Anda di halaman 1dari 32

KAJIAN SASTRA

PUISI-PUISI CINTA
KARYA W.S. RENDRA

A. PUBER PERTAMA
1. Permintaan
Permintaan
W.S. Rendra
Wahai, rembulan yang bundar
jenguklah jendela kekasihku!

Ia tidur sendirian,
hanya berteman hati yang rindu.

Sagan, 1958
Kajian Sastra:
a. Tema: Kerinduan.
Kutipan: Wahai, rembulan yang bundar jenguklah jendela kekasihku!
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang hendak disampaikan penyair
melalui puisi Permintaan secara implisit yaitu ketika si Penyair sedang rindu
dia ingin menjenguk kekasihnya yang sendirian sedang rindu pula.
Kutipan: Wahai, rembulan yang bundar jenguklah jendela kekasihku!
c. Diksi: Diksi dalam puisi ini tepat dan menarik, adanya pilihan kata “berteman”
dalam kalimat “hanya berteman hati yang rindu.” Membentuk kata kerja
mempunyai atau memiliki. Jadi arti hanya berteman hati yang rindu
maksudnya adalah hanya memiliki teman dengan hati yang rindu, selain itu
kata berteman juga untuk mendapatkan nilai estetis.
d. Pencitraan: Citra penglihatan (visual imegery)
Kutipan: Wahai, rembulan yang bundar jenguklah jendela kekasihku!
e. Gaya Bahasa: Personifikasi
Kutipan: Wahai, rembulan yang bundar jenguklah jendela kekasihku!
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
Kutipan:
Wahai, rembulan yang bundar
jenguklah jendela kekasihku!

Ia tidur sendirian,
hanya berteman hati yang rindu.
g. Bunyi: kokofoni (sengau) yaitu: u dan u
h. Enjambemen: Puisi Permintaan memiliki satu enjambemen dalam setiap larik.
Hal ini terbukti dalam satu larik puisi terdapat satu tanda jeda akhir kalimat.
Enjambemen berkecendrungan umum untuk berhenti pada akhir baris.
Bait pertama terdiri atas satu kalimat dipenggal menjadi dua baris.
Bait kedua terdiri atas satu kalimat dipenggal mejadi dua baris.
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema puisi
permintaan adalah kerinduan, sedangkan pesan atau amanat yang hendak
disampaikan penyair melalui puisi Permintaan secara implisit yaitu ketika si
Penyair sedang rindu dia ingin menjenguk kekasihnya yang sendirian sedang
rindu pula. Keterkaitan antara tema dan amanat ini dapat dibuktikan dari satu
kutipan berikut.
Wahai, rembulan yang bundar jenguklah jendela kekasihku!

2. Rambut
Rambut
W.S. Rendra
Rambut kekasihku
sangat indah dan panjang,
Katanya,
rambut itu untuk menjerat hatiku.

Sagan, 1958
Kajian Sastra:
a. Tema:
Kutipan:
b. Pesan atau Amanat:
Kutipan:
c. Diksi: Diksi dalam puisi ini tepat dan menarik, adanya pilihan kata “ber”
dalam kalimat “rambut itu untuk menjerat hatiku” membentuk kata kerja
untuk mengikat hati si kekasih. Selain itu pemilihan kata menjerat juga
memunculkan nilai estetis dalam puisi.
d. Pencitraan: Citra penglihatan (visual imegery)
Kutipan:
Rambut kekasihku
sangat indah dan panjang.
e. Gaya Bahasa: Personifikasi
Kutipan: rambut itu untuk menjerat hatiku.
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
Kutipan:
Rambut
W.S. Rendra
Rambut kekasihku
sangat indah dan panjang,
Katanya,
rambut itu untuk menjerat hatiku.

Sagan, 1958
g. Bunyi: kokofoni (sengau) yaitu u dan u.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:

3. Kangen
Kajian Sastra:
a. Tema: Kerinduan
Kutipan: maka aku pun kangen kekasihku.
b. Pesan atau Amanat: Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi
dengan judul kangen ialah kerinduan dengan kekasihnya yang memiliki
rambut panjang.
Kutipan:
Pohon cemara dari jauh
Membayangkan panjang rambutnya
: maka aku pun kangen kekasihku.
c. Diksi: Pemilihan kata dalam puisi kangen tepat serta memiliki makna denotasi
atau makna sebenarnya yaitu dalam setiap kata pada larik puisi memiliki
makna yang jelas tanpa ada kiasan.
d. Pencitraan: Citraan penglihatan (visual imegery)
Kutipan:
Pohon cemara dari jauh
membayangkan panjang rambutnya
e. Gaya Bahasa: Gaya bahasa dalam puisi kangen enggunakan majas simbolik
yaitu melukiskan sesuatu dengan mempergunakaan benda, binatang, atau
tumbuhan sebagai simbol atau lambang. Hal ini terlihat dari gambaran penyair
yang menggambarkan pohon cemara dari jauh seolah terlihat seperti rambut
panjang kekasihnya.
Kutipan:
Pohon cemara dari jauh
membayangkan panjang rambutnya
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
Kutipan:
g. Bunyi: Kokofoni (sengau) yaitu a dan u.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema pada
puisi ini adalah kangen sedangkan pesan atau amanat yang ingin disampaikan
pengarang adalah dia ingin mengatakan bahwa dia sedang rindu dengan
kekasihnya yang memiliki rambut panjang. Hal ini dapat dibuktikan dari
kutipan berikut.
Pohon cemara dari jauh
Membayangkan panjang rambutnya
: maka aku pun kangen kekasihku.

4. Baju
Baju
W.S. Rendra
Amat sayang mencuci bajuku
karena telah melekat
air mata kekasihku.

Sagan, 1958
Kajian Sastra:
a. Tema: Kasih sayang.
Kutipan:
Amat sayang mencuci bajuku
karena telah melekat
air mata kekasihku.
b. Pesan atau Amanat: Kasih sayang seseorang dengan kekasihnya, sehingga air
mata kekasihnya pun enggan dia hilangkan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
berikut.
Kutipan:
Amat sayang mencuci bajuku
karena telah melekat
air mata kekasihku.
c. Diksi: : Pemilihan kata dalam puisi kangen tepat serta memiliki makna
denotasi atau makna sebenarnya yaitu dalam setiap kata pada larik puisi
memiliki makna yang jelas tanpa ada kiasan.
d. Pencitraan: Citra perasaan
Kutipan: Amat sayang mencuci bajuku
e. Gaya Bahasa: -
Kutipan:
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
Kutipan:
Baju
W.S. Rendra
Amat sayang mencuci bajuku
karena telah melekat
air mata kekasihku.

Sagan, 1958
g. Bunyi: Kokofoni (sengau) yaitu u dan u.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dalam
puisi baju ialah kasih sayang, sedangkan pesan atau amanat yang ada dalam
puisi tersebut adalah penggambaran kasih sayang seseorang dengan
kekasihnya sehingga air mata kekasih yang melekat dibajunya pun enggan
untuk dihilangkannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Kutipan:
Amat sayang mencuci bajuku
karena telah melekat
air mata kekasihku.

5. Papaya
Kajian Sastra:
a. Tema: Perhatian seorang kekasih.
Kutipan: ...
Aku sendiri akan memanjatnya.
Akan kupilih yang paling ranum dan tua.
Lalu kucuci sendiri
dan kumasukkan ke dalam
tas laken hijau.

Kemudian,
akan kuantar ke rumah kekasihku.
Supaya ia sembuh dari sakitnya.
b. Pesan atau Amanat: Memberikan perhatian untuk seorang kekasih hendaknya
dilakukan dengan setulus-tulusnya, sepenuh-penuhnya, memberikan yang
terbaik dari usaha kita sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
...
Aku sendiri akan memanjatnya.
Akan kupilih yang paling ranum dan tua.
Lalu kucuci sendiri
dan kumasukkan ke dalam
tas laken hijau.

Kemudian,
akan kuantar ke rumah kekasihku.
Supaya ia sembuh dari sakitnya.
c. Diksi: Pemilihan kata atau diksi dalam puisi papaya tepat dan menarik. Ada
diksi yang menarik pada puisi Papaya yaitu pemilihan kata bujang pada lirik
“Aku bilang pada bujangku”. Penggunaan kata bujang dalam puisi Papaya
menarik karena kata bujang memiliki arti seorang pembantu laki-laki (jongos).
Penyair tepat enggunakan kata bujangku untuk pembantu laki-laki (jongos)
untuk menjaga nilai estetika dalam puisi tersebut.
d. Pencitraan:
Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan:
Aku sendiri akan memanjatnya.
e. Gaya Bahasa: -
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah satu bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah tujuh bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema pada
puisi Papaya adalah perhatian seorang kekasih. Pesan atau amanat yang
terdapat dalam puisi ini adalah memberikan perhatian untuk seorang kekasih
hendaknya dilakukan dengan setulus-tulusnya, sepenuh-penuhnya,
memberikan yang terbaik dari usaha kita sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dari
kutipan berikut.
Kutipan:
...
Aku sendiri akan memanjatnya.
Akan kupilih yang paling ranum dan tua.
Lalu kucuci sendiri
dan kumasukkan ke dalam
tas laken hijau.

Kemudian,
akan kuantar ke rumah kekasihku.
Supaya ia sembuh dari sakitnya.

6. Sepeda
Kajian Sastra:
a. Tema: Menjaga perasaan kekasih.
Kutipan:
Aku harus mengendarai sepeda hati-hati
Menghindari jalan becek
Mematuhi aturan lalu-lintas
Sebab yang kupakai sepeda kekasihku.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat dalam puisi Sepeda adalah hendaknya
kita menjaga baik-baik dengan penuh hati-hati terhadap barang yang bukan
milik kita sendiri apalagi barang itu ialah barang kepunyaan kekasih untuk
menjaga perasaannya. Hal ini dapat dilihat kutipan berikut.
Kutipan:
Aku harus mengendarai sepeda hati-hati
Menghindari jalan becek
Mematuhi aturan lalu-lintas
Sebab yang kupakai sepeda kekasihku.
c. Diksi: Pemilihan kata dalam puisi ini tepat serta memiliki makna denotasi atau
makna sebenarnya yaitu dalam setiap kata pada larik puisi memiliki makna
yang jelas.
d. Pencitraan:
Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan 1:
Aku harus mengendarai sepeda hati-hati.
Kutipan 2:
Menghindari jalan becek.
e. Gaya Bahasa: -
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah satu bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah satu bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:
Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dari puisi ini adalah menjaga
perasaan kekasih. Pesan atau amanat dalam puisi ini adalah hendaknya kita
menjaga baik-baik dengan penuh hati-hati terhadap barang yang bukan milik
kita sendiri apalagi barang itu ialah barang kepunyaan kekasih untuk menjaga
perasaannya. Hal ini dapat dilihat kutipan berikut.
Kutipan:
Aku harus mengendarai sepeda hati-hati
Menghindari jalan becek
Mematuhi aturan lalu-lintas
Sebab yang kupakai sepeda kekasihku.

7. Rok Hijau
Kajian Sastra:
a. Tema:
Kutipan:
b. Pesan atau Amanat:
Kutipan:
c. Diksi: Penggunaan diksi dalam rok hijau tepat dan menarik. Ada kata kulit
dalam larik “seperti kulit dari dagingnya” yang memiliki makna kias maksudnya
adalah rok yang sering dipakai atau menempel di tubuhnya sehinga diibaratkan
seperti kulit dari dagingnya.
d. Pencitraan:
Citraan perasaan
Kutipan:
Kami tak pernah membosaninya
e. Gaya Bahasa: Majas asosiasi atau perumpamaan
Kutipan:
Rok hijau kekasihku
seperti kulit dari dagingnya.
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi: Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah tiga bunyi
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:

8. Kami Berdua
Kajian Sastra:
a. Tema: Cinta sepasang kekasih
Kutipan:
Karena sekolah kami belum selesai
kami berdua belum dikawinkan.
Tetapi di dalam jiwa
anak-cucu kami sudah banyak.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan si penyair
adalah walaupun belum ada ikatan, namun cinta di dalam jiwa mereka selalu
tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Karena sekolah kami belum selesai
kami berdua belum dikawinkan.
Tetapi di dalam jiwa
anak-cucu kami sudah banyak.
c. Diksi: Pemilihan kata dalam puisi Kami Berdua tepat dan sangat menarik,
terdapat kata yang puitis dan sangat menarik perhatian yaitu pada larik ke tiga
dan ke empat yaitu terdapat kata anak cucu bermakna konotasi yang memiliki
maksud bahwa cinta mereka semakin tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Tetapi di dalam jiwa
anak cucu kami sudah banyak.
d. Pencitraan:
Citraan perasaan
Kutipan:
Tetapi di dalam jiwa
anak cucu kami sudah banyak.
e. Gaya Bahasa: -
Kutipan:
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah satu bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah satu bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dalam
puisi Kami Berdua adalah cinta sepasang kekasih, sedangkan pesan atau
amanat yang ingin disampaikan penyair adalah walaupun belum ada ikatan,
namun cinta di dalam jiwa mereka selalu tumbuh dan berkembang. Hal ini
dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Karena sekolah kami belum selesai
kami berdua belum dikawinkan.
Tetapi di dalam jiwa

9. Kegemarannya
Kajian Sastra:
a. Tema: Perasaan cinta seorang kekasih
Kutipan:
Dalam mendongeng selalu kusindirkan
bahwa aku sangat mencintainya.
b. Pesan atau Amanat: Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair adalah bahwa
penyair sangat cinta dengan kekasihnya, penyair selalu menunjukkan betapa
sayangnya dia dengan kekasihnya tersebut.
Kutipan:
Dalam mendongeng selalu kusindirkan
bahwa aku sangat mencintainya.
c. Diksi: Pemilihan kata dalam puisi ini tepat serta memiliki makna denotasi atau
makna sebenarnya yaitu dalam setiap kata pada larik puisi memiliki makna
yang jelas.
d. Pencitraan:
Citraan pendengaran (auditory imagery)
Kutipan:
mendengar aku mendongeng.
e. Gaya Bahasa: -
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi: Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah satu bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dalam
puisi Kegemarannya adalah perasaan cinta seorang kekasih, sedangkan pesan
atau amanat yang ingin disampaikan penyair dalam puisi tersebut adalah
penyair menyatakan bahwa penyair sangat cinta dengan kekasihnya, penyair
selalu menunjukkan betapa sayangnya dia dengan kekasihnya tersebut.
Kutipan:
Dalam mendongeng selalu kusindirkan
bahwa aku sangat mencintainya.

10. Temperamen
Kajian Sastra:
a. Tema: Memendam marah
Kutipan:
Jika kita marah
pada kekasih
selamanya tak bisa lama.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh sang
penyair adalah ketika kita marah kepada kekasih, tidak bisa lama-lama
memendamnya. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Jika kita marah
pada kekasih
selamanya tak bisa lama.
c. Diksi: Pemilihan kata dalam puisi Tempramen tepat dan menarik. Banyak
pemilihan kata-kata khusus dan tertentu yang dipilih pengarang untuk
memberikan pengaruh dalam puisi. Misalnya kata membenam pada larik
“ketika malam kembali membenam” untuk mengartikan ketika malam kembali
masuk dan pilihan kata sejuk pada larik “bulannya sejuk” yaitu ketika
bulannya terasa dingin.
d. Pencitraan:
(1) Citraan pendengaran (auditory imagery)
Kutipan:
dan air bernyanyi
tiada henti.
(2) Citraan perabaan (tactile imagery)
Kutipan:
Batu kali
ditimpa terik matahari.
Betapa panasnya!
(3) Citraan perasaan
Kutipan 1:
Ketika malam kembali membenam
kali pun tenteram,
Kutipan 2:
Bulannya sejuk
Kutipan 3:
Jika kita marah
pada kekasih
e. Gaya Bahasa: Personifikasi
Kutipan 1:
Ketika malam kembali membenam
Kutipan 2:
dan air bernyanyi
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah empat bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah dua bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dalam
puisi Tempramen adalah memendam marah, sedangkan amanat dalam puisi
tersebut adalah kita tidak bisa memendam marah pada kekasih lama-lama. Hal
ini dapat dibuktikan dari satu kutipan yang sama yaitu sebagai berikut.
Kutipan:
Jika kita marah
pada kekasih
selamanya tak bisa lama.

11. Pahatan
Kajian Sastra:
a. Tema: Kerinduan
Kutipan:
Istirahatlah dua buah hati rindu.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan penyair
kepada pembaca adalah bahwa pemilik hati yang rindu juga perlu istirahat. Jangan
sampai lupa tidur atau istirahat hanya karena sedang dilanda rindu.
Kutipan:
Istirahatlah dua buah hati rindu.
c. Diksi: Pilihan kata pada puisi Pahatan tepat dan menarik. Ada penggunaan
kata kias “kelabu” pada larik “di atas bumi kelabu” yang memiliki makna di
atas bumi yang berduka.
d. Pencitraan:
Citraan penglihatan (visual imagery)
Kutipan:
Di bawah pohon sawo
di atas bangku panjang
di bawah langit biru
di atas bumi kelabu
e. Gaya Bahasa: Metafora
Kutipan:
- Istirahatlah dua buah hati rindu.
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah empat bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema yang
terdapat dalam puisi Pahatan adalah kerinduan, sedangkan pesan atau amanat
yang ingin disampaikan oleh si penyair adalah hati yang rindu juga perlu dibawa
istirahat, jangan sampai lupa diri untuk istirahat hanya karena menahan rindu. Hal
ini dapat dibuktikan dari satu kutipan yang sama sebagai berikut.
Istirahatlah dua buah hati rindu.

12. Kepada Awan Lewat


Kajian Sastra:
a. Tema: Perhatian seorang kekasih
Kutipan:
Wahai, lindungilah matahari bagai bara
kerna kekasihku sedang berjalan
kembali pulang dari sekolahnya!
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh si penyair
adalah walaupun kita berjauhan tetapi naluri hati selalu ingat akan sosok kekasih
dan ingin selalu menjaga dan melindunginya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
berikut.
Wahai, lindungilah matahari bagai bara
kerna kekasihku sedang berjalan
kembali pulang dari sekolahnya!
Kutipan:
c. Diksi: Pemilihan kata pada puisi Kepada Awan Lewat tepat dan menarik. Ada
beberapa kata yang disisipkan penyair untuk memadatkan kata dalam puisi dan
menambah nilai estetika puisi, misalnya penggunaan kata sutra dan kembara
dalam larik “Engkaulah sutra yang kembara...” yang mengandung kata kias
memiliki makna adalah awan yang digambarkan penyair seperti sutera yang
memiliki ciri-ciri lembut dan putih, sedangkan arti kembara adalah pergi kemana-
mana. Jadi, maksudnya adalah awan yang putih lembut seperti sutera yang pergi
kemana-mana.
d. Pencitraan:
Citraan penglihatan (visual imagery)
Kutipan:
Kepada sebuah awan lewat
Aku berkata:
“Engkaulah sutra yang kembara
Bulu domba lembut putih rupa!”
e. Gaya Bahasa:
(1) Personifikasi
Kutipan:
Engkaulah sutra yang kembara...”
(2) Asosiasi atau perumpamaan
Kutipan:
Wahai, lindungilah matahari bagai bara
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah lima bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema yang
terdapat dalam puisi Kepada Awan Lewat ialah perhatian seorang kekasih
kepada kekasihnya, sedangkan pesan yang ingin disampaikan si penyair dari
lakuan tokoh dalam puisi tersebut ialah walaupun sepasang kekasih berjauhan
tetapi naluri hati ingin terus menjaga atau melindunginya dimanapun dia
berada. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Wahai, lindungilah matahari bagai bara
kerna kekasihku sedang berjalan
kembali pulang dari sekolahnya!

13. Tobat
Kajian Sastra:
a. Tema: Menyesal
Kutipan:
Tuhan,
aku telah bertobat
aku telah merasakan apakah neraka itu.

Sebab kemarin,
pacarku menangis
di hadapanku.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan penyair adalah
jangan membuat kekasihmu menangis karena itu juga akan melukai atau
menyiksa hatimu sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Tuhan,
aku telah bertobat
aku telah merasakan apakah neraka itu.

Sebab kemarin,
pacarku menangis
di hadapanku.
c. Diksi: Ada kata neraka dalam larik “aku telah merasakan apakah neraka itu”
yang memiliki makna konotasi (tidak sebenarnya) neraka yang dimaksudkan,
namun neraka dalam puisi tersebut diartikan hal yang menyiksa dirimu
sendiri.
d. Pencitraan:
(1) Citraan perasaan
Kutipan:
aku telah merasakan apakah neraka itu.
(2) Citraan penglihatan (visual imagery)
Kutipan:
di hadapanku.
e. Gaya Bahasa: Majas hiperbola
Kutipan:
aku telah meraskan apakah neraka itu.
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah dua bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dalam
puisi Tobat adalah menyesal, sedangkan pesan atau amanat yang ingin
disampaikan kepada pembaca ialah jangan membuat kekasihmu menangis di
hadapanmu karena air matanya juga menyakiti atau menyiksa batinmu sendiri.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Tuhan,
aku telah bertobat
aku telah merasakan apakah neraka itu.
Sebab kemarin,
pacarku menangis
di hadapanku.

14. Sepeda Kekasih


Kajian Sastra:
a. Tema:
Kutipan:
b. Pesan atau Amanat: Kepentingan kekasih hati harus lebih dahulu diutamakan
ketimbang kepentingan diri sendiri.
Kutipan:
Lebih baik
aku makan nanti saja.
Sekarang
memperbaiki sepeda rusak kekasihku.
c. Diksi: Pilihan diksi tepat dan memiliki makna denotasi yang jelas.
d. Pencitraan:
Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan:
memperbaiki sepeda rusak kekasihku.
e. Gaya Bahasa: -
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah dua bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:

15. Dua Burung


Kajian Sastra:
a. Tema: Sepasang kekasih
Kutipan:
Adalah dua burung
bersama membuat sarang.

Kami berdua serupa burung


terbang tanpa sarang.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan sang penyair
adalah bahwa sepasang kekasih yang menjalani hubungan dengan mikmati
proses dengan mengalir apa adanya, layaknya proses sebuah burung yang
terbang kemudian baru membuat sarang. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan
berikut.
Kutipan:
Adalah dua burung
bersama membuat sarang.

Kami berdua serupa burung


terbang tanpa sarang.
c. Diksi: : Pilihan diksi tepat dan memiliki makna denotasi yang jelas.
d. Pencitraan: Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan:
bersama membuat sarang.
e. Gaya Bahasa: Majas perumpamaan atau asosiasi
Kutipan:
Kami berdua serupa burung
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi: -
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema puisi
ini adalah sepasang kesasih. Psan atau amanat manat dari puisi ini adalah
menjalani sebuah hubungan dengan mikmati proses dengan mengalir apa
adanya, layaknya proses sebuah burung yang terbang kemudian baru membuat
sarang. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Adalah dua burung
bersama membuat sarang.

Kami berdua serupa burung


terbang tanpa sarang.

16. Telah Satu


Kajian Sastra:
a. Tema: Pasangan yang telah bersatu
Kutipan:
Gelisahmu adalah gelisahku.
Berjalanlah kita bergandengan
Dalam hidup yang nyata,
Dan kita cintai.

Lama kita saling bertatap mata


dan makin mengerti
tak lagi bisa dipisahkan.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang disampaikan penyair ialah
bahwasanya pasangan yang telah bersatu mampu saling berbagi rasa duka
bersama dan bergandengan saling cinta satu saling setia. Hal ini dapat dibuktikan
dari kutipan berikut.
Kutipan:
Gelisahmu adalah gelisahku.
Berjalanlah kita bergandengan
Dalam hidup yang nyata,
Dan kita cintai.

Lama kita saling bertatap mata


dan makin mengerti
tak lagi bisa dipisahkan.
c. Diksi: penggunaan diksi jelas dan menarik, banyak menggunakan simbol.
d. Pencitraan:
(1) Citraan perasaan
Kutipan:
Gelisahmu adalah gelisahku.
(2) Citraan penglihatan (visual imagery)
Kutipan:
Lama kita saling bertatap mata
e. Gaya Bahasa: Majas simbolik
Kutipan:
Engkau adalah peniti
yang telah disematkan.
Aku adalah kapal
yang telah berlabuh dan ditambatkan.
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah tiga bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah tiga bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dalam
puisi ini adalah pasangan yang telah bersatu, sedangkan pesan yang ingin
disampaikan kepada penyair adalah bahwa pasangan yang telah bersatu mampu
melewati keadaan duka, sedih, dan gelisah bersama dan saling setia tanpa
terpisahkan. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Gelisahmu adalah gelisahku.
Berjalanlah kita bergandengan
Dalam hidup yang nyata,
Dan kita cintai.

Lama kita saling bertatap mata


dan makin mengerti
tak lagi bisa dipisahkan.

17. Optimisme
Kajian Sastra:
a. Tema: Kekuatan cinta
Kutipan:
Bumi telah memberi kekuatan,
kerna kita telah melangkah
dengan ketegasan.

Muraiku,
hati kita berdua
adalah pelangi selusin warna.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh si penyair
adalah dengan adanya kekuatan cinta memberikan semangat (optimisme) dalam
menjalani hidup dan membuat hidup menjadi lebih bewarna. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan berikut.
Kutipan:
Bumi telah memberi kekuatan,
kerna kita telah melangkah
dengan ketegasan.

Muraiku,
hati kita berdua
adalah pelangi selusin warna.
c. Diksi: Ada pilihan kata murai pada larik “Muraiku,” yang mengandung makna
bahwa yang dimaksud dengan murai tersebut ialah kekasihnya tersebut
diibaratkan dengan burung kicau kecil.
d. Pencitraan: Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan 1:
Angin telah membawa kedamaian
membelitkan kita dalam pelukan.
Kutipan 2:
Bumi telah memberikan kekuatan
e. Gaya Bahasa: Personifikasi
Kutipan 1:
Angin telah membawa kedamaian
membelitkan kita dalam pelukan.
Kutipan 2:
Bumi telah memberikan kekuatan
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah dua bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema yang
terdapat dalam puisi ini adalah kekuatan cinta, sedangkan pesan atau amanat yang
ingin disampaikan penyair adalah dengan adanya kekuatan cinta memberikan
semangat (optimisme) dalam menjalani hidup dan membuat hidup menjadi lebih
bewarna. Hal ini dapat dilihat dari satu kutipan berikut.
Kutipan:
Bumi telah memberi kekuatan,
kerna kita telah melangkah
dengan ketegasan.

Muraiku,
hati kita berdua
adalah pelangi selusin warna.
18. Pantun
Kajian Sastra:
a. Tema:
Kutipan:
b. Pesan atau Amanat:
Kutipan:
c. Diksi: Pilihan kata tepat dan menarik. Ada pilihan kata yang menarik pada
larik “rumput hijau penghidupan” yang memiliki makna
d. Pencitraan:
Kutipan:
e. Gaya Bahasa: -
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi: Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah tiga bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:

19. Ayam Jantan


Kajian Sastra:
a. Tema:
Kutipan:
b. Pesan atau Amanat:
Kutipan:
c. Diksi: Pilihan diksi tepat dan memiliki makna denotasi yang jelas.
d. Pencitraan: Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan:
Sekarang tidur nyenyak melepas lelah
e. Gaya Bahasa: -
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah dua bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah dua bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:

20. Janganlah Jauh


Kajian Sastra:
a. Tema: Kerinduan
Kutipan:
Janganlah jauh
bagai bulan
hanya bisa dipandang.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan penyair pada
kekasihnya adalah janganlah jauh seperti bulan yang hanya bisa dipandang
tetapi tak bisa saling berjamahaan atau bersentuhan. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
Kutipan:
Janganlah jauh
bagai bulan
hanya bisa dipandang.
c. Diksi: Penggunaan kata berjamahan dalam larik “akan selalu berjamahan”.
Kata jamah yang berarti sentuh memberikan kesan yang menarik perhatian
pembaca dalam puisi tersebut.
d. Pencitraan:
(1) Citraan penglihatan (visual imagery)
Kutipan:
hanya bisa dipandang.
e. Gaya Bahasa:
(1) Majas asosiasi atau perumpamaan
Kutipan:
Janganlah jauh
bagai bulan
(2) Majas personifikasi
Kutipan:
Jadilah angin
membelai rambutku
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah satu bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah satu bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dari
puisi ini adalah kerinduan, hal ini terlihat pada bait pertama yang secara
implisit menyatakan perasaan seseorang yang rindu, tetapi orang tersebut
hanya bisa dipandang. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan si penyair
dalam puisi ini adalah janganlah jauh seperti bulan yang hanya bisa dipandang
tetapi tak bisa saling berjamahaan atau bersentuhan. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
Kutipan:
Janganlah jauh
bagai bulan
hanya bisa dipandang.

21. Kekasih
Kajian Sastra:
a. Tema: Kekaguman pada seorang kekasih
Kutipan:
Kekasihku seperti burung murai
suaranya merdu.
Matanya kaca
hatinya biru.
Kekasihku seperti burung murai
bersarang indah di dalam hati.
b. Pesan atau Amanat: Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi
tersebut yaitu bahwa kekasihnya yang cantik dan dikaguminya itu telah ada di
dalam hatinya. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Kekasihku seperti burung murai
suaranya merdu.
Matanya kaca
hatinya biru.

Kekasihku seperti burung murai


bersarang indah di dalam hati.
c. Diksi: Pilihan kata dalam puisi Kekasih sangat menarik, indah, dan puitis. Hal
ini dapat dirasakan dalam setiap membaca larik setiap baitnya. Adapun pilihan
kata atau diksi yang dipakai adalah kata kata pada larik “mata kaca” yang
memiliki makna mata yang jernih, kata biru pada larik “hatinya biru” yang
memiliki makna konotasi bukan hatinya berwarna biru tetapi hatinya yang
tenang. Selain itu penggunaan kata bersarang pada larik “bersarang indah di
dalam hati” yang memiliki makna sebenarnya ialah yang telah ada atau tinggal
di dalam hati.
d. Pencitraan:
(1) Citraan pendengaran (auditory imagery)
Kutipan:
suaranya merdu.
(2) Citraan perasaan
Kutipan:
bersarang indah di dalam hati.
e. Gaya Bahasa: Majas asosiasi atau perumpamaan
Kutipan:
Kekasihku seperti burung murai
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah tiga bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah tiga bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema pada
puisi ini adalah kekaguman pada seorang kekasih. Hal ini terlihat pada setiap
larik puisi yang menggambarkan betapa indah sosok kekasihnya tersebut.
Sedangkan pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah penyair ingin
mengatakan bahwa kekasih yang dikaguminya itu telah ada dalam hatinya.
Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Kekasihku seperti burung murai
suaranya merdu.
Matanya kaca
hatinya biru.

Kekasihku seperti burung murai


bersarang indah di dalam hati.

22. Angin Jahat


Kajian Sastra:
a. Tema:
Kutipan:
b. Pesan atau Amanat:
Kutipan:
c. Diksi:
Pemilihan diksi pada puisi Angin Jahat menarik, terdapat pemilihan kata
garang yang memiliki arti sama dengan ganas, kata kalut pada larik “kalut
dalam pusaran” yang memiliki arti sama dengan kacau. Pemilihan kata-kata
ini membuat puisi terasa halus ketika dibaca.
d. Pencitraan:
(1) Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan:
Angin yang garang
memukuli pintu
(2) Citraan penglihatan (visual imagery)
Kutipan 1:
Burung di langit kalut
dalam pusaran
Kutipan 2:
Daun-daun berguguran
di atas jalanan
e. Gaya Bahasa: Majas personifikasi
Kutipan:
Angin yang garang
memukuli pintu
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah tiga bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:

23. Membisiki Telinga Sendiri


Kajian Sastra:
a. Tema: Kehilangan kekasih
Kutipan:
Hari kusam dan bergeser lamban.
Radio mengingatkan lagu kenangan
dengan kekasih yang di riba bumi.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh penyair
adalah tiada guna meratapi keadaan yang ada karena hidup harus terus
berjalan, lebih baik ikhlaskan yang terjadi dan ambil hikmahnya. Hal ini dapat
dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Ayo diriku, kok begitu.
Soalnya kan sudah ketemu.
Mereka berlalu maju,
seluruh hidupnya berlagu.
Harus kubuat sesuatu,
tiada pos tempat menunggu.
c. Diksi: Pilihan kata dalam puisi ini sangat menarik dan tepat. Banyak diksi
yang digunakan untuk menambah irama atau ritme dalam puisi menjadi serasi
atau membuat puisi terasa lebih halus. Contohnya pemilihan kata biru untuk
menggambarkan suasana yang muram, kata kusam pada larik “hariku kusam
dan bergeser lamban” untuk menggambarkan hari yang suram tidak
bercahaya. Pemilihan kata riba untuk memadatkan kata dalam puisi pada larik
“dengan kekasih yang di riba bumi” yang memiliki makna yaitu dipangku.
Pemilihan kata pupus yang memiliki arti sinonim dengan kata hilang atau
lenyap, kata jemu yang memiliki arti sama dengan bosan, dan pilihan kata
menderu untuk menghaluskan irama puisi yang memiliki arti bergemuruh.
Pemilihan kata berlagu dan kata berkembang biak dalam puisi juga untuk
menyelaraskan bunyi akhir yang sama pada kesatuan bait tersebut. Selain itu,
pemilihan kata muda pada larik “lukaku sudah muda, tetapi kugaruk lagi”
yang memiliki makna lukanya yang belum sembuh.
d. Pencitraan:
(1) Citraan pendengaran (auditory imagery)
Kutipan 1:
Radio mengingatkan lagu kenangan
dengan kekasih yang di riba bumi.
Kutipan 2:
Sebenarnya sudah bisa kupupus kesedihanku.
(2)Citraan perasaan
Kutipan 1:
Alangkah sedihnya kalau sudah kutahu,
(2) Citraan penglihatan (visual imagery)
Kutipan:
Di sini kujumpa penyanyi suka tertawa
e. Gaya Bahasa: Majas klimaks
Kutipan:
Anak banyak, kerja banyak, kesenangan banyak
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dari
puisi ini adalah kehilangan kekasih, sedangkan amanat yang terdapat dalam
puisi ini adalah tiada guna meratapi keadaan yang ada karena hidup harus
terus berjalan, lebih baik ikhlaskan yang terjadi dan ambil hikmahnya. Hal ini
dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Hari kusam dan bergeser lamban.
Radio mengingatkan lagu kenangan
dengan kekasih yang di riba bumi.

Ayo diriku, kok begitu.


Soalnya kan sudah ketemu.
Mereka berlalu maju,
seluruh hidupnya berlagu.
Harus kubuat sesuatu,

24. Bunga Gugur


Kajian Sastra:
a. Tema: Kesedihan seorang kekasih yang ditinggal mati oleh kekasihnya
Kutipan:
Baiklah kita ikhlaskan saja
tiada janji ‘kan jumpa di sorga
karena di sorga tiada kita ‘kan perlu asmara.

.......

Gugur, ya, gugur


semua gugur
hidup. Asmara, embun di bunga –
yang kita ambil cuma yang berguna

b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh penyair
adalah tiada guna meratapi keadaan yang ada karena hidup harus terus berjalan,
lebih baik ikhlaskan yang terjadi dan ambil hikmahnya. Hal ini dapat dibuktikan
dari kutipan berikut.
Kutipan:
Baiklah kita ikhlaskan saja
tiada janji ‘kan jumpa di sorga
karena di sorga tiada kita ‘kan perlu asmara.

.......
Gugur, ya, gugur
semua gugur
hidup. Asmara, embun di bunga –
yang kita ambil cuma yang berguna

c. Diksi: Terdapat diksi gugur yang memiliki arti selain gugur yaitu jatuh dan
mati atau meninggal.
Kutipan 1:
Di atas nyawa yang gugur
Kutipan 2:
Gugurlah segala hal ikhwal antara kita
d. Pencitraan:
Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan:
ia mengikuti hidup manusia
e. Gaya Bahasa: Personifikasi
Kutipan 1:
Asmara cuma lahir di bumi
ia mengikuti hidup manusia
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah dua bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah 11 bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dari
puisi Bunga Gugur adalah kesedihan seseorang yang ditinggal mati kekasihnya,
sedangkan amanat yang ada dalam puisi Bunga Gugur adalah lebih baik
mengikhlaskan suatu hal yang sudah terjadi dan ambil hikmahnya. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan berikut.

Baiklah kita ikhlaskan saja


tiada janji ‘kan jumpa di sorga
karena di sorga tiada kita ‘kan perlu asmara.

.......

Gugur, ya, gugur


semua gugur
hidup. Asmara, embun di bunga –
yang kita ambil cuma yang berguna

B. PUBER KEDUA
1. Surat Seorang Istri
Kajian Sastra:
a. Tema: Ketabahan seorang istri yang ditinggal suaminya bekerja. Tema dari
puisi Surat Seorang Istri ialah istri yang tabah menghadapi kerinduan dengan
suaminya yang tidak bisa pulang ke rumah pada malam natal karena tuntutan
pekerjaan. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Tapi aku akan tabah, lakiku
kupalingkan hati dari segala pilu
dan akan kuturut segala perintahmu.

b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang disampaikan dalam puisi Surat
Seorang istri ialah sebagai seorang istri agar tetap tabah dan kuat ketika ditinggal
suami pergi berkerja jauh dan tidak bisa pulang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
berikut.
Kutipan:
Tapi aku akan tabah, lakiku
kupalingkan hati dari segala pilu
dan akan kuturut segala perintahmu.

c. Diksi: Pilihan kata yang menarik terdapat diksi pucat pada larik “malam ini
bulan pucat” yang memiliki makna sebenarnya bahwa malam ini bulan pudar
warnanya. Selain itu banyak terdapat diksi kelabu pada larik “dan betapa pula
kelabu wajah hatiku” yang memiliki makna sebenarnya bahwa hatinya sedih.
d. Pencitraan:
(1) Citra penglihatan (visual imegery)
Kutipan 1:
Malam ini bulan pucat
Pohon-pohon kelabu
Berayun, di atas khayalan pucat.
Kutipan 2:
Wah, mulutnya sangat lucu
waktu berkata ingin jadi penerbang
Kutipan 3:
Mata mereka besar
sebagai bapanya.
(2) Citra pendengaran (auditory imagery)
Kutipan:
dan bila hujan berdesar
kurindu mendengar bisikmu
(3) Citra perabaan (tactile imagery)
Kutipan:
Kubelai rambutnya dan kukatakan padanya
(4) Citraan penciuman (olfactory)
Kutipan:
Betapa hambarnya rumah tanpa bau rokokmu
(5) Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan 1: bila pipi kita beradu
(6) Citraan perasaan
Kutipan 1:
Dan betapa pula kelabu wajah hatiku
kerna aku tahu, suamiku,
hari Natal yang bakal datang
kau tidak bisa pulang.
Kutipan 2:
Aku menangis kecil, suamiku.
Kutipan 3:
Ah, mereka sangat lucu dan menyenangkan!
e. Gaya Bahasa:
(1) Majas asosiasi atau perumpamaan
Kutipan:
“Ia seperti burung besar. Burung elang!”
(2) Majas personifikasi
Kutipan 1:
Pohon-pohon kelabu
Berayun, di atas khayalan pucat.
Kutipan 2:
Lalu datang suratmu
yang hanya membawa rindu
(3) Majas alegori
Kutipan:
Lelaki itu batang pepohonan
dan perempuan adalah pupuknya
(4) Majas simbolik
Kutipan:
Engkau memang rajawali, Abang!
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah empat bunyi.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah 38 bunyi.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dari
puisi Surat Seorang Istri ialah ketabahan seorang istri yang ditinggal bekerja oleh
suaminya dan dari kutipan yang sama pula terdapat pesan atau amanat secara yang
ingin disampaikan penyair kepada pembaca yaitu sebagai seorang istri tetap tabah
dalam menunggu suaminya pulang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Tapi aku akan tabah, lakiku


kupalingkan hati dari segala pilu
dan akan kuturut segala perintahmu.

2. Balik Kamu Balik


Kajian Sastra:
a. Tema:
Kutipan:
b. Pesan atau Amanat:
Kutipan:
c. Diksi:
d. Pencitraan:
Kutipan:
e. Gaya Bahasa:
Kutipan:
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:
3. Bukannya di Madrid
Kajian Sastra:
a. Tema:
Kutipan:
b. Pesan atau Amanat:
Kutipan:
c. Diksi:
d. Pencitraan:
Kutipan:
e. Gaya Bahasa:
Kutipan:
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur:

C. PUBER KETIGA
1. Sajak Cinta Ditulis pada Usia 57
Kajian Sastra:
a. Tema: Pernyataan rasa cinta seorang kekasih dengan perempuannya Juwita
Kutipan:
Cintaku kepadamu, Juwitaku,
kemudian me-ruang dan me-waktu
dalam hidupku yang sekadar insan.
Ruang cinta aku budayakan.
Tetapi waktu-nya.
Lepas dari jangkauan.
Sekarang aku menyadari:
usia cinta lebih panjang
dari usia percintaan.
b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang disampaikan seorang penyair
dalam puisi tersebut ialah bahwa usia cinta lebih panjang dari pada usia manusia
dan usia percintaan. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Cintaku kepadamu, Juwitaku,
kemudian me-ruang dan me-waktu
dalam hidupku yang sekadar insan.
Ruang cinta aku budayakan.
Tetapi waktu-nya.
Lepas dari jangkauan.
Sekarang aku menyadari:
usia cinta lebih panjang
dari usia percintaan.
c. Diksi:
d. Pencitraan:
(1) Citraan penciuman (olfactory)
Kutipan:
belum pernah puas
aku mencium kamu.
(2) Citraan perasaan
Kutipan:
Cintaku kepadamu, Juwitaku,
ikhlas dan sebenarnya.
(3) Citraan penglihatan (visual imegery)
Kutipan:
Kamu tidak molek
tetapi cantik dan juwita.
e. Gaya Bahasa:
Kutipan:
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah sembilan.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah 36.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dari
puisi Sajak Cinta Ditulis pada Usia 57 adalah pernyataan cinta seorang kekasih
pada seseorang yang disebutnya Juwita melalui sebuah puisi. Pesan atau amanat
yang disampaikan seorang penyair dalam puisi tersebut ialah bahwa usia cinta
lebih panjang dari pada usia manusia dan usia percintaan. Hal ini dapat dibuktikan
dari kutipan berikut.
Kutipan:
Cintaku kepadamu, Juwitaku,
kemudian me-ruang dan me-waktu
dalam hidupku yang sekadar insan.
Ruang cinta aku budayakan.
Tetapi waktu-nya.
Lepas dari jangkauan.
Sekarang aku menyadari:
usia cinta lebih panjang
dari usia percintaan.

2. Hai, Ma!
Kajian Sastra:
a. Tema: Tema yang didapat secara implisit yaitu kenangan cinta seorang anak
kepada sosok ibu yang mampu mengembalikan semangat hidupnya.
Kutipan:
Tetapi, Ma,
Setiap kali menyadari
Adanya kamu dalam hidupku ini
Aku merasa jalannnya arus darah
Disekujur tubuhku.
Kelenjar-kelenjarku bekerja.
Sukmaku menyanyi.
Dunia hadir.
Cicak di tembok berbunyi.
Tukang kebun kedengaran berbicara
Kepada putranya.
Hidup menjadi nyata.
Fitrahku kembali.

b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang didapat secara implisit ialah
sosok ibu merupakan denyut nadi penghidupan seorang anak. Seberapa jauh dan
sukar kehidupan seorang anak apabila mengingat si anak mengingat cinta antara
anak dan ibu, kehidupan akan terasa indah, semangat kembali bersinar, dan hidup
terasa kembali nyata. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Kutipan:
Tetapi, Ma,
Setiap kali menyadari
Adanya kamu dalam hidupku ini
Aku merasa jalannnya arus darah
Disekujur tubuhku.
Kelenjar-kelenjarku bekerja.
Sukmaku menyanyi.
Dunia hadir.
Cicak di tembok berbunyi.
Tukang kebun kedengaran berbicara
Kepada putranya.
Hidup menjadi nyata.
Fitrahku kembali.

c. Diksi:
d. Pencitraan:
(1) Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan:
Bukan maut yang menggetarkan hatiku.
(2) Citraan perasaan
Kutipan 1:
Hawa dingin masuk ke badanku yang hampa
Padahal angin tidak ada.
Kutipan 2:
Kadang-kadang
aku merasa terbuang ke belantara
dijauhi ayah-bunda
dan ditolak para tetangga.
Kutipan 3:
Aku marah. Aku takut.
Aku gemetar namun gagal menyusun bahasa.
(3) Citraan pendengaran (auditory imagery)
Cicak di tembok berbunyi.
Tukang kebun kedengaran berbicara
kepada putranya.
(4) Citraan penciuman (olfactory)
(Masya Allah!
Aku selalu kesengsem
pada bau kulitmu!)
Kutipan:
e. Gaya Bahasa:
Kutipan:
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah 14.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah 53.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dari
puisi ini yaitu kenangan cinta seorang anak kepada sosok ibu yang mampu
mengembalikan semangat hidupnya. Pesan yang ingin disampaikan penyair dalam
puisi ini adalah sosok ibu merupakan denyut nadi penghidupan seorang anak.
Seberapa jauh dan sukar kehidupan seorang anak apabila mengingat anak
mengingat cinta antara anak dan ibu, kehidupan akan terasa indah, semangat
kembali bersinar, dan hidup terasa kembali nyata. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
Kutipan:
Tetapi, Ma,
Setiap kali menyadari
Adanya kamu dalam hidupku ini
Aku merasa jalannnya arus darah
Disekujur tubuhku.
Kelenjar-kelenjarku bekerja.
Sukmaku menyanyi.
Dunia hadir.
Cicak di tembok berbunyi.
Tukang kebun kedengaran berbicara
Kepada putranya.
Hidup menjadi nyata.
Fitrahku kembali.

3. Barangkali karena Bulan


Kajian Sastra:
a. Tema: Kerinduan seorang anak pada ibunya.
Kutipan:
Dan, Ma, aku meraih sukmamu
yang jauh dari jangkauanku.

Aku tulis sajak cintaku ini


karena tak bisa kubisikkan kepadamu.
Rindu mengarungi Senin, Selasa, Rabu,
Dan seluruh Minggu.

b. Pesan atau Amanat: Pesan atau amanat yang ingin disampaikan pada penyair
melalui puisi Barangkali karena Bulan adalah ketika kita tidak bisa membisikkan
rindu tulislah sebuah sajak untuk mengenangnya. Hal ini dapat langsung
dibuktikan dari kutipan berikut.
Kutipan:
Dan, Ma, aku meraih sukmamu
yang jauh dari jangkauanku.

Aku tulis sajak cintaku ini


karena tak bisa kubisikkan kepadamu.
Rindu mengarungi Senin, Selasa, Rabu,
Dan seluruh Minggu.

c. Diksi:
d. Pencitraan:
(1) Citraan penciuman (olfactory)
Kutipan:
Bulan menyebarkan aroma berahi
Dari tubuhnya.
(2) Citraan pendengaran (auditory imagery)
Kutipan:
Seekor kucing jantan mengerang
dengan suara ajaib.
Mengucapkan puisi yang tak bisa ia tuliskan.
(3) Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Kutipan 1:
Yang lalu melekat di daun-daun pohon tanjung yang gemetaran.
Kutipan 2:
Kristal-kristal harapan dan keinginan
berkilat-kilat hanyut di air kali
membentur batu-batu yang tidur.
Kutipan 3:
Ma, tubuhmu yang lelap tidur
terbaring di atas perahu layar
hanyut di langit
mengarungi angkasa raya.
e. Gaya Bahasa:
Kutipan:
f. Tifografi: Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap.
g. Bunyi:
(1) Eufoni (riang) yaitu bunyi i dan e berjumlah empat.
(2) Kokofoni (sengau) bunyi a, u, dan o berjumlah tujuh.
h. Enjambemen:
i. Korenspondensi:
j. Keterkaitan antar dua unsur: Keterkaitan antara tema dan amanat. Tema dalam
puisi ini adalah kerinduan seorang anak kepada ibunya, sedangkan amanat yang
dapat ditarik secara eksplisit ialah ketika kamu rindu tulislah sebuah sajak apabila
tak mampu menyampaikannya. Hal ini dilakukan penyair dalam puisi tersebut,
dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
Dan, Ma, aku meraih sukmamu
yang jauh dari jangkauanku.

Aku tulis sajak cintaku ini


karena tak bisa kubisikkan kepadamu.
Rindu mengarungi Senin, Selasa, Rabu,
Dan seluruh Minggu.

Anda mungkin juga menyukai