Anda di halaman 1dari 9

Keberadaan Pembelajaran Keteng-Keteng di Sanggar Seni

Nggara Simbelin

Geloria Sembiring¹, Wiflihani²

Prodi Pendidikan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni,


Universitas Negeri Medan, Jl Willem Iskandar Pasar V Medan Estate,
Sumatera Utara, Indonesia
Email: ggglorisembiring@gmail.com
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan pembelajaran keteng-keteng di


Sanggar Seni Nggara Sembelin. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif
dengan jenis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa keberadaan pembelajaran
keteng-keteng di Sanggar Seni Nggara Sembelin masih tetap berjalan, anak muda yang ikut
serta dalam pembelajaran keteng-keteng juga sudah banyak datang dari berbagai desa seperti,
Rumka, Nangbelawan, Kabanjahe, dan lain sebagainya. Sehinga pembelajaran keteng-keteng
dalam melestarikan alat musik karo di Sanggar Seni Nggara Simbelin sudah banyak di kenal
oleh masyarakat karo.

Kata Kunci : Pembelajaran, Keteng-keteng, Sanggar Seni Nggara Sembelin

Abstract
This study aims to determine the existence of keteng-keteng learning in the Nggara Sembelin
Art Studio. This study uses qualitative research methods with qualitative descriptive types.
Data collection techniques used are observation, interviews and documentation. The results
of the study prove that the existence of keteng-keteng learning at the Nggara Sembelin Art
Studio is still ongoing, many young people who participate in learning keteng-keteng have
also come from various villages such as, Rumka, Nangbelawan, Kabanjahe, and so on. So
that the learning of keteng-keteng in preserving karo musical instruments at the Nggara
Simbelin Art Studio is already widely known by the karo community.

Keywords : Learning, Keteng-keteng, Nggara Sembelin Art Studio


PENDAHULUAN
Pembelajaran memiliki pengertian tersendiri bagi orang-orang yang mengalaminya.
Pembelajaran merupakan suatu intreraksi peserta didik dengan pendidik pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran juga merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
terdapat proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiaran tabitat, serta
meningkatkat kepercayaan terhadap peserta didik. Pembelajaran pada dasarnya dilakukan
sepanjang hayat oleh seorang manusia dan dapat terjadi dimana pun dan kapan pun. Proses
pembelajaran bisa dilakukan memalui pembelajaran formal maupun non formal. Menurut
Wardana (2019:12) menyatakan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Didalam pembelajaran
diperlukan materi pembelajaran, materi pembelajran adalah segala sesuatu yang dibahas
dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Kegiatan pembelajaran
mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi metode dan teknik dan media dalam rangka
membangun proses belajar antara lain, membahas materi dan melakukan pengalaman belajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicaapai secara optimal. Pembelajaran dalam arti yang
luas merupakan jantung dari Pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Musik merupakan sebuah kesenian yang sangat erat hubungannya dalam kehidupan
manusia karena tidak hanya diperdengarkan dan dimainkan melainkan juga didalam musik
mengandung nilai dan norma kebudayaan, Prasetya (2017:2) mengatakan musik juga
mengandung nilai norma-norma kebudayaan dan tradisi yang menjadikan manusia dapat
mengembangkan daya cipta aksi maupun kreasi. Musik sudah menjadi sebuah kebutuhan
bagi manusia dan bagi penciptanya musik menjadi luapan emosi jiwa, dimana perasaan sang
pencipta musik dapat tersampaikan.
Dalam pembelajaran musik dapat dilakukan melalui pembelajaran formal dan
nonformal. Dalam arti pembelajaran formal yang dimaksud ialah, Pembelajaran dari tingkat
TK hingga ke jenjang SMA, dan jenjang Perkualiahan. Pembelajaran non formal yaitu
pembelajaran musik yang dilakukan di diluar pembelajaran formal seperti yang disekolah
misalnya seperti, les di lembaga musik, belajar musik di gereja, belajar disanggar dan lain
sebagainya. Salah satu bentuk belajar non formal terdapat di sanggar seni Nggara simbelin
yang berada di Desa Budaya Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Suku
karo merupakan salah satu suku yang hingga sekarang kaya akan kesenian salah satunya seni
musik, seni yang berkembang sampai saat ini satu diantaranya kesenian musik. Seni
dimasyrakat karo terdapat berbagai jenis intsrumen satu diantaranya yaitu instrument pukul
yaitu keteng-keteng. Keteng-keteng merupakan jenis instrument yang dipukul. Keteng-keteng
berbahan dasar dari bambu yang besar, nama bambu yang terbuat dari keteng-keteng yaitu
bambu Belin. Menurut Adina Sembiring dkk (2020:110) menyatakan “keteng-keteng
merupakan salah satu musik tradisional yang berasal dari daerah karo. Yang terbuat dari satu
ruas bambu sehingga bunyi yang dihasilkan tidak maksimal”. bambu yang digunakan untuk
keteng-keteng adalah ruas bambu yang memiliki Panjang sekitar 50 sentimeter dengan
diameter sekitar 10 sentimeter. Keteng-keteng menghasilkan pola irama yang sesuai
permainan alat musik karo, pola irama keteng-keteng menggunakan ritmik, memainkan alat
musik keteng-keteng dengan cara dipukul dengan potongan bambu 2 buah.
Sanggar seni nggara simbelin adalah salah satu sanggar seni dari berbagai sanggar
seni dari suku karo yang terletak di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Karo. Sanggar seni nggara simbelin memberikan pembelajaran keteng-keteng untuk
melestarikan alat musik karo di sanggar seni nggara simbelin, pada umumnya musik
tradisional karo ini dimainkan oleh orang dewasa dalam upacara gendang telu sendalen,
ataupun gendang lima sendalanen. Sanggar seni nggara simbelin ini berdiri pada tahun 2014.
Didalam sanggar seni nggara simbelin, anak sanggar dilatih untuk mampu memainkan alat
musik keteng-keteng karo, dengan tujuan agar menjaga dan melestarikan alat musik karo
karena pada zaman era teknologi musik tradisional Batak Karo sudah hampir punah karena
masyarakat karo sekarang ini lebih suka dengan musik modern. Sanggar Nggara Simbelin
sudah banyak berperan dalam acara pementasan seni pertunjukan di Sumatera Utara, Sanggar
seni nggara simbelin juga sudah membawa anak dalam acara seni di acara yang besar diluar
kota Sumatera ataupun sering disebut tingkat Nasional. Sanggar seni Nggara Simbelin tidak
hanya sekedar musik tradisional melainkan memberikan pembelajaran tari daerah tradisional
karo untuk masyarakat setempat ataupun kepada masyarakat karo yang ingin
mengembangkan bakat.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Moleong
(2017:5) menjelaskan bahwa “Pengumpulan data penelitian kualitatif berdasarkan pada suatu
latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti
yang tertarik secara alamiah”.Lokasi dan tempat penelitian berlangsung di Sanggar Seni
Nggara Simelin Di Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dan
penelitian ini dilaksanakan pada April-Mei 2022. Adapun yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah pelatih Sanggar
Seni Nggara Simbelin dan 10 orang anak-anak Sanggar Seni Nggara Simbelin. Sugiyono
(2019:85) menjelaskan purposive sampling ialah teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan/kriteria tertentu. Adapun kriteria siswa yang akan dijadikan sampel pada
penelitian ini yaitu: a) Laki-laki dan Perempuan b) Menyukai pembelajaran keteng-keteng c)
Bersedia menjadi sampel dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi adapun tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data yang ada kemudian
disusun secara sistematis kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan. Proses
pengolahan data dimulai dengan mengelompokkan data yang terkumpul dalam observasi,
wawancara dan dokumentasi maupun catatan yang dianggap mendukung dalam penelitian
ini kemudian diklasifikasikan dan dianalisa berdasarkan kepentingan penelitian yang
dideskripsikan dalam bentuk karya tulis ilmiah, kemudian diklasifikasikan sesuai isi atau
materi data tersebut.
PEMBAHASAN
Profil Sanggar Seni Nggara Simbelin
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2022 di Desa Budaya Lingga
Kecamatan Simpang Empat Kota Kabanjahe. Desa Budaya Lingga merupakan salah satu
desa di Kabupaten Karo yang memiliki sejarah, seni dan budaya. Desa Budaya Lingga
memiliki sejarah tentang peninggalan sejarah-sejarah budaya karo, seperti rumah-rumah adat
yang berumur 250 tahun, rumah adat karo tidak memiliki ruangan yang dipisahkan oleh
pembatas berupa kayu dinding dan lainnya, jambur merupakam bangunan berpanggung
namun tidak berdinding, digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pesta bagi masyarakat
juga sebagai tempat musyawarah, geriten digunakan sebagai tempat penyimpan kerangka
jenazah keluarga atau nenek (leluhur) sang pemilik. Masyarakat Desa Budaya Lingga
khususnya orang dewasa pelaku seni, ingin melestarikan dan menjaga budaya kesenian
tradisional budaya karo agar kesenian tidak punah, hal ini didukung dengan kegiatan-kegiatan
di Kabupaten Karo seperti pesta buah setiap tahunnya dan event lainnya, dimana kegiatan ini
berhubungan dengan pesta memperingati budaya karo, dan dalam kegiatan ini masyarakat
karo selalu antusias untuk mengikuti kegiatan memperingati pesta buah setiap tahunnya.
Untuk menggali dan menjaga, dan melestarikan kesenian budaya karo maka
masyarakat desa budaya lingga khususnya orang seni membentuk perkumpulan seni pada
tahun 2012 dan melatih ndikar (tarian karo) dan sudah diundang ke acara-acara pertunjukan
seni, dikritik orang seni dikarenakan tari dan musik yang dipertunujukkan bersalahan dan
tidak nyambung dikarenakan orang seni harus mempelajari musik dan tari maka disepakati
membuntuk sanggar pada tahun 2014, banyak kendala mengenai alat dan lain sebagainya dan
belajar membuat alat musik karo seperti keteng-keteng, balobat, surdam, kulcapi dan lain
sebagainya. Nama sanggar seni simbelin memiliki alasan tersendiri yaitu dikarenkan ketika
orang seniman runggu (rapat) tepat dihari itu di wari-wari masyarakat karo adalah wari
Nggara Simbelin, maka ditetapkan lah nama sanggar ini menjadi sanggar seni nggara
simbelin, dan mulai saaat itulah sanggar seni nggara simbelin berkomitmen untuk
mengadakan pelatihan tentang budaya batak karo khususnya dibidang tari tradisional karo
dan alat musik karo yaitu pembelajaran ketent-keteng.
Gambar 1 Penulis dengan pendiri Sanggar Seni Nggara Simbelin
(Sumber: Dokumentasi Geloria Sembiring, Juni 2022

Gambar 2 Keberadaan Sanggar Seni Nggara Simbelin


(Sumber: Dokumentasi Geloria Sembiring, Juni 2022)
Keberadaan Pembelajaran Keteng-Keteng di Sanggar Seni Nggara Simbelin
Untuk mengetahui keberadaan pembelajaran keteng-keteng di Sanggar Seni Nggara
Simbelin penulis melakukan wawancara dengan Bapak Simpai Sinulingga. pada tanggal 12
Juni 2022 (Pukul 11:00 WIB) sistem pembelajaran di Sanggar Seni Nggara Simbelin sudah
banyak mengalami perubahan. Pada tahun 2014 Sanggar Seni Nggara Simbelin melakukan
waktu latihan hanya pada kurun waktu tertentu saja. Seiring berjalannya waktu dan semakin
banyak pemuda di Desa Budaya Lingga yang sangat antusias dalam belajar bermain alat
musik karo oleh karena itu Bapak Simpai Sinulingga menjadwalkan secara rutin
pembelajaran alat musik karo di sanggar tersebut. Adapun jadwal belajar yang sudah
ditetapkan oleh beliau di Sanggar Seni Nggara Simbelin berlangsung selama 3 kali dalam
seminggu yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jumat dengan durasi waktu belajar selama 90
menit.
Existere disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau
muncul. Terdapat beberapa pengertian tentang keberadaan yang dijelaskan menjadi 4
pengertian. Pertama, keberadaan adalah apa yang ada. Kedua, keberadaan adalah apa yang
memiliki aktualitas. Ketiga, keberadaan adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan
bahwa sesuatu itu ada. Keempat, keberadaan adalah kesempurnaan. Berdasarkan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan adalah sesuatu yang sudah ada baik itu benda
maupun manusia yang dari awal sudah tercipta.
Berbicara mengenai eksistensi, pada tahun 2014 Sanggar Seni Nggara Simbelin
mengadakan pembelajaran keteng-keteng yang berlatih hanya anak-anak yang berada di desa
lingga pada saat itu pembelajaran keteng-keteng juga belum mulai aktif dikarenakan banyak
kekurangan seperti alat musik keteng-keteng dan kurangnya minat anak-anak di desa lingga
dalam belajar alat musik keteng-keteng. Pada pertengahan tahun 2016 sudah banyak
perubahan dan banyak perkembangan muncul di Sanggar Seni Nggara Simbelin. Tidak hanya
anak muda saja melainkan anak-anak juga sudah banyak yang ingin ikut serta dalam
pembelajaran keteng-keteng. Anak-anak di sanggar seni tersebut dalam pembelajaran keteng-
keteng di sanggar seni nggara simbelin pernah diundang dalam acara ritual memanggil hujan
yang merupakan salah satu tradisi karo disaat musim kemarau. Beberapa pertunjukan juga
pernah dilakukan untuk menampilkan hasil dalam pembelajaran keteng-keteng tersebut.
Pembelajaran keteng-keteng di Sanggar Seni Nggara Simbelin bahwasannya
pembelajaran alat musik keteng-keteng dilakukan dengan memberi contoh dalam bentuk
permainan berupa pola irama tertentu, biasanya dalam bentuk ritem yang sederhana
kemudian diikuti anak-anak sanggar yang belajar alat musik keteng-keteng. Demikian
seterusnya dilakukan secara berulang-ulang. Setelah pola sederhana dapat dimainkan dengan
baik, kemudian mempelajari berbagai pola ritem yang lebih rumit dan seterusnya.
Pembelajaran Keteng-keteng di sanggar seni ngaara simbelin dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan dalam seminggu. Dalam satu pertemuan waktunya 90 menit dan jumlah anak
sanggar yang berlatih pembelajaran keteng-keteng sebanyak 15 orang. Dalam pembelajaran
keteng-keteng disanggar seni nggara simbelin dilakukan dengan metode latihan dan metode
demonstrasi. Adapun pembelajaran di Sanggar Seni Nggara Simbelin dilaksanakan 3 kali
dalam seminggu yaitu pada hari Seni, Rabu dan Jumat. Pembelajaran tersebut berlangsung
dengan dibagi menjadi 2 gelombang dengan durasi pembelajaran selama 2 jam. Pembelajaran
pada gelombang pertama dilaksanakan mulai dari pukul 10.00-12.00 dan gelombang kedua
mulau dari pukul 14.30-16.30.
Berdasarkan hasil wawancara dengan anak sanggar seni nggara simbelin yang
bernama violanta barus pada tanggal 13 juni 2022 ( pukul 14.00 WIB) beliau mengatakan
pembelajaran keteng-keteng di sanggar seni nggara simbelin ini dikenal masyarakat luas pada
tahun 2016, pada saat itu banyak anak-anak yang tertarik akan memperlajari alat musik karo
dan rasa ingin tau mempelajari musik keteng-keteng dan keberadaan pembelelajaran keteng-
keteng di desa ini juga banyak membawa pengaruh baik bagi desa budaya lingga. Keberadaan
pembelajaran keteng-keteng karo masih tetap berjalan, anak muda yang ikut serta dalam
pembelajaran keteng-keteng juga sudah banyak datang dari berbagai desa seperti, Rumka,
Nangbelawan, Kabanjahe, dan lain sebagainya. Sehinga pembelajaran keteng-keteng dalam
melestarikan alat musik karo di Sanggar Seni Nggara Simbelin sudah banyak di kenal oleh
masyarakat karo.

Gambar 3 Penampilan anggota Sanggar Seni Nggara Simbelin


(Sumber: Dokumentasi Geloria Sembiring, Juni 2022)
Tabel 1. Daftar nama anggota Sanggar Seni Nggara Simbelin yang menjadi sampel
penelitian

No. Nama Usia

1. Niko Sitepu 13 Tahun

2 Gio Fernando Barus 12 Tahun

3 Violanta Fernandesta Barus 14 Tahun

4 Yeni emanuella Br Tarigan 14 Tahun

5 Margaretta Br Tarigan 14 Tahun

6 Kenzi perangin-angin 14 Tahun

7 Timotius Sembiring 14 Tahun

8 Devi Br Sinulingga 13 Tahun

9 Sabar Barus 14 Tahun

10 Jessica Br Sinulingga 13 Tahun

Gambar 4 Anggota Sanggar Seni Nggara Simbelin


(Sumber: Dokumentasi Geloria Sembiring, Juni 2022)
Gambar 5 Pembelajaran Keteng-keteng di
Sanggar Seni Nggara Simbelin
(Sumber: Dokumentasi Geloria Sembiring, Juni 2022)

Gambar 6 Penulis di Sanggar Seni Nggara Simbelin


(Sumber: Dokumentasi Geloria Sembiring, Juni 2022)
Kesimpulan dan Saran
Keberadaan Pembelajaran keteng-keteng di sanggar seni nggara simbelin, Pembelajaran
keteng-keteng di sanggar seni nggara simbelin sudah ada sejak tahun 2014, pembelajaran
keteng-keteng pada saat itu secara tiba-tiba banyak peminat hal itu dikarenakan pembelajaran
keteng-keteng memang menarik perhatin anak muda karo dan masyarakat karo banyak juga
orangtua yang menyarankan untuk anak mengikuti pembelajaran di sanggar seni nggara
simbelin, pembelajaran keteng-keteng di sanggar seni nggara simbelin juga berregenerasi
karena banyak anak muda yang sekolah keluar kota dan lain sebagainya dan pembelajaran
keteng-keteng di sanggar seni nggara simbelin masih ada hingga saat ini bahkan minat anak
muda karo juga semkain ada untuk mempelajari alat musik karo. Saran, Melihat
perkembangan zaman sekarang sudah banyak masyarakat karo yang lupa akan tradisinya dan
lebih berminat ke musik barat atau sering disebut musik modern. Perlu dilaksanakan suatau
usaha agar pembelajaran keteng-keteng ini mempunyai ketertarikan yang unik agar anak
muda karo ada rasa ingin tau pembelajaran keteng-keteng.

Daftar Pustaka
Moleong, 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja R osda Karya.

Prasetya, Bima Bagus. 2010. Analisis Teknik Permainan Klarinet Pada Musik
Kontemporer Dalam Lagu Pakuan II Solo For Clarinet Karya Aldy Maulana.
Jurnal. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Sugiyono. 2019. Metodologi penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif


dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Wardana, Ahdar. 2016. Belajar Dan Pembelajaran. Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai