Anda di halaman 1dari 26

ETNOMATEMATIKA

INTEGRASI ETNOMATEMATIKA KEARIFAN LOKAL BUDAYA


DAERAH KABUPATEN DEMAK DALAM PEMBELAJARAN
PENGUKURAN SUDUT BANGUN DATAR DENGAN BUSUR DERAJAT

Ditujukan kepada
Prof. Dr. Zaenuri, S.e, M. Si,akt
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Pengembangan Pembelajaran Matematika SD

Oleh
Rofiq Ahmad
0103518073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ridho,
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “INTEGRASI ETNOMATEMATIKA KEARIFAN LOKAL BUDAYA
DAERAH KABUPATEN DEMAK DALAM PEMBELAJARAN
PENGUKURAN SUDUT BANGUN DATAR DENGAN BUSUR DERAJAT”.

Makalah ini disusun sebagai bahan kajian pengembangan pembelajaran


Matematika di SD dalam ruang lingkup Etnomatematik, sehingga materi pembelajaran
yang akan disajikan dikaitkan dengan perkembangan dan budaya yang ada disuatu
daerah tertentu, sehingga kajian dari etnomatematik ini terimplementasikan kepada
penanaman pengetahuan sehari-hari yang melingkupi kehidupan bermasyarakat,
kebudayaan, filosofi, seni, dan lain-lain. Dari beberapa daerah yang ada di Indonesia,
penulis menarik sample daerah geografis di Jawa Tengah yakni adalah Kabupaten
Demak.

Oleh karena itu dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca secara umumnya dan bagi penulis pada khususnya dalam mengembangkan
pembalajaran di tingkat Sekolah Dasar, khususnya dalam pengembangan
pembelajaran Matematika, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penulisan sehingga makalah ini dapat selesai, dan
segala kritik dan saran yang membangun dapat dijadikan bahan koreksi dalam
penulisan selanjutnya.

Penulis

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 2


DAFTAR ISI

Halama Judul....................................................................................................... 1

Kata Pengantar .................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................. 3

Bab I : Pendahuluan .......................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................ 5

Bab II : Pembahasan .......................................................................................... 6

2.1 Eksplorasi Budaya daerah Demak ................................................. 6

2.2 Eksplorasi Etnomatematik Dalam Pembelajaran Pengukuran


Sudut Bangun Datar Dengan Busur Derajat Di Demak................. 9

2.3 Integrasi Etnomatematika Kearifan Lokal Budaya Di Kabupaten


Demak Dalam Pembelajaran Pengukuran Sudut Bangun Datar
Dengan Busur Derajat ................................................................... 11

Bab III : Kesimpulan........................................................................................... 17

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 26

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 3


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Matematika dan budaya adalah dua hal yang berkaitan erat dan tidak dapat
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tapi terkadang matematika dilihat sebagai
sesuatu yang terpisah atau tidak terkoneksi dengan kehidupan sehari - hari. Padahal
dalam mengajarkan matematika formal (matematika sekolah), guru sebaiknya
memulai dengan menggali pengetahuan matematika informal yang telah diperoleh
siswa dari kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Lingkungan dapat
menjadi sumber masalah matematika dalam kehidupan nyata. Lingkungan
tersebut salah satunya berupa budaya.

Astri Wahyuni, dkk (2013: 2) menyatakan bahwa salah satu yang dapat
menjembatani antara budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika.
Secara singkat, pengertian dari etnomatematika adalah matematika dalam budaya.
Etnomatematika terdiri atas dua kata, etno (etnis/budaya) dan matematika. Itu
berarti bahwa etnomatematika merupakan matematika dalam budaya.

Maksudnya, membuat jembatan antara budaya dan matematika adalah langkah


penting untuk mengenali berbagai cara berpikir yang dapat menyebabkan
berbagai bentuk matematika; Inilah bidang yang disebut etnomatematika. Hal ini
dapat diartikan bahwa berbagai konsep matematika dapat digali dan ditemukan
dalam budaya sehingga dapat memperjelas bahwa matematika dan budaya saling
berkaitan, matematika dapat lahir dari budaya, matematika dapat digali dalam
budaya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber belajar
matematika yang konkret dan ada di sekitar siswa.

Istilah etno menggambarkan semua hal yang membentuk identitas budaya


suatu kelompok, yaitu bahasa, kode, nilai-nilai, jargon, keyakinan, makanan
dan pakaian, kebiasaan, dan sifat-sifat fisik. Sedangkan matematika mencakup
pandangan yang luas mengenai aritmetika, meng-klasifikasikan, mengurutkan,
menyimpulkan, dan modeling. Etnomatematika berfungsi untuk
mengekspresikan hubungan antara budaya dan matematika. Dengan demikian,

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 4


etno-matematika adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana
matematika diadaptasi dari sebuah budaya.

Bishop (1994) menyatakan bahwa etnomatematika dapat dibagi menjadi enam


kegiatan mendasar yang selalu dapat ditemukan pada sejumlah kelompok
budaya. Keenam kegiatan matematika tersebut adalah aktivitas:
menghitung/membilang, penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain dan
menjelaskan.

Objek etnomatematika merupakan objek budaya yang mengandung konsep


matematika pada suatu masyarakat tertentu.. Objek etnomatematika tersebut
dapat berupa permainan tradisional, kerajinan tradisional, artefak, dan aktivitas
(tindakan) yang berwujud kebudayaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan
dikaji dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana eksplorasi budaya di Demak ?
b. Bagaimana eksplorasi Etnomatematik dalam pembelajaran pengukuran
sudut bangun datar dengan busur derajat di Demak?
c. Bagaimana integrasi etnomatematika kearifan lokal budaya di Kabupaten
demak dalam pembelajaran pengukuran sudut bangun datar dengan busur
derajat?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
a. Mengetahui ksplorasi budaya di Demak.
b. Mengetahui eksplorasi etnomatematika dalam pembelajaran
pengukuran sudut bangun datar dengan busur derajat.
c. Mengetahui integrasi etnomatematika dalam pembelajaran pengukuran
sudut bangun datar dengan busur derajat

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 5


BAB II
PEMBAHASAN

II. 1 EKSPLORASI BUDAYA DAERAH DEMAK


A. Masjid Agung Demak
Salah satu berupa bangunan bersejarah yang ada di Demak adalah
Masjid Agung Demak termasuk masjid tertua di Jawa. Masjid di kota wali ini
menjadi situs sejarah yang penting terkait penyiaran Islam di tanah Jawa.
Sejarah mencatat masjid agung yang berlokasi di pusat kota Demak ini menjadi
tempat berkumpulnya para wali. Dibangun pada masa kekuasaan Raden Fatah
pada abad ke-15, secara politik masjid ini juga menjadi penanda kekuatan
Kerajaan Demak.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa
makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Sultan
Fattah yang merupakan raja pertama kasultanan demak dan para abdinya. Di
kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi
berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.

Gambar 1. Masjid Agung Demak

Secara arsitektural, Masjid Agung Demak memiliki keunikan dan ciri


khas. Sedikitnya lima keunikan Masjid Agung Demak, yakni sebagai berikut.
1. Saka Tatal
Masjid Agung Demak memiliki empat saka (tiang) utama. Tiang-
tiang itu tingginya 16 meter. Legenda yang beredar di masyarakat dan
cerita-cerita rakyat, keempat tiang tersebut dibuat oleh empat wali, tak lain
Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 6


Salah satu dari tiang itu yang unik alias nyeleneh, tapi paling
mengagumkan adalah saka tatal, tiang yang terbuat dari tatal atau serpihan-
serpihan kayu sisa yang diikat. Saka tatal itu dipercaya buatan Sunan
Kalijaga. Meski tidak terbuat dari kayu utuh, saka tatal ini kekuatannya
sama dengan tiang-tiang lainnya.

2. Atap Berundak Tiga

Atap Masjid Agung Demak berbentuk limas yang berundak tiga.


Dalam cerita-cerita yang ada, atap ini juga disebut sirap. Atap berundak
ini disinyalir sebagai akulturasi budaya Hindu yang terserap masuk ke
kultur Islam. Hal itu juga menjadi pertanda bahwa penyebaran Islam pada
masa Walisongo sangat adaptif dan tidak konfrontatif terhadap budaya
lokal.
Salah satu dari tiga undakan itu dipercaya masyarakat terbuat
dari intip. Intip adalah kerak nasi yang terbentuk ketika menanak nasi
liwet. Menurut cerita yang diamini secara turun-temurun, pada masa
pembangunan atap masjid kekurangan bahan sirap. Konon Sang Sunan
Kalijaga melemparkan intip ke atas masjid, dan kun fa yakun jadilah atap.

3. Lawang Bledeg
Lawang bledeg atau pintu petir adalah pintu utama Masjid Agung
Demak. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo sekitar tahun 1446 M. Ki
Ageng Selo dikenal seorang sakti yang mampu menangkap petir.
Pintu bledeg itu terbuat dari kayu tebal dengan ukiran naga. Ukiran
itu punya warna yang menonjol dengan kombinasi warna merah. Dalam
khazanah kultur Jawa, gambar di pintu ini merupakan candra sengkala
(penanda waktu) kapan bangunan masjid itu dibuat. Adapun bunyi prasasti
itu sendiri berbunyi “Nogo Mulat Saliro Wani”.

4. Kolam Wudlu
Kolam Wudlu adalah tempat wudlu yang terletak di samping depan
masjid. Tempat wudlu ini berbentuk kolam, orang Jawa
menyebutnya kolah. Pada masa dulu tempat wudlu pada umumnya

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 7


didesain bukan pancuran, tetapi nyawuk (mengambil air dengan dua
telapak tangan). Karenanya tempat wudlu ini harus luas dan dalam agar
terjaga fungsinya sebagai air suci yang menyucikan. Kolam wudlu di
Madjid Agung Demak sendiri berukuran 10×25 meter. Di dalamnya
terdapat tiga batu dengan ukuran yang berbeda.

B. Makam Sunan Kalijaga


Alamat makam sunan kalijaga yang merupakan salah satu dari
walisongo ini terletak di Desa Kadilangu, Kab Demak, (Bintoro), Jawa
Tengah. Kalau dari kota Semarang arahnya ketimur, bila ditempuh dengan
kendaraan roda 4 kurang lebih satu hingga satu setengah jam
perjalanan, Alamat makam keramat kadilangu atau makam kanjeng Sunan
Kalijaga cukup mudah di temukan karena di sepanjang jalan ada rambu-rambu
atau petunjuk jalan yang memang mengarah ke Masjid Kadilangu (Makam
Sunan Kalijogo).
Kanjeng Sunan kalijaga adalah salah satu Wali Songo yang memiliki
kesaktian tinggi, beliau juga ikut ambil bagian dalam pembangunan Masjid
Agung Demak, yang terkenal dengan soko kayu. Selain dikenal sakti Kanjeng
Sunan Kalijaga juga terkenal “Mandi Pangucape” (Ucapannya
Manjur/ampuh), apapun yang keluar dari mulut Sunan Kalijaga bisa terwujud.
Tak heran jika makam beliau banyak didatangi oleh orang-orang penting untuk
ngalap berkah, Banyak yang percaya bahwa datang kemakam kadilangu, dan
berdoa disana, maka akan dimudahkan Rejekinya, di naikkan jabatannya,
dipermudah jodoh, cepat mendapatkan apa yang diingnkannya dan juga
menjadikan hati tenang dan menjauhkan dari segala persoalan hidup.
Apabila kita masuk lewat gerbang utama menuju kompleks Makam
Sunan Kalijaga yang terletak di sisi selatan masjid atau dekat kolam Segaran
peninggalan Sunan Kalijaga, maka kita akan memasuki lorong beratap rapi
sepanjang sekira 160 meter yang di kanan kirinya dipenuhi kios pedagang.
Mereka menjual aneka oleh-oleh dan buat tangan seperti kaos bertuliskan
Sunan Kalijaga, aneka tasbih, peci, baju koko, serta berbagai kuliner khas
Demak seperti rangin, jus belimbing, dan sebagainya.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 8


Gambar 2 Gerbang utama menuju kompleks Makam Sunan Kalijaga

Gambar 3. Lorong menuju kompleks makam yang di kanan kirinya


dipenuhi kios pedagang

Gambar 4. Makam Sunan Kalijaga

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 9


Begitu memasuki kompleks makam, kita akan mendapati berbagai
pusara tokoh-tokoh yang terkenal dalam legenda seputar walisongo seperti
makam Pangeran Haryo Penangsang, Empu Supo, dan lain sebagainya.
Adapun makam Sunan Kalijaga, sebagaimana makam walisongo pada
umumnya berada dalam bangunan tungkup berdinding tembok dengan hiasan
dinding terbuat dari kayu berukir.

C. Belimbing
Di Demak selain menyimpan sejuta kisah sejarah perhelatan masuknya islam di
Jawa Tengah dengan Masjid Demak, Makam raja-raja, dan makam wali atau
dikenal sebagai kotawali, ternyata menyimpan kuliner berupa buah belimbing
yang rasanya sangat manis dan besarnya ekstra jumbo. Inilah yang menjadi
alasan kalau buah belimbing sangat dekat bahkan sudah menjasi ciri khas kota
Demak.

Gambar 5. Ciri khas kota Demak; belimbing.

D. Batik
Secara umum Motif Batik Demak yang dibuat memiliki ciri khas dengan
perpaduan antara Motif Pertanian dan Pesisiran, juga mengambil
corak Motif Kerajaan Majapahit dan Motif nilai – nilai ajaran Islam, serta
berbagai motif yang berhubungan dengan Sunan Kalijaga.

Gambar 5 Batik motif phenix Gambar 6. Batik motif bledeg

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 10


Motif atau corak yang digambarkan pada Batik Demak terinspirasi dari
sejarah Kerajaan Demak dan menonjolkan motif pesisiran. Misalnya, ornamen
yang terdapat di Masjid Agung Demak, diantaranya gambar bledeg (petir),
burung phoenix, dan bulus selain itu ada juga motif buah, seperti belimbin,
jambu, dan semangka tegalan. Dengan perpaduan motif pesisiran dan
pertanian, ciri khas batik tulis Demak semakin berbeda dengan batik dari
daerah lain. Motif batik ini tidak hanya bicara soal sejarah dan kekayaan alam,
tetapi juga memadukan motif klasik dengan motif batik kontemporer.

II. 2 EKSPLORASI ETNOMATEMATIK DALAM PEMBELAJARAN


PENGUKURAN SUDUT BANGUN DATAR DENGAN BUSUR
DERAJAT DI DEMAK.

Berdasarkan hasil Eksplorasi Budaya dearah Demak, seperti pada


Masjid Agung Demak memiliki beberapa bentuk bangun datar seperti segitiga dan
segiempat. Dalam pembahasan ini disajikan bentuk konsep bangun datar pada
segitiga dan segiempat seperti pada masjid Agung Demak, yang berkaitan dengan
sudut.

Gambar 7. Pemodelan geometri pada atap masjid agung

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 11


Atap pada masjid Agung berundak tiga, atap paling atas dari masjid agung
demak pada Gambar 7 dapat dimodelkan secara geometri seperti pada bagian
samping Gambar 7. Dari Gambar tersebut, dapat diketahui bahwa pemodelan
tersebut berbentuk bangun datar yang memiliki tiga sisi. Berdasarkan hal tersebut,
penyusun selanjutnya menganalisis konsep bangun datar segitiga pada atap masjid
agung demak tersebut (Gambar 8).

Gambar 8 Konsep segitiga pada atap masjid

Berdasarkan analisis pada Gambar, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat


konsep bangun datar segitiga pada atap masjid agung demak ini. Adapun sifat-sifat
segitiga yang dapat ditemukan pada pemodelan atap masjid sesuai pada Gambar
8 yaitu sebagai berikut:

- Sifat-sifat segitiga:
a. Mempunyai 3 buah sisi yaitu sisi a, sisi b, dan sisi c
b. Mempunyai 3 buah titik sudut Yaitu < A, < B, dan < C
c. Jumlah ketiga sudutnya adalah 1800 yaitu < A + < B + < C = 1800

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 12


Berdasarkan besar sudutnya segitiga dibedakan menjadi 3 yaitu;

a. Segitiga siku-siku: segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku.


b. Segitiga lancip: segitiga yang ketiga sudutnya kurang dari 900
c. Segitiga tumpul: segitiga yang salah satu sudutnya tumpul

Selain berbentuk segitiga, atap dari masjid agung demak pada undakan kedua
juga dapat dimodelkan secara geometri berbentuk segi empat yaitu bangun
trapesium. sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa terdapat konsep segi empat pada
atap masjid agung demak (Gambar 9).

1. Segiempat
Sifat-sifat segiempat:
a. Mempunyai 4 buah sisi
b. Mempunyai 4 buah titik sudut.
c. Jumlah ketiga sudutnya adalah 3600

Gambar 9. Pemodelan geometri pada masjid agung Demak

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 13


Atap masjid agung demak pada undakan yang kedua pada Gambar 9 dapat
dimodelkan secara geometri seperti pada bagian samping Gambar 9. Dari Gambar
tersebut, dapat diketahui bahwa pemodelan tersebut berbentuk bangun datar yang
memiliki empat sisi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti selanjutnya menganalisis
konsep bangun datar segiempat pada atap masjid agung demak pada undakan 2
tersebut (Gambar 10).

Sudut D sisi C Sudut

Sisi si sisi

sudut A Sisi B Sudut

Gambar 10 konsep segi empat pada atap masjid undakan 2

Berdasarkan analisis pada Gambar 10, maka dapat disimpulkan bahwa


terdapat konsep bangun segiempat pada atap masjid agung Demak pada undakan 2
tersebut. Adapun sifat-sifat segiempat yang dapat ditemukan pada pemodelan atap
masjid agung Demak pada undakan 2 sesuai pada Gambar 5 yaitu sebagai berikut:

- Sifat-sifat segiempat:
a. Mempunyai 4 buah sisi yaitu sisi AB, sisi BC, dan sisi CD, dan AD
b. Mempunyai 4 buah titik sudut Yaitu < A, < B, dan < C, < D
c. Jumlah keempat sudutnya adalah 3600 yaitu < A + < B + < C + < D =
3600
- Macam- macam segi empat menurut jenisnya:
a. Persegi e. Jajar genjang
b. Persegi panjang f. Layang-layang
c. Trapesium g. Segiempat sembarang.
d. Belah ketupat

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 14


Pengukuran Sudut
Pada saat ini untuk mengukur besar sudut para ilmuwan menggunakan
clinometer dan abnev level. Clinometer digunakan untukmengukur sudut
kemiringan terhadap bidang datar, sedangkan abney level digunakan untuk
mengukur sudut vertikal.

Gambar 11. Clinometer dan Abnev Level

Alat untuk mengukur besar sudut dengan satuan baku adalah busur derajat. Satuan
yang sering dipakai untuk menyatakan ukuran sudut adal derajat. Satu putaran penuh
besarnya 3600.

Gambar 12. Busur Derajat

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 15


Untuk mengukur sudut A pada segitiga ABC

- Tempatkan busur diatas gambar sudut sehingga titik pusat busur terletak di
titik sudut A dan alas busur berimpit dengan sisi AB.
- Kita menggunakan skala bagian dalam untuk menentukan ukuran sudut.
- Kita lihat bahwa sudut A tersebut berukuran 600 C

Besar sudut A
= 600

A B
Gambar 13. Pengukuran sudut dengan skala dalam
Untuk mengukur sudut B pada segitiga ABC

- Tempatkan busur diatas gambar sudut sehingga titik pusat busur terletak di
titik sudut B dan alas busur berimpit dengan sisi AB.
- Kita menggunakan skala bagian luar untuk menentukan ukuran sudut.
- Kita lihat bahwa besar sudut B adalah 650
C

Besar Sudut B = 650

A B
Gambar 14 Pengukuran sudut dengan skala bagian luar

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 16


II. 3 Integrasi Etnomatematika Kearifan Lokal Budaya Di Kabupaten Demak Dalam
Pembelajaran Pengukuran Sudut Bangun Datar Dengan Busur Derajat

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka


sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai
model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak
ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.
Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry)
dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah
ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep
atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan
kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di
dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan
menyelesaikan masalah. Pada Discovery Learning materi yang akan
disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan
mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk
akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang
pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspository peserta didik
hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discovery peserta didik menemukan informasisendiri.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 17


 Konsep
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari
tiap peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu
peserta didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery
Learning Environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat
melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini
bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik
dan lebih kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk
akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun
informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpulan.
Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada
akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner
adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli
matematika. Melalui kegiatan tersebut peserta didikakan menguasainya,
menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 18


1. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Di bawah ini langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery
learning di kelas.
 Perencanaan
Perencanaan pada model ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan
awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik
secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta
didik.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik
sampai ke simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

 Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan Model
Pembelajaran Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang
harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
sebagai berikut.
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi
pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 19


teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan
mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)


Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah)

3. Data Collection (Pengumpulan Data)


Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi,
guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.Data dapat diperoleh
melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

4. Data Processing (Pengolahan Data)


Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.

5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah
ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 20


6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan
hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-
prinsip yang mendasari generalisasi.

 Sistem Penilaian
Dalam model pembelajaran discovery, penilaian dapat dilakukan
dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa
penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja
peserta didik.Jika bentuk penialainnya berupa penilaian pengetahuan,
maka dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes
tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap,
atau penilaian hasil kerja peserta didik, maka pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan contoh-contoh format penilaian sikap seperti yang ada pada
uraian penilaian proses dan hasil belajar pada materi berikutnya.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 21


Berdasarkan hal diatas, maka penyusun mencoba mengimplikasikan
etnomatematika kearifan lokal budaya di Kabupaten Demak dalam pembelajaran
pengukuran sudut bangun datar dengan busur derajat.
Adapun materi pengukuran sudut bangun datar dengan busur derajat ini
berada di kelas IV semester 2 dengan Kompetensi Dasar dan Indikator sebagai
berikut:
Kompetensi Dasar Indikator

3.12 Menjelaskan dan 3.12.4. Menentukan ukuran sudut pada


menentukan ukuran sudut bangun datar segi tiga dalam sutuan
pada bangun datar dalam baku dengan menggunakan busur
sutuan baku dengan derajat.
menggunakan busur
3.12.5. Menentukan ukuran sudut pada
derajat.
bangun datar segi empat dalam sutuan
baku dengan menggunakan busur
derajat.

4.12 Mengukur sudut pada 4.12.4. Memprediksi sudut pada bangun


bangun datar dalam satuan datar segi tiga dalam satuan baku
baku dengan menggunakan dengan menggunakan busur derajat.
busur derajat.
4.12.5. Memprediksi sudut pada bangun
datar segi empat dalam satuan baku
dengan menggunakan busur derajat.

Berdasarkan Kompetensi dasar dan Indikator diatas, penulis


mengaitkan materi pengukuran sudut bangun datar dengan busur derajat dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)


Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 22


Pada tahap ini yang dilakukan penulis adalah:
a. Menayangkan gambar masjid agung demak, kemudian guru memberikan
pertanyaan bangun apa yang terlihat dalam gambar tersebut?
b. Guru bertanya ada berapa titik sudut yang terlihat pada bangun tersebut?
c. Kemudian Guru bertanya lagi berapa jumlah semua sudut pada bangun
tersebut?

2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)


a. Siswa mengidentifikasi bangun segitiga dan segiempat.
b. Guru memberikan hipotesis berdasarkam identifikasi peserta didik tentang
sifat-sifat segitiga dan segiempat yang berkaitan dengan jumlah sudutnya,
yaitu pada segitiga jumlah sudutnya 1800 dan pada segiempat jumlah
sudutnya 3600.

3. Data Collection (Pengumpulan Data)


Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru
memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis. Pada tahap ini yang dilakukan siswa adalah mengumpulkan
alat-alat yang diperlukan untuk membuktikan hipotesis tersebut, misalnya
penggaris, pensil, busur derajat dan sebagainya. Data dapat diperoleh melalui
pengamatan bangun-bangun apa yang ada pada gambar masjid tersebut.

4. Data Processing (Pengolahan Data)


Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Selanjutnya siswa melakukan proses pengolahan data. Dalam proses
pengolahan data yang dilakukan siswa adalah melakukakan pengukuran setiap
sudut pada bangun datar segitiga dan segiempat menggunakan busur derajat
berdasarkan data yang diperoleh dari gambar masjid tersebut.

5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan,

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 23


dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan
tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
Pada tahap ini yang dilakukan siswa adalah menjumlahkan semua sudut
pada setiap bangun. Kemudian siswa membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)


Pada tahap ini siswa menarik kesimpulan bahwa jumlah sudut pada
segitga adalah 1800 dan jumlah sudut pada segiempat adalah 3600. Ini terbukti
dengan hipotesis yang dirumuskan sebelumnya.

 Penilaian
Untuk melakukan penilaian dari ranah kognitif penulis menggunakan
tes tertulis. Dari ranah afektif melalui pengamatan sikap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, dan dari psikomotor siswa dari keterampilan siswa
mengukur atau menggunakan busur derajat.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 24


BAB III

KESIMPULAN

Matematika dan budaya adalah dua hal yang saling berkaitan. Matematika
dalam budaya dikenal dengan istilah etnomatematika. Kita dapat menemukan
konsep matematika pada suatu budaya tertentu, salah satunya Masjid Agung
Demak. Pada kawasan masjid ini, dapat ditemukan konsep bangun datar segitiga
dan segiempat yang berkaitan dengan sudut. Pada beberapa bagian masjid yang
di antaranya adalah segitiga, persegi, persegi panjang, jajargenjang, trapesium.
Guru dapat memanfaatkan bentuk-bentuk segitga dan segiempat pada masjid
agung Demak ini sebagai sumber belajar matematika yang berkaitan dengan
pengukuran sudut pada bangun datar yang bersifat konkret. Objek etnomatematika
yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pembelajaran
inovatif.

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 25


DAFTAR PUSTAKA

http://move-or-stay.blogspot.com/2015/06/etnomatematika-dan-
landasan-teorinya.html

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19589

https://merahputih.com/post/read/empat-fakta-menarik-tentang-masjid-agung-
demak

https://betulcerita.blogspot.com/2015/01/sejarah-bangunan-masjid-agung-
demak.html

https://dw1rahmawati.wordpress.com/tag/makam-sunan-kalijaga/

http://demakkutowali.blogspot.com/2011/11/belimbing-ciri-khas-kota-
demak.html

https://infobatik.id/ciri-khas-batik-demak/

https://www.datasekolah.co.id/2018/03/silabus-matematika-kelas-4-sd-
semester.html

https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-discovery-
learning.html

ETNOMATEMATIKA ROFIQ AHMAD 26

Anda mungkin juga menyukai