Anda di halaman 1dari 9

Eksplorasi Etnomatematika pada Alat Musik Tradisional Kendang Jawa Tengah

Elvi Sartika Purba1*, Curnelia Clara Devi Wahyuningtias1, Maria Anjelina Agho1
1
Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

e-mail: Vikasilangit12@gmail.com1

Abstrak. Budaya merupakan cara hidup berkembang yang dimiliki sekelompok orang dan
diwariskan secara turun temurun. Budaya kerap dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal
dengan etnomatematika. Salah satu penerapan etnomatematika dalam dunia pendidikan
khususnya dalam pembelajaran matematika yaitu etnomatematika alat musik tradisional di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, mengkaji, dan mendeskripsikan hasil
kajian yang berkaitan dengan budaya alat musik tradisional kendang yang berasal dari Jawa
Tengah berdasarkan 6 aktivitas fundamental matematis menurut Bishop terdiri atas (1)
counting (membilang), (2) locating (meletakkan), (3) measuring (mengukur), (4) designing
(merancang), (5) playing (memainkan), (6) explaining (menjelaskan). Penelitian ini
merupakan deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder. Data
tersebut merupakan data yang sudah diolah yang diambil dari sumber data buku elektronik,
artikel jurnal online serta sumber-sumber lain yang membahas tentang alat musik tradisional
kendang yang sudah dipublikasikan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu mencari
data mengenai variabel berupa buku elektronik, artikel jurnal online dan lainnya. Data tersebut
dianalisis kemudian diperoleh kesimpulan adanya keterkaitan antara alat musik kendang
terhadap pembelajaran matematika. Hasil penelitian ini menunjukkan sejarah dan filosofi dari
alat musik tradisional kendang serta terdapat aktivitas fundamental matematis pada konsep
matematika terutama pada bidang geometri.

Kata kunci: Etnomatematika, Kendang Jawa Tengah, Aktivitas Fundamental Matematis,


Geometri

1. Pendahuluan

Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terbentuk dari beberapa jenis
suku, agama, dan beraneka ragam budaya. Keragaman budaya membuat pendidikan yang ada
di Indonesia memiliki inovasi baru sehingga budaya tersebut dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran. Budaya telah dikenal oleh siswa sejak usia dini, dengan demikian pembelajaran
berbasis budaya akan lebih mudah dipahami dan budaya tersebut dapat terjaga kelestariannya.
Melalui media pembelajaran yang dirancang secara inovatif dengan memadupadankan unsur
kebudayaan, sistem pendidikan di Indonesia akan semakin bervariasi. Menurut UU No. 20
tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara. Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang paling dominan dalam membentuk kerangka proses pembangunan
suatu bangsa. Peran dan tugas pendidikan dalam era modern bersifat antisipasi terhadap
masalah yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Siregar
dan Nadiroh (2016) memaparkan bahwa saat ini nilai budaya semakin luntur oleh
perkembangan arus globalisasi yang menyebabkan budaya di Indonesia semakin pudar
dikarenakan nilai-nilai budaya barat yang masuk ke dalam nilai-nilai budaya Indonesia. Oleh
karena itu, perlu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara
menanamkan atau mengikutsertakan budaya dalam proses pembelajaran di sekolah khususnya
dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran berbasis budaya dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu


pengetahuan. Dalam pembelajaran matematika juga dapat menerapkan bagaimana budaya
digunakan sebagai sarana atau langkah dalam pembelajaran. Mengingat pembelajaran
matematika yang selalu dianggap sukar atau sulit untuk dipahami oleh banyak orang,
sehingga budaya dapat digunakan sebagai salah satu solusi dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut. Pembelajaran akan diingat dengan baik jika pendidik menggunakan
metode belajar yang sesuai dan tepat. Etnomatematika dapat dijadikan sarana untuk
menghubungkan matematika dan budaya sehingga digunakan sebagai contoh praktik budaya
dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran berbasis budaya adalah salah satu model
pendekatan pembelajaran yang memprioritaskan kegiatan siswa dengan latar belakang budaya
yang beragam dan diintegrasikan pada proses pembelajaran matematika. Sardjiyo dan Pannen
(2005) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model pendekatan
pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas peserta didik dengan berbagai ragam latar
belakang budaya yang dimiliki, diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi
tertentu, dan dalam penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai perwujudan
penilaian.

Salah satu kebudayaan di Indonesia yang dapat dikaji melalui etnomatematika adalah
alat musik tradisional. Alat musik tradisional yang akan dikaji adalah alat musik tradisional
kendang yang berasal dari provinsi Jawa Tengah. Kendang mudah ditemukan di berbagai
daerah Pulau Jawa. Selain itu, kendang juga memiliki bentuk yang bervariasi serta bunyi yang
khas ketika dimainkan. Penamaan alat musik memiliki alasan tersendiri sesuai dengan
daerahnya. Kendang merupakan salah satu bagian dari alat musik tradisional yang ada di
gamelan. Pada umumnya, alat musik tradisional memiliki ciri khas yang menunjukkan
kekhasan dari suatu daerah di Indonesia begitu pula dengan alat musik kendang tersebut.
Bentuk kendang berbeda-beda untuk setiap daerah. Alat musik ini memiliki bentuk mirip
dengan tabung yang terbuat dari kayu nangka, kelapa atau cempedak dan kulit sapi atau
kambing sebagai penutup antara kedua sisinya juga tali rotan sebagai pengencang. Dalam
pembuatan kendang, diperlukan beberapa proses pembuatan kendang untuk menghasilkan
nada yang bagus.

Terdapat hubungan antara alat musik tradisional kendang dengan aktivitas


fundamental matematis (Bishop, 1997). Ada enam aktivitas fundamental matematika dalam
pembelajaran etnomatematika yaitu: counting (menghitung), measuring (mengukur), locating
(menempatkan), designing (mendesain), playing (bermain), dan explaining (menjelaskan).
Keenam aspek fundamental ini digunakan untuk mengkaji serta menjelaskan kepada siswa
tentang hubungan antara alat musik tradisional dan pengetahuan matematika. Aktivitas ini
mengajarkan konsep dan mengimplementasikan kurikulum pendidikan dan praktek nyata
dalam pembelajaran matematika. Alat musik tradisional yang dikaji digunakan sebagai contoh
dalam memvisualisasikan pengetahuan matematika. Tujuan penelitian ini adalah
mengeksplorasi hubungan antara alat musik kendang dan matematika serta menjelaskan
penerapan alat musik kendang dalam matematika menurut aktivitas fundamental matematis
(Bishop) .
2. Metode

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono


(2016) penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti
suatu objek secara alamiah, dimana instrumen pengumpulan data dari penelitian tersebut
adalah peneliti, dan dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
serta hasil penelitian lebih menekankan ke generalisasi. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data tersebut merupakan data yang sudah diolah
yang diambil dari sumber data buku elektronik, artikel jurnal online serta sumber-sumber
lain yang membahas tentang alat musik tradisional kendang yang sudah dipublikasikan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan studi
kepustakaan dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan topik pembahasan. Data
tersebut dianalisis kemudian diperoleh kesimpulan adanya keterkaitan bagian-bagian yang
digunakan dalam pembuatan alat musik kendang serta cara memainkan alat musik tersebut
dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika.

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan, alat musik tradisional kendang
memiliki bentuk dan ukuran berbeda-beda. Selain bentuk dan ukuran, adapun sejarah serta
aktivitas fundamental matematis menurut Bishop.

3.1 Sejarah dan Filosofi Alat Musik Tradisional Kendang Jawa Tengah

Secara harfiah, kendang merupakan salah satu alat musik tradisional Jawa Tengah
dengan jenis instrumen membranophones, yang terdapat pada gamelan. Kendang terbuat dari
kayu yang berongga, kulit sapi atau kerbau sebagai muka bidangnya dan tali sebagai pengikat
sisi-sisi badan kendang. Alat musik tradisional kendang mulai masuk di Nusantara pada
pertengahan abad ke-9 masehi dan pertama masuk ke Indonesia melalui Pulau Jawa. Menurut
Kakawin Nagarakretagama gubahan Empu Prapanca (Pigeaud, 1960), saat pertama kali
masuk ke Indonesia, kendang memiliki beberapa sebutan lain diantaranya murdala, muraja,
padahi, pataha, murawa atau muraba. Dengan berbagai macam penyebutan ini menunjukkan
bahwa ada berbagai macam bentuk, ukuran dan bahan yang digunakan pada kendang. Selain
itu, kendang juga ditemukan dalam situs-situs sejarah di Indonesia, seperti di Candi
Borobudur, Candi Siwa di Prambanan, Candi Tegowangi, dan Candi Penataran.

3.2 Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop

Menurut aktivitas fundamental matematis, ditemukan bahwa alat musik tradisional


kendang memiliki unsur-unsur matematika. Berdasarkan bentuk, ukuran, serta bunyi yang
dihasilkan oleh alat musik tersebut saat dimainkan, ada beberapa unsur matematika dapat
dikaji, diantaranya adalah bentuk geometri bidang alat musik tradisional kendang, serta
barisan aritmetika yang dikaji berdasarkan bunyi yang dihasilkan alat musik kendang.
Gambar 1. Alat Musik Tradisional Kendang

1) Counting (menghitung)

Pada alat musik tradisional kendang, aktivitas fundamental counting/menghitung


yang dapat dikaji adalah notasi kendang.

Tabel 1. Notasi Kendang

Nama Kendang Bagian Lambang Bunyi


Kendang Indung Gedug U Dong
(Ageng) Ù Ting
U Det
U... Deded
Ū Dut
Kempyang a Pang
a Plak
a- Ping
a+ Pong
ɑ Nguk
Kendang Kutiplak ä Pak
Kulanter å Peung
(Ciblon) Katipung u Tung

Lambang di atas garis menunjukkan posisi tangan atas yaitu tangan yang memukul
bagian kumpyang dan kutiplak, sedangkan lambang di bawah garis menunjukkan
posisi tangan memukul bagian gedug dan katipung yaitu bidang muka besar bagian
bawah. Di bawah ini merupakan nilai ketukan dari notasi adalah sebagai berikut.

U a Bunyi dong dan pang, memiliki 1 ketuk

Ua Bunyi dong dan pang, memiliki ½ ketuk

UaUa Bunyi dong dan pang, memiliki nilai ¼ ketuk


2) Measuring (mengukur)

Alat musik tradisional kendang dapat dikaji menurut aktivitas fundamental Bishop
measuring adalah menghitung luas dan volume alat musik tersebut. Konsep yang
digunakan dalam perhitungan luas dan volume alat musik kendang adalah konsep
geometri dimana dapat dihitung masing-masing bagian kendang yang dapat dibagi
menjadi dua bagian.

Tabel 2. Ukuran kendang

No Jenis Kendang Tinggi Diameter Tebokan Diameter Tebokan


Besar Kecil

1. Ageng 66 cm 37 cm 33 cm

2. Ciblon 60 cm 20 cm 12 cm

Gambar 2. Ilustrasi Kendang

Kedua bagian tersebut, bentuknya menyerupai kerucut terpancung yang dipotong


oleh sebuah bidang sejajar dengan bidang tebokan (bagian alat musik kendang yang
digunakan untuk tempat memukul). Hal ini digunakan karena ukuran bagian tebokan
pada kendang yang berbeda pada kedua sisinya. Hasil pengukuran alat musik
tradisional kendang dapat dilihat pada tabel 2.

Gambar 3. Kerucut terpancung Kendang


Gambar 4. Penampang irisan kerucut

Pada bagian ini, akan tentukan rumus menghitung luas permukaan serta volume alat
musik tradisional kendang. Segitiga ABC pada gambar 4 merupakan penampang
bidang datar dari kerucut terpancung. Segitiga ABC dan segitiga CDE mempunyai
tinggi masing-masing adalah t 1❑ +t 2 dan t 1sedangkan t 2 merupakan tinggi kerucut
terpancung, panjang sisi BC dan EC masing-masing s1❑+s 2 dan s1❑sedangkan
merupakan panjang garis pelukis kerucut terpancung, dan panjang R dan r masing-
1 1
masing adalah AB dan EF merupakan jari-jari kerucut. Karena segitiga ABC dan
2 2
segitiga CDE sebangun, maka didapatkan perbandingan kesebangunan dari sisi-
sisinya.

s1 t1 r
= =
s 1+ s 2 t 1 +t 2 R
(1)

Berdasarkan (1) didapatkan hubungan t 1 terhadap t 2 ,r ,R dan hubungan s1terhadap s2


, r dan R.

t2 r
t 1= (2)
R−r

s2 r
t 1= (3)
R−r

Kemudian misalkan volume kerucut terpancung, V R dan V r masing-masing adalah


volume kerucut berjari-jari R dan volume kerucut berjari-jari r. Maka volume kerucut
terpancung dapat diperoleh dengan:

1 1
V =V R −V r= π R2❑ (t 1+ t 2 )− π r 2❑ t 1 (4)
3 3

Substitusi
3) Locating (menempatkan)

Alat musik kendang diletakan pada kaki kendang yang terbuat dari kayu berbentuk
seperti huruf X dan diletakan secara vertikal.Ada dua kaki kendang yang digunakan
sebagai penyangga untuk alat musik tradisional kendang agar alat musik tersebut
terletak vertikal serta dapat dimainkan dan menghasilkan bunyi sesuai yang
diinginkan oleh pemain musik kendang. Kaki kendang ini dinamakan dengan jangka
kendang.

Gambar 5. Bagian bunyi tebokan kendang

4) Designing (mendesain)

Pada umumnya alat musik kendang berbentuk gabungan dari dua kerucut terpancung
yang di bagian sisinya terdapat ukiran-ukiran dan tali rotan yang membentuk seperti
huruf Y untuk menaikan atau menurunkan nada dasar pada alat musik tersebut.

Gambar 6. Kerangka Kendang

5) Playing (bermain)

Pada aspek playing ada beberapa teknik memukul kendang. Berdasarkan hasil
eksplorasi yang telah dilakukan langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemain
alat musik kendang adalah meletakan tangan kanan di bagian kendang yang lebih
kecil (sebelah kanan) dan tangan kiri diletakan dibagian kendang yang lebih besar
(sebelah kiri). Posisi badan dan tangan jangan terlalu tegang karena dapat
mempengaruhi saat bermain kendang. Langkah kedua, untuk tangan kanan cara
memukulnya menggunakan jari telunjuk dan jari manis di bagian badan kendang.
Tangan kiri memukul kendang ujung jari telunjuk dan jari manis diikuti oleh tangan
bagian dalam.

6) Explaining (menjelaskan)

Berdasarkan hasil eksplorasi, terdapat beberapa jenis kendang beserta fungsinya


masing-masing diantaranya: kendang ageng yang berukuran besar dan selalu dipakai
dalam pertunjukan gamelan, kendang wayangan yang biasanya digunakan dalam
pertunjukan wayang kulit, kendang ciblon yang menghasilkan nada tinggi dan
kendang ketipung yang biasa digunakan sebagai instrumen dangdut. Umumnya
kendang yang sering digunakan dalam pertunjukan gamelan hanya membutuhkan dua
jenis kendang, yaitu kendang ageng dan kendang ciblon.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil eksplorasi, alat musik tradisional kendang memiliki sejarah


dan filosofi yang menarik untuk diketahui oleh banyak orang. Mengikuti aktivitas
fundamental matematis alat musik tradisional kendang memiliki keterkaitan dengan
matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Fridyan.E(2019). Gamelan Jawa: Sebuah Alternatif Media Pembelajaran Matematika
Berbasis Budaya. Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran . Vol 3(675-688).
Yudanti.E,dkk(2022). Eksplorasi Etnomatematika Terkait Aktivitas Fundamental Pada
Rumoh Aceh. Prisma, Prosiding, Seminar Nasional Matematika . Vol 5(234-243).

Anda mungkin juga menyukai