Anda di halaman 1dari 15

ETNOMATEMATIKA: EKSPLORASI KONSEP MATEMATIKA PADA BATIK TULIS

SUKAPURA TASIKMALAYA
Zahidatunnisa, S.Pd., Dedi Nurjamil, Drs., M.Pd., dan Eva Mulyani, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Indonesia
e-mail: zahidatunnisa12@gmail.com, dedinurjamil@unsil.ac.id, evamulyani@unsil.ac.id

Abstrak
Penelitian yang berjudul Etnomatematika: Eksplorasi Konsep Matematika Pada Batik Tulis Sukapura
Tasikmalaya ini merupakan penelitian untuk mengungkapkan konsep matematika yang terdapat pada aktivitas
membatik dan konsep transformasi geometri pada motif batik tulis Sukapura Tasikmalaya. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian etnografi yang bersifat eksploratif, yang mana teknik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi partisipasi pasif, wawancara tak terstruktur, dokumen, dan keabsahan data
berdasatkan triangulasi teknik. Instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan penentuan sumber data
yang dilakukan secara purposive bertempat di Desa Sukapura. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data
yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas dengan reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat konsep
matematika pada aktivitas membatik dan konsep transformasi geometri pada motif batik tulis Sukapura
Tasikmalaya, yaitu 1) Diagram pada tahapan-tahapan proses membatik batik tulis Sukapura sebagai model
matematika; 2) Pada proses membatik terdapat lima aktivitas matematika yaitu aktivitas membilang: proses
pemotongan kain, pengkanjian, pengketelan; aktivitas mengukur: proses pemotongan kain, pengketelan,
pengibunan, pengkanjian, pewarnaan, perengrengan, penyarenan; aktivitas melokasikan: proses perengrengan,
dan penembokan; aktivitas merancang: proses perengrengan; serta aktivitas menjelaskan: proses membatik
sehingga memenuhi konsep matematika. 3) proses ngarengreng memiliki konsep geometri bidang datar; 4)
proses pengketelan memiliki konsep perbandingan senilai beserta grafiknya; 5) proses pewarnaan kain terdapat
konsep fungsi f(x) beserta diagram kartesiusnya; 6) pada batik tulis Sukapura motif Daun Picis terdapat simetri
tipe 𝑊22 yang memiliki simetri refleksi, dan dua simetri putar/rotasi pada sumbu yang berpotongan; 7) pada
batik tulis Sukapura motif Kolentang terdapat simetri tipe 𝑊1 yang hanya memiliki simetri translasi, tidak
memiliki simetri refleksi dan tidak memiliki simetri rotasi.

Kata Kunci : etnomatematika, eksplorasi, konsep matematika, batik tulis sukapura.

Abstract
The research entitled Ethnomatematics: Exploration of Mathematical Concepts in Batik Tulis Sukapura
Tasikmalaya is a study to reveal mathematical concepts found in batik activities and the concept of geometric
transformation on batik motifs of Sukapura Tasikmalaya. This study uses an ethnographic research method
that is explorative in nature, in which data collection techniques are carried out by passive participation
observation, unstructured interviews, documents, and triangulation. The research instrument was the
researchers themselves with the determination of data sources conducted by purposive sampling located in
Sukapura Village. This study uses data analysis techniques that are carried out interactively and take place
continuously until complete with data reduction, data presentation, drawing conclusions and verification. The
results of this study indicate that there is a mathematical concept in batik activity and the concept of geometric
transformation on Batik Tulis Sukapura Tasikmalaya motifs, namely: 1) Diagram at the stages of the batik
process of Sukapura Batik Tulis as a mathematical model; 2) the batik process has five mathematical activities
(counting, measuring, locating, designing, and explaining); 3) the process of thinking has a geometric concept;
4) the packing process has a comparative concept of value along with the graph; 5) the fabric coloring process
has a function concept 𝑓(𝑥) along with the cartesius diagram; 6) Batik Tulis Sukapura the motif of Daun Picis
has a Wallpaper Group and Pattern which is symmetry type 𝑊22 which has reflection symmetry, and two
rotational symmetries on the intersecting axis; 7) Batik Tulis Sukapura the Kolentang motif has a Group and
Pattern Wallpaper that is symmetry of type 𝑊1 which only has translational symmetry, has no reflection
symmetry and has no rotational symmetry.

Keywords: ethnomatematics, exploration, mathematical concepts, batik tulis sukapura.


konsep kesebangunan. Penelitian lain dilakukan oleh
I. PENDAHULUAN Budiarto, dkk (2017) mengungkapkan bahwa
Batik tulis sukapura adalah salah satu jenis batik pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa
yang merujuk pada batik khas Tasikmalaya yang dihindari dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya
berpusat di Desa Sukapura, Kecamatan Sukaraja merupakan kesatuan yang utuh, menyeluruh, dan
Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. berlaku dalam suatu masyarakat, serta pendidikan
Menurut Supriono (2016) bahwa Batik Sukapura merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu
merupakan salah satu peninggalan budaya pada masa dalam masyarakat. Budiarto, dkk (2017) juga
Kerajaan Tarumanegara yang area pemerintahannya menyimpulkan dalam jurnal penelitiannya bahwa
berpusat di Sukapura. Berdasarkan hasil studi konsep geometri untuk sekolah dasar yang terdapat
pendahuluan bahwa peneliti menemukan adanya pada motif Pasedahan Suropati adalah konsep titik,
konsep matematika pada aktivitas membatik, seperti garis lurus, garis lengkung, sudut, segitiga, persegi
adanya aktivitas pembilangan, dan pengukuran, serta panjang, dan simetri lipat. Dari penelitian-penelitian
pada motif batik tulis sukapura terdapat aktivitas tersebut, dapat dikatakan bahwa matematika
merancang pola dengan konsep geometri. Hal ini mempunyai satu kesatuan dengan budaya sehingga
menandakan bahwa konsep matematika secara tidak budaya dapat dijadikan sumber belajar matematika.
disadari telah mengakar pada masyarakat di Peneliti telah melakukan studi pendahuluan,
Sukapura. Namun, pengetahuan awal tentang konsep wawancara tak terstruktur yang dilakukan kepada
matematika tersebut harus dikonstruksikan dan beberapa informan di Desa Sukapura, diantaranya
dikembangkan kembali supaya menjadi pengetahuan kepada pengusaha Batik Sukapura dan pengrajin
matematika yang utuh dan lebih bermakna. batik tulis Sukapura bahwa produsen batik sukapura
Turmudi (2008) menyatakan bahwa matematika semakin sedikit, yang terbilang hanya delapan orang
merupakan pelajaran yang penting. Matematika pengrajin aktif. Batik di Sukapura jika dilihat dari
merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan teknik pembuatannya terdapat beberapa jenis, yaitu
secara umum. Gagasan-gagasan matematika seperti batik tulis, dan batik cap. Setiap jenis batik
bilangan, ruang, pengukuran, dan susunan, telah mempunyai ciri khas, kelebihan, dan kekurangannya.
beratus-ratus bahkan ribuan tahun digunakan dalam Batik tulis Sukapura yang mempunyai ciri khas dalam
kehidupan sehari-hari oleh sebagian manusia. ketahanan warna yang relatif awet dan tidak cepat
Gagasan-gagasan itu juga digunakan dalam sains, pudar, bahkan semakin dicuci akan semakin kuat
ekonomi, dan desain. Dalam kenyataannya warnanya. Warna yang digunakannya adalah warna
masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa indigo (biru) dan warna soga (merah maroon). Dalam
matematika tidak ada hubungannya dengan budaya. proses pembuatan batik ditemukannya aktivitas
Hal ini sejalan dengan tulisannya Ubiratan membilang, mengukur, serta merancang pola yang
D’Ambrosio yang berjudul What Is secara tidak disadari bahwa konsep matematika telah
Ethnomathematics And How Can It Help Children In menjadi dasar pembuatan batik. Untuk menghasilkan
Schools? (2001) bahwa “teachers and the public in satu kain batik tulis Sukapura membutuhkan waktu
general do not commonly say thet mathematics and selama satu minggu hingga satu bulan lamanya itupun
culture are connected” (para.5). Guru dan masyarakat tergantung tingkat kesulitannya. Sehingga yang
pada umumnya tidak mengatakan bahwa matematika menjadi salah satu alasan masyarakat di Sukapura
dan budaya saling terhubung. Pernyataan tersebut meninggalkan budaya batik karena proses
bertentangan dengan apa yang diungkapkan oleh pembuatannya yang membutuhkan waktu yang relatif
Sumardyono bahwa “obyek-obyek matematika lama. Semakin sedikitnya pengrajin batik tulis ini
bersifat sosial-kultural-historis, artinya matematika mengakibatkan kekhawatiran para tokoh penggagas
dan pembelajarannya merupakan milik bersama batik sukapura dengan kemungkinan akan
seluruh umat. Betapapun primitifnya suatu tergerusnya batik tersebut oleh zaman. Dalam
masyarakat, matematika adalah bagian dari penelitian ini, salah satu yang mendasari peneliti
kebudayaannya (meski dalam bentuk yang selain untuk mengungkapkan konsep matematika
sederhana)” (Sumardyono, 2004, p.7). yang terdapat dalam batik tulis Sukapura juga
dikarenakan batik tulisnya yang diambang
Penelitian etnomatematika menarik perhatian para kepunahan. Padahal batik tulis sukapura ini warisan
peneliti bidang matematika untuk menjawab budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan
anggapan masyarakat bahwa matematika itu bebas keberadaannya.
dari budaya, seperti yang dilakukan oleh Arwanto
(2016) dalam jurnal penelitiannya bahwa konsep Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, peneliti
matematis terdapat pada batik trusmi cirebon, menilai bahwa terdapat konsep matematika pada
diantaranya yaitu konsep geometri simetri, konsep aktivitas membatik dan pada motif batik tulis
geometri transformasi, konsep kekongruenan, dan Sukapura. Matematika yang merupakan bagian dari
budaya ini dibahas Gerdes (1996) bahwa terkait penjajakan, terutama sekali dalam pemantapan
dengan pendidikan, etnomatematika dapat digunakan konsep yang akan digunakan dalam ruang lingkup
untuk mengungkap ide-ide matematis yang terdapat penelitian yang lebih luas dengan jangkauan
pada aktivitas budaya atau aktivitas kelompok sosial konseptual yang lebih besar (p.60). Menurut Selltiz
sehingga dapat bermanfaat dalam pengembangan (dalam Yusuf, 2017) bahwa penelitian eskploratif ini
kurikulum dari, oleh, dan, untuk masyarakat tersebut. mencoba menyediakan jawaban dari pertanyaan yang
Dengan demikian, etnomatematika merupakan suatu telah dirumuskan dalam masalah yang akan dijadikan
bidang studi matematika yang meneliti bagaimana prioritas utama dalam penelitian selanjutnya.
suatu kelompok budaya tertentu dalam memahami Penelitian eksploratif ini yang akan menghubungkan
dan mengekspresikan konsep dalam kehidupan antara gejala/fenomena sosial dan bagaimana bentuk
budayanya yang bersifat matematis. hubungan itu. Menurut Kerlinger (dalam Yusuf,
2017) bahwa penelitian eksploratif bertujuan : (1)
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk
menemukan variabel yang berarti dalam situasi
melakukan penelitian yang berjudul
lapangan; (2) menemukan hubungan diantara
“Etnomatematika: Eksplorasi Konsep Matematika
variabel-variabel; (3) meletakkan dasar kerja untuk
Pada Batik Tulis Sukapura Tasikmalaya” dengan
penelitian selanjutnya yang bersifat pengujian
penelitian di rumah pengrajin Batik Tulis Sukapura di
hipotesis yang lebih sistematis dan teliti. Sehingga
Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten
diperlukan rancangan penelitian yang baik dan benar
Tasikmalaya Jawa Barat.
sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian eksploratif
pada etnomatematika ini merupakan studi penjajakan
II. BAHAN DAN METODE/METODOLOGI
untuk mengungkap konsep matematika yang terdapat
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pada aktivitas membatik dan konsep transformasi
penelitian etnografi. Menurut Sugiyono (2016) geometri pada motif batik tulis sukapura yang dapat
bahwa penelitian yang dilakukan pada kondisi dijadikan prioritas utama dalam penelitian
alamiah disebut juga menggunakan metode etnografi, selanjutnya.
karena pada awalnya metode ini lebih digunakan
untuk penelitian bidang antropologi budaya, karena Dapat disimpulkan bahwa penelitian
data yang terkumpul dan analisisnya bersifat etnomatematika ini dalam mengungkapkan konsep
kualitatif (p.8). Menurut Sugiyono (2016) pendekatan matematika yang terdapat pada aktivitas membatik
kualitatif digunakan untuk meneliti pada tempat yang dan konsep transformasi geometri pada motif Batik
alamiah, dan peneliti tidak membuat perlakuan, Tulis Sukapura, peneliti menggunakan metode
karena peneliti dalam mengumpulkan data bersifat penelitian etnografi yang bersifat eksploratif.
emic, yaitu berdasarkan dari sumber data, bukan Penelitian etnomatematika ini menggunakan
peneliti. Menurut Spradley (2006) bahwa metode pendekatan kualitatif sehingga dalam penelitian ini
etnografi merupakan metode penelitian lapangan tidak menggunakan istilah populasi melainkan social
yang bersifat holistik-integratif, thick description, situation atau situasi sosial seperti yang diungkapkan
dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan oleh Spradley (dalam Sugiyono, 2016) bahwa situasi
native’s point of view melalui proses observasi dan sosial terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place),
wawancara. Penelitian dengan metode etnografi pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
memfokuskan pada pandangan subjek sebagai objek berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial dalam
penelitian. Penelitian etnografi biasanya mengkaji penelitian ini yaitu sebagai berikut:
kebudayaan dalam masyarakat yang merupakan
(1) Tempat (place)
kontruksi peneliti dari berbagai informasi di
lapangan. Dalam konteks kebudayaan masyarakat, Penelitian “Etnomatematika: Eksplorasi Konsep
yang tergambar adalah tingkah laku sosial Matematika pada Batik Tulis Sukapura Tasikmalaya”
masyarakat yang dilihat sebagaimana adanya. dilakukan di rumah pengrajin batik tulis Sukapura di
Sehingga penelitian menggunakan metode etnografi Jl. Pasir Kolot Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja
merupakan metode yang mendukung penelitian Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
etnomatematika ini, yaitu menggunakan pendekatan
(2) Pelaku (actors)
kualitatif sebagai cara untuk mengumpulkan data
sehingga data yang dihasilkan sesuai dengan yang Menurut Sugiyono (2016) penentuan sumber data
berada di lapangan melalui proses observasi dan pada orang yang diwawancarai dilakukan secara
wawancara. purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan
tujuan tertentu. Teknik purposive adalah teknik
Pada penelitian etnomatematika ini, peneliti
pengambilan sumber data dengan pertimbangan
menggunakan jenis penelitian eksploratif atau disebut
tertentu, yaitu yang dianggap paling tahu tentang apa
juga penelitian pendahuluan. Menurut Yusuf (2017)
yang peneliti harapkan, atau mungkin dia seorang
bahwa penelitian eksploratif merupakan studi
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti didengar, dan dirasakan ditempat penelitian tersebut.
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Menurut
(b) Observasi terfokus, peneliti memfokuskan
Spradley (2006) terdapat lima syarat minimal dalam
kepada mengungkap konsep matematika yang
pemilihan informan yang baik, yakni (1) enkulturasi
terdapat pada aktivitas membatik dan pada motif
penuh; (2) keterlibatan langsung; (3) suasana budaya
batik tulis sukapura.
yang tidak dikenal; (4) waktu yang cukup; (5) non-
analitis. Peneliti ketika dilapangan akan menemukan (c) Observasi terseleksi, peneliti dapat
beberapa informan, namun informan pertama yang mengkategorikan data yang diperoleh dari observasi
dipilih haruslah memenuhi lima syarat tersebut. terfokus, yaitu antara konsep matematika yang
terdapat pada aktivitas membatik dan konsep
Peneliti dalam menentukan informan berdasarkan
transformasi geometri pada motif batik tulis
pendapat Sugiyono dan Spradley pada penelitian
sukapura.
etnomatematika yang dilakukan di Desa Sukapura ini
yang memenuhi kriteria dalam pemahaman tentang (2) Wawancara
filosofi budaya batik, terlibat langsung pada aktivitas Teknik wawancara yang digunakan dalam
membatiknya, dan mempunyai waktu yang cukup penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur.
untuk berpartisipasi dalam keberlangsungan Menurut Sugiyono (2016) bahwa wawancara tak
penelitian ini. terstruktur adalah jenis wawancara yang bebas
(3) Aktivitas (activity) dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang sebelumnya disusun secara
Menurut Sugiyono (2016) bahwa aktivitas yaitu
sistematis dan lengkap. Namun pedoman wawancara
yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial
hanya ditulis secara garis besarnya saja.
tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian
yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. (3) Dokumen
Aktivitas pada penelitian etnomatematika ini yaitu Dokumen yang didapatkan dalam penelitian ini
aktivitas membatik yang dilakukan oleh pengrajin berupa catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, foto,
batik dalam memproduksi batik sampai dan karya batik yang dihasilkan oleh pengrajin batik
dihasilkannya Batik Tulis Sukapura. tulis sukapura.
Penelitian etnomatematika ini menggunakan Dalam penelitian etnomatematika ini, peneliti
metode etnografi sehingga teknik pengumpulan data melakukan penulisan catatan harian dari hasil coretan
yang digunakan menurut Spradley (2006) yaitu suatu selama dilakukannya observasi dan wawancara
catatan etnografis meliputi catatan lapangan, alat dengan informan mengenai batik tulis sukapura yang
perekam, gambar, dan benda-benda lain yang disusun menjadi suatu dokumen.
mendokumentasikan suasana budaya yang dipelajari.
Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang Keabsahan data penelitian ini menggunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, triangulasi teknik yang berarti peneliti melakukan
wawancara, dokumen, dan triangulasi. observasi partisipasi pasif, wawancara tak terstruktur,
dan dokumen untuk sumber data yang sama secara
(1) Observasi serempak untuk meningkatkan pemahaman peneliti
Teknik pengumpulan data pada penelitian terhadap apa yang telah ditemukan di lapangan
etnomatematika ini menggunakan observasi mengenai konsep matematika yang terdapat pada
penelitian yang berkenaan dengan proses kerja yang aktivitas membatik dan konsep transformasi geometri
dilakukan informan. Teknik observasi yang pada motif batik tulis sukapura.
digunakannya adalah observasi partisipasi pasif, Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif
Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa dalam hal menurut Sugiyono (2016) adalah peneliti itu sendiri.
ini peneliti datang ke tempat kegiatan yang diamati, Peneliti sebagai instrumen dalam penelitian
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, etnomatematika ini maka peneliti membuat
namun data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam rancangan penelitian namun masih bersifat
dan mengetahui pada tingkat makna dari setiap sementara, menentukan fokus penelitian, siapa yang
perilaku yang tampak. tepat sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
Menurut Spradley (2006), tahapan yang akan data, analisis data kualitatif, serta dapat
dilakukan dalam melaksanakan observasi pada menyimpulkan konsep matematika apa saja yang
penelitian ini adalah: terdapat pada aktivitas membatik dan konsep
transformasi geometri apa saja yang terdapat pada
(a) Observasi deskriptif, peneliti melakukan
motif batik tulis sukapura.
penjelajahan umum di rumah pengrajin Batik Tulis
Sukapura, lalu mendeskripsikan apa saja yang dilihat, Analisis data yang digunakan dalam penelitian
kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam sebagaimana yang telah dijelaskan oleh informan,
Sugiyono, 2016) dilakukan secara interaktif dan yaitu sebagai berikut.
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
Proses membatik batik tulis Sukapura ini memiliki
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
beberapa tahapan pengerjaan sehingga dihasilkan
analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data
batik tulis khas Sukapura, yaitu sebagai berikut:
display (penyajian data), conclusion
drawing/verification (penarikan kesimpulan dan [1] Pemotongan kain, kain boeh dipotong dengan
verifikasi). ukuran 2,5 x 1,15 meter. Kain ini biasa disebut kain
samping.
(1) Reduksi data
[2] Diketel, yaitu kain boeh diremas dan direndam
Reduksi data ini dilakukan untuk mempermudah
dalam minyak kacang dengan ukuran sebnayak 0,5
pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dan
kg. Selanjutnya kain direndam dalam campuran air
hasil catatan lapangan. Reduksi data dilakukan
soda abu merang/sapu pare, dan cituar untuk
dengan cara merangkum dan mengklasifikasikan
menghilangkan kelebihan minyak. Ukuran masing-
sesuai tujuan permasalahan yang ingin dicapai, yakni
masing bahan pada saat pengketelan yaitu sebanyak
mengungkap konsep matematika yang terdapat dalam
100-120 gr soda abu, dan 600 cc cituar. Banyak kain
aktivitas membatik dan pada motif Batik Tulis
untuk setiap pengketelan adalah 12 lembar kain
Sukapura Tasikmalaya. Dalam mereduksi data,
samping.
peneliti melakukan diskusi dengan orang yang ahli
dalam bidang studi atau kajian etnomatematika yaitu [3] Diibun, yaitu kain boeh setelah diketel, kain
dosen pembimbing skripsi. secara berulang-ulang diuleni dan dijemur. Kegiatan
ini dilakukan berulang-ulang selama 2 minggu
(2) Penyajian data
dengan terlindung dari cahaya matahari hingga kain
Penyajian data ini dilakukan jika reduksi data yang menjadi kering.
terkumpul sudah memenuhi dan data yang didapat
[4] Dilorot, yaitu kain boeh di rendam pada air
telah jenuh, maka penyajian data dilakukan untuk
mendidih, lalu dicuci dengan air biasa. Selanjutnya
menyederhanakan dan menyusun pola hubungan
kain diperas, diuleni, dan digebot-gebot atau dipukul-
konsep matematika yang terdapat dalam aktivitas
pukulkan. Kegiatan ini dilakukan agar kain menjadi
membatik dan konsep transformasi geometri yang
lemas, sehingga daya serap kain terhadap zat atau
terdapat pada motif batik tulis sukapura agar mudah
bahan pewarna lebih tinggi dan kuat.
dipahami, serta peneliti dapat merencanakan tahap
selanjutnya sehingga data yang dihasilkan dapat
disajikan langsung dalam laporan penelitian.
(3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi data
Penarikan kesimpulan jika telah mendapatkan data
yang tepat, kemudian kesimpulan tersebut
diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Kesimpulan ini merupakan hasil dari kegiatan
menjawab rumusan masalah pada penelitian ini
dengan data yang didapatkan selama di lapangan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Ngalorot


Pemaparan hasil secara runut dan komprehensif [5] Dikanji, yaitu kain boeh dibilas pada campuran
yang mengarah pada pemecahan masalah yang air dengan tepung kanji. Ukuran masing-masing
dikaji/teliti. bahan untuk pengkanjian yaitu 2 Liter air dengan 1,5
A. Data Hasil Catatan Lapangan ons tepung kanji. Banyak kain untuk sekali
pengkanjian yaitu sebanyak 16 lembar kain samping.
Data hasil catatan lapangan ini merupakan Setelah proses pengkanjian kain boeh dijemur hingga
gabungan dari hasil observasi, wawancara, serta kering. Pengkanjian dilakukan agar tekstur kain lebih
dokumen yang dilakukan peneliti selama melakukan halus dan rapat atau padat sehingga kualitas kain boeh
penelitian di Desa Sukapura. Berdasarkan pemaparan yang dihasilkan semakin baik untuk dibuat batik.
informan bahwa Batik Sukapura menurut teknis
pembuatannya, ada 2 jenis yaitu batik tulis, dan batik [6] Direngreng, yaitu kain boeh di serat/ ditulis
cap. Peneliti melakukan penelitian pada Batik Tulis dengan pola dan motif yang akan dimaksudkan pada
Sukapura, yaitu bagaimana aktivitas membatik yang kain batik. Pada saat pembuatan pola batik, pengrajin
terdapat pada batik tulis Sukapura. Aktivitas tersebut menggunakan pensil untuk melakukan taksiran
ukuran pada pola tersebut. Sedangkan untuk [8] Neuleum atau Pewarnaan I, yaitu kain boeh
pembuatan motif batik, pengrajin secara langsung melalui proses pewarnaan tahap I, yakni untuk
menggunakan canting pada proses serat. Kegiatan mendapatkan warna dasar biru/indigo. Campuran
membatik ini biasanya diawali dengan menggambar larutan warna dasar tersebut adalah serbuk BO, soda
garis-garis diluar pola dan isen-isen untuk mengisi api, dan warna biru. Ukuran masing-masing bahan
pola dengan berbagai ragam hias atau ornamen yang berurutan sebanyak 10 gr, 5 gr, dan 20 gr. Campuran
dimaksudkan. Pada pembuatan isen-isen ada istilah bahan terssebut di masukkan ke dalam air
nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah secukupnya, sehingga kain dapat dicelupkan pada bak
dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Adapun warna yang telah diberi larutan pewarna. Setelah
istilah nyawut, yaitu membuat isian dalam pola yang pewarnaaan selesai, kain ditiriskan hingga
sudah dibuat dengan cara memberi garis-garis. mengering.
Kegiatan membatik ini dimulai dengan cara
mengambil sedikit demi sedikit malam atau lilin cair
menggunakan canting. Tiup-tiup sebentar agar
malam tidak terlalu panas, kemudian goreskan
canting dengan mengikuti pola untuk membentuk
motif yang akan dibuat. Hati-hati, jangan sampai
malam menetes pada permukaan kain selain pola
karena akan mempengaruhi kesempurnaan motif
batik yang dihasilkan. Kegiatan membatik diteruskan
dengan menorehkan malam pada sisi kain sebaliknya.
Kegiatan ini biasa disebut nerusan. Itulah sebabnya,
jika batik tulis mempunyai gambaran yang terang Gambar 4. Neuleum atau Pewarnaan I
antara bagian muka dan bagian belakang kain.
[9] Dipopog, yaitu proses menghilangkan lilin
malam yang menempel pada kain. Mopog ini
dilakukan dengan cara mencelup-celupkan kain
kedalam air mendidih

Gambar 2. Ngarengreng
[7] Ditembok, yaitu menebalkan pola dan motif
batik yang telah direngreng dengan lilin malam
menggunakan canting panembong atau golonggong.
Proses penembokkan dilakukan untuk menutupi atau
membuat blok atau mengisi bidang pada sebuah pola
motif batik yang tidak boleh terkena warna dasar pada Gambar 5. Mopog
saat dilakukan proses pewarnaan. Bagian tersebut
haruslah ditutup dengan lapisan malam yang tebal [10] Dibiron, yaitu proses penjemuran setelah
seolah-olah seperti membuat tembok sebagai dipopog, kemudian kain untuk kedua kalinya melalui
penahan. proses dikanji, diserat, dan ditembok kembali
sehingga kain dapat dilanjutkan pada proses
pewarnaan ke II. Kegiatan membironi ini, yaitu
menutupi warna biru dan isen-isen pola pada kain
batik dengan menggunakan malam, kemudian
menulisi kembali untuk mengisi bagian kain yang
belum diwarnai dengan motif yang dimaksudkan
sehingga akan dilakukan proses pewarnaan
selanjutnya.

Gambar 3. Nembok
untuk menghilangkan sisa-sisa lilin malam yang
masih terdapat pada kain, yakni dengan cara
mencelupkan kain ke dalam air mendidih dalam
gerengseng. Setelah kain ditiriskan, kain dicuci
kembali dengan larutan tepung kanji kemudian
dikeringkan. Untuk proses terakhir, kain dicuci
dengan air bersih dan diangin-anginkan hingga
kering. Kain batik tulis sukapura siap dikemas dan
dipasarkan.

Gambar 6. Ngabironi
[11] Nyoga atau Pewarnaan II, yaitu proses
pemberian warna tahap II, yakni untuk mendapatkan
warna merah maroon/ warna soga. Campuran larutan
warna nyoga tersebut adalah sebruk BO, soda api, dan
warna merah. Ukuran masing-masing bahan Gambar 9. Finishing
berurutan sebanyak 10 gr, 5 gr, dan 20 gr. Campuran B. Pembahasan Hasil Penellitian
bahan terssebut di masukkan ke dalam air 0,5 Liter,
sehingga kain dapat dimasukkan dalam bak warna Setelah memaparkan hasil penelitian, maka
yang telah diberi larutan pewarna. Sebelum selanjutnya akan dilakukan pembahasan terkait
pewarnaan, kain dilipat menjadi lima lipatan agar dengan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan.
memudahkan proses pewarnaan. Setelah pewarnaaan Adapun aktivitas matematika yang terdapat pada
selesai, kain ditiriskan hingga mengering dibawah proses membatik Batik Tulis Sukapura, sebagai
sinar matahari. berikut.
Tabel 1. Aktivitas Matematika pada Proses
Membatik
No Aktivitas Proses Membatik
Matematika
1. Aktivitas 1. Proses pemotongan kain,
Membilang terdapat penggunaan
sistem bilangan untuk
mengukur pemotongan
Gambar 7. Nyoga atau Pewarnaan II kain.
2. Proses pengkanjian,
[12] Nyaren, yaitu pemberian zat penguat warna terdapat penggunaan
pada kain yang telah melalui semua proses sistem bilangan pada
pewarnaan, sehingga warna kain batik tidak mudah ukuran bahan-bahan
pudar. Dalam proses ini kain batik disikat dengan untuk pengkanjian.
larutan GG (penguat warna) sebanyak 20 gr. 3. Proses pengketelan,
terdapat penggunaan
sistem bilangan pada
ukuran bahan-bahan
untuk pengketelan.
2. Aktivitas 1. Proses pemotongan kain,
Mengukur terdapat pengukuran
satuan panjang.
2. Proses pengketelan,
terdapat pengukuran
satuan volume, berat,
dan kuantitas.
3. Proses pengibunan,
Gambar 8. Nyaren terdapat pengukuran
satuan waktu.
[13] Finishing, yaitu kain batik dipopog kembali
4. Proses pengkanjian,
terdapat pengukuran Menyiapkan Alat & Bahan
satuan volume, berat dan
kuantitas.
5. Proses pewarnaan, Memotong Kain
terdapat pengukuran
satuan berat dan volume. Diketel
6. Proses perengrengan,
terdapat pengukuran
satuan panjang. Diibun
7. Proses penyarenan,
terdapat pengukuran Dilorot
satuan berat dan volume.
3. Aktivitas 1. Proses perengrengan,
Melokasikan terdapat penggunaan Dikanji
titik, garis, dan jarak
pada pola rancangan Direngreng
motif batik seperti pada
sistem kordinat.
2. Proses penembokan, Ditembok
terdapat penggunaan
suatu bidang dua dimensi Neuleum/Pewarnaan I
pada saat membuat blok
pada motif batik.
Dipopog Kembali ke
4. Aktivitas Proses perengrengan,
tahap
Merancang terdapat dasar-dasar konsep
geometri yaitu penggunaan Dibiron
titik, garis, sudut, dan bidang.
5. Aktivitas Proses membatik sehingga
Nyoga/Pewarnaan II
Menjelaskan memenuhi konsep
matematika.
Penguatan warna

1) Konsep Matematika yang terdapat pada Finishing


Aktivitas Membatik Batik Tulis Sukapura
Dari hasil catatan lapangan diperoleh bahwa
aktivitas membatik batik tulis Sukapura Tasikmalaya Diagram 1. Model Tahapan-Tahapan pada Proses
ini yang dilakukan mempunyai beberapa tahapan. Membuat Batik Tulis Sukapura
Berkaitan dengan proses membatik ini, salah satu
model matematika yang dapat dibentuk adalah berupa Pada proses pemotongan kain telah terjadi aktivitas
bagan/diagram. Bagan tersebut menggambarkan mengukur. Ukuran kain mori yang digunakan yaitu
tahapan-tahapan yang dilakukan oleh pengrajin batik 2,5 x 1,15 meter. Selanjutnya, ada proses pembuatan
tulis Sukapura saat melakukan kegiatan membuat pola pada kain batik dengan melibatkan aktivitas
batik. membilang, mengukur, melokasikan, dan merancang
yang akan diilustrasikan pada soal berikut.
Seorang pengrajin mempunyai selembar kain mori
yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5 x
1,15 meter akan dibuat batik dengan motif daun kopi.
Kain mori melalui proses pengketelan sehingga kain
mengalami penyusutan sebanyak 10 cm. Pada kain
batik tersebut akan terdapat motif daun kopi, motif
tumpal pasung, 3 motif pada tepi vertikal, dan 2 motif
pada tepi horizontal. Ukuran dari setiap motif tersebut
adalah motif daun kopi yang berbentuk persegi
dengan ukuran 9 x 9 cm, lebar motif tumpal
pasungnya adalah 32 cm, dan lebar tiap tepinya
adalah 6 cm. Pengrajin ingin mengetahui ada berapa Pengrajin akan melakukan proses pengketelan
banyak motif daun kopi dalam kain batik tersebut? sehingga membutuhkan 0,5 kg minyak kacang untuk
Jika diilustrasikan ke dalam gambar. setiap 12 kain mori yang akan direndam didalamnya.
Jika pengrajin akan melakukan pengketelan untuk 30
kain mori, maka minyak kacang yang dibutuhkan
adalah sebanyak...
Penyelesaian:
Diketahui:
Motif daun kopi Misalkan :

Minyak kacang = x
Kain = y
Gambar 10. Ilustrasi Pola Batik
12 kain mori = 0,5 kg minyak kacang
Penyelesaian:
Diketahui: 30 kain mori = ...
Ukuran kain = 2,5 𝑥 1,15 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Ukuran kain setelah diketel susut 10 cm =
(250 𝑥 115) − 10 = 240 𝑥 105 𝑐𝑚 Ditanyakan: banyaknya minyak kacang yang
Ukuran motif daun kopi = 9 𝑥 9 𝑐𝑚 dibutuhkan jika kainnya sebanyak 30 lembar?
Ukuran lebar motif tumpal pasung = 32 cm Jawab:
Ukuran lebar motif tepi kain = 6 cm Mencari banyaknya minyak kacang yang dibutuhkan:
Misal : Ukuran kain = 𝑃1 12 0,5
=
Ukuran motif daun kopi = 𝑃2 30 𝑥
Ukuran lebar motif tumpal pasung = t 12𝑦 = 30 (0,5)
Ukuran lebar motif tepi kain = s 15
𝑥=
Ditanyakan: Berapa banyak motif daun kopi dalam 12
kain batik tersebut? 𝑥 = 1,25
Jawab: Jadi, banyaknya minyak kacang yang dibutuhkan
Mencari ukuran kain untuk motif daun kopi: jika kainnya sebanyak 30 lembar adalah 1,25 kg.
𝑃1 = 𝑝1 × 𝑙1 Sehingga dapat disimpulkan dari soal tersebut
= (240 − (𝑡 + 3𝑠)) × (105 − (2𝑠)) diatas untuk mengetahui berapa banyaknya minyak
kacang yang dibutuhkan jika sebanyak kain yang
= (240 − (32 + 3 (6))) × (105 − 2(6)) diketahui yaitu menggunakan konsep perbandingan
= (240 − 50) × (105 − 12) senilai. Adapun grafik perbandingan senilai proses
= 190 × 93 𝑐𝑚 pengketelan kain batik sebagai berikut.
Ukuran motif daun kopi
grafik perbandingan senilai proses
𝑃2 = 𝑝2 × 𝑙2
pengketelan kain batik
= 9 × 9 𝑐𝑚
Maka, banyak motif daun kopi yang terdapat pada 60
55
50
45 48,2
kain batik tersebut adalah... 40
35 36,15 42,175
Mencari Luas 𝑃1 dan 𝑃2 : 30
25 30,125
20 18,75 24,1
15
10 12,5
Luas 𝑃1 = 𝑝1 × 𝑙1 5
0
= 190 × 93 = 17.670 𝑐𝑚2 0,5 kg 0,75 kg 1 kg 1,25 kg 1,5 kg 1,75 kg 2 kg
Luas 𝑃2 = 𝑝2 × 𝑙2
= 9 × 9 = 81 𝑐𝑚2 minyak kacang
Luas 𝑃1 17.670
= = 218,1
Luas 𝑃2 81
Jadi, , banyak motif daun kopi yang terdapat pada Diagram 2. Grafik Perbandingan Senilai Proses
kain batik tersebut adalah 218 buah motif. Pengketelan Kain Batik
Sehingga dapat dsimpulkan dari soal tersebut diatas
untuk mengetahui banyaknya pola motif daun kopi, Selanjutnya, pada proses pewarnaan kain batik jika
pengrajin menggunakan konsep luas bangun datar. kain batik tersebut dalam satu motif akan dibuat 2
Selanjutnya, pada proses pengketelan pembuatan warna maka pengrajin melakukan proses nembok 1
batik terdapat aktivitas membilang dan mengukur kali, jika kain batik dalam satu motif akan dibuat 3
yang akan diilustrasian pada soal berikut. warna maka pengrajin melakukan proses nembok 2
kali, jika kain batik dalam satu motif akan dibuat 4
warna maka pengrajin melakukan proses nembok 3 motif batik tulis Sukapura Tasikmalaya.
kali, dan seterusnya.
Berikut adalah contoh motif batik tulis Sukapura
Dari ilustrasi diatas, dapat disimpulkan jika dibuat yang memiliki bentuk simetri tipe 𝑊22 atau nama
model matematikanya maka akan terbentuk suatu modernnya pmm, bentuk diperoleh dengan
fungsi, yaitu: 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1 memperbesar kelompok persegi panjang tipe 𝑊2
yang memiliki pencerminan/refleksi, dan dua simetri
dengan 𝑓(𝑥) = banyaknya proses nembok, dan
putar/rotasi pada sumbu yang berpotongan. Bentuk
𝑥 = banyaknya warna yang akan dibuat. simetri tipe 𝑊22 ini ditemukan pada batik tulis
Dari fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1, carilah nilai fungsi jika Sukapura motif daun picis.
𝑥 = {1, 2, 3, 4, 5, … } dan buatlah diagram
kartesiusnya!
Penyelesaian:
Jika 𝑥 = 1, maka 𝑓(1) = 0,
Jika 𝑥 = 2, maka 𝑓(2) = 1,
Jika 𝑥 = 3, maka 𝑓(3) = 2,
Gambar 11. Motif daun Picis
Jika 𝑥 = 4, maka 𝑓(4) = 3,
Jika 𝑥 = 5, maka 𝑓(5) = 4, dst. Perhatikan gambar 11, pada motif daun picis
tersebut terlihat adanya transformasi geometri yaitu
Jadi, himpunan penyelesaian 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1 adalah refleksi atau pencerminan. Dapat dilihat dari bentuk
{(1,0), (2,1), (3,2), (4,3), (5,4), … } simetri tipe 𝑊22 , berikut:
Jika dinyatakan dalam bentuk diagram kartesius,
maka 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1 adalah...

HUBUNGAN ANTARA BANYAKNYA


W A R N A D E N G A N P R O SE S N E M B O K
PADA PEWARNAAN BATIK
Series 1

5
4
Proses Nembok

3
2
1 Gambar 12. Simetri Tipe 𝑊22
0
1 2 3 4 5 Selanjutnya, perhatikan ilustrasi refleksi motif
banyak warna Daun Picis terhadap bentuk simetri tipe 𝑊22 , berikut
ini.
Diagram 3. Grafik Hubungan antara Banyaknya
Warna dengan Proses Nembok pada Pewarnaan
Batik
2) Konsep Transformasi Geometri yang terdapat (𝑀𝑘 )
pada Motif Batik Tulis Sukapura.
Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan
konsep matematika yang terdapat pada motif batik
tulis Sukapura Tasikmalaya. Berdasarkan pemaparan k
informan bahwa motif batik tulis Sukapura
mempunyai banyak ragam motif. Namun, peneliti Gambar 13. Ilustrasi Refleksi Motif Daun Picis
hanya melakukan penelitian pada beberapa motif Perhatikan gambar 13. ambil sembarang motif daun
batik yang dianggap mempunyai konsep matematika picis kemudian direfleksikan terhadap garis k
yang mengacu pada penelitian sebelumnya yang sehingga menghasilkan dua bentuk yang
dilakukan oleh Audun Holme dari Department of mengawetkan ukuran, memetakan garis menjadi
Mathematics University of Bergen dalam bukunya garis, dan mengawetkan kesejajaran. Motif daun picis
yang berjudul “Geometry Our Culture Heritage” direfleksikan (𝑀𝑘 ) memenuhi sifat yang terdapat
(second edition) dan diterbitkan pada tahun 2010.
pada bentuk simetri tipe 𝑊22 yaitu direfleksikan
Peneliti akan memcoba mengungkapkan konsep
terhadap garis (hijau) yang melewati sebuah ordinat
matematika geometri simetri yang terdapat pada
(lihat pada gambar 11). geometri yaitu dua simetri putar/rotasi pada sumbu
yang berpotongan yaitu pada koordinat 𝑥 (absis) dan
Motif Daun Picis memiliki bentuk simetri
korordinat y (ordinat). Perhatikan ilustrasi
tipe 𝑊22 yaitu refleksi, akan dibuktikan dalam konsep
transformasi rotasi motif Daun Picis terhadap
aljabar, sebagai berikut.
koordinat 𝑥, sebagai berikut.
Misalkan dibentuk himpunan 𝐵 = {𝑀𝑘 , 𝐼},
pencerminan terhadap garis k yang dinotasikan 𝑅1 = Transformasi rotasi dengan 𝜃 = 180°
dengan 𝑀𝑘 merupakan suatu transformasi (menurut
teorema), juga pemetaan identitas I yang
didefinisikan 𝐼(𝑃) = 𝑃 untuk setiap P di bidang 𝑅𝜃 =
180°
merupakan transformasi (menurut teorema). Jadi B
adalah himpunan bagian dari S (dengan S adalah
himpunan transformasi-transformasi). Akan
diperiksa apakah (𝐵,∘) dengan 𝐵 = {𝑀𝑘 , 𝐼} terhadap
operasi komposisi merupakan grup. 𝑅2 = Transformasi rotasi dengan 𝜃 = 360°
(𝐵,∘) disebut grup jika dan hanya jika memenuhi
sifat-sifat berikut: 𝑅𝜃 =
360°
1. Operasi ∘ tertutup pada B
2. ∘ bersifat asosiatif pada B
3. ∘ mempunyai elemen identitas pada B
4. Untuk setiap 𝑀 ∈ 𝐵 memiliki invers pada B Gambar 14. Ilustrasi Transformasi Rotasi Motif
Bukti: Daun Picis terhadap Sumbu x
1. Sifat tertutup Perhatikan gambar 14. ambil sembarang motif daun
𝑀𝑘 ∘ 𝑀𝑘 = 𝐼 (karena pencerminan involusi), picis yang telah melalui proses pencerminan
𝑀𝑘 ∘ 𝐼 = 𝑀𝑘 = 𝐼 ∘ 𝑀𝑘 untuk sembarang 𝑀𝑘 , kemudian dirotasikan terhadap sumbu 𝑥 sebanyak
dan 𝐼 ∘ 𝐼 = 𝐼. Dengan demikian komposisi dua 𝑅𝜃 = 180° dan 𝑅𝜃 = 360°. Seperti pada teorema,
unsur sembarang di B adalah juga di B. Jadi sifat “hasil kali dua pencerminan akan berupa geseran atau
tertutup terpenuhi. rotasi” dan “perputaran merupakan isometri”
2. Sifat asosiatif sehingga rotasi dapat memetakan garis menjadi garis,
Karena 𝑀𝑘 dan I adalah transformasi, maka mengawetkan ukuran, dan mengawetkan kesejajaran.
komposisinya pasti bersifat asosiatif. Jadi sifat Motif Daun Picis dirotasikan terhadap sumbu 𝑥
asosiatif terpenuhi. sebanyak 𝑅𝜃 = 180° dan 𝑅𝜃 = 360° memenuhi sifat
3. Ada unsur identitas yang terdapat pada bentuk simetri tipe 𝑊22 yaitu
Jelas I merupakan netral (identitas) untuk memiliki rotasi dua kali lipat pada sumbu yang
operasi komposisi di B karena untuk setiap 𝑋 ∈ berpotongan.
𝐵 berlaku 𝑋𝐼 = 𝑋 = 𝐼𝑋. Jadi adanya unsur
identitas terpenuhi. Transformasi geometri rotasi pada koordinat 𝑥
4. Setiap unsur mempunyai invers akan dibuktikan secara aljabar sebagai berikut.
Karena 𝑀𝑘 dan I adalah transformasi, maka 𝑀𝑘 Misalkan 𝑇 = {𝑅1 , 𝑅2 }, dengan pusat yang sama
dan I mempunyai balikan (teorema). Kita tahu (0,0) terhadap koordinat 𝑥 (absis), didefinisikan
sebelumnya bahwa 𝑀𝑘 ∘ 𝑀𝑘 = 𝐼 (karena sebagai berikut.
Akan dibuktikan bahwa himpunan T merupakan
pencerminan involusi). Jadi 𝑀𝑘−1 = 𝑀𝑘 . Karena
sebuah Grup terhadap operasi komposisi (𝑇,∘).
I adalah transformasi identitas, maka balikannya
(𝑇,∘) disebut grup jika dan hanya jika memenuhi
atau inversnya adalah dirinya sendiri. Dengan
sifat-sifat berikut:
demikian untuk setiap 𝑋 ∈ 𝐵, terdapat 𝑌 ∈ 𝐵
sehingga 𝑋𝑌 = 𝐼 = 𝑌𝑋. jadi setiap unsur 1. Operasi ∘ tertutup pada T
mempunyai invers terpenuhi. 2. ∘ bersifat asosiatif pada T
Karena keempat sifat terpenuhi maka 3. ∘ mempunyai elemen identitas pada T
himpunan B terhadap operasi komposisi merupakan 4. Untuk setiap 𝑅 ∈ 𝑇 memiliki invers pada T
sebuah Grup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Motif Daun Picis memiliki bentuk simetri tipe 𝑊22 , Tabel 2. Tabel Cayley Operasi Komposisi pada T
yaitu memenuhi sifat refleksi.
Selanjutnya, perhatikan gambar 11, pada ∘ 𝑅1 𝑅2
motif Daun Picis tersebut terlihat adanya transformasi
𝑅1 𝑹𝟐 𝑹𝟏

𝑅2 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑅1 = Transformasi rotasi dengan 𝜃 = 180°

Bukti:
1. Sifat tertutup 𝑅𝜃 = 180°
Untuk setiap 𝑅𝐴 , 𝑅𝐵 ∈ 𝑇, maka 𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐵 ∈ 𝑇
Berdasarkan tabel 4.1, jelas terlihat bahwa
operasi komposisi pada T bersifat tertutup.
2. Sifat asosiatif
Ambil sembarang 𝑅𝐴 , 𝑅𝐵 ∈ 𝑇, akan dibuktikan
bahwa 𝑅2 = Transformasi rotasi dengan 𝜃 = 360°
(𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐵 ) ∘ 𝑅𝐴 = 𝑅𝐴 ∘ (𝑅𝐵 ∘ 𝑅𝐴 )
Misalkan S adalah Grup yang anggotanya
berupa himpunan semua bentuk transformasi. 𝑅𝜃 = 360°
Jelas bahwa 𝑇 ∈ 𝑆 dan karena " ∘ " pada S
berlaku sifat asosiatif maka " ∘ " juga berlaku
asosiatif pada T. Artinya (𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐵 ) ∘ 𝑅𝐴 = 𝑅𝐴 ∘
(𝑅𝐵 ∘ 𝑅𝐴 ) terpenuhi.
3. Ada unsur identitas
Misalkan 𝜀 ∈ 𝑇, akan dibuktikan 𝜀 ∘ 𝑅 = 𝑅 =
𝑅 ∘ 𝜀. Gambar 15. Ilustrasi Transformasi Rotasi Motif
Berdasarkan hasil operasi pada tabel 4.1, unsur Daun Picis terhadap Sumbu y
identitas pada operasi ∘ di T adalah 𝑅2 , karena
semua unsur di T apabila dioperasikan (dengan Transformasi geometri rotasi pada koordinat 𝑦 akan
operasi ∘) dengan 𝑅2 akan menghasilkan dirinya dibuktikan dalam konsep aljabar sebagai berikut.
sendiri. Misalkan 𝑄 = {𝑅1 , 𝑅2 }, dengan pusat yang sama
4. Setiap unsur memiliki invers (0,0) terhadap koordinat 𝑦 (ordinat), didefinisikan
Untuk setiap 𝑅𝐴 ∈ 𝑇, akan dibuktikan terdapat sebagai berikut.
𝑅𝐴−1 ∈ 𝑇, sedemikian sehingga Misalkan himpunan Q merupakan sebuah Grup
𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐴−1 = 𝜀 = 𝑅𝐴−1 ∘ 𝑅𝐴 . terhadap operasi komposisi (𝑄,∘).
Berdasarkan hasil operasi pada Tabel 4.1, semua (𝑄,∘) disebut grup jika dan hanya jika memenuhi
unsur pada T memiliki invers yang sifat-sifat berikut:
mengakibatkan 𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐴−1 = 𝜀 = 𝑅𝐴−1 ∘ 𝑅𝐴 . 1. Operasi ∘ tertutup pada Q
Diantaranya adalah: 2. ∘ bersifat asosiatif pada Q
𝑅1−1 = 𝑅1 (Invers dari 𝑅1 adalah 𝑅1 ) 3. ∘ mempunyai elemen identitas pada Q
𝑅2−1 = 𝑅2 (Invers dari 𝑅2 adalah 𝑅2 ) 4. Untuk setiap 𝑅 ∈ 𝑄 memiliki invers pada Q
Karena setiap anggota dari himpunan T
memiliki invers, maka sifat keempat terpenuhi. Tabel 3. Tabel Cayley Operasi Komposisi pada Q
Jadi himpunan T terhadap operasi komposisi
merupakan sebuah Grup karena semua sifat ∘ 𝑅1 𝑅2
terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Motif
Daun Picis memiliki bentuk simetri tipe 𝑊22 , yaitu 𝑅1 𝑹𝟐 𝑹𝟏
memenuhi sifat rotasi terhadap sumbu x.
𝑅2 𝑹𝟏 𝑹𝟐
Selanjutnya, perhatikan gambar 11, pada
motif Daun Picis tersebut terlihat adanya transformasi
geometri yaitu dua simetri putar/rotasi pada sumbu Bukti:
yang berpotongan yaitu pada koordinat 𝑥 (absis) dan 1. Sifat tertutup
korordinat y (ordinat). Perhatikan ilustrasi Untuk setiap 𝑅𝐴 , 𝑅𝐵 ∈ 𝑄, maka 𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐵 ∈ 𝑄
transformasi rotasi motif Daun Picis terhadap Berdasarkan tabel 4.2, jelas terlihat bahwa
koordinat 𝑦, sebagai berikut. operasi komposisi pada Q bersifat tertutup.
2. Sifat asosiatif
Ambil sembarang 𝑅𝐴 , 𝑅𝐵 ∈ 𝑄, akan dibuktikan
bahwa
(𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐵 ) ∘ 𝑅𝐴 = 𝑅𝐴 ∘ (𝑅𝐵 ∘ 𝑅𝐴 )
Misalkan S adalah Grup yang anggotanya
berupa himpunan semua bentuk transformasi.
Jelas bahwa 𝑄 ∈ 𝑆 dan karena " ∘ " pada S
berlaku sifat asosiatif maka " ∘ " juga berlaku
asosiatif pada Q. Artinya (𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐵 ) ∘ 𝑅𝐴 = 𝑅𝐴 ∘
(𝑅𝐵 ∘ 𝑅𝐴 ) terpenuhi.
3. Ada unsur identitas
Misalkan 𝜀 ∈ 𝑄, akan dibuktikan 𝜀 ∘ 𝑅 = 𝑅 =
𝑅 ∘ 𝜀. Gambar 17. Motif Kolentang
Berdasarkan hasil operasi pada tabel 4.2, unsur
identitas pada operasi ∘ di Q adalah 𝑅2 , karena Perhatikan ilustrasi transformasi geometri translasi
semua unsur di Q apabila dioperasikan (dengan pada motif kolentang berikut.
operasi ∘) dengan 𝑅2 akan menghasilkan dirinya
sendiri.
4. Setiap unsur memiliki invers
y
Untuk setiap 𝑅𝐴 ∈ 𝑄, akan dibuktikan terdapat
𝑅𝐴−1 ∈ 𝑄, sedemikian sehingga 𝑎
𝑇=( )
𝑏
𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐴−1 = 𝜀 = 𝑅𝐴−1 ∘ 𝑅𝐴 .
Berdasarkan hasil operasi pada Tabel 4.2, semua
P’’
unsur pada Q memiliki invers yang
mengakibatkan 𝑅𝐴 ∘ 𝑅𝐴−1 = 𝜀 = 𝑅𝐴−1 ∘ 𝑅𝐴 .
Diantaranya adalah: P’
𝑅1−1 = 𝑅1 (Invers dari 𝑅1 adalah 𝑅1 )
𝑅2−1 = 𝑅2 (Invers dari 𝑅2 adalah 𝑅2 ) P
Karena setiap anggota dari himpunan Q
memiliki invers, maka sifat keempat terpenuhi.
Jadi himpunan Q terhadap operasi komposisi
merupakan sebuah Grup karena semua sifat x
terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Motif
Daun Picis memiliki bentuk simetri tipe 𝑊22 , yaitu
Gambar 18. Ilustrasi Transformasi Translasi Motif
memenuhi sifat rotasi terhadap sumbu y.
Kolentang
Selanjutnya, motif batik tulis Sukapura yang
memiliki bentuk 𝑊1 (lihat pada gambar 16) atau nama Perhatikan gambar 18. ambil sembarang motif
modernnya adalah pl. Bentuk ini hanya memiliki Kolentang kemudian ditranslasikan sebanyak 𝑇 =
simetri translasi, tidak memiliki simetri refleksi, dan 𝑎
( ). Seperti pada teorema, “setiap pencerminan pada
tidak memiliki simetri rotasi. Perhatikan gambar 𝑏
garis merupakan suatu involusi” yang mempunyai
Simetri Tipe 𝑊1 , berikut.
definisi “suatu transformasi yang balikannya adalah
transformasi itu sendiri disebut involusi”. Sehingga
translasi dapat memetakan garis menjadi garis,
mengawetkan ukuran, dan mengawetkan kesejajaran.
𝑎
Motif Kolentang ditrasnslasikan sebanyak 𝑇 = ( )
𝑏
memenuhi sifat yang terdapat pada bentuk simetri
tipe 𝑊1 yaitu memiliki simetri translasi, tidak
memiliki simetri refleksi, dan tidak memiliki simetri
rotasi.
Motif Kolentang memiliki bentuk simetri tipe 𝑊1
Gambar 16. Simetri Tipe 𝑊1 yaitu translasi, akan dibuktikan dalam konsep aljabar,
sebagai berikut.
Perhatikan gambar 17. pada motif Kolentang
tersebut terlihat bahwa terdapat suatu persegi yang Misalkan persegi P adalah persegi ABCD, yang
menunjukkan adanya transformasi geometri yaitu mempunyai titik 𝐴(𝑥, 𝑦), 𝐵(𝑥, 𝑦), 𝐶(𝑥, 𝑦), dan
translasi. 𝑎
𝐷(𝑥, 𝑦) kemudian ditranslasikan oleh 𝑇 = ( )
𝑏
sehingga menghasilkan bayangan persegi P’ adalah
persegi PQRS, sehingga mempunyai titik-titik 𝑃(𝑥 +
𝑎, 𝑦 + 𝑏), 𝑄(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏), 𝑅(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏), dan
𝑆(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏). Jika H adalah himpunan translasi Tasikmalaya, diantaranya seperti aktivitas
yang terjadi pada motif kolentang dan S adalah Grup membilang, mengukur, melokasikan, merancang, dan
dengan anggotanya yaitu semua bentuk transformasi. menjelaskan sehingga didapatkan konsep
Maka tentukanlah apakah H adalah grup terhadap matematika yaitu konsep luas bangun datar, konsep
operasi komposisi. perbandingan senilai, dan konsep fungsi; sedangkan
dalam motif batik tulis Sukapura Tasikmalaya konsep
(𝐺,∘) disebut grup jika dan hanya jika memenuhi
matematika yang terungkap adalah transformasi
sifat-sifat berikut.
geometri simetri dan konsep aljabar. Dari hasil
1. Operasi ∘ tertutup pada H temuan-temuan tersebut, peneliti menyadari bahwa
2. ∘ bersifat asosiatif pada H sesuai dengan pendefinisian etnomatematika,
matematika sangat erat kaitannya dengan budaya.
3. ∘ mempunyai elemen identitas pada H
4. Untuk setiap 𝑇 ∈ 𝐻 memiliki invers pada H IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Bukti: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
1. Sifat tertutup konsep matematika yang terdapat pada aktivitas
Ambil sembarang 𝑇1 , 𝑇2 ∈ 𝐻, maka akan membatik dan konsep transformasi geometri pada
dibuktikan 𝑇1 ∘ 𝑇2 ∈ 𝐻 motif batik tulis Sukapura Tasikmalaya, yaitu: 1)
Berdasarkan teorema ketertutupan translasi, kita Diagram pada tahapan-tahapan proses membatik
dapatkan bahwa komposisi dari dua buah batik tulis Sukapura sebagai model matematika; 2)
translasi adalah translasi juga, sehingga operasi Pada proses membatik terdapat lima aktivitas
komposisi tertutup pada H. matematika yaitu aktivitas membilang: proses
2. Sifat asosiatif pemotongan kain, pengkanjian, pengketelan;
Ambil sembarang 𝑇1 , 𝑇2 , 𝑇3 ∈ 𝐻, akan aktivitas mengukur: proses pemotongan kain,
dibuktikan bahwa pengketelan, pengibunan, pengkanjian, pewarnaan,
(𝑇1 ∘ 𝑇2 ) ∘ 𝑇3 = 𝑇1 ∘ (𝑇2 ∘ 𝑇3 ) perengrengan, penyarenan; aktivitas melokasikan:
Misalkan S adalah himpunan semua proses perengrengan, dan penembokan; aktivitas
transformasi, diketahui sebelumnya bahwa merancang: proses perengrengan; serta aktivitas
semua bentuk transformasi merupakan grup. menjelaskan: proses membatik sehingga memenuhi
Jelas bahwa 𝐻 ∈ 𝑆 dan karena " ∘ " pada S konsep matematika. 3) proses ngarengreng memiliki
berlaku sifat asosiatif maka " ∘ " juga berlaku konsep geometri bidang datar; 4) proses pengketelan
asosiatif pada H. Artinya memiliki konsep perbandingan senilai beserta
(𝑇1 ∘ 𝑇2 ) ∘ 𝑇3 = 𝑇1 ∘ (𝑇2 ∘ 𝑇3 ) terpenuhi. grafiknya; 5) proses pewarnaan kain terdapat konsep
3. Ada unsur identitas fungsi f(x) beserta diagram kartesiusnya; 6) pada
Terdapat 𝜀 ∈ 𝐻, dan 𝑇 ∘ 𝜀 = 𝑇 = 𝜀 ∘ 𝑇. Elemen batik tulis Sukapura motif Daun Picis terdapat
identitas translasi dalam hal ini adalah 𝜀 = Wallpaper Group and Pattern yaitu simetri tipe 𝑊22
0 yang memiliki simetri refleksi, dan dua simetri
( ), Jadi 𝑇 ∘ 𝜀 = 𝑇 = 𝜀 ∘ 𝑇 terpenuhi.
0 putar/rotasi pada sumbu yang berpotongan; 7) pada
4. Setiap unsur memiliki invers
batik tulis Sukapura motif Kolentang terdapat
Untuk setiap 𝑇 ∈ 𝐻, akan dibuktikan terdapat
Wallpaper Group and Pattern yaitu simetri tipe 𝑊1
𝑇 −1 ∈ 𝐻, sedemikian sehingga
yang hanya memiliki simetri translasi, tidak memiliki
𝑇 ∘ 𝑇 −1 = 𝜀 = 𝑇 −1 ∘ 𝑇
−𝑎 simetri refleksi dan tidak memiliki simetri rotasi.
Elemen invers dari H adalah 𝑇 −1 = ( ),
−𝑏
−𝑎 𝑎 0 DAFTAR PUSTAKA
( )∘( )=( )
−𝑏 𝑏 0 Arwanto. (2016). Eksporasi Etnomatematika Batik
−𝑎 + 𝑎 0
( )=( ) Trusmi Cirebon Untuk Mengungkap Nlai
−𝑏 + 𝑏 0
0 Filosofi Dan Konsep Matematis. (Jurnal).
𝜀=( ) Cirebon: Universitas Muhammadiyah
0
Karena 𝑇 ∘ 𝑇 −1 = 𝜀 = 𝑇 −1 ∘ 𝑇 terpenuhi. Cirebon.
Jadi himpunan H terhadap operasi komposisi Budiarto, M.T., Ulum, B., & Ekawati, R. (2017).
merupakan sebuah Grup karena keempat sifat Etnomatematika Pasuruan: Eksplorasi
terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Motif Geometri Untuk Sekolah Dasar pada Motif
Kolentang memiliki bentuk simetri tipe 𝑊1 , yaitu Batik Pasedahan Suropati. Prosiding SI
memenuhi sifat translasi. MaNIs (Seminar Nasional Integrasi
Dari pembahasan diatas, secara tidak langsung Matematika dan Nilai Islami). Surabaya,
ditemukan beberapa konsep matematika dalam 1(1), 70-78. Retrieved from
aktivitas pembuatan batik tulis Sukapura
http://conferences.uin.malang.ac.id/index.ph
p/SIMANIS
D’Ambrosio, Ubiratan. (2001). What is
Ethnomathematics, And How Can It Help
Children in School?. Reston, 7(6), 308.
Gerdes, P. (1996). Ethnomathematics and
Mathematics Education. Dalam International
Hanbook of Mathematics Part 2, 909-943.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Spradley, J.P. (2006). Metode Etnografi. Yogyakarta:


Tiara Wacana.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriono, P. (2016). Ensiklopedia The Heritage of
BATIK Identitas Pemersatu Kebanggaan
Bangsa. Yogyakarta: Andi
Turmudi. (2008). Modul 1: Landasan Filosofis,
Didaktis, dan Pedagogis Pembelajaran
Matematika untuk Siswa Sekolah Dasar.
[Online]. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._
PEND._MATEMATIKA/196101121907031
-TURMUDI/F19-Modul--DEPAG.pdf
Yusuf, M. (2017). Metode Penelitian: Kuantitatif,
Kualitatif, dan penelitian Gabungan (1st ed).
Jakarta: PT fajar Interpratama Mandiri

Anda mungkin juga menyukai