Anda di halaman 1dari 12

Primatika. J. Pend. Mat.

Volume xx, No. x, 20xx, pp. xx-xx

Eksplorasi Etnomatematika pada Karawitan Pengiring


Lakon Sayemboro Sodo Lanang

Nadila Choirunnisa’ Intsani 1 , Muhammad Azrul Efendy 2, Marhayati 3


1
Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia
2
Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia
3
Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia

*220108210009@student.uin-malang.ac.id
© Nama belakang penulis pertama dkk, tahun

Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksplorasi etnomatematika pada
karawitan pengiring lakon sayemboro sodo lanang . Jenis penelitian ini kualitatif
dengan pendekatan etnografi. Data yang disajikan dalam penelitian merupakan hasil dari
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
karawitan pengiring lakon sayemboro sodo lanang memiliki konsep matematika yaitu
pola barisan aritmetika yang terdapat di setiap ketukan pada Beskalan Patih. Ketukan alat
musik kenong menghasilkan pola si=4 i . Ketukan alat musik kempul menghasilkan
pola r =2+ 4 i−4 . Ketukan alat musik saron dan demung menghasilkan pola pi=2 i .
Selain itu, kajian ini juga menunjukkan unsur matematis berupa perbandingan pada
ketukan alat musik peking, bonang babon, dan bonang penerus.
Keywords: Etnomatematika, Karawitan, Ketukan, Pukulan, Barisan Aritmatika, Perkalian

Abstrak
This study aims to describe the exploration of ethnomathematics in the musical
accompaniment of the play Sayemboro Sodo Lanang. This type of research is qualitative
with an ethnographic approach. The data presented in the research is the result of
interviews, observation, and documentation. The results of the study show that the musical
accompaniment of the play Sayemboro Sodo Lanang has a mathematical concept, namely
the pattern of arithmetic sequences found in every beat of Beskalan Patih. The beat of the
kenong instrument produces the pattern si=4 i . The beat of the kempul instrument
produces the pattern r =2+ 4 i−4 . The beats of the saron and demung musical instruments
produce a pola pi=2 i pattern. In addition, this study also shows a mathematical element in
the form of comparison on the beats of the Peking, bonang babon, and successor bonang
musical instruments.
Keywords: Ethnomatematics, Karawitan, Beats, Strokes, Arithmetic Sequences,
Multiplication
2 Judul artikel singkat maksimal 7 kata atau 1 baris … ← 10pt, Cambria

How to Cite: Author 1, Author 2, & Author 3. (2022). Templat format penulisan manuskrip
PRIMATIKA: Jurnal Pendidikan Matematika. Primatika: Jurnal Pendidikan Matematika, x(x),
xx-xx. https://doi.org/10.30872/primatika.vxxix.xxxx

PENDAHULUAN
Ilmu matematika berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari dalam berbagai
aspek. Satu diantara bidang yang memanfaatkan ilmu matematika ialah budaya
masyarakat (Sari, 2018). Aspek atau bidang yang menghubungkan ilmu matematika
dengan budaya ini biasa disebut etnomatematika. Menurut D’Ambrosio (1984) dalam
(Sopamena dkk., 2018), Ethno-mathematics merupakan salah satu bidang
matematika yang memperhitungkan suatu pertimbangan budaya, diman matematika
tersebut muncul dengan pamahaman penalaran serta sistem matematika yang
digunakannya. Borba (1997) dalam (Supiyati dkk., 2019) juga menjelaskan
etnomatematika sebagai cara di mana orang menggunakan budaya tertentu dalam
konsep matematika dalam memahami aspek relasional dan spasial dalam kehidupan
mereka. Terdapat enam kegiatan dasar dalam matematika yang meliputi membilang
atau menghitung, mengukur, mendesain, bermain, menjelaskan, dan menentukan
lokasi. Beberapa bidang yang dikaji dalam etnomatematika ini yaitu, candi dan
prasasti, gerabah dan alat-alat tradisional, satuan lokal, motif kain batik dan bordir,
dan permainan tradisional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
etnomatematika merupakan suatu ilmu yang digunakan agar konsep matematika
yang diadaptasi dari budaya dapat dipahami.
Indonesia dianggap sebagai negara yang kaya akan budaya. Kekayaan budaya
Indonesia mencakup banyak hal, misalnya rumah adat, pakaian adat, lagu daerah,
bahasa, termasuk alat musik daerah. Budaya ini merupakan warisan leluhur yang
diwariskan secara turun-temurun kepada anak cucu mereka. Namun, budaya
tradisional ini semakin lama semakin memudar akibat globalisasi dan budaya asing.
Karawitan merupakan salah satu budaya yang ada di Indonesia. Karawitan
sendiri memiliki dua pengertian, umum dan khusus (Zahro, 2022). Secara umum,
Karawitan adalah seni yang mencakup semua unsur seni seperti: Unsur keindahan,
kompleks, dan halus. Karawitan, khususnya, adalah bentuk seni yang
menggabungkan tong Slendro dan Pelog dan memiliki unsur estetika yang kompleks
namun halus. Kata Karawitan berasal dari bahasa Jawa dan berarti rumit atau
berbelit-belit. Namun juga memiliki arti halus, enak, indah, dan berliku-liku. Istilah
Karawitan lebih spesifik mengacu pada musik gamelan yang menggunakan sistem
nada non diatonis, atau lebih umum dikenal dengan musik slendro dan perogue
Slendro memiliki lima nada dalam satu oktaf sedangkan pelog memiliki tujuh nada
dalam satu oktaf.
Karawitan ini biasanya digunakan untuk mengiringi pertunjukkan Lakon
“Sayemboro Sodo Lanang”. Lakon “Sayemboro Sodo Lanang” merupakan sebuah
pertunjukan dimana isi cerita yang disampaikan banyak mengandung tentang nilai-
nilai luhur dan kepemimpinan (Hayati, 2018). Lakon “Sayemboro Sodo Lanang” ini
disajikan tepat saat diselenggarakannya Pemilu pada waktu itu. alam pertunjukan

https://doi.org/10.30872/primatika.vxxix.xxxx
Nama belakang semua penulis ← 10pt, Cambria 3

lakon “Sayemboro Sodo Lanang” yang menjadi permasalahan utamanya ialah perihal
siapa yang akan menjadi suami dari Dewi Sekartaji, yang selanjutnya secara otomatis
menjadi penerus takhta dari kerajaan Doho, atau dengan kata lain, siapa pun pria
yang akan menjadi suami Dewi Sekartaji akan menjadi raja di kerajaan Doho,
sehingga posisi untuk menjadi dewi Sekartaji diperebutkan oleh banyak pria
khususnya ialah, raja bentarangin dan Panji Asmorobangun.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dkk. (2020), memperoleh hasil bahwa
Tembang Jawa dalam Gending Ketawang yang dimainkan dengan Gamelan memiliki
konsep matematika yaitu pola barisan Aritmetika yang terdapat disetiap pukulan
padaketukan Tembang Gending tersebut.. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
Supriyono dkk. (2021) menunjukkan bahwa konsep matematika yang diterapkan
pada alat musik gamelan jawa antara lain geometri dimensi satu yaitu konsep garis,
garis sejajar, dan sudut siku-siku; geometri dimensi dua yaitu persegi, persegi
panjang, lingkaran, trapesium dan segitiga; dan geometri dimensi tiga berupa tabung,
bola dan kerucut terpancung. Penelitian yang dilakukan Falah dkk. (2022),
menemukan bahwa dalam ketukan nada yang dipukul dengan alat musik Kethuk,
Kempul, Kenong, dan Bonang Babok memuat pola barisan aritmatika.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, obyek seni karawitan di Padepokan
Asmoro Bangun yang menjadi menjadi satu-satunya padepokan yang sampai saat ini
masih sangat giat untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian dan
kebudayaan asli Malang, menjadi daya tarik tersendiri untuk mengeksplorasi konsep
matematika.Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, menujukkan bahwa
terdapat relasi yang erat antara musik dan matematika. Sehingga dari beberapa
uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi untuk mengetahui
unsur matematika yang ada pada kesenian Karawitan yang ada di kawasan Pakisaji.
Eksplorasi yang dilakukan adalah dengan melihat kesenian karawitan dimainkan dan
alat musik yang digunakan.

METODE

p-ISSN: 2302-4518 | e-ISSN: 2622-0911


4 Judul artikel singkat maksimal 7 kata atau 1 baris … ← 10pt, Cambria

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan


desain etnografi. Objek penelitian dilakukan di Padepokan Asmoro Bangun yang ada
di wilayah Desa Karangpandan, Kec. Pakisaji, Kab. Malang. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi secara langsung dan wawancara terhadap Bapak
Handoyo selaku pengelola padepokan Asmoro Bangun. Data yang diperoleh saat
wawancara dan juga observasi, selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif serta
diuraikan dalam bentuk deskriptif. Tahapan teknik analisi data ini meliputi, reduksi
data, penyajian data, dan juga kesimpulan. Pada tahap reduksi data, akan dipilih hala-
hal atau informasi penting dari hasil wawancara dan observasi kemudian disajikan
secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lakon Sayembara Sodo Lanang adalah salah satu lakon dalam seni tradisional
Jawa, khususnya dalam seni tari Jawa. Lakon ini mengisahkan tentang kisah
percintaan antara Sodo Lanang, seorang pria muda, dengan seorang wanita cantik.
Dalam cerita lakon ini, Sodo Lanang adalah seorang pemuda yang tampan dan
berbakat. Dia jatuh cinta pada seorang wanita yang juga terpesona oleh pesona dan
kepribadiannya. Namun, ada beberapa tantangan dan rintangan yang harus dihadapi
oleh Sodo Lanang dalam upaya untuk mendapatkan hati wanita itu. Lakon Sayembara
Sodo Lanang sering kali diisi dengan tarian-tarian tradisional Jawa yang memperkuat
cerita dan emosi yang diungkapkan oleh para penari. Selain tarian, lakon ini juga
dilengkapi dengan dialog dan musik khas Jawa.
Lakon Sayembara Sodo Lanang merupakan salah satu contoh dari seni
tradisional Jawa yang memiliki nilai estetika tinggi. Melalui ceritanya yang romantis,
lakon ini menggambarkan berbagai nilai dan norma dalam masyarakat Jawa, seperti
kesetiaan, kesopanan, dan cinta yang tulus. Dalam lakon ini terdapat beberapa bagian
diantaranya meliputi instrumen doa, tari pembuka, jejer 1, jengkar kedaton, jejer 2,
sigeg, jejer 3, jejer 4, krucilan serang, dan gending penutup. Sedangkan alat yang
dimainkan adalah kenong, kempul, kenong, saron, gong, peking, demung, bonang
babon, bonang penerus, dan gong. Instrumen yang digunakan dalam Lakon
Sayemboro Sodo Lanang bagian tari pembuka atau biasa disebut Beskalan Patih
tampak dalam Gambar 1.
A. Beskalan Patih

. 2 . 1 . 2 . 6 . 2 . 1 . 6 . (5)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 12 13 14 15 16
1
. 6 . 5 . 3 . 2 . 6 . 5 . 2 . (1)

Gatra ke-1 Gatra ke-2 Gatra ke-3 Gatra ke-4

Gambar 1. Notasi Lakon Sayemboro Lanang bagian Tari Pembuka

https://doi.org/10.30872/primatika.vxxix.xxxx
Nama belakang semua penulis ← 10pt, Cambria 5

A. Beskalan Patih

. 2̌ . 1^ . 2̌ . 6^ . 2̌ . 1^ . 6̌ . ^
(5)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 1 15 16
0 4
. 6̌ . 5^ . 3̌ . 2^ . 6̌ . 5^ . 2̌ . ^
(1)

Gatra ke-1 Gatra ke-2 Gatra ke-3 Gatra ke-4


Gambar 2. Notasi Lakon Sayemboro Lanang bagian Tari Pembuka
Keterangan:
∩ = nada yang dipukul dengan alat musik kenong
∪ = nada yang dipukul dengan alat musik kempul
( ) = nada yang dipukul dengan alat musik gong
Pada gambar tersebut terdapat empat gatra atau biasa disebut bait, dengan
setiap gatra terdapat empat nada atau ketukan. Walaupun dalam gambar tersebut
hanya terdapat dua simbol untuk dua alat musik saja, namun terdapat alat musik
lainnya seperti saron, demung, peking, bonang babon, dan bonang penerus. Dalam
ketukan-ketukan tersebut menghasilkan pola sebagai berikut:
1. Kempul
Berdasarkan gambar 2, nada yang dipukul menggunakan alat musik kempul
disimbolkan dengan tanda ∪ yaitu pada ketukan ke- 2, 6, 10,14.
2. Kenong
Berdasarkan gambar 2, nada yang dipukul menggunakan alat musik kenong
disimbolkan dengan tanda ∩ yaitu pada ketukan ke- 4, 8, 12, 16.
3. Saron
Alat musik saron memiliki notasi gabungan antara alat musik kempul dan
kenong yaitu pada ketukan ke- 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16.
4. Demung
Alat musik demung memiliki notasi yang sama dengan alat musik saron yaitu
pada ketukan ke- 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16.
5. Peking
Alat musik peking pada irama tersebut sama dengan nada yang dipukul
dengan alat musik kenong. Namun yang membuatnya berbeda adalah alat musik
peking dipukul sebanyak 3×.
6. Bonang Babon
Alat musik bonang babon pada irama tersebut sama dengan nada yang
dipukul dengan alat musik kempul. Namun yang membuatnya berbeda adalah alat
musik bonang babon dipukul sebanyak 2×.
7. Bonang Penerus

p-ISSN: 2302-4518 | e-ISSN: 2622-0911


6 Judul artikel singkat maksimal 7 kata atau 1 baris … ← 10pt, Cambria

Alat musik bonang penerus pada irama tersebut sama dengan nada yang
dipukul dengan alat musik kenong. Namun yang membuatnya berbeda adalah alat
musik bonang penerus dipukul sebanyak 2×.

https://doi.org/10.30872/primatika.vxxix.xxxx
Nama belakang semua penulis ← 10pt, Cambria 7

A. Konsep Pola Bilangan


Berdasarkan tabel 2 dapat diamati pola ketukan pada alat musik kenong dan
kempul berturut-turut sebagai berikut:
. 2 . 1 . 2 . 6 . 2 . 1 . 6 . (5)
Ketuka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
n ke-
Kenong

Selisih
+4 +4 +4
Kempul

Selisih
+4 +4 +4
Kenong
dan
Kempul

Selisih
+2 +2 +2 +2 +2 +2 +2
Gambar 3. Analisis Pola Ketukan Alat Musik Kenong dan Kempul

Hasil analisis data diperoleh pada alat musik kenong selalu memiliki selisih + 4
antar ketukan. Pada alat musik kempul juga selalu memiliki selisih + 4 antar ketukan.
Sedangkan dari ketukan kedua alat musik terebut memiliki selisih +2. Lebih lanjut
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Pola Ketukan pada Alat Musik Kenong


Pukula Ketukan Pola Barisan Rumus
n ke- ke-
1 4 4=4=4 +(1−1)4 s1=s1
2 8 8=4 +4=4+(2−1) 4 s2=s 1+t
¿ s1 +(2−1)t
3 12 12=4+ 8=4+ 4+ 4 s3=s 1+ s 2
¿ 4 +(3−1)4 ¿ s1 +t+ t
¿ s1 +(3−1)t
4 16 16=4 +12=4+ 4+8=4 +4 +4 +4=4+( s4 4−1)
=s1 +s43
¿ s1 +t+ s 2
¿ s1 +t+ t+t
¿ s1 +( 4−1)t
⋮ ⋮ ⋮ ⋮

i si si=4+ 4+ 4+ …+4 si=s 1+t +t+ …+t


¿ 4 +(i−1)4 ¿ si +(i−1) t

p-ISSN: 2302-4518 | e-ISSN: 2622-0911


8 Judul artikel singkat maksimal 7 kata atau 1 baris … ← 10pt, Cambria

Tabel 2. Pola Ketukan pada Alat Musik Kempul


Pukula Ketukan Pola Barisan Rumus
n ke- ke-
1 2 2=2=2+(1−1) 4 r 1=r 1
2 6 6=2+4=2+(2−1)4 r 2=r 1+ t
¿ r 1 +(2−1)t
3 10 10=2+ 4+ 4 r 3 =r +t+t
¿ 2+( 3−1) 4 ¿ r 1 +(3−1)t
4 14 14=2+12=2+ 4+ 4+ 4=2+( 4−1)4 r 4 ¿ r 1 +t+ t+t
¿ r 1 +( 4−1)t
⋮ ⋮ ⋮ ⋮

i ri r i=2+ 2+ 2+ …+2 r i=r 1+ t+t +…+t


¿ 2+( i−1) 4 ¿ r i +(i−1) t

Berdasarkan Tabel 1, mencari ketukan nada ke- s pada pukulan ke-i alat musik
kenong dapat dicari menggunakan rumus si=4+(i−1)4 atau bisa ditulis dalam
bentuk si=4+ 4 i−4 , atau juga dapat ditulis dengan si=4 i . Berdasarkan Tabel 2,
mencari ketukan nada ke-r pada pukulan ke-i alat musik kempul dapat dicari
menggunakan rumus r i=2+(i−1)4 atau bisa ditulis dalam bentuk r =2+ 4 i−4 ,
atau juga dapat ditulis dengan i r =4 i−2 .Selanjutnya berdasarkan tabel 2 dapat
diamati pola ketukan pada alat musik saron dan demung berturut-turut sebagai
berikut:

. 2 . 1 . 2 . 6 . 2 . 1 . 6 . (5)
Ketukan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
ke-
Saron
dan
Demung

Selisih
+2 +2 +2 +2 +2 +2 +2
Gambar 4. Analisis Pola Ketukan Alat Musik Saron dan Demung

Hasil analisis data diperoleh pada alat musik saron dan demung karena
memiliki ketukan yang saman, maka selalu memiliki selisih +2 antar ketukan. Lebih
lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Pola Ketukan pada Alat Musik Saron dan Demung


Pukula Ketuk Pola Barisan Rumus
n ke- an ke-
1 2 2=2=2+(1−1) 2 p1 = p1
2 4 4=2+ 2=2+( 2−1)2 p2= p1 +t ¿ p1 +(2−1)t
3 6 6=2+4=2+2+2 p3= p+ p= p+t+ t

https://doi.org/10.30872/primatika.vxxix.xxxx
Nama belakang semua penulis ← 10pt, Cambria 9

¿ 2+( 3−1)2 ¿ p1 +(3−1)t


8=2+6=2+ 2+ 4 p4 = p1+ p 3= p1 + p2+ t
4 8 ¿ 2+2+2+2 ¿ p1 +t+t +t
¿ 2+( 4−1)2 ¿ p1 +( 4−1)t
10=2+ 8=2+2+6 p5= p1 + p4 = p1 + p3 +t
¿ 2+2+2+4 ¿ p1 + p2+ t+t
5 10 ¿ 2+2+2+2+2 ¿ p1 +t+t +t+ t
¿ 2+( 5−1)2 ¿ p1 +(5−1)t
12=2+10=2+2+8 p6= p 1+ p5 =p 1+ p 4 +t
¿ 2+2+2+6 ¿ p1 + p3 +t+t
6 12 ¿ 2+2+2+2+4 ¿ p1 + p2+ t +t +t
¿ 2+2+2+2+2+2 ¿ p1 +t +t +t+ t+t
¿ 2+( 6−1) 2
¿ p1 +(6−1)t
14=2+12=2+2+10 p7= p1 + p6 =p 1+ p 5+ t
¿ 2+2+2+8 ¿ p1 + p4 +t +t
¿ 2+2+2+2+6 ¿ p1 + p3 +t +t +t
7 14 ¿ 2+2+2+2+2+ 4 ¿ p1 + p2+ t+t +t+ t
¿ 2+2+2+2+2+2+2
¿ p1 +t+t +t+ t+t +t
¿ 2+( 7−1)2
¿ p1 +(7−1)t
16=2+14=2+ 2+12 p7= p1 + p6 =p 1+ p 5+ t
¿ 2+2+2+10 ¿ p1 + p4 +t +t
¿ 2+2+2+2+8 ¿ p1 + p3 +t +t +t
8 16 ¿ 2+2+2+2+2+6 ¿ p1 + p2+ t+t +t+ t
¿ 2+2+2+2+2+2+ 4
¿ p1 +t+t +t+ t+t +t
¿ 2+2+2+2+2+2+2+2
¿ 2+( 8−1)2 ¿ p1 +(8−1)t
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
pi=2+2+2+ …+2 pi= p1 +t +t+ …+t
i pi
¿ 2+( i−1) 2 ¿ pi +( n−1)t
Berdasarkan Tabel 3, mencari ketukan nada ke- p pada pukulan ke-i alat musik
saron dan demung dapat dicari menggunakan rumus pi=2+(i−1)2 atau bisa
ditulis dalam bentuk pi=2+2 i−2, atau juga dapat ditulis dengan pi=2 i .
Berdasarka ketiga rumus atau pola ketukan pada alat musik kenong, kempul,
saron, dan demung dapat dilihat bahwa ketukan tersebut memiliki selisih yang
sama. Sehingga hal tersebut sesuai dengan konsep matematika barisan aritmatika.
Barisan aritmatika sendiri memiliki pengertian barisan bilangan yang selisih
antara dua suku yang berurutan sama atau tetap (Istiqomah, 2020).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Falah dkk. (2022) yaitu terdapat
pola barisan bilangan aritmatika pada ketukan irama gending lancaran dalam
kesenian alat musik gamelan Tembung Dolanan studi kasus pada Gending Gugur
Gunung.

B. Konsep Perkalian
Alat musik peking seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memiliki notasi
yang sama dengan kenong. Namun yang membuatnya berbeda adalah alat musik

p-ISSN: 2302-4518 | e-ISSN: 2622-0911


10
Judul artikel singkat maksimal 7 kata atau 1 baris … ← 10pt, Cambria

peking ini dipukul sebanyak 3 ×, yang dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Notasi Peking dan Kenong
Notasi
1 6 1 5
Kenong
Notasi
1 1 1 6 6 6 1 1 1 5 5 5
Peking

Tabel tersebut menujukkan pola dimana jika pemain kenong membunyikan


alat musik 1 (ji), 6 (nem), 1 (ji), dan 5 (ma) masing-masing sebanyak satu kali maka
pemain peking harus membunyikan masing-masing notasi yang sama sebanyak tiga
kali. Artinya ketika pemain kenong memukul pada notasi 1 (ji) sebanyak satu kali,
pemain peking harus memukul notasi 1 (ji) sebanyak tiga kali. Sehingga ketika
pemain kenong memukul notasi 5 (ma), pemain peking juga memukul notasi 5 (ma)
pada waktu yang bersamaan. Pola pada irama tersebut secara matematis dapat
direpresentasikan ke dalam simbol matematika dengan memisalkan satu pukulan
pada kenong sebagai k dan satu pukulan pada peking adalah p, sehingga dapat
1
ditulis 1 ×k =3 × p. Dengan bentuk lain dapat ditulis p= k yang berarti jarak
3
waktu pemukulan peking adalah sepertiga kali jarak waktu pemukulan kenong.
Pernyataan matematis tersebut menunjukkan bahwa dalam irama tersebut
terdapat pola perbandingan.

Alat musik bonang babon seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memiliki
notasi yang sama dengan kempul. Namun yang membuatnya berbeda adalah alat
musik bonang babon ini dipukul sebanyak 2 ×, yang dapat dilihat pada tabel 5
berikut ini.

Tabel 5. Notasi Bonang Babon dan Kempul


Notasi Kempul 2 2 2 6
Notasi
2 2 2 2 2 2 6 6
Bonang Babon

Tabel tersebut menujukkan pola dimana jika pemain kempul membunyikan


alat musik 2 (ro), 2 (ro), 2 (ro), dan 6 (nem) masing-masing sebanyak satu kali maka
pemain bonang harus membunyikan masing-masing notasi yang sama sebanyak dua
kali. Artinya ketika pemain kempul memukul pada notasi 2 (ro) sebanyak satu kali,
pemain bonang babon harus memukul notasi 2 (ro) sebanyak dua kali. Sehingga
ketika pemain kempul memukul notasi 6 (nem), pemain bonang babon juga memukul
notasi 6 (nem) pada waktu yang bersamaan. Pola pada irama tersebut secara
matematis dapat direpresentasikan ke dalam simbol matematika dengan memisalkan
satu pukulan pada kempul sebagai l dan satu pukulan pada bonang babon adalah b ,
1
sehingga dapat ditulis 1 ×l=2 ×b . Dengan bentuk lain dapat ditulis b= l yang
2
berarti jarak waktu pemukulan bonang babon adalah setengah kali jarak waktu

https://doi.org/10.30872/primatika.vxxix.xxxx
Nama belakang semua penulis ← 10pt, Cambria 11

pemukulan kempul. Pernyataan matematis tersebut menunjukkan bahwa dalam


irama tersebut terdapat pola perbandingan.
Alat musik bonang penerus seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
memiliki notasi yang sama dengan kenong. Namun yang membuatnya berbeda
adalah alat musik bonang penerus ini dipukul sebanyak 2 ×, yang dapat dilihat pada
tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Notasi Bonang Penerus dan Kenong
Notasi Kenong 1 6 1 5
Notasi
1 1 6 6 1 1 5 5
Bonang Penerus

Tabel tersebut menujukkan pola dimana jika pemain kenong membunyikan


alat musik 1 (ji), 6 (nem), 1 (ji), dan 5 (ma) masing-masing sebanyak satu kali maka
pemain bonang penerus harus membunyikan masing-masing notasi yang sama
sebanyak dua kali. Artinya ketika pemain kenong memukul pada notasi 1 (ji)
sebanyak satu kali, pemain bonang penerus harus memukul notasi 1 (ji) sebanyak
dua kali. Sehingga ketika pemain kenong memukul notasi 5 (ma), pemain bonang
penerus juga memukul notasi 5 (ma) pada waktu yang bersamaan. Pola pada irama
tersebut secara matematis dapat direpresentasikan ke dalam simbol matematika
dengan memisalkan satu pukulan pada kenong sebagai k dan satu pukulan pada
bonang penerus adalah r , sehingga dapat ditulis 1 ×k =2× r . Dengan bentuk lain
1
dapat ditulis p= r yang berarti jarak waktu pemukulan bonang penerus adalah
2
setengah kali jarak waktu pemukulan kenong. Pernyataan matematis tersebut
menunjukkan bahwa dalam irama tersebut terdapat pola perbandingan.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari kajian ini adalah bahwa pada karawitan
pengiring lakon sayemboro sodo lanang terdapat unsur matematis yaitu pola barisan
aritmatika. Ketukan alat musik kenong menghasilkan pola barisan aritmatika si=4 i .
Ketukan alat musik kempul menghasilkan pola barisan aritmatika r =2+ 4 i−4 .
Ketukan alat musik saron dan demung menghasilkan pola barisan aritmatika pi=2 i .
Selain itu, kajian ini juga menunjukkan unsur matematis berupa perbandingan pada
ketukan alat musik peking, bonang babon, dan bonang penerus.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, A. F. K., Kinanti, M., & Sulistyorini, P. (2020). Pola Barisan Aritmetika Pada
Pukulan Ketukan Dalam Gending Ketawang Di Gamelan Yogyakarta. 1(1).
Falah, M. F., Marhayati, M., & Fa’ani, A. M. (2022). Pola Barisan Aritmatika Pada
Ketukan Irama Gending Lancaran Dalam Kesenian Alat Musik Gamelan

p-ISSN: 2302-4518 | e-ISSN: 2622-0911


12
Judul artikel singkat maksimal 7 kata atau 1 baris … ← 10pt, Cambria

Tembung Dolanan. Delta-Pi: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika,


11(1), 87. Https://Doi.Org/10.33387/Dpi.V11i1.4161
Hayati, N. M. (2018). Sruktur Lakon Sayemboro Sodo Lanang Dalam Pertunjukan
Wayang Topeng Malang Di Padepokan Asmorobangun. Universitas Negeri
Surabaya.
Istiqomah. (2020). Modul Barisan Dan Deret Matematika Umum Kelas Xi (Hlm. 2020).
Osada, S. S. (2018). Etnomatematika Dalam Titi Laras Dan Irama Pada Karawitan
Jawa.
Sari, A. E. R. M. (2018). Aspek Matematis Pada Aktifitas Pembuatan Gerabah Di
Kasongan Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Matematika [Doctoral
Dissertation, Tesis.]. Universitas Sanata Dharma.
Sopamena, D. P., Kaliky, S., Pd, M., Assagaf, G., & Pd, M. (2018). Etnomatematika Suku
Nuaulu Maluku. 72.
Supiyati, S., Hanum, F., & Jailani, J. (2019). Ethnomathematics In Sasaknese
Architecture. Journal On Mathematics Education, 10(1), 47–58.
Https://Doi.Org/10.22342/Jme.10.1.5383.47-58
Supriyono, Purwaningsih, W. I., & Saputra, A. F. (2021). Etnomatematika Pada Alat
Musik Gamelan Jawa.
Zahro, R. A. (2022). Etnomatematika Dalam Seni Karawitan Gagrag Banyumasan
Sebagai Sumber Belajar Matematika.Pdf. Universitas Islam Negeri Profesor
Kiai Haji Saifuddin Zuhri.

https://doi.org/10.30872/primatika.vxxix.xxxx

Anda mungkin juga menyukai