Anda di halaman 1dari 8

LAMPIRAN

INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN


Uraian
1. Jelaskan yang apa yang dimaksud dengan puisi!
2. Sebutkan unsur-unsur pembangun puisi yang terdapat pada teks puisi
“DOA”!
3. Analisislah unsur-unsur pembangun puisi yang terdapat pada teks puisi
“DOA”!

RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

NO URAIAN SKOR JUMLAH


1 Menjelaskan pengertian puisi
Jika menjelaskan pengertian puisi dengan 3
benar
Jika menjelaskan pengertian puisi dengan 2
kurang benar
Jika tidak menjelaskan pengertian puisi dengan 1
benar

2 Menyebutkan unsur-unsur pembangun puisi


a.       Jika dapat menyebutkan 5 unsur pembangun 3
dengan tepat
b.      Jika dapat menyebutkan 4 unsur pembangun 2
dengan tepat
c.       Jika dapat menyebutkan 3 unsur pembangun 1
dengan tepat
3 Menganalisis unsur pembangun puisi
 Jika menganalisis unsur-unsur puisi dengan 3
benar
Jika menganalisis unsur-unsur puisi dengan 2
kurang benar
1
Jika tidak menganalisis unsur-unsur puisi dengan
benar

a.
b.
Skore maksimal = 9
Pedoman penilaian

Skor = jumlah perolehan angka seluruh aspek

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai = 𝑥 100
Contoh Singkat Analisis Puisi “DO’A” Karya Chairil Anwar 

Chairil Anwar

DO'A

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh


mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci


tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943

(1) Analisis Unsur Fisik

Tipografi
Bentuk wajah yang ditampilkan pada puisi tersebut cukup menarik.
Penulisannya rata kiri. Bagian kanan tulisan terlihat tidak teratur. Terkesan
singkat dan indah karena tiap baris puisi hanya disusun oleh beberapa kata
saja. Bahkan ada yang satu baris hanya terdiri satu kata. Jadi, baris-baris
dalam puisi itu tidak panjang-panjang, melainkan pendek. Selain itu, setiap
baris tidak diawali dengan huruf kapital. Beberapa baris diawali huruf
kapital dan lainnya diawwali huruf kecil.

Diksi
Diksi yang digunakan penyair adalah kata-kata yang bernada ragu, lemah,
bimbang, dan rapuh. Sebagai contoh pengarang menggunakan kata-kata
“Dalam termenung”, “Biar susah sungguh”, “Aku hilang bentuk”,
“Remuk”.

Imaji
Imaji yang muncul dalam puisi tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut.
Imaji penglihatan terdapat pada kata-kata “tinggal kerdip lilin di kelam
sunyi”. Penyair mengajak pembaca melihat seberkas cahaya kecil walau
hanya sebuah perumpamaan.

Imaji pendengaran terdapat pada “aku masih menyebut namaMu”.


Pembaca diajak seolah-plah mendengar ucapan tokoh aku dalam menyebut
nama Tuhan .

Imaji sentuh atau rasa terdapat pada kata-kata “cahaya-mu panas suci”.
Penyair menyampaikan kepada pembaca nikmatnya sinar suci Tuhan
sehingga pembaca seolah-olah merasakannya.

Kata Konkrit
Kata-kata konkrit yang dipakai pengarang diantaranya sebagai berikut.
Kata “termangu”, untuk mengkonkritkan bahwa penyair mengalami krisis
iman yang membuanya sering ragu terhadap Tuhan.

Kata-kata “tinggal kerdip lilin dikelam sunyi”, untuk mengkonkritkan


bahwa penyair mengalami krisis iman.

Kata-kata “aku hilang bentuk/remuk”, untuk mengkonkritkan gambaran


bahwa penyair telah dilumuri dosa-dosa

Kata-kata “dipintumu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling” , untuk


mengkonkritkan bahwa tekad penyair yang bulat untuk kembali ke jalan
Tuhan”

Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang muncul didominasi oleh majas hiperbola, yaitu
melebih-lebihkan. Sebagai contoh kata-kata “Biar susah sungguh /
mengingat kau penuh seluruh” atau kata-kata “Tuhanku / aku hlang bentuk
/ remuk”

Verifikasi
Untuk rima akhirnya mempunyai pola yang tidak beraturan. Sebagai
contoh, bait ke-1 hanya terdiri satu baris yang berarti mempunyai rima
akhir a. untuk bait ke-2 terdiri dari tiga baris dengan rima akhir a-a-a.
Begitu pula untuk bait ke-3 dan ke-4 mempunyai rima akhir a-a, a-a.
Untuk bait-bait salanjutnya tidak menentu rima akhirnya.

(2) Analisis Struktur Batin

Tema
Tema puisi tersebut adalah ketuhanan. Hal itu karena diksi yang digunakan
sangat kental dengan kata-kata yang bermakna ketuhanan.

Perasaan
Perasaan dalam puisi tersebut adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan
tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung,
menyebut nama-Mu, aku hilang bentuk, remuk, aku tak bisa berpaling.

Nada
Nada dalam puisi tersebut adalah mengajak (ajakan) agar pembaca
menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan.
Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan.

Amanat
Amanat yang dapat kita ambil dari puisi tersebut diantaranya adalah agar
kita (pembaca) bisa menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan
Tuhan. Agar kita bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan
penyair.

Menganalisis Struktur Fisik Puisi


    Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yang lebih tabah


Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak


Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Taka ada yang lebih arif


Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
                    (hujan bulan juni, 1994)

NO Struktur Batin Puisi

1 Tipologi Tema
a. Bentuk puisi seperti halaman yang tidak Percintaan dimana seseorang yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, mengungkapkan perasaaan rindu atau
pengaturan barisnya, hingga baris puisi cintanya terlihat pada larik-larik
yang tidak selalu dimulai dengan huruf Dari hujan bulan juni
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap pohon bunga itu
b. Menggunakan huruf  kecil baik pada awal
baitnya maupun pada awal tiap barisnya.

c.  Penyair tidak menggunakan kaidah-kaidah


dalam puisi seperti jumlah suku kata pada
kata di tiap barisnya.

d. Penyair menandai bahwa puisi ini berbeda


dengan puisi-puisi yang lain. Selain tidak
digunakannya huruf kapital, penyair juga
menggunakan tanda titik koma pada akhir
baris pertama hingga baris ke tiga,
sedangkan pada baris terakhir
menggunakan tanda titik sebagai akhir dari
puisi tersebut

2 Diksi Perasaan
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini Penyair merasa sedih karena pada suatu
mudah untuk dipahami, contoh pada hari nanti ia akan meninggalkan sosok
kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa Kau pada puisi ini yang bisa berarti
mengerti maksud dari puisi ini bahwa pembaca, tetapi ia pun senang karena
menceritakan sesuatu yang akan datang. walaupun suatu hari nanti ia tiada, tapi ia
tetap menemani dan keberadaannya itu
Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada digantikan oleh larik-larik sajak dan
lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti kenangan indah semasa hidup.
tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini.
dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah
dipahami karena lebih ke makna yang
sebenarnya.
3 Pengimajian /Citraan Nada
Pengimajian atau pencitraan adalah suatu Nada adalah sikap penyair terhadap
kata atau kelompok kata yang digunakan pembaca. Sikap penyair pada puisi ini
untuk mennggunakan kembali kesan-kesan adalah lembut dan halus karena ia
panca indera dalam jiwa pembaca. menjelaskan bahwa walau suatu hari nanti
a. Penglihatan: ia tidak ada, tapi karya-karyanya akan
 Jasadku tak akan ada lagi selalu ada menemani para pembaca.
    Tapi dalam bait-bait sajak ini
    Tapi di antara larik-larik sajak ini
    Impianku pun tak dikenal lagi
    Namun di sela-sela huruf sajak ini
    Kau takkan letih-letihnya ku cari

b. Pendengaran:
    Suaraku tak terdengar lagi
c. Perasa :
    Kau takkan kurelakan sendiri
    Kau akan tetap kusisati

4 Majas/Gaya bahasa Amanat


   Kau takkan kurelakan sendiri Amanat dari puisi ini adalah bahwa
   Kau akan tetap kusiasati penyair ingin menyampaikan
   Kau takkan letih-letihnya kucari kesetiaannya kepada pembaca walaupun
Pada kata-kata tersebut menggunakan ia sudah tidak adi, pembaca tak usah
majas metafora karena mengumpamakan sedih. Karena dia tetap setia dan tetap
sesuatu dengan larik, bait dalam sajak. bisa menemani pembaca dengan karya-
karya nya.
5 Rima / Irama
Pada puisi ini semua baitnya mempunyai
akhiran i yang memberikan kesan
kesetiaan, pengandaian dan rayuan
terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
6 Kata Konkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang jika
dilihat secara denotatif sama, tetapi secara
konotatif tidak sama, bergantung pada
situasi dan kondisi pemakainya. Atau
dengan kata lain, kata-kata itu dapat
menyaran kepada arti yang menyeluruh.
Seperti pengimajian, kata yang
dikongkretkan juga erat hubungannya
dengan penggunaan kiasan dan lambang.

Pada puisi ini kata kongkret terdapat pada


kata
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Penyair mengiaskan bahwa kehidupan itu
disamakan dengan sela-sela huruf pada
kata-kata dalam sajak, yang penyair tak
lelah atau letih mencari tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai