Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KAKAWIHAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA SAMA

(studi analisis deskriptif di Sekolah SDN Situgunting 2 kelas 5)

Ane Siti Nurfauziah, Annisa, Dhahlianti, Diva Irvia, Irgi Faudji, Pipit Nurfarah Diana

Universitas Pendidikan Indonesia

Irgyfaudji07@gmail.com,

Abstrak

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, banyak sekali dampak negatif dan
positif.. salah satu dari dampak negatifnya yaitu menjadikan kearifan lokal di Indonesia
berkurang. Seperti halnya kearifal lokal budaya Sunda. Saat ini di masyarakat Sunda mereka
sudah lupa akan jati dirinya sendiri. Masyarakat Sunda kini telah melupakan budaya-budaya
nenek moyang mereka. Terutama di wilayah-wilayah perkotaan yang mudah terpengaruhi
oleh informasi. Masyarakat sunda sendiri mereka memeiliki suatu tradisi, salah satunya tadisi
lisan. Mereka memiliki tradisi lisan yang berbeda-beda. Tradisi lisan ini tumbuh dan
berkembang serta di lestarikan di wilayahnya masing-masing. Tradisi lisan ini yang
dimaksud adalah nyanyian rakyat (kakawihan kaulinan barudak lembur) pada masyarakat
Sunda. Dalam kakawihan ada nilai-nilai moralyang terkandung di dalamnya, yaitu seperti
nilai moral dalam hal bekerja sama. Salah satunya yaitu kakawihan “oray-orayan” yang
dimana kakawiahan tersebut diiringi dengan permainan yang menarik yang dapat mengasah
kerja sama bagi yang memainkannya. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran bagaimana sikap kemampuan kerja sama anak-anak kelas 5 SDN SITUGUNTING
2.
Pendahuluan

Perkembangan zaman yang terus berkemabang. Menjadikan negara-negara yang


terpengaruhi akan informasi tersebut melupakan akan budaya mereka. Budaya-budaya yang
kini telah tersebar merupakan budaya-budaya yang tidak mencerminkan akan hakikat
manusia yang seutuhnya. Budaya itu berasal dari negara-negara bagian Barat. Oleh karena
itu lebih dikenal dengan Budaya Barat. Budaya Barat mereka lebih mengedepankan akan
kesenangan dan kebebasan manusia. Nilai-nilai akan kebudayaan mereka rendah. Sehingga
orang yang terpengaruhi oleh budaya barat mereka lebih cenderung individual dalam hal
berintetaksi.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, banyak sekali dampak negatif dan
positif. Oleh karena itu banyak negara yang justru salah dalam pemanfaatan perkembangan
tersebuat. Tidak terkecuali Indonesia, saat ini Indonesia pun telah terpengaruhi oleh Budaya
Barat. Yang menjadikan kearifan lokal di Indonesia berkurang. Seperti halnya kearifal lokal
budaya Sunda. Saat ini di masyarakat Sunda mereka sudah lupa akan jati dirinya sendiri.
Masyarakat Sunda kini telah melupakan budaya-budaya nenek moyang mereka. Terutama di
wilayah-wilayah perkotaan yang mudah terpengaruhi oleh informasi.

Hampir di setiap wilayah Sunda mereka memiliki tradisi lisan yang berbeda-beda.
Tradisi lisan ini tumbuh dan berkembang serta di lestarikan di wilayahnya masing-masing.
Tradisi lisan ini yang dimaksud adalah nyanyian rakyat. Berupa lagu yang menjadi pengiring
dalam permainan tradisional anak-anak (kakawihan kaulinan barudak lembur) pada
masyarakat Sunda. Dalam kaulinan tersebut terdapat lalaguan atau kakawihan barudak yang
merupakan sastra rakyat. Adapun contoh lalaguan kakawihan kaulinan barudak lembur pada
masyarakat Sunda yaitu seperti ucang-ucang angge, oray-orayan, cingciripit, perepet jengkol,
sepdur, dll. Dari semua lagu tersebut memiliki irama gembira yang didalamnya terdapat kata-
kata lucu. Kemudian, pada umumnya anak-ank mempunyai cara dan gaya tersendiri dalam
melantunkan nyanyian-nyanyian tersebut, artinya anak-anak mengetahui ini dan iramanya
serta pada waktu kapan mereka dapat melantunkannya.

Kemudian hal yang lain berkenan dengan kakawihan kaulinan barudak lembur pada
masyarakat Sunda adalah keberadaannya saat ini yang mulai dilupakan hingga pada akhirnya
akan mengalami kepunahan. Faktor yang mempengaruhi kepunahan pada kakawihan
kaulinan barudak lembur adalah (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikhawatirkan dapat mengakibatkan berkurangnya para pendukung dari seni budaya
tradisional umumnya dan khususnya pada lagu-lagu/nyanyian permainan rakyat tradisional,
(2) erosi budaya yang disebabkan masuknya budaya asing ke negara kita, sehingga
mengakibatkan menurunnya peranan seni budaya tradisional umumnya dan khususnya pada
lagu-lagu permainan rakyat. Dengan demikian, diperlukan sebuah pemikiran disertai upaya
dalam melestarikan kakawihan kaulinan barudak lembur pada masyarakat Sunda, yakni
melalui sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang dapat dipercaya untuk
melestarikan dan mengembangkan budaya daerah melalui pengajaran sastra di sekolah dapat
dijadikan bahan ajar pada mata pelajaran mulok.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang karya ilmiyah ini dengan
objek kajian pengaruh kakawihan terhadap kemampuan kerja sama siswa kelas 5 SDN
Situgunting 2 untuk mengetahui bagaimana sikap kerja sama siswa terhadap pengaplikasian
kakawihan.
Metode Penelitian

A. Metode merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan
penelitian merupakan sarana untuk mencari kebenaran. Pada dasarnya penelitian adalah
upaya mengumpulkan data yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan cara survey langsung ke lapangan.

Metode kualitatif dengan metode pendekatan studi deskriptif analitik yang dipakai dalam
penelitian ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiono, (2012:3) adalah metode
kualitatif untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Metode kualitatif secara signitifikan dapat mempengaruhi substansi penelitian. Artinya
bahwa metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneliti dan
informan, objek dan subjek penelitian. Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri atau
karakteristik yang hendaknya menjadi pedoman oleh peneliti.

Langkah-langkah yang pertama kali dilakukan yaitu pertama kita melakukan kuesioner
terhadap siswa, lalu kedua kita melakukan
Pembahasan

Kakawihan

Istilah kakawihan berasal dari kata kawih yang artinya lagu atau nyanyian. Dan istilah
kawih ini telah lama dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat Sunda, sebagaimana
termaktub dalam naskah Siksa Kanda Ng Karesian (1581 M) yang berbunyai sebagai berikut:

“Hayang nyaho disakweh ning kawih ma kawih bwatuha kawih panjang, kawih lalaguan,
kawih panyaraman, kawih sisi(n)diran, kawih pangpeledan, kawih bongbongkaso, kawih
pererane, porod eurih, kawih babahanan, kawih bangbarongan, kawih tangtung, kawih
sasa(m)batan, kawih igel-igelan, sing sawatek kawih ma, paraguna tanya.”

(Bila ingin tahu segala macam lagu batuha, kawih panjang, kawih lalaguan, kawih
panyaraman, kawih sisindiran, kawih pengpeledan, kawih bongbongkaso, perane, porod
eurih, kawih babahanan, kawih bangbarongan, kawih tangtung, kawih sasambatan, kawih
igel-igelan, sagala macam lagu tanyalah paraguna/akhli karawitan).

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan ternyata istilah kawih lebih dahulu dipergunakan
masyarakat Sunda.
Kakawihan bisa dimasukan ke dalam bentuk puisi kakawihan (puisi nyanyian) yaitu sebagai
bagian dari cerita rakyat, seperti dikemukakan oleh Yus Rusyana:

“Dalam sastra dikenal berbagai bentuk karangan seperti halnya dengan sastra tulisan yaitu
bentuk cerita, drama, puisi dan bahasan. Dalam sastra Sunda dikenal cerita rakyat seperti
dongeng dan cerita pantun, teater rakyat seperti banjet, topeng, longser, ubrug, dan tarling,
puisi rakyat seperti mantra, sawer, pupujian, kakawihan dan paparikan serta bahasan seperti
uraian tentang pandangan hidup”.

Pada dasarnya siswa-siswi SD Negeri Situ Gunting 2 sudah mengenal lagu (kakawihan)
tersebut namun mereka tidak sadar bahwa itu disebut dengan kakawihan. Di SD Negeri situ
gunting 2 juga sering di adakan kegiatan rebo nyunda. Dalam kegiatan tersebut siswa dan
siswi SD Negeri Situ Gunting 2 menggunakan baju adat sunda, berbicara Bahasa sunda, dan
belajar kesenian kesenian sunda.

Dari hasil penelitian yang kami lakukan, saat pembagian kelompok untuk para siswa
menampilkan kakawihan, mereka sangat antusias dan langsung berdiskusi akan
menampilkan kakawihan yang sebelumnya telah kami beri contoh. Ada yang menampilkan
kakawihan sépdur-sépdur, kakawihan oray-orayan, kakawihan bang kalima gobang. Di
masing-masing kelompok, para siswa bekerja sama dalam menentukan kakawihan yang akan
mereka tampilkan. Ada beberapa yang memberikan pendapat untuk menampilkan kakawihan
dan ada juga yang menolak karena tidak hafal dengan apa yang diajukan oleh temannya.
Akan tetapi temannya yang sudah tersebut memberi tahu dan mengajarkan kakawihan
tersebut terlebih dahulu kepada temannya yang belum mengenal dan hafal terhadap
kakawihan tersebut. Sehingga hal itu bisa melatih kerja sama dan kekompakan antar siswa
Simpulan

Anda mungkin juga menyukai