menpunyai dinding terdiri atas endotil
memanjang, lamina basalis dan selapis tipis otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke
vena trabecula yang akan berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.

FISIOLOGI

Limpa adalah organ pertahanan utama ketika tubuh terinvasi oleh bakteri melalui darah dan
tubuh belum atau sedikit memiliki anti bodi. Kemampuan ini akibat adanya mikrosirkulasiyang
unik pada limpa. Sirkulasi ini memungkinkan aliran yang lambat sehingga limpa punyawaktu
untuk memfagosit bakteri, sekalipun opsonisasinya buruk. Antigen partikulat
dibersihkandengan cara yang mirip oleh efek filter ini Dan antigen ini merangsang respon anti
bodi lg M dicentrum germinale. Sel darah merah juga dieliminasi dengan cara yang sama saat
melewati limpa.
Pada usia 5-8 bulan, limpa berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sel
darah putih. Fungsi ini akan hilang pada masa dewasa. Namun limpa mempunyai peranpenting
dalam memproduksi sel darah merah jika hematopoiesis dalam sumsum tulangmengalami
gangguan seperti pada gangguan hematologi. Secara umum fungsi limpa di bagimenjadi 2
yaitu:1. Fungsi Filtrasi (Fagositosis)Lien berfungsi untuk membuang sel darah merah yang
sudah tua atau sel darah merah yangrusak misalnya sel darah merah yang mengalami gangguan
morfologi seperti pada spherosit dansicled cells, serta membuang bakteri yang terdapat dalam
sirkulasi. Setiap hari limpa akanmembuang sekitar 20 ml sel darah merah yang sudah tua.selain
itu sel-sel yang sudah terikatpada Ig G pada permukaan akan di buang oleh monosit. Limpa
juga akan membuang sel darahputih yang abnormal, platelet, dan sel-sel debris.2. Fungsi
ImunologiLimpa termasuk dalam bagian dari sistem limfiod perifer mengandung limfosit T
matur danlimfosit B.
GEJALA KLINIS
ANAMNESIS:
Identitas Pasien
Nama : William
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 12 bulan
Alamat : Jagir Surabaya

Keluhan Utama (KU): Perut Buncit


Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):
1. Perut buncit sejak 6 bulan sebelumnya
2. Buang air besar 2 – 3 kali seminggu, kadang-kadang seminggu tidak buang air besar
3. Anak tampak kurus dan tidak nafsu makan dan minum sejak usia 6 bulan
4. Badan sering sumer, kadang panas
5. Tidak ada muntah
6. Buang air kecil terkadang berwarna merah
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):
Waktu hamil tidak ada keluhan, hanya mual pada trisemester I
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
1. Keluarga tidak pernah sakit seperti ini
2. Pasien anak pertama dari pasangan suami istri ini
Riwayat Penyakit Sosial dan Kebiasaan:
Pasien tinggal di lingkungan kumuh

4.8 PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT

Keadaan umum : anak tampak lemah, compos mentis

Vital sign : Tensi: 140/100 mmHg


Nadi : 100x/menit
Suhu : 38,5⁰ C
RR : 30x/menit
a/i/c/d : +/-/-/-

pembesaran KGB : -/-

Thorax : Tidak ada kelainan


Cor : S1/S2 tunggal, bising atau murmur (-)
Pulmo : Vesicular, Rh (-/-), Wh (-/-)

Abdomen :
1. Dispended
2. Meteorismus (-)
3. Bising Usus : Normal
4. Hepar/lien : Tidak teraba
5. Ginjal : Teraba pembesaran pada ren dextra

Ekstremitas :
Akral hangat, edema (-)

4.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT

Histo PA : tampak blastem, glumeruli abortif, dan tubuli abortif

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dianjurkan kepada pasien:


1. USG perut
2. CT scan
3. Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada )
4. Pemeriksaan darah lengkap
5. Biopsi
6. Pielogram intravena
7.  Urinalisis (pemeriksaan air kemih,bisa menunjukan adanya darah atau protein dalam air
kemih)
BAB V
HIPOTESIS AWAL

Beberapa hipotesis awal yang ditemukan, yaitu:


1. Tumor Wilms
2. Hirschsprung
3. Cacingan
4. Gizi Buruk
BAB VI

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. GEJALA KLINIS
1. Tumor Wilms

Biasanya pasien dibawa ke dokter oleh orang tuanya karena diketahui perutnya membuncit,
ada benjolan diperut sebelah atas, nyeri perut yang timbul jika invasi tumor menembus ginjal,
atau diketahui kencing berdarah yang terjadi karena invasi tumor yang menembus sistem
pelveokalises. Pada pemeriksaan kadang-kadang didapatkan hipertensi, demam yang terjadi
sebagai reaksi anafilaksis tubuh terhadap protein tumor, massa padat pada perut yang kadang-
kadang sulit digerakkan. Gejala lain yang dapat ditemukan pada anak dengan kelainan
kongenital, seperti aniridia, hemihipertrofi.

Gejala dari wilms tumor ini adalah:

a) Perut membesar ( adanya massa abdomen )


b) Nyeri abdomen
c) Demam
d) Malaise ( lemas / merasa tidak enak badan )
e) Nafsu makan berkurang
f)Mual dan muntah
g) Sembelit
h) Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh ( hemihipertrofi )
2. Hirschprung

Gejala klinis penyakit Hirschsprung yang khas pada neonatus aterm adanya keterlambatan
mekonium lebih dari 48 jam pertama, konstipasi, distensi abdomen, muntah berwarna hijau,
poor feeding, seperti tanda-tanda obstruksi usus setinggi ileum atau lebih distal.

Gejala umumnya berupa gangguan defekasi, yang dapat mulai timbul 24 jam pertama setelah
lahir. Dapat pula timbul pada umur beberapa minggu atau baru menarik perhatian orangtuanya
setelah umur beberapa bulan.
Pada 99% bayi cukup bulan mekonium keluar dalam 48 jam pertama. Penyakit Hirschsprung
harus dicurigai pada setiap pasien cukup bulan yang mengalami keterlambatan pengeluaran
mekonium. Walaupun pada beberapa bayi dapat mengeluarkan mekonium secara normal,
namun akan pada akhirnya akan berlanjut menjadi konstipasi kronik. Mekonium normal
berwarna hitam kehijauan, sedikit lengket, dan dalam jumlah cukup. Gejala lain pada neonatus
lainnya seperti konstipasi yang diikuti diare berlebih yang sering terindifikasikan sebagai
enterokolitis, abdomen yang menegang, dan kegagalan perkembangan.

Distensi abdomen merupakan gejala penting lainnya. Distensi abdomen merupakan manifestasi
obstruksi usus letak rendah dan dapat disebabkan oleh kelainan lain. Tanda-tanda edema,
bercak-bercak kemerahan khususnya di sekitar umbilicus, punggung, dan di sekitar genitalia
ditemukan bila terdapat komplikasi peritonitis. Gambaran abdomen tersebut ini mirip dengan
gambaran abdomen pada penyakit lain seperti enterokolitis nekrotikans neonatal, atresia ileum
dengan komplikasi perforasi, peritonitis intrauterin, dan lain-lain.

Muntah yang berwarna hijau sering terjadi pada penyakit Hirschsprung. Karena disebabkan
oleh obstruksi usus, yang dapat terjadi pula pada gangguan pasase usus, seperti pada atresia
ileum, enterokolitis nekrotikans neonatal, atau peritonitis intrauterine. Penyakit Hirschsprung
dengan komplikasi enterokolitis menampilkan distensi abdomen disertai diare berupa feses cair
bercampur mucus dan berbau busuk, dengan atau tanpa darah dan umumnya berwarna
kecoklatan.

Trias klasik gambaran klinis pada neonatus adalah mekonium keluar terlambat, yaitu lebih dari
24 jam pertama, muntah hijau, dan perut membuncit seluruhnya. Pada pemeriksaan colok
dubur terasa ujung jari terjepit lumen rektum yang sempit

3. CACINGAN
1. Cacing gelang
Pada mereka yang terinfeksi cacing gelang (Askariasis), gejala yang paling menonjol rasa tidak
enak di perut, kolik akut pada daerah perut bagian atas, gangguan selera makan dan menceret.
Pada keadaan infeksi yang berat dapat menimbulkan muntah cacing yang dapat mengakibatkan
komplikasi penyumbatan saluran nafas. Selain itu dapat juga terjadi ileus oleh karena adanya
sumbatan oleh masa cacing (bolus cacing) dimana anak harus menjalani operasi untuk
mengeluarkan bolus cacing tersebut. Cacing gelang dewasa bisa bermigrasi kemana mana,
bisa masuk ke dalam lumen usus buntu yang menimbulkan gejala spt apendisitis, bisa juga
masuk ke saluran empedu bahkan sampai ke hati.Infeksi yang kronis mengakibatkan anak
pertumbuhan fisik dan mentalnya akan terganggu.
2. Cacing Cambuk
Infeksi cacing cambuk (Trichuriaris) menimbulkan gejala, seperti, anak menjadi gugup, susah
tidur, nafsu makan menurun, nyeri perut bagian atas, muntah, sembelit, perut kembung dan
buang angin.
Pada infeksi yang berat dijumpai menceret berdarah, nyeri perut, tenesmus (mulas), nafsu
makan yg menurun, anemia dan penurunan berat badan. Infeksi cacing ini sering juga
dihubungkan dengan terjadinya kolitis dan sindrom disentri. Pada infeksi yang sangat berat
dapat mengakibatkan terjadinya prolaps rekti (usus bagian akhir yg keluar lewat dubur).
3. Cacing Tambang
Infeksi cacing tambang (Ankilostomiasis) akibat dari cacing yg melekat pada mukosa usus dpt
menimbulkan gangguan pencernaan spt nafsu makan yg menurun, mual, muntah, diare,
penurunan berat badan, nyeri di daerah usus halus. Pada infeksi yg sudah berlangsung lama
dapat terjadi anemia dan anemia berat sampai menimbulkan gagal jantung.
4. Cacing Kremi
Infeksi cacing kremi (Oxyuriasis) menimbulkan gejala antara lain : anak menjadi penggugup,
susah tidur (tidur tdk pulas), mimpi yang menakutkan (nightmare). Hal yg menonjol pada
infeksi cacing ini adalah rasa gatal di sekitar anus, anak menggaruk kulit di sekitar anus sampai
lecet yang dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri.

4. GIZI BURUK

Ada 3 macam:

1. Kwasiorkor

- Edema

- Wajah membulat dan sembab

- Pandangan mata sayu


- Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit,rontok

- Perubahan status mental: apatis & rewel

- Pembesaran hati

- Otot mengecil (hipotrofi)

- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

- Sering disertai: peny. infeksi (umumnya akut), anemia, dan diare

Edema

- Minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema

- Derajat edema:

+ Pada tangan & kaki

++ Tungkai & lengan

+++ Seluruh tubuh (wajah & perut)

Derajat edema utk menentukan jumlah cairan yang diberikan

2. Marasmus

TANDA DAN GEJALA :

- Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Cengeng, rewel

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

(~pakai celana longgar-baggy pants)


- Perut umumnya cekung

- Iga gambang

- Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tumor Wilms
2. Inspeksi
3. Palpasi
4. Perkusi
5. Auskultasi

2. Hirschprung

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan abdomen yang membuncit,
kembung, dan tampak pergerakan usus. Bila telah terdapat komplikasi peritonitis akan
ditemukan tanda-tanda edema dan bercak-bercak kemerahan, khususnya disekitar umbilikus,
punggung, dan disekitar genitalia.

3. Cacingan

Stadium larva : Ground itch dan penyakit wakana dengan gejala mual, muntah, iritasi faring,
batuk, sakit leher, dan serak 2. Stadium dewasa Anemia hipokrom mikrositer Eosinofilia Daya
tahan tubuh berkurang Prestasi kerja menurun

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Tumor Wilms

Pemeriksaan urinalisis dan sitologi urin sebaiknya dilakukan untuk menemukan sisa-sisa sel
tumor yang ikut dalam urin. Pemeriksaan ureum kreatinin dilakukan untuk mengetahui apakah
fungsi ginjal masih baik.
Pemeriksaan rontgen dengan IVP ginjal, tumor Wilm menunjukkan adanya distorsi sistem
pelvikalis atau mungkin didapatkan ginjal non visualized (apabila tumor sudah meluas),
sedangkan pada neuroblastoma terjadi pendesakan sistem kaliks ginjal ke kaudo-lateral.

Pencitraan ginjal dapat dilakukan dengan ultrasonografi yang dapat menemukan tumor padat
pada ginjal, yang pada anak kemungkinan paling besar tumor Wilms. Pielogram intravena juga
dapat menunjukkan perubahan bayangan ginjal dan gambaran pelviokaliks dan sekaligus
memberi kesan mengenai faal ginjal. CT scan dapat memberi gambaran pembesaran ginjal dan
sekaligus menunjukkan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitar.
Pemeriksaan untuk mencari metastasis biasanya dengan foto toraks dan CT scan otak.

Pemeriksaan MRI tidak menambah banyak keterangan untuk tumor Wilms. Pemeriksaan
penunjang lain ialah biopsi jarum yang hanya dibenarkan apabila tumor sangat besar sehingga
diperkirakan akan sukar untuk mengangkat seluruh tumor. Pungsi dilakukan sekadar untuk
mendapatkan sediaan patologik untuk kepastian diagnosis dan menentukan radiasi atau terapi
sitostatika prabedah untuk mengecilkan tumor

- Utrasound Abdominal

Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen terdapat massa padat pada perut (retroperitoneal)
sebelah atas.

- CT scan

CT scan dapat memberikan gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan


pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitarnya.

- MRI

- PIV

- Foto toraks

Karena tingginya insiden metastase tumor ke paru, maka setiap pasien dengan tumor Wilms
harus dilakukan pemeriksaan foto toraks.

- Pemeriksaan darah dan urin


Untuk menilai fungsi ginjal dan hati

- Biopsi

Dilakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan mikroskopik. Biopsi tumor ini
untuk mengevaluasi sel, extent of disease dan diagnosis.

Sedangkan Diagnosa Bandingnya adalah :

1. Hidronefrosis / kista ginjal yang keduanya merupakan massa yang mempunyai konsistensi
kistus

2. Neuroblastoma, biasanya keadaan pasien lebih buruk dan pada pemeriksaan laboratorium
kadar VMA (Vanyl Mandelic Acid) dalam urin mengalami peningkatan. Pada pemeriksaan
PIV terjadi pendesakan sistem kalises ginjal ke kaudal – lateral.

3. Teratoma retroperitoneum

2. Hirschprung

Pemeriksaan Laboratorium

 Kimia Darah : Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal biasanya dalam
batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini
dapat membantu mengarahkan pada penatalaksanaan cairan dan elektrolit.
 Darah Rutin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan platelet
preoperatif.
 Profil Koagulasi : Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada gangguan
pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Polos Abdomen dapat menunjukkan adanya loop usus yang distensi dengan adanya
udara dalam rectum
2. Barium enema. Jangan membersihkan kolon bagian distal dengan enema sebelum
memasukkan kontras enema karena hal ini akan mengaburkan gambar pada daerah zona
transisi. Kateter diletakkan didalam anus, tanpa mengembangkan balon, untuk menghindari
kaburnya zona transisi dan beresiko terjadinya perforasi. Foto segera diambil setelah injeksi
kontras, dan diambil lagi 24 jam kemudian. Colon bagian distal yang menyempit dengan
bagian proksimal yang mengalami dilatasi merupakan gambaran klasik penyakit Hirschsprung.
Akan tetapi temuan radiologis pada neonatus lebih sulit diinterpretasi dan sering kali gagal
memperlihatkan zona transisi. Gambaran radiologis lainnya yang mengarah pada penyakit
Hirschsprung adalah adanya retensi kontras lebih dari 24 jam setelah barium enema dilakukan
3. Manometri anorektal. Manometri anorektal mendeteksi refleks relaksasi dari internal
sphincter setelah distensi lumen rektal. Refleks inhibitorik normal ini diperkirakan tidak
ditemukan pada pasien penyakit Hirschsprung. Swenson pertama kai menggunakan
pemeriksaan ini. Pada tahun 1960, dilakukan perbaikan akan tetapi kurang disukai karena
memiliki banyak keterbatasan. Hasil positif palsu yang telah dilaporkan mencapai 62% kasus,
dan negatif palsu dilaporkan sebanyak 24% dari kasus.
4. Biopsi Rektal. Diagnosa definitif Hirschsprung adalah dengan biopsi rektal, yaitu penemuan
ketidakberaadan sel ganglion. Metode definitif untuk mengambil jaringan yang akan diperiksa
adalah dengan biopsi rektal full-thickness. Spesimen yang harus diambil minimal berjarak 1,5
cm diatas garis dentata karena aganglionosis biasanya ditemukan pada tingkat tersebut. Simple
suction rectal biopsy. Lebih terkini, simple suction rectal biopsy telah digunakan sebagai
teknik mengambil jaringan untuk pemeriksaan histologis. Mukosa dan submukosa rektal
disedot melalui mesin dan suatu pisau silinder khusus memotong jaringan yang diinginkan.
Keunggulan pemeriksaan ini adalah dapat dengan mudah dilakukan diatas tempat tidur pasien.
Akan tetapi, menegakkan diagnosis penyakit Hirschsprung secara patologis dari sampel yang
diambil dengan simple suction rectal biopsy lebih sulit dibandingkan pada jaringan yang
diambil dengan teknik full-thickness biopsy. Kemudahan mendiagnosis telah diperbaharui
dengan penggunaan pewarnaan asetilkolinesterase, yang secara cepat mewarnai serat saraf
yang hypertrophy sepanjang lamina propria dan muscularis propria pada jaringan.

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada HD. Pada foto polos
abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk
membedakan usus halus dan usus besar. Pemeriksaan yang merupakan standar dalam
menegakkan diagnosa Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan dijumpai 3 tanda khas.
Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi.
Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi.
Daerah transisi merupakan regio dimana ditandai dengan terjadinya perubahan kaliber dimana
kolon yang berdilatasi normal diatas dan kolon aganglionik yang menyempit dibawah.
Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi.
Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas HD, maka dapat dilanjutkan
dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan
feces. Gambaran khasnya adalah terlihatnya barium yang membaur dengan feces kearah
proksimal kolon. Sedangkan pada penderita yang bukan Hirschsprung namun disertai dengan
obstipasi kronis, maka barium terlihat menggumpal di daerah rektum dan sigmoid

3. CACINGAN
Pemeriksaan tinja dengan pemeriksaan mikroskop Biakan Harada-Mori

4. GIZI BURUK

1. Pemeriksaan Laboratorium
a.Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum,
biakan darah
b. Profil lipid (lipid total, trigliserida, kolesterol, LDL, HDL)
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine
BAB VII

HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Diagnosa nya adalahTumor Wilms berdasarkan dari perjalanan medis dan pemeriksaan fisik
BAB VIII
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

PENATALAKSANAAN
Pada penderita Tumor Wilms biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara
klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral normal,
dilakukan nefrektomi radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-masing jenis ditangani
secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan memberikan kemoterapi atau
terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive mungkin harus di
tunda sampai kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan
memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.

a. Farmakologi
1) Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi. Prinsip dasar
kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi
terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-
32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu.
Jadi tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan
mengecilkan massa tumor sehingga lebih midah direseksi total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu
Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid. Mekanisme kerja obat
tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat
tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker
tidak terjadi.
2) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima hari berturut-turut
dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram.
Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.
3) Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam satu dosis 1,5
mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat
menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu
pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang
menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat
menyebab relaps.
4) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius, diberikan secara
intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal 250
mg/m2. obat ini tidak dapat melewati sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard
bila melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
5) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m 2/hari selama lima hari
berturut-turut.
6) Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m 2/hari secara intravena
dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.

b. Non Farmakologi
1) Pembedahan
keperawatan perioperatif
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat kemoterapi kardiotoksik,
maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi dan di izinkan untuk menjalani operasi.
Mereka perlu menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan status
fungsi jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk menghindari rupture dan pecahnya sel-sel
tumor. Pasien di letakkan dalam posisi telentang dengan sebuah gulungan di bawah sisi yang
terkena. Seluruh abdomen dan dada di bersihkan.
Hasil akhir pada pasien pascaoperatif
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang sesuai dengan lesi.
Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator penting untuk prognosis, karena gambaran
tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yan histologiknya relative baik. Maka memiliki
prognosis baik. Sedangkan anak yang gambaran histologiknya buruk, maka memilii prognosis
buruk. Terapi dibuat sespesifik mungkinuntuk masing-masing anak, karena terapi yang lebih
sedikit menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.

Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneal total tidak perlu
dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada
pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
2) Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat mengganggu
pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu radioterapi
hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis
buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan radioterapi.
Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.

8.2 PRINSIP TINDAKAN MEDIS


Penatalaksanaan pada Tumor Wilms ditujukan untuk mengusahakan penyembuhan dengan
komplikasi dan morbiditas serendah mungkin.
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Prognosis dan kelangsungan jangka panjang pada setiap anak berbeda – beda. Tumor ini
tumbuh dengan cepat dan agresif. Pada waktu didiagnosis telah ditemukan penyebaran dalam
paru. Kombinasi pengobatannya radioterapi, khemoterapi dan pembedahan meningkatkan
secara nyata meningkatkan prognosis penyakit ini. Prognosis buruk menunjukkan gambaran
histologik dengan bagian yang anaplastik, inti yang atipik, hiperdiploidi dan banyak translokasi
kompleks

PENCEGAHAN PENYAKIT

Penyebab dari terjadinya tumor wilms masih belum diketahui secara pasti sebagaimana
penyakit tumor yang lainnya..Keberadaan penyakit tumor wilms atau tumor ginjal pada
seorang anak lebih dikarenakan adanya kelainan pada genetik yang dimiliki oleh penderita.
Biasanya kelainan tersebut erat kaitannya dengan beberapa kelainan yang dimiliki oleh
seseorang sejak lahir seperti, kelainan pada saluran kemih, pembesaran pada sebagian atau
separuh bagian tubuh, dan tidak memiliki iris.

Pencegahan terhadap ancaman penyakit ini adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Mengkonsumsi makanan yang sehat yang dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit tumor
ginjal ini. Untuk kasus tumor terutama pada anak maka perlu di deteksi sedini mungkin.
Semakin cepat mendeteksi adanya keberadaan tumor pada anak maka langkah
penyembuhannya juga akan akan semakin cepat dan pemilihan alternatif terapi untuk tumor
wilms pada anak bisa lebih tepat. Dengan adanya penanganan penyakit tumor atau kanker
sebelum memasuki stadium yang akut maka kemungkinan untuk berhasil bisa mencapai 90%
DAFTAR PUSTAKA

1.http://texbuk.blogspot.com/2011/11/anatomi-fisiologi-rongga-
abdomen_552.html#ixzz34RW9pBzK
2.Lauralee Sherwood. Sistem Pencernaan. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke
Sistem. Jakarta: EGC 2001;541.
3.Dr. R. Mulia Bangun, AAI, Prof. DR. L. Aulia, AAI, dan Prof.  Dr. A. Effendi, AAI.
Abdomen. dr, Simbar Siitepu, AAI. Buku Ajar Anatomi 2  : Kepala, Leher, Thorax, Abdomen,
Pelvis Edisi 4. Medan : Bagian Anatomi FK USU 2006; 22-28.
4.Evelyn Pearce. Saluran Pencernaan dan Pencernaan Makanan. Evelyn Pearce Anatomi Dan
Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia 2006;188-195.
5.Luis Carlos Junqueira, dan José Carnerio. Saluran cerna. Luis Carlos Junqueira, Dan José
Carnerio.  Histologi Dasar : Teks Dan Atlas. Jakarta : EGC 2007;295-306.
6.Mescher AL. Junqueira’s basic histology text & atlas. 13th ed. China: McGraw-Hill; 2013
Tambayong, Jan. 2008. Patofisiologi. Jakarta: EGC
7.Sharer Patrics D, Yudith WA. Neoplasma Ginjal dalam Behrman, Klegman dan Arvin Ilmu
Kesehatan Anak Nelson volume 3 edisi 15. Jakarta : EGC. 2000

8.Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien Dokter : Suatu Pendekatan Holistik. Jakarta:
EGC

9.Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai