Ditujukan kepada
Prof. Dr. Zaenuri, S.e, M. Si,akt
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Pengembangan Pembelajaran Matematika SD
Oleh
Rofiq Ahmad
0103518073
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ridho,
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “INTEGRASI ETNOMATEMATIKA KEARIFAN LOKAL BUDAYA
DAERAH KABUPATEN DEMAK DALAM PEMBELAJARAN
PENGUKURAN SUDUT BANGUN DATAR DENGAN BUSUR DERAJAT”.
Oleh karena itu dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca secara umumnya dan bagi penulis pada khususnya dalam mengembangkan
pembalajaran di tingkat Sekolah Dasar, khususnya dalam pengembangan
pembelajaran Matematika, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penulisan sehingga makalah ini dapat selesai, dan
segala kritik dan saran yang membangun dapat dijadikan bahan koreksi dalam
penulisan selanjutnya.
Penulis
Halama Judul....................................................................................................... 1
PENDAHULUAN
Matematika dan budaya adalah dua hal yang berkaitan erat dan tidak dapat
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tapi terkadang matematika dilihat sebagai
sesuatu yang terpisah atau tidak terkoneksi dengan kehidupan sehari - hari. Padahal
dalam mengajarkan matematika formal (matematika sekolah), guru sebaiknya
memulai dengan menggali pengetahuan matematika informal yang telah diperoleh
siswa dari kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Lingkungan dapat
menjadi sumber masalah matematika dalam kehidupan nyata. Lingkungan
tersebut salah satunya berupa budaya.
Astri Wahyuni, dkk (2013: 2) menyatakan bahwa salah satu yang dapat
menjembatani antara budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika.
Secara singkat, pengertian dari etnomatematika adalah matematika dalam budaya.
Etnomatematika terdiri atas dua kata, etno (etnis/budaya) dan matematika. Itu
berarti bahwa etnomatematika merupakan matematika dalam budaya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
a. Mengetahui ksplorasi budaya di Demak.
b. Mengetahui eksplorasi etnomatematika dalam pembelajaran
pengukuran sudut bangun datar dengan busur derajat.
c. Mengetahui integrasi etnomatematika dalam pembelajaran pengukuran
sudut bangun datar dengan busur derajat
3. Lawang Bledeg
Lawang bledeg atau pintu petir adalah pintu utama Masjid Agung
Demak. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo sekitar tahun 1446 M. Ki
Ageng Selo dikenal seorang sakti yang mampu menangkap petir.
Pintu bledeg itu terbuat dari kayu tebal dengan ukiran naga. Ukiran
itu punya warna yang menonjol dengan kombinasi warna merah. Dalam
khazanah kultur Jawa, gambar di pintu ini merupakan candra sengkala
(penanda waktu) kapan bangunan masjid itu dibuat. Adapun bunyi prasasti
itu sendiri berbunyi “Nogo Mulat Saliro Wani”.
4. Kolam Wudlu
Kolam Wudlu adalah tempat wudlu yang terletak di samping depan
masjid. Tempat wudlu ini berbentuk kolam, orang Jawa
menyebutnya kolah. Pada masa dulu tempat wudlu pada umumnya
C. Belimbing
Di Demak selain menyimpan sejuta kisah sejarah perhelatan masuknya islam di
Jawa Tengah dengan Masjid Demak, Makam raja-raja, dan makam wali atau
dikenal sebagai kotawali, ternyata menyimpan kuliner berupa buah belimbing
yang rasanya sangat manis dan besarnya ekstra jumbo. Inilah yang menjadi
alasan kalau buah belimbing sangat dekat bahkan sudah menjasi ciri khas kota
Demak.
D. Batik
Secara umum Motif Batik Demak yang dibuat memiliki ciri khas dengan
perpaduan antara Motif Pertanian dan Pesisiran, juga mengambil
corak Motif Kerajaan Majapahit dan Motif nilai – nilai ajaran Islam, serta
berbagai motif yang berhubungan dengan Sunan Kalijaga.
- Sifat-sifat segitiga:
a. Mempunyai 3 buah sisi yaitu sisi a, sisi b, dan sisi c
b. Mempunyai 3 buah titik sudut Yaitu < A, < B, dan < C
c. Jumlah ketiga sudutnya adalah 1800 yaitu < A + < B + < C = 1800
Selain berbentuk segitiga, atap dari masjid agung demak pada undakan kedua
juga dapat dimodelkan secara geometri berbentuk segi empat yaitu bangun
trapesium. sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa terdapat konsep segi empat pada
atap masjid agung demak (Gambar 9).
1. Segiempat
Sifat-sifat segiempat:
a. Mempunyai 4 buah sisi
b. Mempunyai 4 buah titik sudut.
c. Jumlah ketiga sudutnya adalah 3600
Sisi si sisi
- Sifat-sifat segiempat:
a. Mempunyai 4 buah sisi yaitu sisi AB, sisi BC, dan sisi CD, dan AD
b. Mempunyai 4 buah titik sudut Yaitu < A, < B, dan < C, < D
c. Jumlah keempat sudutnya adalah 3600 yaitu < A + < B + < C + < D =
3600
- Macam- macam segi empat menurut jenisnya:
a. Persegi e. Jajar genjang
b. Persegi panjang f. Layang-layang
c. Trapesium g. Segiempat sembarang.
d. Belah ketupat
Alat untuk mengukur besar sudut dengan satuan baku adalah busur derajat. Satuan
yang sering dipakai untuk menyatakan ukuran sudut adal derajat. Satu putaran penuh
besarnya 3600.
- Tempatkan busur diatas gambar sudut sehingga titik pusat busur terletak di
titik sudut A dan alas busur berimpit dengan sisi AB.
- Kita menggunakan skala bagian dalam untuk menentukan ukuran sudut.
- Kita lihat bahwa sudut A tersebut berukuran 600 C
Besar sudut A
= 600
A B
Gambar 13. Pengukuran sudut dengan skala dalam
Untuk mengukur sudut B pada segitiga ABC
- Tempatkan busur diatas gambar sudut sehingga titik pusat busur terletak di
titik sudut B dan alas busur berimpit dengan sisi AB.
- Kita menggunakan skala bagian luar untuk menentukan ukuran sudut.
- Kita lihat bahwa besar sudut B adalah 650
C
A B
Gambar 14 Pengukuran sudut dengan skala bagian luar
Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan Model
Pembelajaran Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang
harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
sebagai berikut.
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi
pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah
ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Sistem Penilaian
Dalam model pembelajaran discovery, penilaian dapat dilakukan
dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa
penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja
peserta didik.Jika bentuk penialainnya berupa penilaian pengetahuan,
maka dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes
tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap,
atau penilaian hasil kerja peserta didik, maka pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan contoh-contoh format penilaian sikap seperti yang ada pada
uraian penilaian proses dan hasil belajar pada materi berikutnya.
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan,
Penilaian
Untuk melakukan penilaian dari ranah kognitif penulis menggunakan
tes tertulis. Dari ranah afektif melalui pengamatan sikap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, dan dari psikomotor siswa dari keterampilan siswa
mengukur atau menggunakan busur derajat.
KESIMPULAN
Matematika dan budaya adalah dua hal yang saling berkaitan. Matematika
dalam budaya dikenal dengan istilah etnomatematika. Kita dapat menemukan
konsep matematika pada suatu budaya tertentu, salah satunya Masjid Agung
Demak. Pada kawasan masjid ini, dapat ditemukan konsep bangun datar segitiga
dan segiempat yang berkaitan dengan sudut. Pada beberapa bagian masjid yang
di antaranya adalah segitiga, persegi, persegi panjang, jajargenjang, trapesium.
Guru dapat memanfaatkan bentuk-bentuk segitga dan segiempat pada masjid
agung Demak ini sebagai sumber belajar matematika yang berkaitan dengan
pengukuran sudut pada bangun datar yang bersifat konkret. Objek etnomatematika
yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pembelajaran
inovatif.
http://move-or-stay.blogspot.com/2015/06/etnomatematika-dan-
landasan-teorinya.html
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19589
https://merahputih.com/post/read/empat-fakta-menarik-tentang-masjid-agung-
demak
https://betulcerita.blogspot.com/2015/01/sejarah-bangunan-masjid-agung-
demak.html
https://dw1rahmawati.wordpress.com/tag/makam-sunan-kalijaga/
http://demakkutowali.blogspot.com/2011/11/belimbing-ciri-khas-kota-
demak.html
https://infobatik.id/ciri-khas-batik-demak/
https://www.datasekolah.co.id/2018/03/silabus-matematika-kelas-4-sd-
semester.html
https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-discovery-
learning.html