NIM : 859895402
KELAS :1A
POKJAR : MADINA
TUGAS 1 EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
1. Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai
dengan sedang. Bukannya tes objektif tidak dapat digunakan untuk mengukur
proses berpikir tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, dan kreasi tetapi untuk
menulis future soal yang seperti itu memerlukan keterampilan tersendiri.
2. Dengan menggunakan tes objektif mata semua atau sebagian besar materi yang
telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian.
3. Dengan dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap
siswa dapat dilakukan dengan cepat tepat dan konsisten karena jawaban yang
benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti. Kita juga dapat
menggunakan fasilitas komputer untuk memproses hasil ujian sehingga
kecepatan, ketepatan, dan kekonsistenan nya dapat lebih terjamin.
4. Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk
dilakukan analisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat
diperoleh informasi tentang karakteristik setiap butir soal seperti tingkat
kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh, serta reliabilitasnya.
5. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes
objektif khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat
kesukaran butir soal hanya dengan mengubah homogenitas alternatif jawaban.
6. Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Jika tes objektif di konstruksi
dengan baik maka kita akan memperoleh informasi yang banyak dari Respon
yang diberikan oleh siswa. Setiap respon siswa terhadap setiap alternatif
jawaban akan memberikan informasi kepada kita tentang penguasaan kognitif
siswa terhadap materi yang diujikan. Dengan demikian kita dapat mengetahui
kemampuan dan kelemahan siswa.
Kelemahan tes objektif
1. Kebanyakan tes objektif hanya bisa mengukur proses berpikir rendah. Walaupun
tujuan pembelajaran yang akan diukur sebenarnya lebih tinggi dari sekedar
ingatan atau pemahaman. Hal ini semata-mata bukan karena tes objektif tidak
dapat digunakan untuk mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari sekedar
ingatan atau pemahaman Tetapi lebih disebabkan oleh penulis soal yang belum
dapat menulis tes objektif yang mengukur proses berpikir tinggi.
2. Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat
pertanyaan tes uraian. Kesulitan dalam membuat tes objektif biasanya muncul di
saat menulis soal harus membuat alternatif jawaban yang memenuhi syarat
sebagai tes objektif yang baik, misalnya semua alternatif jawaban harus
homogen dan pengecoh menarik untuk dipilih. Oleh karena itu membuat tes
obyektif yang baik memerlukan waktu yang lama.
3. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan
menerka. Jika tes objektif dibuat dengan kurang baik Misalnya susunan
Bahasanya kurang mudah dimengerti oleh anak, maka maksud butir soal
tersebut akan sulit dipahami oleh siswa. Jika hal ini terjadi maka kesalahan siswa
dalam menjawab butir soal dapat terjadi bukan karena siswa tidak memahami
materi yang ditanyakan tetapi karena siswa mengalami kesukaran dalam
memahami kalimat dalam butir soal. Disamping itu kemampuan siswa juga dapat
dipengaruhi karena adanya unsur tebakan. Hal ini akan terjadi apabila siswa
merasa ragu atau kehabisan waktu untuk mengerjakan soal.
4. Siswa tidak dapat mengorganisasikan idenya sendiri karena semua alternatif
jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal. Dalam hal
ini siswa hanya dapat mengingat hidup orang lain yaitu itu penulis soal.
Menyadari akan adanya kelemahan yang ada pada tes objektif Maka sebagai seorang
guru kita harus berupaya untuk meminimalkan kelemahan tersebut. Berbagai upaya
yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes objektif antara lain sebagai
berikut.
1. Upaya untuk mengatasi agar butir soal yang ditulis tidak cenderung mengukur
proses berpikir rendah caranya adalah membuat soal harus selalu berorientasi
pada kisi-kisi soal. Tulislah butir soal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan diukur.
2. Upaya untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal adalah dengan cara
menguasai materi yang baik dan latihan membuat soal yang terus-menerus
maka Masalah ini tidak akan menjadi hambatan lagi. Semua butir soal yang telah
ditulis dan diujikan sebaiknya tidak dibuang tetapi terus dikumpulkan dalam
suatu kumpulan butir soal.
3. Upaya untuk mengatasi agar kemampuan siswa tidak terganggu oleh
kemampuan membaca dan menerka, caranya adalah dengan menulis butir soal
yang baik sesuai dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang telah
ditentukan. Sedangkan untuk mengatasi masalah tebakan dapat diatasi dengan
memperbanyak jumlah alternatif jawaban menjadi 4 atau 5. Dengan
bertambahnya jumlah alternatif jawaban maka kemungkinan menebak akan
semakin kecil.
4. Dengan tes objektif siswa tidak dapat mengemukakan ide yang sendiri tetapi
harus mengikuti ide orang lain dalam hal ini ide penulisan. Caranya adalah
dengan menggunakan tes uraian dan objektif secara bergantian selama proses
penilaian hasil belajar.
Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam membedakan antara fakta dan pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan
baik, maka materi yang ditanyakan hendaknya homogen dari segi isi. Bentuk soal
seperti ini lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana (Arifin, 2009:137).
Contoh:
B – S : Novel Siti Nurbaya ditulis oleh Marah Rusli
B – S : Datuk Maringgih adalah salah satu tokoh dalam novel Siti Nurbaya
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal benar-salah menurut Arifin (2009:137)
adalah sebagai berikut:
a. Dalam menyusun item bentuk benar-salah ini hendaknya jumlah item cukup banyak
di atas 50 soal, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
b. Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
c. Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat yang
sederhana.
d. Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, kompleks, dan negatif.
e. Hindarkan penggunaan kata yang dapat memberi petunjuk tentang jawaban yang
dikehendaki. Misalnya: biasanya, umumnya, selalu.
1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi. Ini artinya kalau tujuan
pembelajaran adalah mengajarkan proses berpikir tinggi maka untuk
mengukurnya akan lebih tepat jika menggunakan tes uraian. Tentu saja dengan
tambahan pertimbangan bahwa jumlah siswa kita tidak terlalu banyak. Jika
jumlah siswa kita terlalu banyak maka kita akan menghadapi kesulitan pada saat
memeriksa hasil ujian.
2. Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat
diukur dengan tes objektif. Dapatkah keterampilan menulis, kemampuan dalam
menghasilkan, mengorganisasi dan mengekspresikan ide atau gagasan, serta
kemampuan dalam membuat rancangan penelitian diukur dengan tes objektif?
Inilah Salah satu keunggulan tes uraian yang tidak dimiliki oleh tes objektif. Jika
kita mempunyai tujuan pembelajaran yang seperti ini maka kita tidak dapat
mengukurnya dengan menggunakan tes objektif tetapi kita harus mengukurnya
dengan menggunakan tes uraian walaupun jumlah siswanya banyak.
3. Waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes uraian untuk satu waktu ujian
lebih cepat daripada waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif.
Contoh :
“Allah telah melimpahkan nikmatnya kepada kita yang amat banyak, sehingga kita tak
mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu sudah sepatuhnya kita mensyukuri
nikmat tersebut kepada Allah SWT”.
Jelaskan, bagaimana caranya kita mensyukuri nikmat Allsah itu sesuai dengan ajaran
Rasulullah!
2. Analisis menurut pemahaman Anda tentang konsep dasar dan ciri utama dari
tes,pengukuran,asesmen, dan evaluasi (jabarkan jawaban Anda dalam bentuk
tabel)
Membandingkan
Proses untuk menentukan Angka atau skor
Pengukura hasil tes dengan
kuantitas sesuatu yang Bersifat
n standar ukuran
menghasilkan angka. kuantitatif
tertentu
Mengambil keputusan Pemberian atribut
Deskripsi
Penilaian terhadap sesuatu dengan terhadap hasil
Bersifat kualitatif
ukuran baik atau buruk. pengukuran
Pengambilan
Kegiatan yang meliputi
keputusan
dua unsur yaitu Keputusan atau
Evaluasi terhadap hasil
pengukuran dan Justifikasi
penilaian
penilaian.
lulus/tidak
Proses belajar
siswa merupakan
hal penting yang
Istilah yang tepat untuk
dinilai dalam Hasil Proses
Assesmen penilaian p roses belajar
asesmen, faktor belajar
siswa.
hasil belajar juga
tetap tidak
dikesampingkan
Tugas Portofolio:
Mewarnai gambar flora dan fauna dalam lembar kerja yang diberikan guru.
Pewarnaan ini dilakukan sesuai imajinasi masing-masing siswa. Dikumpulkan
pada pertemuan pembelajaran selanjutnya.
Tugas Portofolio:
Siswa menggambar di kertas HVS, dengan bebas bertema flora dan fauna.
Siswa bisa menuliskan atau menjelaskan arti gambar tersebut. Dikumpulkan
pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Tugas Portofolio:
Mengumpulkan hasil penilaian ulangan harian dan tugas project yang
dilakukan selama satu semester terkait materi:
Menentukan letak bilangan pada garis bilangan
Penjumlahan dan pengurangan 3 angka
Perkalian dan pembagian
Laporan dikumpulkan paling lambat minggu ke-4 bulan Juni.
Jadwal kegiatan pelaksanaan penyusunan portofolio:
3 4 1 2 3 4
1. Mendapat Tugas ✓
4. Penyusunan dan ✓
pengecekan
kelengkapan
laporan
5. Penyerahan
portofolio siswa
Tugas Portofolio:
Siswa membuat denah tempat tinggal dan lingkungannya dengan menarik, dan
mendeskripsikan atau menjelaskan dengan kalimat yang runtut. Siswa
membuat teks percakapan terkait materi "Tempat Umum" di kertas portofolio
dengan memperhatikan bahasa dan tanda baca. Laporan dikumpulkan pada
minggu ke-2 April
Jadwal Penyusunan Laporan
1 2
1. Mendapat Tugas ✓
3. Penyerahan ✓
portofolio siswa
Tugas Portofolio:
Menulis karya tulis makalah berkelompok (1 kelompok 5 siswa) terkait materi
“Usaha Menjaga Keutuhan NKRI” dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dan contoh perilaku menjaga keutuhan NKRI.
Buat laporan ini berdasarkan:
Bukti referensi
Hasil pengamatan dan diskusi kelompok
Makalah dikumpulkan pada minggu ke-2 bulan Mei
Jadwal Penyusunan Laporan
1 2 3 4 1 2
1. Mendapat Tugas + ✓
Pembagian
Kelompok
3. Pengecekan
kelengkapan data
4. Penyusunan
Laporan
Penilaian;
Contoh portofolio siswa SD kelas 6
Tugas Portofolio:
Siswa mencari dan menulis dongeng bahasa Inggris. Siswa menghafalkannya
dan melakukan story telling dalam bentuk video.
Lembar penilaian diri: (tidak pernah (10), kadang-kadang (20), sering (30))