Anda di halaman 1dari 10

Fungsi Lagu Tolu Sahundulan Pada Upacara Pernikahan Masyarakat Simalungun

Di Desa Pariksabungan Kabupaten Simalungun

Jessica Sidauruk¹, Pulumun Ginting²

Prodi Pendidikan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni,


Universitas Negeri Medan, Jl Willem Iskandar Pasar V Medan Estate,
Sumatera Utara, Indonesia
Email: jessicasidauruk2912@gmail.com
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi Lagu Tolu Sahundulan pada upacara
pernikahan masyarakat Simalungun di Desa Pariksabungan Kabupaten Simalungun.
Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian membuktikan bahwa fungsi Lagu Tolu Sahundulan pada upacara pernikahan
masyarakat Simalungun di Desa Pariksabungan Kabupaten Simalungun ialah sebagai
pengungkapan emosional, sebagai sarana perlambangan, sebagai reaksi jasmani, sebagai
keseimbangan budaya.

Kata Kunci : Lagu Tolu Sahundulan, Upacara Pernikahan, Desa Pariksabungan

Abstract
This study aims to determine the function of the Tolu Sahundulan song at the Simalungun
community wedding ceremony in Pariksabungan Village, Simalungun Regency. This study
uses qualitative research methods with qualitative descriptive types. Data collection
techniques used are observation, interviews and documentation. The results of the study
prove that the function of the Tolu Sahundulan song at the wedding ceremony of the
Simalungun community in Pariksabungan Village, Simalungun Regency is as an emotional
expression, as a means of symbolism, as a physical reaction, as a cultural balance.

Keywords : Tolu Sahundulan Song, Wedding Ceremony, Pariksabungan Village


PENDAHULUAN
Masyarakat Simalungun memiliki berbagai jenis kesenian seperti, seni rupa, seni tari,
seni musik, dan berbagai jenis seni lainnya. Masyarakat Simalungun dominan tinggal di
daerah Kabupaten Simalungun, selain bahasanya yang masih kental, kebudayaan mereka
hingga saat ini masih dilakukan sesuai aturan adat Simalungun yang masih tertanam di dalam
masyarakat tersebut seperti, upacara adat, ritual kepercayaan atas roh-roh nenek moyang, dan
sebagai sarana hiburan dalam upacara pernikahan maupun kematian. Kebudayaan ini
dilakukan secara turun temurun melalui proses belajar, seperti dibiasakan berbahasa sesuai
suku yang dimiliki. Pada masyarakat Simalungun terdapat salah satu lagu tradisi adat
Simalungun yaitu, Tolu Sahundulan (tiga kedudukan). Lagu merupakan sarana untuk
menyampaikan pesan kepada para pendengarnya. Melalui lagu maupun musik seseorang
dapat mengekspresikan dirinya dalam keadaan senang maupun sedih. Sejalan dengan
pendapat Irma Prawati Samosir, dkk (2019:75) “Musik dapat menjadi ungkapan perasaan,
pengekspresian diri ketika seseorang sedang sedih karena patah hati ia akan mendengarkan
dan menikmati sebuah lagu yang bertemakan patah hati, atau sebaliknya ketika ia sedang
bahagia karena jatuh cinta ia akan mendengarkan lagu yang bertemakan kebahagiaan, hal
tersebut sesuai dengan isi lagu dan suasana hatinya. Suku Simalungun membawa nama marga
orang tua laki-laki dibelakang nama kecilnya, marga yang ada kelompok kekerabatan yang
merupakan orang-orang yang memiliki kakek (ompung). Marga memiliki fungsi untuk
mengenal identitas seseorang. Adapun marga yang ada di Simalungun yaitu sinaga, saragih,
damanik, dan purba atau sering disebut dengan sisadapur. Di masyarakat Simalungun sistem
kekerabatan perlu diketahui agar tidak terjadi pernikahan dengan semarga atau adik kandung
(botou), maupun menikah dengan adik laki-laki dari ibu (tulang). Dengan itu perlu untuk
mengetahui pernikahan adat Simalungun yang ada dalam masyarakat Pariksabungan.

Lagu Tolu Sahundulan adalah lagu yang popular yang selalu dipakai dalam acara
pernikahan simalungun. Dibawakan dengan genre pop, yang diciptakan oleh bapak Lamser
Girsang, dan vokalis ada 3 orang yaitu Zahara, Maria dan Supra. Lagu ini selalu dipakai di
upacara pernikahan adat Simalungun, maupun kompetisi musik daerah. Lagu ini juga
digemari segala usia dan golongan. Memang benar adanya bahwa lagu dapat dijadikan
sebagai media belajar yang paling mudah dimengerti. Karena lagu ini memudahkan kita
untuk memahami peran maupun sistem kekerabatan yang ada di Simalungun yaitu sistem
kekerabatan tolu sahundulan. Dalam syair lagu tolu sahundulan, menceritakan peranan
tondong, sanina, dan boru. Peranan dalam lagu merupakan keharusan dalam acara adat
Simalungun. Oleh karena itu sangat perlu masyarakat mengetahui lagu ini terutama
masyarakat Desa Pariksabungan.Walaupun banyak sekali yang mulai lupa dengan tradisinya
sendiri begitu juga dengan kebudayaan tradisi daerah yang mulai terabaikan dan mulai
memudar. Melihat hal tersebut yang banyak terjadi di masyarakat Simalungun mengenai
kesenian dan kebudayaan yang perlu di kaji tradisinya yang sering muncul di upacara adat
Simalungun.
Desa Pariksabungan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dolok
Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa tersebut
dominan ditempati suku batak Simalungun. Suku Batak Simalungun merupakan suatu suku
dimana penduduk yang sebelumnya berada di Pematang Siantar berpindah ke Kecamatan
Raya. Masyarakat Batak Simalungun sangat menjunjung tinggi leluhur, masyarakat di Desa
Pariksabungan tidak terlepas dari adat Simalungun karena penduduk di desa tersebut rata-rata
suku Simalungun.

Gambar 1 Desa Pariksabungan


Sumber: (Jessica Sidauruk, Juni 2022)

METODE PENELITIAN
Penelitiain ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis deskrptif. Moleong (2017:5)
menjelaskan bahwa “Pengumpulan data penelitian kualitatif berdasarkan pada suatu latar
alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
tertarik secara alamiah”. Lokasi dan tempat penelitian ini adalah di Desa Pariksabungan,
Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Adapun yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah 1 ketua adat (rajaparhata), 1 pencipta lagu, 10 orang warga sekitar.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2019:85)
menjelaskan purposive sampling ialah teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan/kriteria tertentu.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan


dokumentasi adapun tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data yang ada kemudian
disusun secara sistematis kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan. Proses
pengolahan data dimulai dengan mengelompokkan data yang terkumpul dalam observasi,
wawancara dan dokumentasi maupun catatan yang dianggap mendukung dalam penelitian
ini kemudian diklasifikasikan dan dianalisa berdasarkan kepentingan penelitian yang
dideskripsikan dalam bentuk karya tulis ilmiah, kemudian diklasifikasikan sesuai isi atau
materi data tersebut.
PEMBAHASAN
Fungsi Lagu Tolu Sahundulan Pada Upacara Pernikahan Masyarakat Simalungun Di
Desa Pariksabungan Kabupaten Simalungun
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pariksabungan diawali dengan mengantar surat
izin penelitian dari kampus UNIMED pada tanggal, 24 Mei 2022 kepada kepala desa
pariksabungan guna memperoleh ijin penelitian di desa pariksabungan. Kemudian pada
tanggal, 27 Mei 2022 penulis mendapatkan ijin meneliti di Desa Pariksabungan. Setelah
mendapatkan surat izin. Kemudian tanggal, 17 Juni 2022 penulis melakukan observasi pada
upacara pernikahan salah satu masyarakat desa pariksabungan yang telah diberi ijin oleh
keluarga yang melakukan upacara pernikahan. Kemudian pada tanggal, 29 Juni 2022
penulis mewawancari Bapak Lamser dengan tujuan, untuk mengetahui gambaran dari lagu
Tolu Sahundulan pada upacara pernihakan masyarakat simalungun. Bapak Lamser Girsang
ialah pencipta Lagu Tolu Sahundulan. Beliau menyatakan Lagu ini diciptakan pada tahun
1992 dibawakan dengan genre pop. Lagu Tolu Sahundulan ini diciptakan sebagai lagu adat
simalungun. Biliau juga menyatakan lagu ini tercipta awalnya, karena mengingat sistem
kekerabatan Tolu Sahundulan pada masyarakat simalungun yaitu tondong, sanina, boru.

Dalam masyarakat simalungun ketiga ini saling menghormati dalam acara


pernikahan adat simalungun. Tanpa tondong, sanina, boru acara pernikahan tidak dapat
berlangsung dengan baik, dikarenakan setiap sanina, tondong, dan boru memiliki tugas-
tugas masing-masing sejak zaman dulu. Lagu Tolu Sahundulan ini tidak hanya dikenal
masyarakat simalungun, akan tetapi batak toba dan bahkan masyarakat karo juga
mengetahuinya, dan lagi ini digunakan dalam acara pesta adat simalungun. Adapun melodi
dan lirik Lagu Tolu Sahundulan sebagai berikut:
Gambar 2 Melodi dan lirik Lagu Tolu Sahundulan

Berikut hasil wawancara pada tanggal 22 Juni 2022 (pukul 09.00 WIB - 10.00
WIB) di Desa Pariksabungan tentang fungsi Lagu Tolu Sahunduluan pada upacara
pernikahan masyarakat Simalungun sebagai berikut :

1. Sebagai Pengungkapan Emosional


Bedasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Alan P. Merriam
mengatakan bahwa fungsi musik sebagai pengungkapan emosional berfungsi sebagai
suatu media bagi seorang untuk mengungkapkan perasaan atau emosinya. Dengan
kata lain, sipemain dapat mengungkapkan perasaan atau emosi melalui musik. Lagu
tolu sahundulan menurut beliau merupakan lagu kegembiraan adat simalungun dan
merupakan lagu pop simalungun yang hingga saat ini digunakan dalam masyarakat
simalungun. Langsung saja dilihat pada saat berlangsungnya acara melepaskan anak
dalam suatu pernikahan secara sah dengan memberikan kain adat. Saat seperti inilah
orang tua dan anak melepaskan kegembiraan dan tangis mereka karena perpisahan
yang terjadi. Sama halnya dengan lagu tolu sahundulan, pada saat manortor tondong
kita dapat melihat suka cita yang dirasakan oleh kerabat pihak pengantin laki-laki dan
pihak pengantin perempuan. Dan pada saat itulah kita dapat melihat emosional setiap
orang yang manortor, pengungkapan emosi tiap orang dalam manortor lagu tolu
sahundulan pasti merasakan kegembiraan. Melalui pengamatan penulis saat observasi
langsung di upacara adat simalungun, tepatnya di desa pariksabungan. Penulis
berpendapat bahwa lagu tolu sahundulan ini lagu yang membawakan jiwa dalam
kegembiraan. Pengamatan penulis lagu tolu sahundulan ini berfungsi sebagai
pengungkapan emosional. Karena pada saat berlangsungnya acara masuknya tondong,
tondong sangat antusias manortor dan emosional parboru sangat terlihat gembira pada
saat manortor sambil membawa berbagai macam barang, tandok yang berisi beras,
selimut, bantal dan lain-lain yang dibutuhkan pengantin.

2. Sebagai Sarana Perlambangan


Menurut Alan P. Merriam musik memiliki fungsi dalam melambangkan suatu
hal. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek musik tersebut. Misalnya tempo sebuah
musik. Jika tempo sebuah musik lambat, maka kebanyakan teksnya menceritakan hal-
hal yang menyedihkan sehingga musik itu melambangkan akan kesedihan.
Selanjutnya bapak Reykardo Ambarita sesuai dengan hasil penelitian pada tanggal 22
Juni 2022 (pukul 09.00 WIB – 10.00 WIB), Beliau mengatakan lagu tolu sahundulan
digunakan sebagai sarana perlambangan karena menurut beliau ada nilai tradisi yang
terkandung dalam lagu tolu sahundulan. Hasil wawancara dengan Ibu Rumondang
Sinaga pada tanggal, 22 Juni 2022 (pukul 09.00 WIB – 10.00 WIB) Ibu Rumondang
Sinaga mengatakan bahwa lagu tolu sahundulan sebagai sarana perlambangan dalam
mewujudkan simbol-simbol dari nilai tradisi dan budaya setempat. Kesenangan,
kesedihan, kesetiaan, kepatuhan, penghormatan, rasa bangga, atau perasaan-perasaan
khas mereka disimbolkan melalui musik. Dari hasil wawancara dan observasi penulis
juga mengkaji bahwa lagu tolu sahundulan memiliki simbol dalam masyarakat
simalungun dan juga berbicara tentang tingkah laku yang ada dalam masyarakat desa
pariksabungan. Pengamatan dari penyajian lagu tolu sahundulan dalam upacara
pernikahan adat simalungun sesungguhnya melambangkan gambaran umum tentang
sistem kekerabatan tolu sahundulan yaitu, tondong, sanina, boru dan dalam lagu tolu
sahundulan ini memiliki gambaran umum tentang tugas-tugas sanina, tondong ,boru
pada saat melaksanakan pesta. Karena tanpa kerja sama antara sanina, tondong dan
boru suatu upacara adat simalungun tidak dapat berjalan.
3. Sebagai Reaksi Jasmani
Dari hasil wawancara dengan ibu Salima Purba pada tanggal 22 Juni 2022
(Pukul 09.00 WIB – 10.00 WIB) Beliau mengatakan fungsi lagu tolu sahundulan
pada upacara pernikahan sebagai reaksi jasmani. Dapat kita lihat jika musiknya cepat
maka gerakan kita cepat, demikian juga sebaliknya. Ditinjau dari penyajian lagu tolu
sahundulan pada saat tor-tor tondong dari tempo musik tersebut dapat
menununjukkan bahwasanya mereka sedang bersuka cita, dan dengan gembira saat itu
juga. Dengan rasa suka cita, reaksi mereka atas musik yang mengiringi juga cepat.
Dari hasil wawancara dengan Ibu Salima Purba, menurut penulis mengkaji reaksi
jasmani sejalan dengan fungsinya pengungkapan emosional, karena reaksi jasmani
muncul ketika adanya penghayatan yang menghasilkan emosional, dan emosional
tersebut yang kemudian diungkapkan melalui reaksi jasmani. Sejalan dengan Menurut
Merriam, Jika sebuah musik dimainkan, musik itu dapat merangsang sel-sel saraf
manusia sehingga menyebabkan tubuh kita bergerak mengikuti irama. Reaksi jasmani
juga dapat dilihat dari berjalannya musik lagu tolu sahundulan dari pengamatan
penulis saat intro dalam musik lagu tolu sahundulan dalam upacara pernikahan adat
simalungun yang penulis lihat bahwa beberapa orang sudah mengikuti tempo lagu
yang disajikan. Dan saat reff beberapa orang menonton saat masuknya tor-tor boru
beberapa orang ikut menari sesuai tempo lagu tersebut. Oleh karena itu lagu tolu
sahundulan memiliki fungsi sebagai reaksi jasmani bagi masyarakat desa
pariksabungan.

4. Sebagai Keseimbangan Budaya


Hasil wawancara peneliti pada tanggal, 22 Juni 2022 (Pukul 09.00 WIB -
10.00 WIB) kesempatan mewawancarai Ibu Cepriani Situmorang terkait fungsi lagu
tolu sahundulan. Beliau mengatakan lagu tolu sahundulan memiliki fungsi sebagai
kesinambungan budaya yang dapat kita lihat, pada saat upacara tidak hanya
melibatkan orang tua saja, tetapi juga melibatkan muda-mudi, seperti sepupu yang
belum menikah akan tetapi memiliki hak manortor dalam upacara tersebut. Sehingga
saat lagu ini digunakan dalam upacara pernikahan adat simalungun apa yang mereka
lihat dan mereka dengar nantinya akan diteruskan kepada anak dan cucu mereka.
Selanjutnya wawancara dengan Ibu Irka Bakti Silalahi pada tanggal, 22 Juni 2022
(Pukul 09.00 WIB - 10.00 WIB). Beliau mengatakan bahwa lagu tolu sahundulan
berfungsi sebagai keseimbangan budaya simalungun, karena lagu ini merupakan lagu
adat simalungun. Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis saat ini, bahwasanya
lagu tolu sahundulan merupakan lagu keseimbangan budaya. Dapat kita lihat pada
lirik lagu tolu sahundulan yang menceritakan tentang sistem kekerabatan tolu
sahundulan. Menurut Alan. P. Meriam keseimbangan budaya berisi tentang ajaran-
ajaran untuk meneruskan sistem dalam kebudayaan terhadap generasi selanjutya. Oleh
karena itu penulis berpendapat bahwa lagu ini salah satu keseimbangan budaya karena
terdapat pelajaran tentang sistem kekerabatan dan tugas-tugas sanina, tondong dan
boru dalam upacara simalungun. Sehingga lagu ini sangat berfungsi bagi masyarakat
desa pariksabungan, karena tanpa disadari lagu ini memiliki lirik yang sangat berguna
yang nantinya akan dapat diteruskan oleh generasi yang ada saat ini dan generasi yang
akan datang.

Gambar 3 Pencipta Lagu Tolu Sahundulan


Sumber: (Jessica Sidauruk, 2022)

Gambar 4 Raja Parhata


Sumber: (Jessica Sidauruk, Juni 2022)
Gambar 4 Kantor Kepala Desa Parisabungan
Sumber: (Jessica Sidauruk, Juni 2022)

Gambar 5 Acara Pernikahan masyarakat Desa Pariksabungan


Sumber: (Jessica Sidauruk, Juni 2022)
Kesimpulan dan Saran
Fungsi Lagu Tolu Sahundulan dalam Upacara Adat Simalungun di Desa
Pariksabungan terbagi 4 yaitu: Fungsi sebagai pengungkapan emosional yang dimana pada
saat lagu tolu sahundulan disajikan dalam upacara pernikahan adat simalungun, kelurga
mereka terlihat bahagia dengan cara menangis yang merupakan tanda malas ni uhur (suka
cita), Fungsi sebagai sarana perlambangan dalam lagu tolu sahundulan terdapat simbol-
simbol dan nilai tradisi pada masyarakat tolu sahundulan. Baik dalam hal kehidupan
maupun yang membicarakan tingkah lagu masyarakat, sistem kekerabatan dan ada simbol
melalui musik yaitu lagu tolu sahundulan dapat kita lihat saat mereka merasakan suka cita,
kegembiraan dalam tor-tor tondong berlangsung dalam upacara pernikahan di desa
pariksabungan, Fungsi sebagai reaksi jasmani saat penyajian lagu tolu sahundulan dalam
mangalo-alo tondong sangat antusias menari dan bukan hanya pihak tondong yang
manortor, masyarakat desa yang menyaksikan juga ikut menikmati alunan lagu tersebut.
Saran, Penulis berharap kedepannya musik yang digunakan dalam upacara adat simalungun
di desa pariksabungan menggunakan lagu tradisi asli simalungun. Hal ini bertujuan agar
pada generasi yang akan datang kebudayaan simalungun baik berupa kesenian musik dalam
bentuk ensambel dan nyanyian sebagai karakteristik dari masyarakatnya hilang oleh
perkembangan dan dinamika perubahan zaman. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya
kajian-kajian yang lebih mendalam serta pendokumentasian kebudayaan kesenian asli
masyarakat simalungun. Dan sebaiknya di desa pariksabungan membuat perkumpulan bagi
anak-anak muda seperti sanggar. Agar tetap melestarikan kebudayaan adat simalungun di
desa pariksabungan.

Daftar Pustaka

Moleong. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai