Anda di halaman 1dari 17

STRUKTUR GERAK TARI BEDHAYA SRI TANJUNG DI

SANGGAR PENDHOPO KABUPATEN BLITAR

SKRIPSI

OLEH
INTAN CAHYANINGTYAS
NIM 140252600178

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK
AGUSTUS 2021
STRUKTUR GERAK TARI BEDHAYA SRI TANJUNG DI SANGGAR
PENDHOPO KABUPATEN BLITAR

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program Sarjana

Oleh
INTAN CAHYANINGTYAS
NIM 140252600178

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM


STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK
AGUSTUS 2021
i
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx 2
ISSN: xxxx-xxxx (online)
DOI: 10.17977/

Struktur Gerak tari Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo Kabupaten


Blitar

Intan Cahyaningtyas, Soerjo Wido Minarto


Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
Surel: cahyaningtyasintan0328@gmail.com

Paper received: xx-xx-xxxx; revised: xx-xx-xxxx; accepted: xx-xx-xxxx

Abstract
This study aims to describe (1) the structure of the dance movement of Sri
Tanjung at the Pendhopo Studio, (2) the background of the Bedhaya Sri Tanjung dance in
Blitar Regency. This strudy uses a qualitative approach. The object of this research is the
Bedhaya Sri Tanjung Dance. The subject of this research is the Pendhopo studio. This
research is of the movement at the Pendhopo Studio. Data was collected through
observation, interviews, and documentation. The data that has been collected is then
analyzed. The validity of the data was obtained through triangulation of sources and
techniques. The results of the research obtained show that: (1) the structure of the Bedhaya
Sri Tanjung dance is divided into 5 namely elements, motifs, phrases, various movements,
paragraph movements, (2) the background for the creation of the Bedhaya Sri Tanjung
dance.

Keywords: Bedhaya Sri Tanjung ; Movement Structure; Pendhopo Studio.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang (1) Strukur Gerak Tari Bedhaya Sri Tanjung di
Sanggar Pendhopo, (2) Latar Belakang Tari Bedhaya Sri Tanjung di Kabupaten Blitar. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek dalam penelitian ini adalah Tari Bedhaya Sri
Tanjung. Subyek penelitian ini adalah sanggar Pedhopo. Penelitian ini difokuskan pada struktur
Gerak pada Sanggar Pendhopo. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Keabsahan data diperoleh
melalui triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian yang diperoleh menujukkan bahwa: (1)
Struktur Gerak Tari Bedhaya Sri Tanjung dibagi menjadi 5 yaitu unsur, motif, frase, ragam gerak,
paragraph gerak, (2) latar belakang terciptanya tari Bedhaya Sri Tanjung.

Kata kunci: Bedhaya Sri tanjung; Struktur Gerak; Sanggar Pendhopo

2
3

1. Pendahuluan

Budaya merupakan hasil karya manusia atau hasil budi dan daya manusia yang
berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi yang telah menjadi suatu tradisi
dalam masyarakat. Kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu
yang merupakan warisan budaya untuk daerah tersebut dan mempunyai ciri khas tersendiri
dapat disebut kebudayaan daerah. Konsep kebudayaan dalam arti luas adalah keseluruhan
system gagasan.
Tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
miliki diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1985:1). Pemikiran, perilaku, dan
kebendaan merupakan aspek dari budaya. Budaya terbentuk dari banyak unsur, yaitu ilmu
pengetahuan dan teknologi, system ekonomi, system social, system politik, system
kepercayaan, system bahasa, dan system kesenian. Kesenian merupakan bagian dari
budaya dan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa
manusia, dan di setiap daerah pasti memiliki kesenian yang melambangkan ciri khas dari
daerah itu sendiri.
Kesenian daerah adalah hasil budaya yang berkembang memiliki ciri dan karakter
yang berbeda. Kesenian daerah dipandang sebagai jati diri sebuah daerah yang
menceritakan perjalanan hidup sebuah tempat dan merupakan kesenian yang tumbuh dan
berkembang di daerah tersebut. Kesenian yang dibuat tentunya mempunyai makna atau
simbol yang disampaikan di dalamnya. Simbol dalam kesenian merupakan sesuatu yang
diciptakan oleh seniman dan secara konvensional digunakan bersama serta teratur sehingga
menjadi kerangka penuh makna untuk dikomunikasikan kepada yang lain (Hadi, 2007:90).
Salah satu bentuk penyampaian makna maupun simbol dalam sebuah kesenian adalah
struktur gerak. Ditinjau dari perkembangannya tari terbagi menjadi beberapa bentuk/ jenis
warna tari yaitu tari tradisional kerakyatan, tari tradisional klasik, tari kreasi baru dan tari
modern (Supriyono, 2011:101).
Provinsi Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, di
Indonesia. Ibu kotanya terletak di Surabaya. Jawa Timur memiliki berbagai jenis warisan
yang mempunyai nilai budaya harus dilestarikan, salah satunya candi Penataran yang ada
di Kabupaten Blitar. Candi Penataran terletak di daerah Desa Penataran Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar Jawa Timur. Candi Penataran adalah bangunan candi terbesar
yang ada di Jawa Timur. Candi Penataran terdapat relief- relief yang mengandung cerita,
di antaranya yaitu Bhubuksah Gagang Aking, Sri Tanjung, Ramayana dan Kresnayana.
Bedhaya Sri Tanjung menjadi salah satu tarian khas Blitar dan sering dipertunjukan
di acara- acara resmi daerah seperti hari jadi Kabupaten, upacara peringatan, ritual, dan
kegiatan lainnya. Konsep tarian ini terinspirasi dari festival bedhaya Majapahit yang
kemudian ide garapan terdapat pada Relief Sri Tanjung pada Candi Penataran merupakan
salah satu relief yang dijadikan ide karya tari dengan nama Tari Bedhaya Sri
Tanjung.Menurut Prihatini (2007:61) menyebut bahwa: Tari Bedhaya merupakan salah
satu aktivitas religious kaum tingkat ningrat Jawa, yang latar belakangnya penyusunannya
dipengaruhi oleh pola pemikiran Jawa yang bersifat Syiwaistis. Sembilan penari dalam
bedhaya berhubungan erat dengan eksistensi sembilan syakti dalam wujud sembilan penari
yang lahir karena aktivitas Dewa Syiwa. Diperkirakan tari bedhaya di latar belakangi oleh
pemikiran Hindu Jawa yang bersifat Syiwaistis.

3
4

Novyta Mijil sebagai koreografer menciptakan tarian ini karena bertepatan untuk
mengikuti festival Majapahit dengan surat keputusan kepala dinas pariwisata no
20/KEP/DPBP/III/2011 tanggal 3 Maret 2011. Hasil wawancara dengan Novyta Mijil
selaku pencipta Tari Bedhaya Sri Tanjung pada Minggu, 5 November 2017 bahwa “Saya
mengangkat tari ini karena kepentingan utama saya adanya festival Majapahit, karena saya
merasa budaya, kenenian, dan sumber daya manusia memadai, akhirnya saya menciptakan
tarian ini berdasarkan dari candi Penataran. Selain itu keunikan gerak yang tercipta dalam
tarian ini adalah gaya mataraman yang ditambah dengan gaya sigrak atau keras.
Melestarikan kearifan local di Blitar, kemudian relief Sri Tanjung dijadikan sebuah karya
tari karena mengambil dari sisi sifat kesetian Sri Tanjung”.
Keistimewaan yang terdapat dari penelitian tari Bedhaya Sri Tanjung terletak pada
struktuk gerak yang memiliki unsure gerak, motif, dan ragam gerak yang memadukan gerak
tarian Jawa wetan dan Jawa kulon, struktur geraknya menghasilkan gerak tarian yang tidak
cenderung lemah lembut tetapi juga ada sisi tegas dalam geraknya yang melambangkan
masyarakat
Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti mengkaji stuktur gerak tari Bedhaya
Sri Tanjung. Peneliti memiliki dua rujukan penelitian yaitu yang pertama, merujuk pada
penelitian terdahulu yang berjudul Tari Bedhaya Sri Tanjung Karya Novyta Mijil Purwana
Ditinjau Dari Aspek Koreografi Oleh Ajik Rachmad. Hal ini, telah menginspirasi peneliti
untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang struktur gerak tari Bedhaya Sri
Tanjung. Peneliti terdahulu memiliki kekurangan dalam penelitiannya yaitu kurang
menyeluruh pada pembahasan struktur gerak tari pada penelitian tersebut dengan dasar
penelitian, peneliti terdahulu menyarankan agar mahasiswa atau peneliti lainnya untuk
melakukan penelitian lanjutan berupa penelitian tentang struktur gerak tari Bedhaya Sri
Tanjung.
Peneliti merujuk pada penelitian yang berjudul Struktur Gerak Tari Kebar Malang
desa Jatiguwi Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang. Peneliti terdahulu dan saat
ini memiliki kesamaan, dilihat dari topik pembahasannya, yaitu kedua peneliti membahas
tentang tinjauan struktur sebuah gerak karya tari. Dengan demikian berdasarkan latar
belakang diatas peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Struktur Gerak Tari
Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar”

2. Metode

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk


mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2015:03). Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan ini merupakan analisis suatu kegiatan yang
dilakukan secara sistematis sebagai suatu fenomena budaya tari dalam kehidupan
manusia. Untuk mendapatkan suatu tujuan dengan menggambarkan data apa adanya
yaitu untuk memperoleh deskriptif tentang struktur gerak tari Bedhaya Sri Tanjung di
Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar. Jenis penelitian ini merupakan suatu gambaran
pendekatan yang bersifat kualitatif yang dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, memahami, dan menjelaskan tentang

4
5

suatu fenomena yang unik secara mendalam dan lengkap dengan prosedur dan teknik
yang khusus sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif.
Sumber perolehan data dalam penelitian ini adalah objek penelitian yaitu struktur
gerak tari Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar. Menurut
Moleong (2016:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain. Berkaitan
dengan hal itu jenis data dibagi ke dalam kata- kata dan tindakan, sumber data tertulis
dan data berupa dokumentasi. Data penelitian yang berjudul “Struktur Gerak Tari
Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar”.
Data yang akan di peroleh penelitian melalui narasumber yaitu diperoleh melalui
kegiatan melihat, mendengar dan bertanya (Moleong, 2004:157). Kegiatan tersebut
dilakukan pada saat wawancara kepada ketiga narasumber yaitu seniman tari Bedhaya Sri
Tanjung Mijil ( 35 tahun) dengan wawancara tentang gambaran umum tari Bedhaya Sri
Tanjung dan struktur gerak pada tari Bedhaya Sri Tanjung serta Niken (17 tahun) dan Della
(18 tahun) dengan wawanara tentang urutan ragam gerak tari Bedhaya Sri Tanjung. Data
yang diperoleh selain dari hasil wawancara terhadap narasumber pendukung yaitu Ifana
(23 tahun) dan Sudaryanto (tahun) mengenai musik tari Bedhaya Sri Tanjung dan
keberadaan tari Bedhaya Sri Tanjung wawancara akan diperoleh dari lapangan untuk
mendapatkan data tentang “Struktur Gerak Tari Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo
Kabupaten Blitar”. Tahapan- tahapan tersebut dilakukan secara sadar dan terarah karena
memang telah dipersiapkan.
Prosedur pengumpulan data merupakan hal yang paling penting dalam
kegiatan penelitian, karena untuk mendapatkan data yang valid membutuhkan
prosedur yang tepat. Menurut Sugiyono (2010 : 336) teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian ini adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan empat teknik, yaitu obeservasi, wawancara, dokumentasi, dan
triangulasi. Langkah pertama yaitu melakukan observasi dengan melihat langsung
ke lokasi penelitian di Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar, kemudian wawancara
dengan narasumber yang mengerti tentang struktur gerak tari lalu mengumpulkan
data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, kegiatan terahkir dalam
pengumpulan data ini yaitu melakukan triangulasi dengan menggabungkan data-
data yang telah di dapatkan
Teknis analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Reduksi data merupakan proses berfikir yang memerlukan waktu dan keluasan
serta kedalaman wawasan tinggi (Sugiyono, 2016: 249). Artinya peneliti melakukan
penyortiran data dalam bentuk pemfokusan, penyederhanaan serta pentraformasian data di
lapangan yang didapat melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Pada alur reduksi
data peniliti memilah dan memilih data yang dianggap penting sesuai dengan tujuan
penelitian.Penyajian data dalam penelitian paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah berupa teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2016: 249).
Artinya adalah langkah setelah reduksi berfungsi untuk menyusun informasi sebagai
simpulan dan pengambilan tindakan dengan menyusun teks dalam satu kesatuan bentuk,
keteraturan, penjelasan, alur sebab akibat, porsi data dan data yang telah disortir siap diolah

5
6

menjadi data konkret dalam penelitian ini. Pada alur setelah pemilahan data yang dilakukan
yaitu menyusun informasi untuk diolah menjadi data yang nyata atau benar-benar terwujud.
Peniliti melakukan penyusunan teks dengan cara menguraikan berdasarkan
peristiwa yang terjadi, sehingga penyajian data yang dilakukan tersebut adalah sebagai
simpulan dari penelitian. Simpulan dalam penelitian kualitatif merupakn temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2016: 253). Simpulan merupakan langkah
setelah penyajian data sehingga data yang didapat berupa deskripsi atau gambaran objek
yang sebelumnya masih remang-remang dapat dirumuskan serta disimpulkan fokus
permasalahan penelitian yang ditulis. Hal ini mencakup pencarian landasan, serta hubungan
sebab akibat dan pembahasan yang pasti sehingga memunculkan temuan baru tentang
Bedhaya Sri Tanjung sebagai identitas budaya. Pada langkah penarikan kesimpulan ini
peniliti melakukan penyimpulan data yang sudah terfokus sesuai pembahasan penelitian
yang direncanakan. Dalam hal ini peneliti akah memperoleh hasil temuan dari penelitian
yang sudah dilakukan.
Teknik keabsahan data dilakukan dengan dua cara yaitu triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Triangulisi sumber dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara
narasumber satu dengan narasumber lainnya. Kemudian hasil wawancara tersebut
dikumpulkan dan disepakati bersama. Triangulasi teknik dilakukan melalui wawancara
dengan narasumber kemudian dihubungkan dengan dat observasi dan dokumentasi, peneliti
juga menghubungkan data dari hasil observasi dan dokumentasi selanjutnya ditarik garis
dan disimpulkan. Tahap-tahap penelitian merupakan pedoman peneliti untuk mengetahui
proses yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian (Arikunto, 2013: 61). Terdapat
tiga tahap penelitian yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.

3. Hasil dan Pembahasan

A. Struktur Tari Bedhaya Sri Tanjung


Tari Bedhaya Sri Tanjung menggambarkan kesetiaan wanita dengan unsur
Jawa Timur karena tarian ini bertujuan juga untuk menggambarkan masyarakat
Blitar yang berkarakteristik cekatan. Hal ini diungkapkan oleh Mijil dalam
wawancara pada tanggal 3 November 2019 pada pukul 16.00 WIB :Tari Bedhaya
Sri Tanjung adalah tari yang mengungkapkan atau menggambarkan kesetiaan
wanita. Tarian ini juga bertujuan untuk mengikuti festival majapahit untuk
mewakili kabupaten Blitar. Dengan tujuan tarian ini diciptakan agar masyarakat tau
bahwa salah satu ukiran pada candi Penataran yang biasa kita sebut relief ini ada
salah satu kisah dari majapahit yaitu kisah Sri Tanjung dengan mengangkat salah
satu kisahnya yaitu kesetiaan seorang wanita. Tari Bedhaya Sri Tanjung ini
diciptakan mengikuti pasar yang ada, jadi mengikuti karakteristik masyarakat Jawa
Timur khususnya masyarakat Blitar yang memiliki karakteristik cekatan. Gerak
adalah sebuah ungkapan yang memiliki makna dan merupakan dasar dari tari.
Gerak tari terbentuk dari gerak- gerak yang disusun sehingga menjadi struktur gerak
yang terdiri dari : (1) Unsur Gerak : bagian anggota tubuh ketika menari yang
terbagi menjadi bagian kepala, tangan badan, dan kaki, (2) motif gerak : rangkaian
dari beberapa unsur gerak (3) frase gerak : rangkaian dari beberapa motif yang
mengandung konsep dan makna (4) ragam gerak : rangkaian dari beberapa motif

6
7

gerak yang membentuk kesatuan, (5) pargraf gerak : rangkaian dari beberapa ragam
gerak yang memiliki satu kesatuan topik.

1. Unsur Gerak Tari Bedhaya Sri Tanjung


Unsur gerak tari merupakan bagian terkecil dari setiap anggota badan, unsur
gerak tari terbagi menjadi empat bagian yaitu : unsur gerak kepala, tangan, badan
dan kaki, berikut ini paparan yang diperoleh di lapangan tentang unsur gerak tari
Bedhaya Sri Tanjung.

a. Unsur gerak kepala tari Bedhaya Sri Tanjung


Hasil wawancara dan observasi pada tanggal 3 November 2019 pukul 16.00
WIB, Della mempertegas dari pernyataan Mijil dan Sudaryanto bahwa “ untuk
gerak tari Bedhaya Sri Tanjung khususnya gerak bagian kepala hanya ada tiga
gerakan kepala yaitu tolehan, nunduk, dan madep ngarep”.

b. Unsur Gerak Tangan Tari Bedhaya Sri Tanjung


Berdasarkan hasil observasi unsur gerak tari Bedhaya Sri Tanjung yang di
ungkapkan oleh Mijil pada tanggal 11 November 16.00 WIB. Bahwa : tari ini
memiliki tiga puluh enam (36) gerak pada unsur tangan yaitu nyempurit, ngiting,
mentang, ukel pusar, njimpit sampur, sambah dodo, kebyak kebyok, ngolong
sampur, ndoding, seblak sampur, asta narik, asta samping 1, asta samping 2,
nyempurit mentang siji, asta pundak, putar tangan sang agung 1, putar tangan sang
agung 2, asta suwun, asta sesuwun, asta Padma, asta ing ujung 1, asta ing ujung
2, ukel jiwa rasa, asta cakra 1, asta cakra 2, asta nunjuk, cekel sampur, singget
kebyak, jimpit ukel sampur, cekel sampur samping, mentang sampur, ndoding
jimpit sampur, asta usap, nyempurit walik, asta ing ujung 3.

c. Unsur Gerak Badan Tari Bedhaya Sri Tanjung


Berdasakan hasil observasi, diketahui bahwa unsur gerak badan yang
terdapat pada tari Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar ini
hanya terdapat dua unsur gerak pada badan. Hal ini disampaikan oleh Mijil
mengenai unsur badan pada tanggal 17 November pukul 16.00 WIB : “ gerak badan
pada tari Bedhaya Sri Tanjung ini hanya terdapat dua gerak yaitu Leyek, Jejeg”.
Della selaku penari tari Bedhaya Sri Tanjung menegaskan pernyataan yang
disampaikan oleh Mijil pada tanggal 18 November pukul 09.00 WIB: “dalam tari
Bedhaya Sri Tanjung ini hanya memiliki dua gerakan badan, seperti pada umumnya
tarian Bedhaya yang lain yaitu ngleyeg, jejek”.

d. Unsur Gerak Kaki Tari Bedhaya Sri tanjung

7
8

Berdasarkan hasil wawancara seniman tari Bedhaya Sri Tanjung, bahwa


unsur kaki mengikuti tempo musik, sedangkan gerakannya hanya berpedoman pada
gerakan yang sederhana. Hal ini sejalan dengan penuturan Mijil seniman tari
Bedhaya Sri tanjung pada tanggal 24 November 2019 pukul 16.00 WIB :
Tari Bedhaya Sri Tanjung ini juga memiliki gerakan kaki, gerakannya hanya
sederhana dan tidak banyak variasi, karena gerakan kaki ini bertumpu pada tempo
musik saja dan selanjutnya seperti itu gerakan kaki tari Bedhaya Sri Tanjung ini
terdiri dari tujuh unsur gerak kaki di antaranya adalah napak, jinjit, trisik, jengkeng,
gejug, mendhak, kengser.

Pernyataan Mijil di pertegas oleh pernyataan Sudaryanto selaku pemusik


tari Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar 25.
“November 2019 pukul 09.00 WIB: “Semua gerak tari Bedhaya Sri Tanjung ini
mengikuti tempo yang ada di musik, musik yang digunakan di dalam tari Bedhaya
Sri Tanjung ini yang menjadikan gerak tari Bedhaya Sri Tanjung ini beda dari Tari
Bedhaya pada umumnya. Umumnya kan tarian ini alus, tetapi pada saat penciptaan
tarian ini saya selaku pembuat musik tari Bedhaya Sri Tanjung mengikuti pasar-
pasar yang ada. Tujuan nya juga untuk menggambarkan masyarakat Blitar yang
cekatan jadi musik ini dibuat sedemikian rupa sehingga penikmat tarian ini
khususnya masyarakat Blitar sendiri tidak mudah jenuh. Semoga masyarakat Blitar
sendiri ketika melihat tarian ini mau ikut serta barang kali belajar menari atau hanya
sekedar menikmati”.

2. Motif Gerak Tari Bedhaya Sri Tanjung


Motif gerak adalah gabungan dari beberapa unsur- unsur gerak yang
mengandung makna. Motif gerak tari Bedhaya Sri Tanjung terbagi menjadi dua
bagian yaitu motif gerak dinamis dan motif gerak statis. Hal ini yang sama
disampaikan oleh Mijil mengenai motif gerak pada tanggal 7 Desember 2019 pukul
16.00 WIB, “Motif tari Bedhaya Sri Tanjung ini hanya memiliki dua saja antara
lain yaitu berpindah tempat dan diam di tempat”.
Motif dinamis adalah gerak yang berpindah tempat Tari Bedhaya Sri
Tanjung tediri dua puluh satu (21) motif gerak. Motif gerak dinamis tari Bedhaya
Sri Tanjung yaitu lumaksana sembah, lumaksanan putar, trisik sekar suwun,
lampah asta samping gejug 1, lampah asta usap, lampah mentang siji, lampah asta
ukel, lampah asta samping, lampah asta jinjit, lampah asta samping leyeg,
pentangan mubeng, lampah asta pundak, lampah mentang siji mubeng, lampah
singget kebyak 1, lampah singget kebyak 2, singget walik, lampah asta samping
gejug 2, lampah mentang sampur, kengser mentang siji, kengser asta pundak.
Motif gerak statis yang terdapat pada tari Bedhaya Sri Tanjung adalah motif
gerak yang berdiam diri di tempat dengan pose yang bergantian. Motif gerak statis
pada tari ini lebih banyak terdapat pada saat gerakan duduk atau sembahan. Motif
gerak statis pada gerak tari Bedhaya Sri Tanjung ini memiliki 25 Gerak statis antara
lain putar tangan sang agung 1, asta pusar,putar tangan sang agung 2, asta usap

8
9

mendak, njinjit ngolong sampur, jengkeng sampur, sembah duduk 1, sembah duduk
2, asta sesuwun, asta Padma, jengekeng mentang siji, asta ing ujung 1, asta ing
ujung 2, ukel jiwa rasa, asta cakara 1, asta nunjuk, asta cakra 2, adeg doding,
ngleyeg Padma, Padma petang, seblak siji, ukel suwun, ukel asta, jinjit ukel,
mentang mubeng.

3. Frase Gerak Tari Bedhaya Sri Tanjung


Frase gerak yang diidentikkan dengan anak kalimat, merupakan kumpulan
dari berbagai motif gerak yang mengandung konsep dan makna tertentu dalam satu
tari. Dalam satu kesatuan ragam kalimat gerak tari dapat terdiri dari satu atau lebih
frase gerak, tergantung dari konsep dan tujuan gerak tersebut. Jika dalam satu
kalimat gerak tari hanya terdirindari satu frase gerak saja, maka kedudukan frase
gerak tersebut sekaligus sebagai ragam gerak atau kalimat gerak.
Tari Bedhaya Sri Tanjung ini tidak memiliki frase gerak karena dalam tari
Bedhaya Sri Tnajung terbentuk dari motif- motif gerak. Hal ini diperkuat oleh hasil
wawancara oleh Mijil pada tanggal 8 Desember 2019 pukul 19.00 WIB tentang
frase gerak menuturkan “frase gerak dalam tari Bedhaya Sri Tanjung tidak ada,
karena sifat tari Bedhaya Sri Tanjung tidak memiliki frase gerak karena pada
dasarnya tarian ini dibuat sesederhana mungkin, hanya saja gerak tangannya saya
buat bervariasi mengikuti penggambaran alur ceritanya saja”

4. Ragam Gerak
Ragam gerak dalam tari Bedhaya Sri Tanjung ini terbentuk atas motif- motif
gerak yang sudah terangkum. Tari Bedhaya Sri Tanjung memiliki 28. ragam gerak,
yang terdapat pada tari Bedhaya Sri Tanjung sebagai berikut yaitu : lumaksana
sembah, lumaksana putar tangan ingsut, trisik sekar suwun, pentangan mubeng,
sekar suwun lampah, lampah asta samping, trisik restu, singget insut, soalh 1,
soalah 2, trisik kipat sampur, putar tangan sang agung, kengser temu, sembah
duduk, asta sesuwun, asta Padma, asta ing ujung, ukel jiwa rasa, asta cakra, leyeg
gejog tengen,singget kebyak kebyok, perangan,trisik surung sampur adeg ndoding,
ngleyek Padma pentangan, seblak siji, ukel suwun asta, jinjit ukel.
Sejalan dengan penuturan Mijil selaku pencipta tari Bedhaya Sri Tanjung di
Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar pada tanggal 14 Desember 2019 bahwa :
“Gerak tari Bedhaya Sri Tanjung ini terinspirasi dari kisah kesetiaan Sri
Tanjung yang terukir pada relief candi Penataran, pembuatan geraknya sendiri pun
tidak luput dari gambar- gambar pada relief candi Penataran contohnya saja
sembah, gerak yang dipakai pun juga saya ambil dari sembah yang ada di relief
candi. Kemudian latar belakang gerak yang saya pakai tidak semata- mata penuh
dengan gerak lusnya Bedhaya yang asli (yang ada di solo maupun jogja) tetapi saya
menggunakan gerak tari Jawa Timur khususnya Malang. Alas an gerak Malangan
karena latar belakang pendidikan S1 saya berada di Universitas Negeri Malang.

9
10

Makanya ritme dalam gerak tari ini sedikit lebih cepat dari tarian Bedhaya pada
umumnya”.

5. Paragraf Gerak Tari Bedhaya Sri Tanjung


Paragraf atau gugus merupakan episode atau penggalan dari sebuah
koreografi. Paragraf juga merupakan penggalan salah satu topic dari keseluruhan
karangan. Dalam tari Bedhaya Sri Tanjung ini terdapat 3 paragraf gerak yaitu terdiri
dari awalan, inti, akhir. Maisng- maisng paragraf memiliki gerak yang tersusun atas
beberapa ragam gerak yang terangkai. Hal ini sejalan dengan Niken selaku pemain
tari Bedhaya Sri Tanjung pada hasil wawancara tanggal 07 Desember 2019 pukul
16.00 WIB:
Paragraf dalam tari Bedhaya Sri Tanjung ini memiliki paragraf yaitu awalan
atai pembuka, inti dan penutup yang masing- maisng bagian tersebut memilki nama
maisng- masing nama tersebut di antaranya adalah lumaksana sembah awal sebagai
pembuka dibagian inti terdapat solah duduk, di bagian akhir terdapat adeg ndoding.
Mijil selaku seniman sekaligus pencipta tari Bedhaya Sri Tanjung
mempertegas pernyataan di atas dengan hasil wawancara pada tanggal 08
Desember 2019 pukul 09.00 WIB sebagai berikut: “Pembukaan tari Bedhaya Sri
Tanjung berupa gerakan yang berjalan dari tempat ke tempat lain, maka dari itu
biasanya gerakan pada pargraf awal tarian ini disajikan dari luar panggung
kemudian berjalan memasuki panggung. Gerakan awal berupa : lumaksana
sembah, lumaksana putar tangan ingsut, trisik sekar suwun, pentangan mubeng,
sekar suwun lampah, lampah asta samping, trisik restu, singget insut. Untuk inti
dari tarian ini terdapat pada saat gerak sembah duduk, yang terdiri dari solah 1,
solah 2, trisik kipat sampur, putar tangan sang agung, kengser temu, sembah
duduk, asta sesuwun, asta Padma, asta ing ujung, ukel jiwa rasa, asta cakra, leyeg
gejog tengen,singget kebyak kebyok, perangan, trisik surung sampur Kemudian
gerak akhir atau penutup yaitu terdiri dari adeg ndoding, ngleyek Padma pentangan,
seblak siji, ukel suwun asta, jinjit ukel”.

B. Tari Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar

Sanggar Pendhopo terletak di Jalan Ahmad Yani No 11, Kepanjen Lor,


Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, berada di wilayah pusat kota Blitar yang
masyarakatnya sanggat cekatan. Kabupaten Blitar memiliki salah satu tempat
wisata berupa candi Penataran. Pada candi Penataran terdapat relief atau ukiran
sejarah, salah satunya yaitu relief Sri Tanjung.
Tari Bedhaya Sri Tanjung menggambarkan kesetiaan wanita dengan unsur
Jawa Timur karena tarian ini bertujuan juga untuk menggambarkan masyarakat
Blitar yang berkarakteristik cekatan. Hal ini diungkapkan oleh Mijil dalam
wawancara pada tanggal 3 November 2019 pada pukul 16.00 WIB :
Tari Bedhaya Sri Tanjung adalah tari yang mengungkapkan atau
menggambarkan kesetiaan wanita. Tarian ini juga bertujuan untuk mengikuti

10
11

festival majapahit untuk mewakili kabupaten Blitar. Dengan tujuan tarian ini
diciptakan agar masyarakat tau bahwa salah satu ukiran pada candi Penataran yang
biasa kita sebut relief ini ada salah satu kisah dari majapahit yaitu kisah Sri Tanjung
dengan mengangkat salah satu kisahnya yaitu kesetiaan seorang wanita. Tari
Bedhaya Sri Tanjung ini diciptakan mengikuti pasar yang ada, jadi mengikuti
karakteristik masyarakat Jawa Timur khususnya masyarakat Blitar yang memiliki
karakteristik cekatan.

Pernyataan Mijil di atas di perkuat dengan pernyataan Della sebagai penari


tari Bedhaya Sri Tanjung pada wawancara 9 November 2019 “tari Bedhaya Sri
Tanjung itu tarian Bedhaya Jawa Timuran, karena gerak yang diambil juga atas
dasar bentuk karakteristik masyarakat Blitar yang keras, dan cekatan. Jadi tari ini
sering di tampilkan di berbagai acara besar sebagai acara sambutan”.

4. Simpulan dan Saran

Bedasarkan hasil temuan data yang dilakukan penilitan tentang Struktur


Gerak Tari Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo Kabupaten Blitar, maka
dapat ditarik berapa kesimpulan sebagai berikut.

Struktur gerak tari Bedhaya Sri Tanjung terdiri dari gerak gerak yang
disusun sedemikian rupa, yang terdiri dari unsusr gerak, motif gerak, ragam gerak,
paragraph gerak. Unsur gerak yang terdapat dalam tari Bedhaya Sri Tanjung terdiri
dari unsur gerak kepala yang terdiri dari 3 (tiga) unsur gerak kepala yaitu unsur
gerak kepala tolehan, nunduk dan madep ngarep. Unsur gerak badan yang terdiri
dari dua gerakan badan yaitu ngleyek, jejek. Unsur gerak tangan yang terdiri dari
tiga puluh enam (36) gerak pada unsur tangan yaitu nyempurit, ngiting, mentang,
ukel pusar, njimpit sampur, sambah dodo, kebyak kebyok, ngolong sampur,
ndoding, seblak sampur, asta narik, asta samping 1, asta samping 2, nyempurit
mentang siji, asta pundak, putar tangan sang agung 1, putar tangan sang agung 2,
asta suwun, asta sesuwun, asta Padma, asta ing ujung 1, asta ing ujung 2, ukel jiwa
rasa, asta cakra 1, asta cakra 2, asta nunjuk, cekel sampur, singget kebyak, jimpit
ukel sampur, cekel sampur samping, mentang sampur, ndoding jimpit sampur, asta
usap, nyempurit walik, asta ing ujung 3. Unsue gerak kaki terdiri dari tujuh gerak,
yaitu napak, mancat, trisik, jengkeng, gejog, mendak, kengser.
Motif gerak yang terdapat dari tari Bedhaya Sri Tanjung terdiri dari empat
puluh enam yang terbagi menjadi motif statis dan motif dinamis yaitu motif statis
tari Bedhaya Sri Tanjung ada 25 Motif statis, yaitu putar tangan sang agung 1, asta
pusar,putar tangan sang agung 2, asta usap mendak, njinjit ngolong sampur,
jengkeng sampur, sembah duduk 1, sembah duduk 2, asta sesuwun, asta Padma,

11
12

jengekeng mentang siji, asta ing ujung 1, asta ing ujung 2, ukel jiwa rasa, asta
cakara 1, asta nunjuk, asta cakra 2, adeg doding, ngleyeg Padma, Padma petang,
seblak siji, ukel suwun, ukel asta, jinjit ukel, mentang mubeng. Motif dinamis tari
Bedhaya Sri Tanjung terdiri dari 21 susunan motif gerak yaitu, lumaksana sembah,
lumaksanan putar, trisik sekar suwun, lampah asta samping gejug 1, lampah asta
usap, lampah mentang siji, lampah asta ukel, lampah asta samping, lampah asta
jinjit, lampah asta samping leyeg, pentangan mubeng, lampah asta pundak, lampah
mentang siji mubeng, lampah singget kebyak 1, lampah singget kebyak 2, singget
walik, lampah asta samping gejug 2, lampah mentang sampur, kengser mentang
siji, kengser asta pundak.
Ragam gerak pada tari Bedhaya Sri Tanjung terdiri dari dua puluh delapan
ragam gerak yaitu, lumaksana sembah, lumaksana putar tangan ingsut, trisik sekar
suwun, pentangan mubeng, sekar suwun lampah, lampah asta samping, trisik restu,
singget insut, soalh 1, soalah 2, trisik kipat sampur, putar tangan sang agung,
kengser temu, sembah duduk, asta sesuwun, asta Padma, asta ing ujung, ukel jiwa
rasa, asta cakra, leyeg gejog tengen,singget kebyak kebyok, perangan,trisik surung
sampur adeg ndoding, ngleyek Padma pentangan, seblak siji, ukel suwun asta, jinjit
ukel.
Paragraf gerak tari Bedhaya Sri Tanjung dibagi menjadi tiga bagian yaitu
gerak pembuka, gerak isi, gerak penutup. Ragam gerak pembuka tari Bedhaya Sri
Tanjung yaitu, lumaksana sembah, lumaksana putar tangan ingsut, trisik sekar
suwun, pentangan mubeng, sekar suwun lampah, lampah asta samping, trisik restu,
singget insut. Gerak inti dari tari Bedhaya Sri Tanjung terdapat pada saat gerak
sembah duduk, yang terdiri dari solah 1, solah 2, trisik kipat sampur, putar tangan
sang agung, kengser temu, sembah duduk, asta sesuwun, asta Padma, asta ing
ujung, ukel jiwa rasa, asta cakra, leyeg gejog tengen,singget kebyak kebyok,
perangan, trisik surung sampu. Gerak penutup dari tari Bedhaya Sri Tanjung yaitu,
adeg ndoding, ngleyek Padma pentangan, seblak siji, ukel suwun asta, jinjit ukel.

A. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan motivasi bagi masyarakat
Blitar terhadap kesenian tari Bedhaya Sri Tanjung dengan adanya pertunjukan tari
pada setiap pembukaan acara di Kabupaten Blitar Khususnya. Diharapkan
memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai referensi atau tambahan ilmu
pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Pendididkan Seni Tari dan Musik.
Diharapkan kepada seniman tari Bedhaya Sri Tanjung penelitian ini dapat
bermanfaat untuk seniman Blitar terutama seniman muda yang sedang mempelajari
dan mendalami struktur gerak tari Bedhaya Sri Tanjung di sanggar Pedhopo
Kabupaten Blitar. Disamping itu juga penelitian ini dapat menjadi dokumen yang
berguna tentang struktur gerak tari Bedhaya Sri Tanjung di Sanggar Pendhopo
Kbaupaten Blitar dan upaya untuk melestarikan kesenian Blitar.

12
13

13
14

Daftar Rujukan
Budiman, Kris. 1999. Kosa Semiotika. Yogyakarta: Lkis.
Bagong, Kussudiardjo. 1981. Tentang Tari. Yogyakarta: Nur cahaya.
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni.
Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.
______________. 2007. Kajian Tari (Teks dan Konteks). Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher.
Hidajat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni
Tari. Malang: Jurusan Seni Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang.
______________. 2006. Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan Seni Tari 2. Malang:
Banjar Seni antar Gumelar Pustaka.
______________. 2008. Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari Bagi Guru.
Malang: Jurusan Seni Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang.
______________. 2009. Pengetahuan Seni Tari. Malang: Jurusan Seni Desain,
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
______________. 2013. Kreativitas Koreografi. Malang: Surya Pena Gemilang.
Kuntjaraningrat. 2000. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
______________. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Minarto, Soerjo Wido. 2008. Struktur Simbolik Tari Topeng Patih Pada Kesatuan
Dramatari Wayang Topeng Malang di Dusun Kedungmonggo. Malang:
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
______________. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
______________. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

14
15

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
______________. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumaryono. 2003. Restorasi Seni Tari & Transformasi Budaya. Yogyakarta:
elKAPHI.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:
Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan
Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
Denada, Mia. 2016. Perubahan Struktur Gerak Tari Kiprah Glipang di Kabupaten
Probolinggo Tahun 1995-2013. Malang: Universitas Negeri Malang.

15

Anda mungkin juga menyukai