MALARIA
KELOMPOK A4
Ketua
1102009102
1102009037
Anggota
: Aqsha Amanda
1102009038
Arani Nadhira
1102009039
1102009093
1102009138
1102009139
1102008039
Iman Sulaiman
1102008121
Julian Pratama
1102008127
Malaria
Pak Mardoni, seorang pegawai Biro Pusat Statistik di Jakarta baru kembali dari melakukan
studi lapangan di Papua selama dua minggu. Dua minggu setelah kembali dari Papua pak Mardoni
di rawat di RS YARSI karena mengalami demam selama seminggu. Demam dirasakan setiap dua
hari sekali dimana setiap kali demam didahului menggigil dan setelah demam berkeringat. Setelah
demam Pak Mardoni dapat pulih seperti biasa. Dokter menduga pak Mardoni menderita malaria.
Setelah melakukan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan pak Mardoni
terinfeksi Plasmodium falciparum. Menjawab pertanyaan dokter tentang obat profilaksis malaria,
Pak Mardoni mengatakan sudah mendapat obat tetapi tidak meminumnya.
Pak Mardoni bertanya apakah keluarganya yang tinggal serumah dapat tertular dari dirinya.
Dokter menjelaskan karena vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles tidak terdapat di Jakarta maka
keluarga pak Mardoni kecil kemungkinan akan tertular malaria dari ayahnya. Dokter kemudian
memberikan penyuluhan/KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang merupakan salah satu
bentuk implementasi strategi kegiatan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria)
yang telah dicanangkan oleh Depkes RI pada tahun 2000.
Epidemiologi
2.5
2.6
Transmisi
Klasifikasi
4.1.2
Farmakodinamik
4.1.3
Farmakokinetik
4.2.1
Tatalaksana
-Berbentus seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konfaks.
-Mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
b).Stadium larva
probosisnya
-Nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada(club form),nyamuk betina ruas
palpusnya mengecil
-Sayap pada bagian pinggir(kosta dan vena I)ditumbuhi sisik sayap yang berkelompok
membentuk gambaran belang-belang hitam putih dan bagian ujung sisk sayap membentuk
lengkung(tumpul)
- Bagian posterior abdomennya sedikit lancip
Daur Hidup
Nyamuk anopheleni mengalami metamorforsis sempurna.telu menetas menjadi larva yang
kemudian melakukan pengelupasan kulit/eksoskelet sebanyak 4 kali;lalu tumbuh menjadi pupa dan
akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina.Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan
sejak telur diletakan sampai menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minnggu,tergantung pada
spesies,makanan yang tersedia dan suhu udara.Tempat perindukan anophelini bermacam-macam
tergantung pada spesies dan dapat dibagi menurut 3 kawasan yaitu kawasan pantai,pedalaman,kaki
gunung dan kawasan gunung.
Dikawasan pantai dengan tanaman bakau di danau pantai atau lagun(lagoon),rawa dan
empang sepanjang pantai,ditemuka anopheles sundaicus.Selain an.sundaicus,dapat juga ditemukan
an.subpitus di tempat perindukan tersebut terutama danau di pantai dan empang.Di kawasan
pedalaman yang ada sawah,rawa,empang,saluran irigasi dan sungai ditemukan
an.aconitus,an.barbirostis,an.farauti,an.bancofti,an.niggerimus dan an.sinensis.Kawasan kaki
gunung dengan perkebunan atau hutan detemukan an.balabacesis,sedangkan di daerah gunung di
temukan an.maculatus.
1.4
Klasifikasi
NO
VEKTOR
An.sundaicus
TEMPAT PERINDUKAN
PERILAKU NYAMUK
LARVA
DEWASA
An. aconitus
An. subpictus
An. barbirostis
5.
6.
7.
8.
An. balanbacensis
An. Letifer
An. farauti
An. punctulatus
9.
10.
An. Lodlowi
Sungai di daerah
pergunungan
An. koliensis
11.
An. nigerrimus
Mengigit
malam
pada
senja-
Tit:
di
(kandang)
luar
rumah
13.
14.
15.
16.
17
1.5
An. sinensis
An. flavirostis
An. karwari
An. Maculatus
pada
senja-
Tit:
di
(kandang)
luar
rumah
An. bancrofti
An. barbumbrosus
Bionomik
Mengigit
malam
Mengigit malam
Tit: di luar rumah (sekitar
kandang)
Zoofilik > antropofilik
Tit: belum jelas
1.6
manusia.
2.2 Kasifikasi
1)plasmodium viva
2)plasmodium ovale
3)plasmodium falciparum
4)plasmodium malariae
2.3 Daur Hidup dan Morfologi
Erythrocytic cycle
Sporogonic cycle
Nyamuk betina menggigit manusia yang terinfeksigametosit terhisapperut tengah
nyamukgametzigot motil (ookinet)menembus dan lepas dari perut tengahmembran
perut luarmenghasilkan sporozoit halus memanjangkelenjar liur nyamuk
Fase praeritrosit
Besar skizon
Jumlah merozoit
6 - 8 hari
45 mikron
10.000
P.falciparum
5 - 7 hari
60 mikron
40.000
P.Malariae
12 - 16 hari
45 mikron
2.000
9 hari
70 mikron
15.000
P.vivax
P.ovale
P.Vivax
P.Ovale
P.malariae
5,5 hari
8 hari
9 hari
10-15 hari
40.000
10.000
15.000
15.000
60 mikron
45 mikron
70 mikron
55 mikron
Daur eritrosit
48 jam
48 jam
50 jam
72 jam
Eritrosit yang
dihinggapi
Muda dan
normosit
Retikulosit dan
normosit
Retikulosot dan
normosit muda
Normosit
(eritrosit tua)
++
Titik-titik
eritrosit
Maurer
schuffner
Schuffner
(james)
Zieman
Pigmen
Hitam
Kuning tengguli
Tengguli tua
Tengguli hitam
8-24
12-18
8-10
10 hari
8-9 hari
12-14 hari
26-28 hari
Daur praeritrosit
Hipnozoit
Jumlah merozoit
hati
Skizon hati
Pembesaran
eritrosit
Jumlah merozoit
eritrosit
Daur dalam
nyamuk pada
270C
Pada plasmodium falciparum: Biasanya tidak berlangsung pada darah tepi (kecuali yang
sudah akut),Eritrosit yang dihinggapinya akan menggumpal dan menyumbat kapiler.
Plasmodium malariae
Daur praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Inokulasi sporozoit
P. malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk Anopheles membuktikan
adanya stadium praeritrosit P. malariae. Parasit ini dapat hidup pada simpanse yang
merupakan hospes reservoir yang potensial.
Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon
matang, merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi, siklus eritrosit aseksual dimulai dengan
periodisitas 72 jam. Stadium trofozoit muda dalam darah tepi tidak banyak berbeda dengan
P. vivax, meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan Giemsa tampak lebih gelap.
Eritrosit yang dihinggapi P. malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel
darah merah dapat tampak titik-titik yang disebut titik Ziemann. Trofozoit yang lebih tua
bila membulat besarnya kira-kira setengah dari eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium
trofozoit dapat melintang sepanjang eritrosit, merupakan bentuk pita, yaitu bentuk yang khas
pada P. malariae. Butir-butir pigmen jumlahnya besar, kasar, dan berwarna gelap. Skizon
muda membagi intinya dan akhirnya terbentuk skizon matang yang mengandung rata-rata 8
merozoit. Skizon matang mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit biasanya
mempunyai susunan yang teratur sehingga merupakan bentuk bunga daisy atau disebut juga
roset.
Derajat parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah daripada malaria yang
disebabkan oleh spesies lain dan parasit count jarang melampaui 10.000 parasit per mm3
darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72 jam biasanya berlangsung sinkron dengan
bentuk-bentuk parasit di dalam darah. Gametosit P. malariae mungkin dibentuk dalam alatalat dalam dan tampak dalam darah tepi bila telah tumbuh sempurna. Makrogametosit
mempunyai sitoplasma berwarna biru tua, berinti kecil, dan padat. Mikrogametosit
mempunyai sitoplasma berwarna biru pucat, berinti difus, dan lebih besar. Pigmen tersebar
pada sitoplasma.
Daur sporogoni dalam nyamuk Anopheles memerlukan waktu rata-rata 2628
hari. Pigmen di dalam ookista berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua, dan tersebar
di tepi.
Plasmodium ovale
Morfologi P. ovale mempunyai persamaan dengan P. malariae tetapi
perubahan pada eritrosit yang dihinggapi parasit mirip dengan P. vivax. Trofozoit muda
berukuran kira-kira 2 mikron atau sepertiga dari eritrosit. Titik-titik Schuffner, disebut juga
titik James, terbentuk sangat dini dan tampak jelas. Stadium trofozoit berbentuk bulat dan
kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P. malariae.
Pada stadium ini, eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong oval dan
pinggir eritrosit bergerigi pada salah satu ujungnya dengan titik-titik Schuffner yang menjadi
lebih banyak.
1. Stadium trofozoit muda (Ring form): -Bentuk cincin (besarnya 1/3 eritrosit)
-eritrosit membesar
-titik Schuffner mulai tampak
2. Stadium trofozoit tua (Mature ring) : -Bentuk ameboid (masih terdapat vakuol)
-Eritrosit membesar
-Titik schuffner jelas
3. Stadium skizon muda (Early schizont) : -inti membelah,jumlah 4-8
-Eritrosit membesar
-Titik schuffner jelas
1. Stadium trofozoit muda (early band form) : -Bentuk cincin (besarnya 1/3 eritrosit)
-Eritrosit tidak membesar
-Sitoplasma lebih tebal,gelap (pulasan giemsa)
2.4 Epidemiologi
PLASMODIUM VIVAX
1. Ditemukan di daerah subtropik (Korea selatan,cina,mediterania,Timur,Turki,dan
sebagainya).
2. Di daerah tropik ditemukan di Asia Timur (Cina,daerah Mekong) dan Selatan (Srilangka dan
India),Indonesia,Filipina serta di wilayah pasifik seperti papua nugini,kepulauan Solomon
dan vanuatu.
3. Afrika jarang ditemukan
4. Di indonesia p.vivax tersebar di seluruh kepulauan dan pada musim kering,umumnya di
daerah endemi mempunyai frekuensi tertinggi di antara spesies lain.
PLASMODIUM MALARIAE
Ditemukan di daerah Tropis dengan frekuensi rendah.Ditemukan pada afrika barat dan
utara,papua barat,NTT,dan sumatra selatan.
PLASMODIUM OVALE
PLASMODIUM FALCIPARUM
Ditemukan di daerah tropik,terutama di afrika dan asia tenggara.Di Indonesia parasit ini
tersebar di seluruh kepulauan.
Plasmodium malariae
Masa inkubasi pada infeksi P. Malariae berlangsung selama 18 hari dan kadangkadang sampai 3040 hari. Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria vivaks.
Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit P. Malariae cenderung
menghinggapi eritrosit yang lebih tua. Kelainan ginjal yang disebabkan oleh P. Malariae
bisa bersifat menahun dan progresif dengan gejala lebih berat dan prognosisnya buruk.
Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat. Anemia kurang jelas daripada malaria vivaks dan
penyulit lain agak jarang. Splenomegali dapat mencapai ukuran yang besar. Parasitemia
asimtomatik tidak jarang dan menjadi masalah pada donor darah untuk transfusi. Nefrosis
pada malaria kuartana sering terdapat pada anak di Afrika dan sangat jarang terjadi pada
orang non-imun yang diinfeksi P. Malariae. Semua stadium parasit aseksual terdapat dalam
peredaran darah tepi pada waktu yang bersamaan, tetapi parasitemia tidak tinggi, kira-kira
1% eritrosit yang diinfeksi. Mekanisme rekurens (relaps jangka panjang) pada malaria
malariae disebabkan oleh parasit dari daur eritrosit yang menjadi banyak; stadium aseksual
daur eritrosit dapat bertahan di dalam badan, dalam beberapa hal parasit-parasit ini
dilindungi oleh pertahanan sistem kekebalan selular dan humoral manusia; ada vektor evasi,
yaitu parasit dapat menghindarkan diri dari pengaruh zat anti dan fagositosis dan di samping
itu bertahannya parasit-parasit ini tergantung pada variasi antigen yang terus menerus
berubah dan dapat menyebabkan relaps.
Plasmodium ovale
Gejala klinis malaria ovale mirip dengan malaria vivaks. Serangannya sama hebat tetapi
penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit sering tetap
berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih
virulen. Parasit ini baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi campur P.
Ovale sering terdapat pada orang yang tinggal di daerah tropik Afrika dengan endemi
malaria.
2.6
Transmisi
Epidemiologi Malaria
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian
selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1.6 triliun manusia terpapar oleh
malaria dengan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa negara
yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat, Canada, negara di eropa (kecuali Russia), Israel,
Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara tersebut terhindar dari
malaria karena vektor kontrolnya yang baik; walaupun demikian banyak dijumpai kasus malaria
yang di import karena pendatang dari negara malaria ataupun penduduknya mengunjungi daerahdaerah malaria.
Plasmodium falciparum dan Plasmodium Malariae umumnya di jumpai pada semua negara
dengan malaria; Afrika, Haiti dan Papua Nugini umunya Plasmodium falciparum; Plasmodium
vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara Oceania dan India
umumnya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium ovale biasanya hanya di
Afrika. Di Indonesia kawasan Timur mulai dati Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara,
Maluku, Irian Jaya dan dari Lombor sampai Nusatenggara Timur serta Timor Timur merupakan
daerah endemis malaria dengan Plasodium falciparum dan Plasmodium vivax. Beberapa daerah di
Sumatra mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus malaria cenderung meningkat.
3.4
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan spleniomegali. Masa
inkubasi berfariasi pada masing masing plasmodium. keluhan prodromal dapat terjadi sebelum
terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, anoreksia, perut tak enak.
Keluhan prodromal sering terjadi pada p.Vivak dan p. Ovale. Gejala yang klasik yaitu terjadinya
trias malaria secara berurutan priode dingin ( 15 60 menit) : mulai menggigil penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan
bergetar dan gigi saling terantuk di ikuti dengan meningkatnya temperatur ; di ikuti dengan priode
panaspenderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetpa tinggi beberapa jam . di ikuti
dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat, pendearita berkeringat banyak dan
temperatur turun, Dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infksi p vivax.
Anemia merupakan gejala yang sering di jumpai pada infeksi malaria
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria ialah :
Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan
paroksismal yang terdiri dari dingin, panas, berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek
atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita.
Periode laten : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya malaria.
Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
Recrudescense : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer. Recrudescense dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah
priode laten dari serangan primer.
Relaps atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu
diantara serangan priodik dari infeksi primer yaitu setelah priode yang lama dari masa laten(sampai
5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit(hati) poada
malaria vivaks atau ovale.
Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita
apakah dari daerah endemik malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riwayat bepergian ke
daerah malaria, riwayat pengobatan kratif maupun preventip.
ICT. Tes sejnis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan
cara immunochromatografic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-20 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum
atau P.vivax. sensitivitas sampai 95% dan hasil positif salah lebih rendah dai tes deteksi
HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (rapid test). Tes ini tersedia dalam
berbagai nama tegantung pabrik pembuatnya.
3. Tes serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1960 dengan memakai tekhnik indirect
flourescent antibody test. Tes ini berrguna untunk mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Manfaat tes serologi
terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200
dianggap sebagai infeksi baru; dan test >1:20 dinyatakan positif. Metode tes serologi yang
lain antara lain, indirect haemagglutination test, immuno-precipitation techniqu, ELISA test,
radio-immunoassay.
4. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai
cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil yang positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
1. Indikator klinik
Komayang berat
Kejang berulang
Deserebrasi
2. Indikator laboratorium
Leukositosis
Hb <5 g/dl
Antitrombin rendah
4.1.2
Obat antimalaria
a. Klorokuin dan turunannya ( klorokuin, amodiakuin, dan hidroksiklokuin)
Farmakodinamik:
Aktivitas antimalaria: hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit.
Efektivitasnya sangat tinggi terhadap plasmodium vivax, plasmodium malariae,
plasmodium ovale, dan terhadap strain plasmodium falciparum yang sensitive
klorokuin. Demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya
negative dalam waktu 48-72 jam.
Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas polymerase heme plasmodia.
Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada plasmodium falciparum yang
melibatkan berbagai mekanisme genetic yang kompleks
Farmakokinetik:
Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan adanya makanan
mempercepat absorbsi ini.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat
dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent.
Metabolisme: berlangsung lambat sekali.
Ekskresi: metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan bisdesitilklorokuin)
diekskresi melalui urine.
Efek samping:
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal.
Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan sakit kepala,
penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran
EKG.
Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat menimbulkan toksisitas
terutama pada system kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan
fungsi miokard, yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.
Kontra indikasi:
Pada pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien dengan gangguan saluran cerna.
Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau preparat yang mengandung emas
karna menyebabkan dermatitis.
Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan meningkatkan resiko
kejang.
Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau halofantrin karna akan
meningkatkan resiko terjadinya aritmia jantung.
b. Pirimetamin
Turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak terasa, tidak larut dalam air,
dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
Farmakodinamik:
Merupakan skizontosid darah yang bekerja lambat.
Waktu paruhnya lebih panjang dibanding proguanil.
Dalam bentuk kombinasi, pirimetamin dan sulfadoksin digunakan secara luas untuk
profilaksis supresi malaria, terutama yang disebabkan oleh strain plasmodium
falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Mekanisme kerja: pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia
yang bekerja dalam rangkainan reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya
menyebabkan gagallnya pembelahan intipada pertumbuhan skizon dalam hati dan
eritrosit.
Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan sinergisme karna keduanya
mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.
Resistensi pada pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan yang berlebihan dan
jangka lama yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen-gen yang menghasilkan
perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas pirimetamin
terhadap enzim dihidrofolat reduktase plasmodia .
Farmakokinetik:
c. Primakuin
Turunan 8-aminokuinolon
Farmakodinamik:
Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah.
Aktifitas antimalaria: dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, karna
bentuk laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh primakuin.
Golongan 8-aminokuinolon memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke4 jenis
plasmodium terutama plasmodium falciparum.
Mekanisme antimalaria: mungkin primakuiin berubah menjadi elektrolit yang
bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti
malaria melalui pembentuka oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi electron
parasit.
Farmakokinetik:
Absorbs: setelah pemberian oral, primakuin segera diabsorbsi.
Distribusi: luas ke jaringan.
Pada pemeriksaan dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam
3jam dan waktu paruh eliminasinya 6 jam.
Metabolism: berlangsung cepat. Metabolism oksidatif primakuin menghasilkan 3
macam metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik,
sehingga metabolit lain memiliki aktivitas hemolitik yang lebih besar dari primakuin.
Ekskresi: hanya sebagian kecil dari dosis yang dberikan yang diekskresi ke urine
dalam bentuk asal.
Efek samping:
Yang paling berat adalah anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami
defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (g6pd).
Dengandesis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan gangguan lambung.
Dosis yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan sianosis.
Kontra indikasi:
Pada pasien sistemik yang berat yang cenderung mengalami granulositopenia
misalnya arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus.
Tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat menimbulkan
hemolisis dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
Tidak diberikan pada wanita hamil.
Tatalaksana
Tatalaksana
1. Malaria vivax
Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan radikal yang ditujukan
terhadap stadium hipnozoit di sel hati dan stadium lain yang berada di eritrosit.
P.vivax yang mulai resisten terhadap klorokuin yang diberikan selam tiga hari disertai
primakuin selama 14 hari. Dengan cara ini, maka primakuin akan bersifat sebagai
skizontisida darah selain membunuh hipnozoit di sel hat. Obat lain yang sebagai alternative
yang dapt ddiberikan adalah attesunat-amodikuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau nonaltemisinin seperti meflokuin dan atovaquone-proguanil.
2. Malaria malariae
Penderita malaria malariae dapat diobati dengan pemberian klorokuin basa yang akan
mengeleminasi semua stadium di sirkulasi darah. P.malariae sensitive terhadap obat
antimalaria baru seperti artemisin dan pironaridin.
3. Malaria falsiparum
Penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi sebaiknya diberikan drug of choice
kombinasi artemisin, misalnya artesunat amodikuin (masing-masing 3 hari) per oral tanpa
menunggu penderita jatuh dalam malaria berat, dosis artesunat adalah 4 mg/kgbb/hari selam
3 hari, sedangkan amodikuin basa 10 mg/kgbb/hari selama 3 hari. Kombinasi artemisin
lainnya adalah artemer-lumefantrine selama 3 hari dan dihidroartemisin-piperakuin selama
2 atau 3 hari. Bila terjadi kegagalan pengobatan dapat diberikan kombinasi kina dan
doksisiklin. Dosis kina adalah 3x10 mg/kgbb/hari dan doksisiklin 100 mg/kgbb/hari, msingmasing selam 7 hari.
Pada penderita malaria falciparum berat dapat diberikan suntikan sodium artesunat
(intramuscular dan intravena) atau artemeter (intramuskular) selama 5-7 hari. Dosisi awal
artesunat 2,4 mg/kgbb i.m diikuti 1,2 mg/kgbb setiap 24 jam, selama 6 hari. Dosis awal
artemeter 3,2 mg/kb i.m. pada hari ke-1, diikuti 1,6 mg/kgbb sampai hari ke-6. Pemberian
lebih lanjut dengan pemberian kombinasi kina dan doksisiklin per oral dapat
dipertimbangkan bila dikuatirkan terjadi rekrundensensi (kekambuhan disebabkan oleh
proliferasi stadium eritrosit). Peningkatan gametosit setelah pemberian artemisinin bukan
merupakan indikasi terjadinya kegagalan pengobatan.