KANKER ESOFAGUS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu :
Eliza Zihni, S.Kep.,Ns,M.Kep.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KANKER
ESOFAGUS” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Eliza Zihni, S.Kep.,Ns,M.Kep. pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang kehamilan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Esofagus (tenggorokan) adalah tabung seperti organ setinggi 25cm sampai 30cm,
mengalir dari tenggorokan ke perut. Gullet tidak memiliki fungsi pencernaan, ia terus
menggeliat karena membawa makanan ke perut untuk pencernaan. Tumor ganas di
tenggorokan disebut Kanker Oesophageal.
Kanker esofagus adalah kanker yang menyerang organ esofagus, atau biasa
lebih dikenal sebagai kerongkongan. Kerongkongan adalah tabung berotot yang
melengkung sepanjang kurang lebih 10 inci, dan merupakan saluran bagi makanan
yang masuk dari mulut ke dalam perut. Dalam kanker esofagus, sel kanker ganas
membentuk gumpalan jaringan atau tumor di mucosal lining (lapisan dalam) dari
kerongkongan dan akan tumbuh keluar melalui submukosa, lapisan yang membatasi
kerongkongan dan tenggorokan, dan lapisan otot kerongkongan.
1.2.Rumus Masalah
1. Apa definisi dari penyakit Kanker Esofagus ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Kanker Esofagus ?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Kanker Esofagus ?
4. Bagaimana pathway dari penyakit Kanker Esofagus ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Kanker Esofagus ?
6. Bagaimana komplikasi dari penyakit Kanker Esofagus ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Kanker Esofagus ?
8. Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada penyakit Kanker
Esofagus?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit Kanker Esofagus
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Kanker Esofagus
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Kanker Esofagus
4. Untuk mengetahui gambaran pathway dari penyakit Kanker Esofagus
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Kanker Esofagus
6. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit Kanker Esofagus
7. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dari penyakit Kanker Esofagus
8. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan asuhan keperawata pada
pasien Kanker Esofagus.
1.4.Manfaat
1. Diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu pengetahuan
mengenai penyakit Kanker Esofagus bagi masyarakat luas.
2. Diharapkan dapat menjadi referensi mahasiswa STIKES HUSADA
JOMBANG dalam menyelesaikan tugas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Esopfagus adalah Kerongkongan yang merupakan saluran pencernaan setelah
mulut dan faring, panjangnya ±25 cm dengan posisi mulai dari tengah leher sampai
ujung bawah rongga dada di belakang trakea.(Aceh 2019)
Kanker esophagus adalah suatu keganasan yang terjadi pada esofagus. Kanker ini
pertama kali dideskripsikan pada abad ke-19 dan pada tahun 1913 reseksi pertama kali
sukses dilakukan oleh Frank Torek, pada tahun 1930-an, Oshawa di Jepang dan
Marshall di America Serikat berhasil melakukan pembedahan pertama dengan metode
transtoraks esofagomi dengan rekontruksi (Fisichella, 2009).
Kanker esofagus merupakan keganasan pada saluran cerna dengan insidensi yang
rendah, namun memiliki angka mortalitas yang tinggi. Tatalaksan kanker esofagus
mulai bergeser dari mengurangi gejala menjadi meningkatkan survival. Tatalaksana
yang ada pada saat ini, baik monomodalitas ataupun multimodalitas belum
memberikan hasil yang memuaskan. Radiasi pada kanker esofagus dapat berperan
sebagai terpai kuratif dan paliatif. Terapi kuratif kanker esofagus akan memberikan
hasil yang terbaik jika menggabungkan modalitas bedah, radiasi dan kemoterapi
(Indarti and Sekarutami 2013)
2.2. Etiologi
Penyebab : Penyebab pasti kanker esophagus tidak diketahui, tetapi ada
beberapa factor yang dapat menjadi predisposisi yang diperkirakan
berperan dalam pathogenesis kanker. Predisposisi penyebab kanker
esophagus biasanya berhubungan dengan terpajannya mukosa
esophagus dari agen berbahaya atau stimulus toksik, yang
kemudian menghasilkan terbentuknya dysplasia yang bisa menjadi
karsinoma.
2.3. Epidemiologi
kanker esofagus merupakan karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.
Sekitar tahun 1960an, adenokarsinoma, yang terkait dengan rokok dan alkohol,
mendominasi histologi kanker esofagus. Namun sejak tahun 2006, terjadi perubahan
tren, dimana kesadaran akan bahaya rokok dan alkohol mulai meningkat, sementara
gaya hidup menyebabkan meningkatnya angka obesitas dan penyakit refluks
gastroesofageal (GERD). Hal ini menyebabkan histologi terbanyak dari kanker
esofagus adalah karsinoma sel skuamosa.
2.4.Anatomi
Dalam tatalaksana kanker esofagus, penting untuk diketahui lokasi tumor. Secara
umum, esofagus dibagi menjadi bagian servikal dan torasik. Bagian servikal dimulai
dari m.cricopharyngeus (sekitar setinggi C7 atau 15 cm dari insisor) sampai thoracic
inlet (sekitar setinggi T3 atau 18 cm dari insisor). Sementara bagian torasik berlanjut
sampai sekitar setinggi T10-11. Dari endoskopi, GE junction adalah bagian pertama
kali terlihat lipatan gaster, namun lokasinya lebih akurat dilihat secara histologi, yaitu
junction skuamokolumnar. Titik acuan yang biasa digunakan saat endoskopi adalah
carina (sekitar 25 cm dari insisor) dan G.E junction (sekitar 40 cm dari insisor). Selain
klasifikasi tersebut, AJCC (American Joint Committee on Cancer) membagi esofagus
menjadi 4 bagian, yaitu cervical, upper thoracic, mid-thoracic dan lower thoracic.
2.5.Faktor Resiko
1. Umur
Kanker esophagus lebih mungkin terjadi ketika orang-orang menjadi tua;
kebanyakan orang-orang yang mengembangkan kanker esophagus adalah
berumur diatas 60 tahun.
2. Kelamin
Kanker esophagus lebih umum terjadi pada pria daripada wanita
3. Penggunaan Tembakau
Merokok sigaret-sigaret atau menggunakan tembakau yang tidak berasap adalah satu
dari faktor-faktor risiko utama untuk kanker esophagus.
4. Penggunaan Alkohol
Penggunaan alkohol yang kronis dan/atau berat adalah faktor risiko utama yang lain
terjadinya kanker esophagus.
2.6.Patway
Mukosa
esophagus atau
stimulus toksik
Terbentuknya dysplasia
Menghasilkan karsinoma
Kanker Esofagus
Kerusakan DNA
Sel
Abnormal DNA
Terbentuknya
Benjolan pada Napsu Makan
dinding Esogagus Menurun
Klien bertanya-tanya
tentang penyakit
Kanker Esofagus dan
Lemas malnutrisi, cara pengobatannya
Nyeri Akut lemah,emasiasi
( D.0077 )
Berat Badan
Menurun Defisit
Pengetauan
(D.0111)
Defisit Nutrisi
(D.0019)
2.7.Patofisiologi
Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang
dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi
selatan laut Kaspia disebelah Barat sampai ke Utara Cina.kanker esofagus lebih sering
terjadi pada orang kulit putih. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki beresiko terkena
kanker esophagus 3 hingga 4 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita.Hal ini
terutama dikaitkan dengan tingginya konsumsi alcohol dan rokok pada pria.
Berdasarkan tingkatan usia, usia lebih dari 65 tahun memiliki resiko paling tinggi
untuk menderita kanker esofagus. Sekita 15% penderita di diagnose menderita kanker
esofagus pada usia kurang dari 55 tahun.(Bab and Belakang 2009)
Secara fisiologis jaringan esofagus distratafikasi oleh epitel non keratin skuamosa.
Karsinoma sel skuamosa yang meningkat dari epitel terjadi akibat stimulus iritasi
kronik agen iritan, alcohol, tembakau dan beberapa komponen nitrogen diidentifikasi
sebagai karsinogenik iritan (Fischella, 2009). Penyebab kanker esofagus belum
diketahui secara pasti akan tetapi para peneliti percaya bahwa beberapa factor resiko
seperti merokok dan alcohol, dapat menyebabkan kanker esofagus dengan cara
merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut
menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang
terjadi pada GERD, Barrett’s esophagus dan achalasia dapat memicu terjadinya
kanker.Beberapa factor yang dapat mempertinggi kejadian kanker esofagus
diantaranya merokok, mengkonsumsi alcohol, obesitas, Gastro Esophageal Reflux
Disease (GERD), Barret’s esophagus, diet, achalasia dan bakteri lambung. Biasanya
penyakit ini seringkali ditandai dengan adanya disfagia (sulit menelan), merasakan
benjolan pada tenggorokkan dan nyeri saat menelan, nyeri pada dada, hemoragi
(kehilangan berat badan), dan terlihat kurus.Manifestasi Klinis.(Zamrodah 2016)
Adenomakarsinoma esofagus sering terjadi pada bagian tengah dan bagian bawah
esofagus.Peningkatan abnormal mukosa esofageal sering dihubungkan dengan refluks
gastroesofageal kronik. Metaplasia pada stratifikasi normal epitelium skuamosa
bagian distal akan terjadi dan menghasilkan epitelium glandular yang berisi sel-sel
goblet yang disebut epitel Barret. Perubahan genetic pada epitelium meningkatkan
kondisi dysplasia dan secara progresif membentuk adenokarsinoma pada esofagus
(papineni, 2009). Adanya kanker esofagus bias menghasilkan metastatis ke jaringan
sekitar akibat invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor. Invasi oleh tumor sering
terjadike struktur disekitar mediastinum, invasi ke aorta mengakibatkan pendarahan
massif, invasi ke pericardium terjadi tamponade jantung atau sindrom vena kava
superior, invasi ke serabut saraf mengakibatkan suara serak atau disfagia, invasike
saluran nafas mengakibatkan fistula trakeosofageal dan esofagopulmonal, yang
merupakan komplikasi serius dan progresif mempercepat kematian. Sering terjadi
adalah pneumonia aspirasi yang pada gilirannya yang akan menyebabkan abses paru
dan epiema. Selain itu, juga dapat terjadi gagal nafas yang disebabkan oleh obstruksi
mekanik atau pendarahan akut massif. Pasien sering Nampak malnutrisi,
lemah,emasiasi, dan gangguan system imun yang kemudian akan menyulitkan terapi
(Wang, 2008).
Pemeriksaan Penunjang
Serat endoskopi
Cara ini banyak digunakan untuk melakukan pemeriksaan penyakit
pencernaan (kanker esofagus, kanker lambung, dll).
Pemeriksaan dengan USG
Untuk menentukan kedalaman lesi dalam inflirtasi kerongkongan; untuk
mengukur pembesaran kelenjar getah bening yang abnormal pada dinding
esophagus; penentuan lokasi lepsi pada dinding kerongkongan
Pemeriksaan sinar-X
Dapat menentukan lesi, panjang dan suhu obstruksi, juga bisa menentukan
selsel kanker belum atau sudah menyerang bagian lain.
CT-scan
CT Scan dapat dengan jelas menunjukan hubungan antara esophagus dengan
mediastinum yang berdekatan, tetapi agak sulit mendeteksi dini kanker
esophagus.
PET scan
Peningkatan metabolisme glukosa oleh tumor menjadi dasar mekanisme
diagnostik dengan FDG (fluoro-182-deoxyglucose) – PET. Terdapatnya
peningkatan akumulasi analog glukosa (FDG) dapat menunjukkan penyakit
dalam tahap awal sebelum terjadi perubahan struktural yang abnormal. FDG
PET juga lebih superior dari CT scan dalam evaluasi metastasis jauh.
2.8.Komplikasi
Komplikasi kanker esofagus adalah :
Gangguan/sumbatan
Kanker pada esofagus dapat menyebabkan diameter esofagus mengecil
sehingga makanan dan minuman akan sulit melewati esofagus atau bahkan
terhalang sama sekali.
Nyeri
Kanker esofagus yang sudah mencapai stadium lanjut dapat menyebabkan nyeri
pada pasien.
Perdarahan esophagus
Kanker esofagus dapat menyebabkan perdarahan pada esofagus. Perdarahan
biasanya muncul secara bertahap akan tetapi pada beberapa kasus,
perdarahan dapat muncul secara tiba-tiba.
2.9. Pencegahan
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker esofagus dan
menurunkan risikonya, antara lain:
Membatasi konsumsi alcohol
Berhenti merokok
Memperbanyak konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur dan
buah
Menjaga berat badan yang ideal
2.10. Penatalaksana
Secara umum, kanker esofagus masih dianggap sulit. Penerapan terapi kombinas
(multimodalitas) belum menunjukkan hasil yang memuaskan, terutama dalam
locoregional failure dan angka kesintasan.
Lajumetastasis jauh masih sulit ditekan dengan berbagai pendekatan terapi, dan
dijumpai lebih dari 50% pada follow-up pasien setelah terapi. Kebanyakan pasien,
ditambah dengan status nutrisi yang umumnya menurun, sulit menoleransi terapi
multimodalitas, sementara terapi monomodalitas memiliki angka keberhasilan yang
tidak memuaskan.(A-b and Netiari 2012)
Arah pengobatan kanker esofagus saat ini adalah terapi multimodalitas, sesuai
hasil-hasil studi yang menunjukkan angka keberhasilan lebih baik dibandingkan terapi
monomodalitas. Tatalaksana kanker esofagus, dilakukan berdasarkan stadium, serta
terdiri dari tiga modalitas utama, yaitu pembedahan, kemoterapi dan radioterapi.
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan standar untuk tumor tahap awal. Namun
sekitar 50% reseksi kuratif sulit dilakukan karena ternyata kondisi tumor
intraoperatif lebih ekstensif daripada saat pemeriksaan klinis. Median dari
angka kesintasan pasien dengan tumor yang resectable adalah 11 bulan.
Teknik operasi yang umum dilakukan adalah esofagogastrostomi, atau
esofagektomi dengan gastric pull-up. Laparotomi dapat sekaligus dikerjakan
untuk melihat perluasan di bawah diafragma bila ada kecurigaan ke arah
sana. Pada tumor di daerah servikal, mungkin dilakukan radical neck
dissection sekaligus, terutama bila jenis tumor adalah karsinoma sel
skuamosa.
b. Kemoterapi
Kemoterapi tidak efektif sebagai modalitas tunggal. Penggunaan
kemoterapi cisplatin-based dapat memberikan respons pada 30 – 50%
kasus, namun umumnya bukan respons komplit. Kemoterapi dapat
diberikan bersama dengan radioterapi (kemoradiasi).
Kemoradiasi sebagai terapi definitif menjadi pilihan pada kasus-kasus
yang inoperabel. Terapi ini memberikan local control dan overall survival
yang lebih superior daripada radiasi saja. Suatu studi oleh Eastern
Cooperative Oncology Group (ECOG) membandingkan pemberian radiasi
saja (60 Gy) dengan kemoradiasi (RE 60 Gy bersama dengan 5-FU/
mitomycin- C). hasilnya, angka kesintasan 2 tahun adalah 12% pada
kelompok pasien yang mendapat radiasi saja, dan 30% pada kelompok
pasien yang mendapat kemoradiasi, dengan median survival 14,9 bulan
berbanding 9,0 bulan, masing-masing kelompok.
Kemoradiasi juga dapat diberikan preoperatif pada tumor-tumor yang
dinilai resectable. Pemberian kemoradiasi tidak mempengaruhi angka
kesintasan, namun memperpanjang waktu rekurensi tumor. Sementara
pemberian kemoradiasi postoperatif menunjukkan sedikit penurunan angka
relaps dalam 5 tahun (85% menjadi 70%), terutama pada pasien dengan
N0, namun juga tidak memperbaiki angka kesintasan.
c. Radiasi
Selama ini telah dilaporkan pemberian radiasi secara neoadjuvan dan adjuvan
konkuren dengan kemoterapi, maupun radiasi saja. Untuk mendapat
hasil yang lebih baik, radiasi diberikan berbarengan dengan kemoterapi
(kemoradiasi). Secara garis besar, radiasi yang dapat dilakukan dalam tatalaksana
kanker esofagus adalah radiasi eksterna dan interna (brakiterapi).
1. Radiasi Eksterna
Radiasi dapat diberikan dengan dua teknik, yaitu konvensional
atau 3D-konformal (3D-CRT). Data yang harus ada sebelum
memulai perencanaan radiasi adalah penentuan lokasi tumor (gross
atau tumor bed). Hal ini mempengaruhi teknik yang dipilih serta
penentuan lokasi subklinis serta aliran kelenjar getah bening yang
harus dimasukkan dalam lapangan penyinaran. Prinsip umum dari
radiasi pada kanker esofagus adalah penentuan batas kranial dan
kaudal dari tumor adalah 5 cm dan batas secara radial (sekeliling
tumor) 2 cm, berdasarkan pola drainase limfatik esofagus, dari
lapisan mukosa ke lapisan muscularis propria yang sebagian besar
berbentuk longitudinal.Saat ini, teknik 3D-konformal lebih disukai
karena berdasarkan gambaran CT scan, maka dapat dilihat lebih
jelas ekstensi tumor, keadaan jaringan di sekitarnya maupun ada
atau tidaknya pembesaran kelenjar getah bening. Namun pada
tumor yang terletak di esofagus daerah servikal atau pasca krikoid,
dapat diterapkan teknik konvensional. Batas kranial adalah laring-
faring dan batas bawah adalah subkarina, dengan portal radiasi
opposing lateral atau oblik. Bila KGB supraklavikula dan
mediastinal bagian atas dianggap memerlukan radiasi, maka dapat
diberikan melalui portal anterior- posterior (AP).
Lapangan radiasi untuk tumor yang terletak di 2/3 bawah
esofagus (thoracic) harus mencakup seluruh esofagus bagian
thoracic dan KGB supraklavikula bilateral, dan batas bawahnya
adalah esophagogastric junction. Sementara untuk lesi di 1/3
inferior esofagus, batas bawah harus mencakup celiac plexus. Pada
kasus dengan tumor di tengah atau atas dari esofagus bagian
thoracic, portal radiasi juga harus mencakup aksis KGB celiac,
karena tingkat penyebarannya yang cukup sering ke KGB tersebut.
2. Radiasi Interna/Brakiterapi
Sebagai tambahan dari radiasi eksterna, dapat diberikan
brakiterapi, tentunya dengan pertimbangan bahwa pasien adalah
kandidat yang tepat (tidak ada halangan secara teknis), dan pasien
akan mendapatkan manfaat dari terapi ini. Salah satu panduan yang
ada dan masih digunakan sampai saat ini adalah konsensus yang
dikeluarkan oleh American Brachytherapy Society (ABS).9
Menurut panduan tersebut, brakiterapi pada kanker esofagus
memiliki dua tujuan, yaitu definitif dan paliatif.
Kontraindikasi untuk brakiterapi menurut panduan ini adalah :
Adanya keterlibatan trakeal atau bronkial
Lesi terletak di esofagus bagian servikal
Adanya stenosis
Status performance yang buruk
Pertimbangan lain yang masih kontroversial dalam pemilihan
pasien untuk brakiterapi adalah penilaian terhadap angka harapan
hidup, kebanyakan ahli onkologi radiasi tidak memilih brakiterapi
untuk pasien dengan harapan hidup < 3 bulan.
Brakiterapi dilakukan intrakaviter, dengan teknik HDR dan
umumnya menggunakan Iridium-192. Pasien yang akan menjalani
brakiterapi telah mendapatkan kemoradiasi dengan 5-FU dan
radiasi eksterna sebesar 45 – 50 Gy. Dosis yang dapat diberikan
adalah 10 Gy dalam 2 minggu, yaitu 2 x 5 Gy.(Arsana and Wibawa
2010)
BAB III
b. Leher
Klien dengan kanker esofagus biasanya terdapat
pembengkakan
c. Thorak
1) Paru- paru
Inspeksi : Klien dengan kanker esogagus dadanya simetris
kiri kanan
Palpasi : Pada klien dengan kanker Esofagus saat di
lakukan palpasi tidak teraba massa
Perkusi : Pada klien dengan kanker esofagus saat
diperkusi diatas lapang paru bunyinya abnormal
Auskultasi :Klien dengan kanker esophagus suara
nafasnya abnormal
2) Jantung
Inspeksi : Klien dengan kanker esophagus ictus cordis
tidak terlihat.
Palpasi : Klien dengan kanker esophagus ictus cordis
tidak teraba.
Perkusi : Suara jantung dengan kasus kanker esophagus
berbunyi normal.
Auskultasi : Reguler, adakah bunyi tambahan/tidak.(iya)
d. Abdomen
Inspeksi : Klien dengan kanker Esofagus abdomen tidak
membesar atau menonjol, tidak terdapat luka
operasi tertutup perban.
Auskultasi : Peristaltik normal.
Palpasi : Klien dengan kanker esofagus tidak ada nyeri
tekan.
Perkusi :Klien dengan kanker esophagus suara abdomen
nya normal (Timpani).
e. Ekstermitas
Klien dengan kanker esophagus biasanya ekstremitasnya
dalam keadaan normal.
f. Genitalia
Pada klien dengan kanker esophagus klien tidak ada
mengalami gangguan pada genitalia.
5. Analisa Data
Proses analisa merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian
setelah dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan
mengidentivikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan
yang dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat,
2008:104).
3.1.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia
(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/ potensial) dari individu atau
kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk
mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohmah & Walid, 2012).
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
kanker lidah adalah :
Defisit Nutrisi (D.0019)
berhubungan dengan berhubungan ketidakmampuan mencerna makanan
dibuktikan dengan berat badan menurun
Nyeri Akut ( D.0077 )
berhubungan dengan agen cidera fisik.dibuktikan dengan klien mengeluh
sulit tidur,dan mengeluh nyeri.
Defisit Pengetauan ( D.0111 )
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan bertanya mengenai proses penyakit dan rencana pengobatan.
3.2.Intervensi Keperawatan
3.3.1 Intervensi : Manajemen Nutrisi (1.03119)
Tindakan :
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makanan lewat selang nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
3.3.3 Nyeri Akut (D.0077)
Intervensi : Manajemen Nyeri (1.08238)
Tindakan :
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
penurunan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3.3.4 Defisit Pengetahuan (D.0111)
Intervensi : Edukasi Kesehatan (1.12383)
Tindakan :
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Terapeutik :
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
3.4.Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan atau perwujudan dari
intervensi yang sudah ditetapkan dengan tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan meningkatkan status kesehatannya (Rohmani et al., 2019).
Pembahasan pada tahap ini meliputi pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan intervensi pada
masingmasing diagnosa.
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
dibuktikan dengan berat badan menurun dibawah rentang ideal, nafsu
makan menurun. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan penulis
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya
yaitu Memonitor asupan makanan, memonitor berat badan, memberikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein, memonitor dan mencatat keluhan
mual dan muntah klien.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik.dibuktikan dengan
Iritasi pada dinding Tenggorokan Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya yaitu Observasi adanyatanda nyeri non verbal.
Misalnya ekspresi wajah (gelisah, menangis), mengidentifikasi skala nyeri,
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri, mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan
persepsi yang keliru terhadap masalah. Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya yaitu mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, menyediakan materidan media pendidikan kesehatan,
memberikan kesempatan untuk bertanya, menjelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
3.5.Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan/kegagalan rencana
keperawatandalam memenuhi kebutuhan pasien/memecahkan masalah kesehatan yang
dihadapipasien. Evaluasi ini digunakan sebagai tahapan akhir dari proses
keperawatan, untukmenentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah penulis
susun,apakah tujuan dapat tercapai,tercapai sebagian, atau belum tercapai dengan
meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah
pembahsan evaluasi berdasarkan evaluasi hasil dari masing-masing diagnosa :
1. Evaluasi keperawatan untuk masalah deficit nutrisi yaitu diantaranya :
porsi makanan yang dihabiskan meningkat, kekuatan otot pengunyah dan
menelan meningkat, nyeri abdomen menurun, Berat Badan membaik,
Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik, nafsu makan membaik.
2. Evaluasi keperawatan untuk masalah nyeri akut yaitu diantaranya :
kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat, keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, gelisah menurun, frekuensi nadi membaik.
3. Evaluasi keperawatan untuk masalah defisit pengetahuan yaitu diantaranya :
Perilaku sesuai anjuran meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan
meningkat, pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun, perilaku
membaik.
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
Identitas Klien
Nama : Tn.H
No. RM : 000125..................................
Usia : 57 tahun
Jenis
kelamin : Laki-Laki
Agama : Hindu
Suku : Jawa
Pendidikan : SMK
7. Diagnosa medis :
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT ( ) Tidak Terkaji
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok 6 x sehari 6 5 Tahun
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
- -
E. Riwayat Keluarga :
Keluarga Mengatakan salah satu keluarga klien juga memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan klien
GENOGRAM
F. Riwayat Lingkungan
G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 1
Mandi 0 2
Berpakaian/berdandan 0 2
Toileting 2 2
Mobilitas di tempat tidur 0 1
Berpindah 2 2
Berjalan 0 2
Naik tangga 0 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 =
tidak mampu
BAB:
Rumah Rumah sakit
J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Tidak Terkaji.........
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: Tidak Terkaji .....................................................................
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( ) Normal ( )Bahasa utama:...Bahasa Indonesia.....
( ѵ ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah: ..........Bahasa Jawa......
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut : Tidak Terkaji....................................................................................
b. Pantangan & agama yg dianut : Perbuatan Tercela & Agama Islam
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 (ѵ ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (ѵ ) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti, Tidak Terkaji............................
Paru
Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan.
bunyinya abnormal
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, whezing (-), ronchi (-).
Payudara & Ketiak
Payudara kanan kiri simetris, ketiak tidak bersih, tidak terdapat luka, tidak
terdapat benjolan, dan tidak ada nyeri tekan.
Punggung & Tulang : Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.
Abdomen
I. Inspeksi : Distensi abdomen tidak ada, tidak ada lesi, tidak ada stretch mark.
P.Palpasi : Bising usus normal dengan frekuensi 12 kali / menit..
P.Perkusi : Tidak ada nyeri tekan.
A.aulkutasi : Timpani
Ekstermitas
- Ekstermitas atas :
I : Simetris kiri dan kanan, warna kulit agak gelap, kulit tampak kering, dan terpasang infus
pada tangan sebelah kiri (Ringer Laktat 20 tetes per menit).
P : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur.
- Ekstermitas bawah : -
I : Simetris kiri dan kanan, warna kulit agak gelap, kulit tampak kering, tidak ada oedem.
P : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur
Sistem Neorologi
Tidak Terkaji
Tn.H, 57 tahun beragama Hindu. Klien diantar keluarga ke IGD dengan Mengeluh pada
tenggorokkannya terasa aneh, dan tersedak saat menelan serta tulang dada terasa panas, perih
atau sedikit seperti tertarik serta nafas klien berbau busuk Kemudian pada saat pengkajian
ditemukan iritasi pada tenggorokan klien yang menyebabkan nyeri pada leher.
Perencanaan Pulang
Terbentuknya Benjolan
pada dinding Esogagus
Defisit Nutrisi
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Abnormal DNA
↓
Terbentuknya Benjolan
pada dinding Esogagus
DS: ↓
Nyeri Akut
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
↓
DS:
Defisit Pengetahuan
KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Kolaborasi
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
38
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
39
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A:
Masalah Teratasi
Sebagian
P:
Melanjutkan intervensi
40
(D.0077) - Monitor TTV S:
Nyeri Akut - Observasi
adanya tanda - Klien
nyeri non verbal. mengatakan
Misalnya nyeri yang
ekspresi wajah, dirasakan sudah
gelisah, mulai menurun
menangis - Klien sudah
- Mengidentifikasi mengerti Teknik
skala nyeri non farmakologi
- Mengidentifikasi yang diajarkan
faktor yang untuk mengatasi
memperberat rasa nyeri secara
dan mandiri
memperingan - Klien
nyeri mengatakan
- Menganjurkan - nyeri pada
memonitor nyeri bagian kepala
secara mandiri sudah membaik
- Mengajarkan
teknik O:
nonfarmakologi
untuk - Klien sudah
mengurangi rasa tampak tidak
nyeri meringis dan
gelisah
- Skala nyeri
turun
- Frekuensi nadi
membaik
A:
- Masalah
Teratasi
Sebagian 38
P:
- Melanjutkan
intervensi
41
(D.0111)
1) Mengidentifikasi S:
Defisit Pengetauan Kesiapan Dan
- Ibu klien
Kemampuan mengatakan
Menerima keluhan 47
informasi Lelah dari klien
2) Menyediakan sudah mulai
Materi Dan media berkurang
Pendidikan
Kesehatan O:
3) Memberika
Kesempatan untuk - Klien sudah mulai
Bertanya bisa melakukan
4) Menjelaskan aktivitas secara
Faktor Resiko yang bertahap dan
dapat tingkat kelelahan
Mempengaruhi yang dialami sudah
mulai berkurang
Kesehatan
A:
Masalah Teratasi
Sebagian
P:
Melanjutkan
intervensi
42
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker esofagus merupakan keganasan pada saluran cerna dengan insidensi yang rendah, namun
memiliki angka mortalitas yang tinggi. Tatalaksan kanker esofagus mulai bergeser dari mengurangi
gejala menjadi meningkatkan survival. Tatalaksana yang ada pada saat ini, baik monomodalitas
ataupun multimodalitas belum memberikan hasil yang memuaskan. Radiasi pada kanker esofagus
dapat berperan sebagai terpai kuratif dan paliatif. Terapi kuratif kanker esofagus akan memberikan
hasil yang terbaik jika menggabungkan modalitas bedah, radiasi dan kemoterapiAsidosis metabolik
(meningkatnya kadar asam dalam darah)
4.2 Saran
1. Bagi Masyarakat : Diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan mengenai
penyakit Kanker Esofagus
2. Bagi STIKES HUSADA JOMBANG : Diharapkan dapat menjadi referensibagi
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya : Diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya
agar lebih baik kedepan kedepannya.
43
DAFTAR PUSTAKA
A-b, Oleh Kelompok, and Ni Kadek Netiari. 2012. “Konsep Penyakit Ca Esofagus.”
Aceh, kue tradisional khas. 2019. “No TitleΕΛΕΝΗ.” Αγαη 8(5): 55.
Arsana, I Putu, and I Dewa Nyoman Wibawa. 2010. “Seorang Penderita Dengan Karsinoma Sel Skuamus
Esofagus.” Jurnal Penyakit Dalam 11(1): 48–56.
Bab, I, and A Latar Belakang. 2009. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Esofagus.”
Indarti, Annisa Febi, and Sri Mutya Sekarutami. 2013. “Tatalaksana Radiasi Pada Kanker Esofagus.” Journal of
the Indonesian Radiation Oncology Society 4(2): 70–76.
44
45