Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS FENOMENA BUDAYA DALAM MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnomatematika


Program Studi Pendidikan Matematika

Dosen Pengampu:

1. Prof. Dr. Zaenuri, M.Si. Akt


2. Detalia Noriza Munahefi, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Nama : Hanum Resta Jati


NIM : 4101417151

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2020
ANALISIS FENOMENA BUDAYA DALAM MASYARAKAT

A. Seni Begalan Banyumas


Begalan Banyumas ada sejak zaman Adipati Wirasaba yang mempunyai hajat
mengawinkan putri bungsunya yang bernama dewi sukesi dengan putra sulungnya Adipati
Banyumas yang bernama pangeran Tirtokencono. Seminggu setelah akad nikah, pengantin
pria atau dalam bahasa Jawa di sebut Ngundhuh Manten. Perjalanan tersebut dilakukan
dengan berjalan kaki meskipun jarak antara Wirasaba sampai Banyumas mencapai 2
Kilometer. Sampai di tengah perjalanan rombongan di hentikan oleh orang – orang
menggunakan pakaian serba hitam dengan ikat kepala dan membawa golok dan bermaksud
merampas semua barang yangdi bawa oleh rombongan pengantin. Terjadilah perselisihan
antara rombongan pengantin dengan rombongan begal. Kemudian, begal dapat dikalahkan
dan lari tunggang_langgang. Seni tutur Begalan Banyumas ini mengandung unsur tatanan,
tuntunan, dan tontonan yang diyakini dan di percaya oleh masyrakat Banyumas.
Pada acara begalan ini terdapat namanya alat-alat yang dipikul atau dibawa. Alat-alat
rumah tangga dalam brenang kepang tersebut penuh makna dan nasehat untuk pengantin dan
sekaligus memiliki unsur-unsur matematika. Beberapa diantara etnomatematika dalam
pelaksanaan seni Begalan di Banyumas ialah sebagai berikut:

1) Pikulan
Agar seimbang pikulan menggunakan konsep segitiga yang sama kaki. 2 segitiga
sebagai penyangga tersebut juga menggunakan konsep phytagoras.

2) Tampah
Diterapkan dalam konsep geometri yakni ingkaran, sudutnya 360° , tidak memiliki titik
sudut, memiliki jari-jari.

3) Kukusan
Menerapkan konsep bangun ruang Kerucut tanpa tutup, Memiliki satu titik puncak.
4) Siwur-Irus
Berbentuk Bola, memiliki satu sisi lengkung.
5) Waktu Pelaksanaan Begalan
Seni Begalan di Kabupaten Banyumas rata-rata dilaksanakan dalam waktu 18
menit. waktu pembukaan dan awalan (3 menit), waktu memberi nasehat dan penjelasan
apa saja yang di bawa (12 menit), serta waktu pemecahan kendil dan perebutan (3
menit). Pembagian ketiga waktu ini menggunakan konsep pecahan dalam matematika
yakni sebagai berikut:
18=3+12+ 3
Kedua ruas dibagi dengan 18 yang merupakan total waktu yang dibutuhkan
18 3 12 3
= + +
18 18 18 18
1 4 1
⇔ 1= + +
6 6 6
Berdasarkan hasil analisis beberapa unsur dalam seni Begalan di Kabupaten Banyumas di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa topik atau materi dalam mata pelajaran
matematika di sekolah mendukung untuk mendasari penerapan budaya di lingkungan
masyarakat. Materi tersebut diantaranya: teorema phytagoras, lingkaran, bangun ruang
kerucut dan bola, serta yang terakhir adalah pecahan.
B. Alun-alun Purwokerto sebelum renovasi
Berbicara tentang alun-alun, tentunya kota ataupun daerah lain juga memiliki sebuah
lahan terbuka digunakan untuk ruang publik masyarakat sekitar yang dinamakan alun-alun.
Sebelum menjadi seperti sekarang, dahulu alun-alun Kota Purwokerto memiliki dua buah
pohon beringin kembar yang masing-masing dikurung atau dipagari dengan pagar besi yang
berada tepat di tengah alun-alun apabila dihitung dengan sudut matematika. Masyarakat
dahulu menyebutnya dengan wringin kurung yang berarti beringin yang dikurung. Di antara
kedua pohon beringin tersebut terdapat sebuah jalan yang memotong keduanya.
Kedua bagian lapangan alun-alun ini berbentuk persegi panjang dan memiliki ukuran
yang tepat sama. Sehingga dapat dikatakan keduanya kongruen dan sebangun. Maka dari itu
materi dalam mata pelajaran yang mendasarinya anatara lain: persegi panjang,
kekongruenan, dan kesebangunan.

C. Motif Batik Banyumasan


Apabila kata batik diucapkan secara lisan maka yang terpikir oleh orang-orang pada
umumnya merupakan selembar kain berwarna-warni dengan berbagai corak atau motif.
Dalam memperingati Hari Batik Nasional pemerintah Kabupaten Banyumas melaksanakan
parade batik untuk mempopulerkan serta mengajak masyarakat Kabupaten Banyumas untuk
mencintai batik, khususnya Batik Banyumasan.
Motif batik yang popular dan khas pada batik banyumas ialah jahe dan lumbon.
Kedua motif ini tidak sembarang dipilih melainkan memiliki filosofi yang mencerminkan
kearifan local masyarakat Banyumas. Jahe sebagaimana yang telah dikenal merupakan
sebuah tanaman rempah yang memiliki khasiat menghangatkan tubuh. Tanaman jahe adalah
salah satu bumbu dapur yang telah lama dikenal pula sebagai tanaman obat yang memiliki
berbagai khasiat untuk kesehatan manusia (Tim Lentera, 2004). Sedangkan lumbon dalam
bahasa Indonesia yang berarti lumbu atau biasa dikenal tanaman talas menurut Aris Sudomo
dan Aditya Hani dalam jurnalnya pada tahu 2014 tanaman talas atau lumbu ini merupakan
salah satu umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pangan alternatif
masyarakat Indonesia. Di Kabupaten Banyumas sendiri tanaman ini menjadi salah satu
tanaman khas serta semua bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan. Jahe dan lumbon
ini merupakan kearifan local Kabupaten Banyumas yang diangkat menjadi karya seni.
Gambar motif batik di atas adalah motif lumbon khas Banyumas. Dapat diperhatikan
bahwa bentuk lumbon atau daunt alas pada batik tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang
sama. Namun terlihat memiliki posisi yang berbeda-beda. Hal tersebut menerapkan konsep
matematika yakni pencerminan, rotasi, dan dilatasi. Konsep-konsep tersebut dipelajari pada
mata pelajaran matematika di sekolah yakni topik transformasi geometri.

Anda mungkin juga menyukai