STEP 1
TIU 1. Memahami dan menjelaskan tentang Plasmodium penyebab malaria pada manusia
TIK 1.1 Definisi plasmodium
1.2 Klasifikasi dan morfologi
1.3 Daur hidup
1.4 Epidemiologi
TIU 2. Memahami dan menjelaskan tentang vektor malaria di Indonesia
TIK 2.1 Spesies vektor malaria
2.2 Morfologi
2.3 Faktor yang mempengaruhi penularan
TIU 3. Memahami dan menjelaskan tentang malaria
TIK 3.1 Definisi malaria
3.2 Etiologi
3.3 Patogenesis
3.4 Patofisiologi
3.5 Manifestasi klinik
3.6 Diagnosis dan pemeriksaan
3.7 Diagnosis banding
3.8 Komplikasi
3.9 Pencegahan
3.10 Prognosis
3.11 Epidemiologi malaria
TIU 4. Memahami dan menjelaskan tentang obat anti malaria
TIK 4.1 Farmakologi non-komplikasi
4.2 Farmakologi komplikasi
TIU 5. Memahami strategi dan kegiatan GEBRAK Malaria di Indonesia
TIK 5.1 Definisi
5.2 Strategi dan cara pemberantasan
STEP 2
MANDIRI
STEP 3
1. Memahami dan menjelaskan tentang Plasmodium penyebab malaria pada manusia
1.1 Definisi plasmodium
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus
ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya:
vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti
manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat.
1.2 Klasifikasi dan morfologi
Spesies plasmodium
Plasmodium vivax
Plasmodium falciparum
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale
Plasmodium vivax :
Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak titik
schuffner. Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner jelas. Pada skizon
muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan pigmen kuning
tengguli. Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi kecil, padat berwarna
merah. Pada mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu inti pucat.
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
Gametosit
Skizon
Tropozoit
Granula Scuffners
Plasmodium falciparum :
Trofoid muda (bentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer. Hanya ada
satu parasit dalam sebuah eritrosit. Pada trofozid (multipel) terdapat lebih dari satu parasit
dalam sebuah eritrosit. Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah menggumpal warna
hitam. Skizon matang inti membelah 8-24. Makrogametosit bentuk pisang, agak lonjong,
4
plasma biru, inti padat kecil, pigmen di sekitar inti. Mikrogametosit bentuk sosis, plasma
pucat, merah muda, inti tidak padat, pigmen tersebar.
Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna)
Tropozoit
Bentuk cincin
Skizon
Gametosit
Plasmodium malariae :
stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan plasmodium vivax, meskipun
sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelap. Trofozoid yang lebih tua bila
membulat besarnya setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoid dapat
melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk seperti pita.
Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
Tropozoit
Bentuk pita
Merozoit
Skizon
Plasmodium Ovale :
trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit). titik schufner terbentuk saat dini
dan tampak jelas. stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen
yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae.pada stadium ini eritrosit agak
membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong. Stadium gamettosit betina bentuk
bulat.puna inti kecilkompak dan sitoplasma warna biru.gametosit jantan punya inti
difus.sitoplasma warna pucat kemerah-merahan berbentuk bulat.
Tropozoit
Tropozoit tua
Tropozoit muda
1.4 Epidemiologi
Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di
Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.Perbedaan prevalensi menurut umur dan
jenis kelamin lebih berkaitan denganperbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwaperempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan
dengan laki-laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor
yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah:
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup
tinggisehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS
dapatmenghambat perkembangbiakan P. falciparum.
6
5) Anopheles Balabacensis
Temapat perindukan larva :
Genangan air
Tepi sungai saat kemarau
Kolam atau sungai yang berbatu
Sifat :
Antropofilik > Zoofilik
Menggigit saat malam (Endofilik)
Temapt istirahat diluar rumah (sekitar kandang)
6) Anopheles Maculatus
Temapat perindukan larva :
Aliran air jernih dengan arus lambat (daerah
pegunungan)
Sifat :
Zoofilik > Antropofilik
Menggigit saat malam
Tempat istirahat di luar rumah (sekitar kandang)
7) Anopheles Bancrofti
Temapat perindukan larva :
Danau dengan tumbuhan bakung
Rawa dengan tumbuhan pakis
Genangan air tawar
Sifat :
Zoofilik > antropofilik
Tempat istirahat belum jelas
8) Anopheles Barbumbrosus
Temapat perindukan larva :
Tepi sungai dengan aliran lambat (daerah hutan daratan
tinggi)
Sifat :
Antropofilik
Bionomiknya masih belum banyak dipeajari
2.2 Morfologi
Telur
Telur diletakan satu per satu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu
yang bagian bawahnya konveks, da konkaf pada bagian atasnya. Dan mempunyai
pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
Larva
Pupa
Dewasa
Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai
panjang hampir sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada
9
nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan
pada betina ruas tersebut mengecil.
d. Ketinggian. Nyamuk malaria tidak dapat hidup pada ketinggian lebih 2.500
meter di atas permukaan laut. Ketinggian suatu daerah berhubungan dengan
temperatur, kelembahan dan kepadatan tekanan udara.
e. Angin. Hembusan angin dapat membawa (mendukung) terbang nyamuk dari
tempat perindukannya ke daerah pemukiman penduduk. Sebaliknya hembusan
dan arah angin dapat pula menghambat terbang nyamuk malaria dari tempat
perindukan ke pemukiman pendudk apabila arah angin berlawanan.
f. Sinar matahari. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan jentik (larva)
nyamuk malaria berbeda-beda. Ada anopheles yang menyukai tempat terbuka
(kena sinar matahari langsung), misal: An. hyrcanus dan An. punctulatus, ada
pula yang menyukai tempat yang teduh, misalnya An. sundaicus, sedangkan
yang dapat hidup baik di tempat teduh maupun terang adalah An. barbirostris.
g. Arus air. Ada nyamuk malaria yang menyukai air yang tenang (tergenang)
seperti An. letifer, ada yang menyukai air dengan arus lambat seperti An.
barbirostris, ada pula yang menyukai air yang mempunyai arus deras seperti
An. minimus.
h. Kadar garam. Ada nyamuk anopheles yang berkembang biak di air tawar tetapi
ada yang justru dapat berkembang biak di air yang mengandung garam dengan
kadar tertentu, misalnya Anopheles sundaicus yang berkembang biak dengan
10
baik di air payau (campuran air laut dengan air tawar) dengan kadar garam 1218%.
2. Lingkungan biologik.
Lingkungan biologik yang dimaksud adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan
yang berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk malaria. Adanya
tumbuhan bakau, lumut dan ganggang di tepi rawa akan menghalangi sinar
matahari langsung sehingga tempat perindukan nyamuk menjadi teduh
(terlindung dari sinar matahari langsung), ini disukai oleh An. balabacencis.
Binatang pemakan jentik akan mengurangi populasi larva nyamuk, misalnya:
ikan kepala timah (panchax spp), nila dan gambusia. Adanya hewan ternak di
sekitar rumah juga akan mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia.
3. Lingkungan sosial budaya.
Di daerah endemis malaria, orang-orang yang suka keluar malam lebih
mudah tergigit nyamuk malaria. Rumah yang pintu dan jendelanya sering
terbuka pada malam hari, tidak memakai kasa nyamuk akan lebih mudah
dimasuki nyamuk malaria. memiliki banyak jendela dan lubang kena malaria.
Berbagai kegiatan (aktifitas) manusia seperti membuka hutan, pembangunan
pemukiman penduduk, pembuatan jalan, pertambangan dan perkebunan akan
mengakibatkan perubahan lingkungan yang mendukung terjadinya transmisi
malaria. Selain itu, perpindahan penduduk dan pariwisata juga menyokong
transmisi malaria dari satu daerah (negara) ke daerah (negara lain).
11
3.3 Patogenesis
12
Fase aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan, sporozoit
masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang
mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda
untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah,
disebut sporulasi. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sebagian sporozoit
membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan
rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk
trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit
dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa
tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai
timbulnya gejala klinis demam.
b.
Fase seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami
pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot
(ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila
ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.
13
b. Splenomegali
Slenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami
kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit
parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah
anemia karena Plasmodium falciparum.
Anemia disebabkan oleh:
1) Penghancuran eritrosit yang berlebihan.
2) Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
14
3) Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (diseritropoesis).
d. Ikterus
Ikterus
disebabkan
karena
hemolisis
dan
gangguan
hepar.
Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini
terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium
eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat
bersifat:
Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah
serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.
Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke
darah dan berkembang biak
Beberapa keadaan klinik dalam infeksi malaria adalah:
serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai
terjadinya serangan paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil;
panas dan berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek atau
panjang tergantung dari perbanyakan parasit dalam imunitas penderita.
Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara 2 keadaan
paroksismal.
Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah
24 minggu berakhirnya serangan primer.
Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia
yang lebih lama dari waktu diantara serangan periodiik dari infeksi primer
yaitu setelah infeksi lama dari masa latent (sampai 5 tahun), biasanya
terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit (hati)
pada malaria vivaks atau ovale
16
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai
hampir pada semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius, influenza,
demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya seperti pneumonie, infeksi
saluran kencing, tuberkulosis.
Pada daerah hiperendemik sering dijumpai penderita dengan imunitas yang tinggi
sehingga penderita dengan infeksi malaria tetapi tidak menunjukkan gejala klinis malaria.
Pada malaria berat, diagnosa banding tergantung manifestasi malaria beratnya.
Pada malaria dengan ikterus, diagnosa banding ialah demam tifoid dengan hepatis,
kolesistitis, abses hati, dan leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus biasanya tidak
dijumpai demam lagi. Pada malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak
lainnya seperti meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis. Penurunan
kesadaran dan koma dapat terjadi pada gangguan metabolik (diabetes, uremi), gangguan
serebro-vaskular (strok), eklampsia, epilepsi, dan tumor otak.
3.8 Komplikasi
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut
pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan
sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan.
Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya
merupakan kasus yang fatal.
Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat
yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih
komplikasi sebagai berikut :
1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih
dari 30 menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus
dilakukan penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7
atau equal dengan keadaan klinis soporous.
2. Acidemia/acidosis ; PH darah < > respiratory distress.
3. Anemia berat (Hb < > 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik
harus
dikesampingkan
adanya
anemia
defisiensi
besi,
talasemia/hemoglobinopati lainnya.
4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12
ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3
mg/dl.
5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).
6. Hipoglikemi : gula darah < >
7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik < > 10C:8).
8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler
9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam
17
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena
obat anti malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan otak.
3.9 Pencegahan
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk
(PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan
pemberian obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.
3.10 Prognosis
Malaria vivaks prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak
mendapat pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selama dua bulan atau lebih.
Malaria malariae jika tidak diobati maka infeksi dapat berlangsung sangat lama. Malaria
ovale dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Malaria falciparum dapat menimbulkan
komplikasi yang menyebabkan kematian.
3.11 Epidemiologi malaria
Malaria dapat ditemukan mulai dari belahan bumi utara hingga belahan bumi selatan;
mulai dari ketinggian 2850 m sampai daerah yang letaknya 400 m dibawah permukaan laut.
Keadaan malaria di dunia saat ini diperkirakan terdapat 300-500 juta kasus malaria
klinis/tahun dengan 1,5 juta - 2,7 juta kematian. Dan 90% kematian terjadi pada anak-anak.
Menurut data yang berkembang hampir separuh dari populasi Indonesia (lebih dari 90 juta
orang atau 46% dari total populasi Indonesia) bertempat tinggal di daerah endemik malarian
dan diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunnya.
Malaria disuatu daerah dapat ditemukan secara :
Autokton, siklus hidup parasit malaria dapat berlangsung karena adanya
manusia yang rentan, nyamuk dapat menjadi vektor dan ada parasitnya.
Impor, terjadi bila infeksinya berasal dari luar daerah endemi malaria
Introduksi, timbul karena adanya kasus kedua yang berasal dari kasus impor
Reintroduksi, bila kasus malaria muncul kembali yang sebelumnya sudah
dilakukan eradikasi malaria.
Induksi, bila kasis berasal dari transfusi darah, suntikan atau kongenital yang
tercemar malaria.
Keadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat diukur
dengan berbagai cara seperti :
18
Hipoendemik
Angka limpa
10%
kurang
atau 10-50%
Lebih
50%
Angka
Parasit
10%
kurang
atau 15-50%
51-75%
Transmisi
Malaria
Rendah
dari Lebih
75%
dari
Lebih
75%
dari
Biasa
pada Meningkat
Terjadi terus
pedesaan
secara intensif menerus
dan musiman
sepanjang
tahun
Slide Positive Rate (SPR) menyatakan persentase sediaan darah positif dalam periode
kegiatan penemuan kasus yang dapat dilakukan secara aktif (Active Case Detection)
atau secara pasif (Passive Case Detection)
Annual Parasite Index (API) menyatakan jumlah sediaan darah yang positif dari jumlah
sediaan yang diperiksa per tahun, dalam permil.
Annual Blood Rate (ABER) menyatakan jumlah sediaan darah yang diperiksa terhadap
malaria per tahun dibagi jumlah penduduk dalam persen
Disuatu daerah malaria dapat terjadi epidemi (wabah), yaitu jika pada suatu waktu jumlah
penderita meningkat secara tajam.
o Stabil (Stable malaria) adalah keadaan jika daerah itu ada transmisi yang
tinggi secara terus menerus. Dan biasanya kekebalan penduduk tinggi
o Tidak stabil (Unstable malaria) adalah keadaan jika transmisi di daerah
itu tidak tetap. Dan biasanya kekebalan penduduk rendah
Sifat malaria juga dapat berbeda dari satu daerah ke daerah lain, yang tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
o Parasit yang terdapat pada pengandung parasit
o Manusia yang rentan
o Nyamuk yang dapat menjadi vektor
o Lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup masing-masing
19
21
22
Sulfadoksin-Pirimetamin
Obat ini sangat efektif untuk mengobati pasien malaria oelh P. falciparum yang sudah
resisten terhadap Klorokuin. Namun penggunaan rutin untuk keperluan kemoprofilaksis
malaria tidak dianjurkan sebab obat ini relatif toksik.
Dosis
500 mg sulfadoksin +25 mg pirimetamin) dosis orang dewasa 3 tablet dosis tunggal (1
kali). Atau dosis anak memakai takaran pirimetamin 1,25 mg/kg BB.
Farmakodinamik
Sulfadoksin-Pirimetamin ini bersifat Skizontosida jaringan , skizontosida darah, dan
sporontosidal. Secara mekanisme nya Pirimetamin ini bekerja menghambat enzim
tetrahidrofolat (dihidrofolat reduktase), sehingga proses terbentuknya purin terganggu. Kerja
Pirimetamin ini sinergis dengan sulfonamid, dia menghambat kerja enzim dihidropteroat
sintetase pada perubahan PABA menjadi asam dihidrofolat.
Farmakokinetik
Konsentrasi puncak didalam plasma darah dicapai dalam 2-4 jam dengan waktu paruh
sulfonamide adalah 180 jam dan pirimetamin adalah 90 jam.
Efek Samping
Yang pernah dilaporkan adalah kulit kemerahan dengan gatal dan sindroma Steven
Johnson.
Kontra Indikasi
Sulfadoksin Pirimetamin dikontraindikasikan untuk ibu menyusui, anak berusia < 2
bulan, dan pasien yang mempunyai riwayat bereaksi buruk terhadap sufonamid.
Kina
Kina merupaka obat antimalaria kelompok alkaloid penting yang diperoleh dari kulit
pohon sinkona. Obat ini merupaka obat alternatif untuk pengobatan radikal malaria
falciparum tanpa komplikasi yang resisten terhadapt klorokuin dan pirimetamin
sulfadoksin.
Dosis
Dosis pada pemberian Kina dianjurkan 3 x 10 mg /kg BB selama 7 hari (1 tablet 220
mg)
Farmakodinamik
Kina merupaka obat yang bersifat Skizontosida darah untuk semua jjenis plasmodium
dan gametosida P. vivax dan P. ovale. Mekanisme kerjanya berkaitan dengan gugus kuinolin
yang dimiliknya, dan sebagian disebabkan karena kina merupakan basa lemah, sehingga akan
memiliki kepekatan yang tinggi didalam vakuola makanan P. falciparum. Diperkirakan obat
ini bekerja didalam organel ini melalu penghambatan aktivitas heme polimerasi, sehingga
terjadi penumpukan substrat yang bersifat sitotoksik yaitu heme. Sebenarnya makanisme nya
masih belum jelas. Apakah heme sendiri yang menginduksi sitotoksik atau melalui
penggabungan dengan kina.
Farmakokinetik
23
Setelah melewati lambung, kina dengan cepat dan sempurna diserap usus halus,
kemudian sebagian besar (70%) beredar dalam bentuk basa yang terikat pada protein plasma.
Konsentrasi puncak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah dosis tunggal yang pertama,
konsentrasi dalam eritrosit seperlima konsentrasi dalam plasma. Metabolisme oksidatif
primakuin menghasilkan 3 macam metabolit; turunan karboksil merupakan metabolit utama
pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik, sedangkan metabolit yang lain
memiliki aktivitas hemolitik, yang lebih besar dari primakuin. Ketiga metabolit ini juga
memiliki aktivitas antimalaria yang lebih ringan dari primakuin. Distribusi luas, terutama ke
hati, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limpa; kina juga melalui plasenta. Kina waktu paruh
eliminasinya 10-12 jam dan diekskresikan melalui urin.
Efek Samping
Dosis terapi kina sering menyebabkan sinkonisme yang tidak selalu memerlukan
penghentian pengobatan. Gejalanya mirip salisilismus yaitu tinnitus, sakit kepala, gangguan
pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual. Gejala yang ringan, lebih dahulu tampak
disistem pendengaran dan penglihatan. Pada keracunan yang lebih berat terlihat gangguan
gastrointestinal, saraf, kardiovaskular, dan kulit. Lebih lanjut lagi terjadi perangsangan SSP,
seperti bingung, gelisah, dan delirium. Dosis fatal kina per oral untuk orang dewasa berkisar
2-8 g. Kina juga dapat menyebabkan gangguan ginjal, hipoprotombinema, dan
agranulositosis.
Kontra Indikasi
Obat ini tidak dianjurkan untuk wanita malaria yang sedang hamil, ini akan
mengakibatkan Black water fever dengan gejala hemolisi berat, hemoglobuinemia, dan
hemoglobinuri. Pada penderita difisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase pasien akan
mengalami hipersensivitas yang lebih ringan. Kina dan kuinidin merupakan perangsang kuat
sel pankreas, sehingga terjadi hiperinsulinemia dan hipoglikemia berat. Kondisi ini dapat
menimbulkan komplikasi yang fatal terutama pada wanita hamil dan pasien infeksi berat
yang berkepanjangan.
Primakuin
Pirimakuin adalah obat antimalaria kelompok 8-aminokuinolin. Diindonesia obat ini
tersedia dalam bentuk tablet pirimakuin difosdat.
Dosis
Dosis yang diapakai, karena 1 tablet berisi 15 mg, yang dibutuhkan untuk malaria
falsiparum adalah 45 mg maka tablet diberikan 3 tablet , dosis tunggal untuk membunuh
gamet.
Farmakodinamik
Primakuin ini bersifat Skizontosida jaringan, gametosida, dan sporontosida. Proses obat
ini memiliki efek menghambat proses respirasi mithokondrial didalam parasit malaria melalui
metabolitnya yang bersifat oksidan.
Farmakokinetik
Primakuin mudah diabsorbsi pada penggunaan per oral. Puncak konsentrasi plasma
terjadi dalam 1-3 jam, dengan waktu paruh eliminasinya 6 jam. Primakuin cepat
dimetabolisme dalam liver/hati dan hanya sejumlah kecil di ekskresikan melalui urin.
Efek Samping
24
Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, dan kram. Sakit pada lambung/perut dapat
dihindari bila minum obat bersama makanan. Kejang-kejang/gangguan kesadaran, yang
paling berat anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami defisiensi enzim glukosa-6fosfat dehidrogenase (G6PD).
Kontra Indikasi
Primakuin dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik yang berat
cenderung mengalami granulositopenia misalnya artritis reumatoid dan lupus erittematosus.
Primakuin juga tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat
menimbulkan hemolisis , dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
Primakuin sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sebab fetus relatif mengalami
defisiensi G6PD sehingga berisiko menimbulkan hemolisis.
TERAPI KOMBINASI.
Kombinasi Klorokuin & Sulfadoksin-Pirimetamin
Kombinasi ini merupakan kombinasi pertama yang dipakai untuk penanganan Malaria.
Obat ini kerjanya saling melengkapi. Kombinasi Klorokuin dan Pirimetamin-Sulfadoksin
dibandingkan dengan Pirimetamin-Sulfadoksin sendiri lebih efektif untuk menghilangkan
parasit dalam darah dan lebih cepat menghilangkan demam.
Kombinasi Kina & Tetrasiklin
Kombinasi ini digunakan pada daerah yang resisten terhadap Klorokuin dan
Pirimetamin-Sulfadoksin. Dimana penambahan tetrasiklin ini berguna untuk memberikan
efek potensial terhadap Kina.
TERAPI MALARIA TERKINI
Pengobatan kombinasi dilakukan bila sudah ada studi tentang pola resistensi disuatu
daerah melalui survei resistensi Bila suatu obat sudah mengalami resitensi >25 % maka obat
ini sudah dianjurkan untuk tidak digunakan lagi. Tujuan diberikan obat kombinasi adalah
untuk meningkatkan efekasi obat antimalaria maupun aktivitas sinergestik antimalaria, dan
memperlambat progresifitas resistensi parasit terhadap obat-obat yang baru.
Golongan Artemisin ini merupakan obat yang dipilih untuk pengobatan yang baik
malaria. Ini dikarenakan :
1. Kemampuan untuk menurunkan parasitemia lebih cepat 10 kalidari pada obat
anti malaria lainnya.
2. Mempunyai efek samping minimal.
3. 2 juta kasus dilaporkan telah diobati dengan basis artemisin tanpa adanya efek
toksik.
4. Artemisin diabsorpsi cepat melalui oral
5. Dapat diberi melalui intervana maupun intra muskular, dengan pemberian 1
kali sehari
6. Dapat mengurangi karier gametosit pada manusia
7. Belum ada laporan resistensi terhadap artemisin.
Kombinasi golongan artemisin yang saat ini menurut WHO digunakan adalah :
25
2.
mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan manusia,yaitu
dengan memasang kawat kasa di bagian terbuka rumah (jendela dan pintu)
menggunakan kelambu dan repellent.
3.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandahusada S,Illahude HHD, Pribadi W (2004) Parasitologi Kedokteran edisi 3
2. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007) Farmakologi dan Terapi ed 5, FKUI,
Jakarta
3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan (1999) Kapita Selekta
Kedokteran jilid I edisi ke 3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta
4. Soedarmo, et al. (2010) Infeksi dan Pediatri Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta
5. Sudoyo AW, dkk (2006) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, jilid III, FKUI,
Jakarta
6. www.medicastore.com
7. www.majalah-farmacia.com
27