Yang diampu oleh Ibu De. Endang Sri Andayani, S.E., MSi., Ak.
Assalaumalaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan Hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tes ; True False, Multiple
Choice, Matching Test”.
Makalah Tes : True-False, Multiple Choice dan Mathching test ini disusun guna
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu pada mata kuliah Evaluasi
Pendidikana di Universitas Negeri Malang. Selain itu, kami selaku penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Endang Sri Andayani, S.E.,
MSi., Ak selaku pengampu mata kuliah Evaluasi Pendidikan. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualikum Wr.Wb
Tim penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. True - False
Tes benar atau salah (True or False) merupakan jenis tes objektif yang berupa
pernyataan-pernyataan benar atau salah. Pernyataan tersebut ada yang benar ada yang
salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan
tersebut dengan melingkari (B) untuk pernyataan yang betul menurutnya dan (S)
untuk pernyataan yang salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dan pendapat.
Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknya
homogen dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana (Arifin, 2009:137).
Di bidang pendidikan pada umumnya maupun pada bidang kejuruan, item tes
(true-false) yang tidak dimodifikasi atau reguler banyak digunakan oleh para guru.
Salah satunya adalah bahwa item tes soal ini dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar sebagai teknik untuk mengawali dimulainya diskusi. Untuk mencapai hal
tersebut seorang guru perlu menguasai dan mampu mengkontruksi item tes true or
false dengan memperhatikan beberapa aturan yang mampu dipenuhi oleh evaluator
atau guru kelas.
Aturan – aturan ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengonstruksi
item tes benar atau salah, baik yang reguler maupun yang modifikasi. Aturan
aturannya adalah sebagai berikut :
1. Pernyataan item tes true or false sebaiknya dipersiapkan dengan cermat
sehingga siswa tidak secara jelas menerka soal terserbut
2. Pokok persoalan sebaiknya berisi situasi yang spesifik yang terdiri atas
materi yang diperlukan untuk menjawab soal
3. Pernyataan soal disusun secara jelas dan tetap berfokus pada ide pokok yang
ingin ditunjukkan kepada siswa
4. Hindari kalimat panjang dan kompleks dengan kata-kata yang mempunyai
arti ganda
5. Hindari mengartikan pernyataan dua ide kecuali hubungan sebab dan akibat
6. Pernyataan pada setiap item sebaiknya tidak mengambil dari kata-kata dari
buku secara langsung
Tes dalam dunia pendidikan dipandang sebagai salah satu alat pengukuran.
Tes berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan
logam-logam mulia”. Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan tes, ujian atau percobaan. Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran.
Amir Daien Indrakusuma mendefenisikan tes sebagai berikut: “tes adalah
suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data
atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang
boleh dikatakan tepat dan cepat. Menurut Muchtar Bukhari tes adalah suatu percobaan
yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada
seseorang murid atau kelompok murid. Jadi dapat disimpulkan, tes merupakan salah
satu cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dianggap mampu
memfasilitasi kebutuhan orang-orang di bidang pendidikan tentang perangkat atau
alat yang mampu memberi gambaran tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Tes obyektif bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah tes
obyektif bentuk pilhan ganda, yaitu salah satu bentuk tes obyetif yang terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya
harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan. Multiple choice test terdiri
atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum
lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options).
Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci
jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah suatu
bentuk tes yang itemnya terdiri dari suatu statemen yang belum lengkap. Untuk
melengkapinya, diberikan beberapa jawaban dan di antara jawaban tersebut terdapat
satu jawaban yang benar.
Untuk memperoleh tes pilihan ganda yang efektif dan efesien, maka dalam
menyusun tes pilihan ganda, seorang guru harus mengikuti langkahlangkah tes,
sehingga diperoleh gambaran mengenai tingkat pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik.
Kelebihan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda
Dalam evaluasi pembelajaran, tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan yang
secara ringkas dapat dicermati dalam uraian berikut:
a. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur
hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam
implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapainya tujuan belajar
mengajar.
b. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir
seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
c. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para
siswa yang hendak dievaluasi.
d. Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif,
afektif, dan psikomotor siswa.
e. Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah,
jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah.
f. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi
bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif.
g. Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar
jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.
Jadi, setiap tes itu memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Adapun
kelebihan tes pilihan ganda yaitu memiliki karakter yang baik untuk suatu alat
pengukur hasil belajar siswa; mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang
diberikan oleh guru; pemeriksaan jawaban dan pemberian skornya mudah dan cepat;
penggunaan lembar jawaban menjadikan tes lebih efisien dan hemat bahan; dapat
mengukur kemampuan intelektual. Kelemahan tes pilihan ganda yaitu pembuatannya
sulit dan memakan waktu dan tenaga; tidak mudah ditulis untuk mengungkapkan
tingkat kompetensi tinggi; ada kemungkinan dapat dijawab benar semata-mata karena
tebakan.
C. Mathcing Test
Dalam proses belajar mengajar tentunya terdapat suatu tes yang diberikan oleh
guru atau pendidik kepada peserta didiknya. Salah satunya yang digunakan adalah
matching test atau tes menjodohkan. Menurut Sukardi (2010) Item matching test atau
biasa disebut dengan tes menjodohkan adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari dua
kolom parallel dimana masing-masing kolom berisi uraian-uraian, keterangan,
maupun pertanyaan. Model tes ini termasuk dalam kelompok tes objektif. Sebagian
dari para ahli evaluasi pendidikan menyebut daftar stimulus dengan daftar premis.
Hal ini karena dalam kolom tersebut berisi definisi, frasa, atau kata tunggal yang
berfungsi sebagai preposisi yang memberikan stimuli kepada peserta didik untuk
mencari jawaban yang cocok dari kolom kedua atau kolom respon. Menurut Burhan
(2001) dalam tes bentuk menjodohkan, siswa dituntut untuk menjodohkan,
mencocokkan, menyesuaikan, atau menghubungkan antara dua pernyataan yang
disediakan, pernyataan biasanya diletakkan dalam dua lajur, lajur kiri berupa
pertanyaan atau pernyataan pokok dan lajur kanan merupakan jawaban.
Item matching test pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang
fakta yang memiliki makna spesifik. Agar dapat digunakan sebagai materi premis atau
kolom respon, fakta yang digunakan harus sederhana dan jelas. Jika kedua kriteria
tersebut tidak terpenuhi, maka tipe tes lain perlu dipertimbangkan penggunaannya.
Agar bisa mendapatkan item matching tes yang efektif, beberapa aturan dapat
dipertimbangkan ketika guru atau pendidik hendak menggunakan item matching test,
antara lain :
1. Perlu adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana cara menjawab matching
test. Petunjuk tersebut perlu disusun dengan kalimt yang singkat dan jelas.
Guru juga perlu menegaskan makna dan cara menjawab pada setiap kolom.
2. Pada setiap kolom sebaiknya diberi label untuk lebih menjelaskan petunjuk.
3. Item-item dalam matching test sebaiknya homogen. Jika hanya sedikit materi
pembelajaran yang dapat dikelompokkan secara homogen dan berkaitan satu
dengan lainnya, maka bentuk tes lain direkomendasikan untuk digunakan.
4. Sebaiknya antara pertanyaan dan jawaban tidak sama jumlahnya. Secara
empiris antara jumlah jawaban lebih banyak antara 1 atau 2 jawaban. Jika
pertanyaan dan jawaban dibuat sama jumlahnya, ada kemungkinan peserta
didik akan menjawab dengan cara menerka.
5. Untuk setiap tes jumlah item matching sebaiknya antara 4-8 item. Jika terlalu
sedikit akan menimbulkan kurangnya informasi bagi peserta didik. Sebaliknya,
jika lebih dari 8 item kemungkinan akan terjadi tumpang tindih atau
membingungkan dan bisa menghabiskan waktu.
6. Huruf besar atau angka sebaiknya digunakan untuk memberikan label item-
item pada daftar jawaban.
7. Item-item dalam daftar respon sebaiknya dibuat lebih pendek dibandingkan
dengan daftar stimulus atau premis.
8. Kolom dan daftar respon sebaiknya ditempatkan pada sisi sebelah kanan.
9. Semua item untuk satu set matching test sebaiknya ditempatkan pada satu
halaman. Penempatan kedua kolom pada halaman lain atau terpisah akan
mengakibatkan siswa membaca sambil membolak-balik halaman.
Adapun kelebihan dan kelemahan dalam penerapan matching test, antara lain :
a. Kelebihan matching test :
1. Pembuatannya mudah
2. Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif
3. Apabila jenis tes ini disusun dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat
dihilangkan
4. Jenis tes ini berguna untuk menilai berbagai hal :
- Antara problem dan penyelesaiannya
- Antara istilah dan definisinya
- Antara teori dan penemunya
- Antara sebab dan akibatnya
b. Kelemahan matching test :
1. Jenis tes ini cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya
ingat saja
2. Karena mudah disusun, maka jenis tes ini sering digunakan guru atau pendidik
apabila tidak sempat membuat tes dalam bentuk lain
3. Karena jawabannya yang pendek, maka jenis tes ini kurang baik untuk
mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi)
D. Membahas Artikel
Dalam artikel dibahas mengenai pengujuan pilihan ganda dalam pendidikan
merupakan praktik terbaik untuk penilaian juga baik untuk pembelajaran. Pilihan
ganda merupakan jenis penilaian paling popular atau paling sering digunakan dalam
pendidikan untuk mengukur penilaian dalam pembelajaran. Dalam artikel juga
dibahas praktik terbaik untuk tes pilihan ganda, antara lain :
1. Hindari menggunakan jenis item kompleks.
Dalam literature penilaian, Item Complecmultiple-choice (CMC) harus
dihindari karena cenderung lebih rentan terhadap petunjuk. Hal ini akan
memudahkan peserta tes untuk menebak jawaban.
2. Ciptakan butir yang membutuhkan keterlibatan proses kognitif khusus.
Saat membuat tes untuk tujuan penilaian, setiap item harus memanfaatkan
konten tertentu dan melibatkan konten kognitif tertentu untuk memberikan
cakupan yang luas dari tujuan pembelajaran.
3. Hindari menggunakan none-of-the-above (NOTA) dan all-of-the-above
(AOTA) sebagai opsi tanggapan.
Penyertaan NOTA dan AOTA sebagai alternatif dapat membuat peserta tes
memilih jawaban tergantung seberapa sering mereka digunakan di seluruh tes
pilihan ganda.
4. Gunakan tiga opsi respons yang masuk akal.
Penggunaan tiga pilihan jawaban memberikan keseimbangan terbaik antara
kualitas psikometri dan efesiensi administrasi. Meskipun secara teori
menggunakan tiga alternative ini adalah optimal, badan penelitian juga
menyarankan bahwa jumlah pasti yang dipilih paling baik ditentukan oleh
jumlah tanggapan salah yang masuk akal yang dapat diidentifikasikan.
5. Buat tes pilihan ganda menantang, tapi tidak terlalu sulit.
Untuk mengukur pembelajaran secara efektif, setiap item pilihan ganda harus
membantu membedakan antara siswa yang telah dan belum memperoleh
keterampilan dan pengetahuan yang diinginkan. Jadi fungsi dari praktik ini
adalah untuk mengukur pemahaman siswa.
Jadi kesimpulannya, saat mengembangkan tes pilihan ganda tujuannya harus
menciptakan serangkaian item yang menantang siswa tetapi pada akhirnya juga
memungkinkan mereka untuk mengalami tingkat keberhasilan yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tes benar atau salah (True or False) merupakan jenis tes objektif yang berupa
pernyataan-pernyataan benar atau salah. Pernyataan tersebut ada yang benar ada yang
salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan
tersebut dengan melingkari (B) untuk pernyataan yang betul menurutnya dan (S)
untuk pernyataan yang salah. Tes obyektif bentuk multiple choice item sering dikenal
dengan istilah tes obyektif bentuk pilhan ganda, yaitu salah satu bentuk tes obyetif
yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk
menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan. Item
matching test pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta yang
memiliki makna spesifik. Agar dapat digunakan sebagai materi premis atau kolom
respon, fakta yang digunakan harus sederhana dan jelas. Jika kedua kriteria tersebut
tidak terpenuhi, maka tipe tes lain perlu dipertimbangkan penggunaannya.
B. SARAN
Dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan tes objektif ini perserta didik
maupun guru dituntut untuk berusaha memahami apa saja jenis tes objektif yang
memudahkan guru untuk memberikan evaluasi untuk mata pelajaran yang diampunya.
Oleh karena itu sebagai guru harus benar benar memahami dan mampu menerapkan
berbagai macam tes ini dan berbagai aturan yang ada didalamnya.
Daftar Rujukan
Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta :
BPFE
Kusaeri dan Suprananto, “Pengukuran dan Penilaian Pendidikan”, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), h, 5 Suharsimi Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, Edisi Revisi,
Cet. VII, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h, 52
Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Belajar Mengajar”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h, 35
Amir Daien Indrakusuma dalam Buku Suharsimi Arikunto, 2007, Op. Cit. , h. 32
Muchtar Bukhari dalam Buku Daryanto, “Evaluasi Pendidikan”, Cet. V, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), h, 35
Anas Sudijono, “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009), h, 118 7 Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan: Pengembangan Model Evaluasi
Pendidikan Agama di Sekolah”, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h, 78-79