Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322625995

ETNOMATEMATIKA MELAYU: PERTAUTAN ANTARA MATEMATIKA DAN


BUDAYA PADA MASYARAKAT MELAYU RIAU

Article · December 2017


DOI: 10.24014/sb.v14i2.4429

CITATION READS

1 4,307

1 author:

Hasanuddin Djidi
State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau
15 PUBLICATIONS   19 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

A Comparison of Radial Basis Probabilistic Neural Network and Radial Basis Function Neural Network Performance based on Sensitivity Analysis View project

All content following this page was uploaded by Hasanuddin Djidi on 20 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Abstrak
Tradisi Pacu Jalur merupaka
ETNOMATEMATIKA MELAYU: PERTAUTAN ANTARA MATEMATIKA
DAN BUDAYA PADA MASYARAKAT MELAYU RIAU

Hasanuddin

Program studi pendidikan matematika, Universias Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. H. R. Soebrantas km 15,5 Tampan, Pekanbaru, Indonesia
e-mail: hasanuddin@uin-suska.ac.id

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi unsur-unsur etnomatematika pada masyarakat melayu Riau. Hal ini
penting, mengingat Propinsi Riau sedang mempersiapkan diri menjadi sebagai pusat kebudayaan Melayu. Oleh
karena itu upaya penggalian, pengembangan dan pengenalan etnomatematika melayu Riau sangat diperlukan.
Eksplorasi etnomatematika pada masyarakat melayu Riau menggunakan metode peneltian kulitatif-etnografis.
Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya aktivitas etnomatematika dalam masyarakat melayu Riau. Pada
artikel ini, disajikan berbagai aktivitas etnomatematika pada seni sastra, seni busana melayu, seni ukir dan
aplikasi etnomatematika pada permainan masyarakat melayu Riau.

Kata kunci: Etnomatematika, melayu, riau, busana, seni sastra, seni ukir dan permainan rakyat

PENDAHULUAN perbedaan antara matematika dan ilmu lainnya


(Prediger, 2003). Nilai yang terkandung dalam
Matematika adalah formal sains. Matematika perilaku budaya manusia menunjukkan daya rasa
modern sangat patuh terhadap kaidah-kaidah estetis dan daya kreasi manusia (Nuh & Dardiri,
yang sangat ketat dan menekan aturan yang 2016). Pengaitan matematika dengan budaya
sudah baku. Pada tahap perkembangannya, harus digali berdasarkan kearifan lokal yang
matematika modern menjadi cenderung dimiliki oleh komunitas pemegang budaya.
eksklusif. Perkembangannya didasarkan pada Upaya ini dikenal dengan istilah
pendekatan yang berlandaskan mantikisme dan Etnomatematika (Ubiratan D’Ambrosio, 1985).
formalisme, terutama untuk matematika murni. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa:
Oleh karena itu, matematika perlu mendapatkan “... Making a bridge between anthropologists and
sentuhan lain yang memunculkan keindahannya. historians of culture and mathematicians is an
Keindahan matematika dapat ditemukan important step towards recognizing that different
pada susunan, pola dan estika alam, bahkan modes of thoughts may lead to different forms of
budaya. Hardy (1940) menyatakan bahwa mathematics; this is the field which we may call
keindahan dalam matematika adalah yang utama, ethnomathematics.”(1985, p. 44)
tidak ada tempat bagi matematika yang buruk. Etnomatematika didasarkan pada kesadaran
Matematika yang indah dapat ditemukan melalui baru tentang pengenalan potensi diri masyarakat
artefak budaya. Misalnya pola-pola geometris di bidang matematika. Selain itu, kurikulum
yang ditemukan seni arsitektur (Abas, 2001), matematika terlalu euro-sentris, dengan kata lain,
songket (Embong, Maizan, Aziz, & Abd, 2010), konsep-konsep matematika yang ada terlalu
dan anyaman (Gerdes, 2011). Pengaitan berkiblat ke eropa. Dampaknya budaya lokal
keindahan pola-pola geometris semacam ini terkait matematika semakin terpinggirkan.
dengan matematika bermuara pada pengaitan Padahal setiap budaya lokal memiliki sejumlah
antara matematika dan budaya. kearifan yang terkait dengan matematika.
Matematika sebagai bagian dari budaya Menurut D’Ambrosio:
sudah diketahui oleh para antropolog, temuanya “Ethnomathematics is the mathematics practiced by
terbatas pada aritmatika pada budaya-budaya cultural groups, such as urban and rural
primitif (Wilder, 1950) Untuk memahami communities, groups of workers, professional classes,
matematika sebagai bagian dari budaya, maka children in a given age group, indigenous societies, and
perlu dilihat pengaruh manusia terhadap so many other groups that are identified by the
matematika. Secara epistemik tidak ada

Sosial Budaya (e-ISSN 2407-1684 | p-ISSN 1979-2603)


Vol. 14, No. 2, Desember 2017
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 2, Desember 2017, pp. 136 - 149

objectives and traditions common to these D'Ambrosio, seorang matematikawan Brasil


groups.”(Ubiratan D’Ambrosio, 2016, p. 1) pada tahun 1977. Definisi etnomatematika
Jadi, etnomatematika adalah matematika menurut D'Ambrosio adalah:
yang dipraktekkan dalam kelompok-kelompok The prefix ethno is today accepted as a very broad
budaya, baik dari suku asli maupun kelas term that refers to the socialcultural context and
profesional. Dengan kata lain, setiap aktifitas therefore includes language, jargon, and codes of
budaya yang terkait dengan matematika dapat behavior, myths, and symbols. The derivation of
dipandang sebagai bagian dari etnomatematika. mathema is difficult, but tends to mean to explain, to
Etnomatematika dapat ditemukan di know, to understand, and to do activities such as
berbagai belahan bumi, baik dari afrika, china ciphering, measuring, classifying, inferring, and
maupun amerika. Sedangkan untuk wilayah asia modeling. The suffix tics is derived from techné, and
pasifik dapat dilihat melalui kajian has the same root as technique (Rosa & Orey
etnomatematika di papua nugini (Owens, 2012), 2011)
suku kabihug di Filipina (Rubio, 2016), Di Indonesia, kajian tentang Etnoma-
masyararakat tolaki di Sulawesi Tenggara, tematika masih relative baru. Berapa publikasi
Indonesia (Sirate, 2011), masyarakat Sidoarjo yang berkaitan dengan etnomatematika yaitu
(Rachmawati, 2012) dan aspek membilang pada penelitian tentang etnomatematika masrakat
masyarakat riau (Nuh & Dardiri, 2016). sidoarjo (Inda Rachmawati:2012) dan studi
Etnomatematika dalam budaya melayu kualitatif masyarakat Tolaki (Siti Sirate:2011).
menurut Shaharir M. Zain (2002) menyatakan: Adapun kajian tentang etnomatematika maelayu
“Etnomatematika melayu sebagai matematika secara umum telah diperkenalkan oleh (Shahari
tinggalan tamadun melayu yang diajar, diucap, M Zain: 2002). Oleh karena itu, Eksplorasi
diujar, ditulis, dipakai dan dibaca dalam bahasa etnomatematika pada masyarakat melayu riau
melayu dan mengikut nilai melayu.” (2002, p. 97) menjadi sangat penting.
Melayu dalam pengertian yang disampaikan
oleh Shaharer M. Zain adalah rumpun melayu Kajian Literatur
yang ada di nusantara. Melayu Riau sebagai suatu 1. Budaya
komunitas masyarakat, tentu juga memiliki Menurut KBBI daring, budaya adalah hasil
system pengetahuan yang belum tereksplorasi pikir atau hasil akal budi (Badan
secara maksimal, terutama di bidang Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016),
etnomatematika. tetapi secara definisi, budaya merupakan istilah
Sebagai salah satu provinsi yang berdekatan yang sangat sulit untuk didefinisikan (Spencer-
dengan Selat Melaka. Riau terus berbenah dan oatey, 2012). Menurut Avruch (1998) salah satu
berupaya menjadi pusat kebudayaan melayu. opionir dalam kajian budaya yaitu Edward
Oleh karena itu, perlu dilakukan penggalian, Tylor menulis tentang Primitive culture pada
pengembangan dan pengenalan seluruh potensi tahun 1870.
melayu Riau. Upaya ini melibatkan berbagai It is worth quoting Tylor’s definition in its
komponen masyarakat, akademisi dan entirety; first because it became the foundational
budayawan. Upaya penggalian budaya melayu one for anthropology; and second because it partly
melalui penelusuran sumber tertulis maupun tak explains why Kroeber and Kluckhohn found
tertulis khususnya terkait dengan etno- definitional fecundity by the early 1950s. Tylor’s
matematika. Selanjutnya, pengembangan etno- definition of culture is “that complex whole which
matematika melayu dilakukan agar konsep-kosep includes knowledge, belief, art, morals, law,
yang terkandung dapat dieksplorasi lebih jauh. custom, and any other capabilities and habits
Setelah etnomatematika digali dan acquired by man as a member of society”.(1998,
dikembangkan, maka perlu diperkenalkan p. 6)
kembali ke masyarakat. Upaya-upaya tersebut Berdasarkan ilmu antropologi, budaya
menggiring pada perlunya eksplorasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
etnomatematika melayu Riau. sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
Penelitian tentang Etnomatematika pertama manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
kali diperkenalkan pada tahun 1977 oleh yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. (Koentjaraningrat, 1985). Jadi, dapat

137
Hasanuddin: Etnomatematika Melayu ....

dikatakan bahwa hampir setiap aktivitas menghasilkan bilangan sexagesimal (bilangan


manusia merupakan budaya. oleh sebab itu, basis 60).
hampir setiap tindakan manusia dalam Matematika dipandang sebagai hasil akal
bermasyarakat tetap memerlukan proses budi manusia, selain itu ia juga dianggap
pembelajaran. Berbeda pula di bidang sejarah, sebagai hasil abstraksi pikiran manusia.
budaya diartikan sebagai tradisi atau warisan Pemahaman tentang nilai-nilai dalam
suatu masyarakat. pembelajaran matematika belum menyentuh
Kebudayaan terbagi ke dalam tujuh ke seluruh aspek. Selain itu, matematika
unsur dan dapat ditemukan pada setiap hanya dipandang sebagai alat pemecahan
bangsa(Nuh & Dardiri, 2016), meliputi: masalah praktis saja. Sehingga, matematika
a. Bahasa, dengan wujud ilmu hanya diajarkan seadanya saja, atau sebatas
komunikasi dan kesusteraan mencakup mengisi rutinitas pengajaran matematika saja.
bahasa daerah, pantun, syair, novel-
novel, dan lain sebagainya. 3. Riwayat dan Peta Masyarakat Melayu Riau
b. Sistem pengetahuan, meliputi science Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia
(ilmu-ilmu eksak) dan humanities yang terletak di bagian barat Indonesia dan
(sastra, filsafat, sejarah, dsb). bagian tengah pulau Sumatera. Secara
c. Organisasi sosial, seperti upacara- geografis terletak di posisi 02°25' LU-01°15°
upacara (kelahiran, pernikahan, LS dan 100°03'-104°00' BT.
kematian). Luas wilayah provinsi Riau adalah
d. Sistem peralatan hidup dan 87.023,66 km², yang membentang dari lereng
teknologi, meliputi pakaian, makanan, Bukit Barisan hingga Selat Malaka. Riau
alat-alat upacara, dan kemajuan memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata
teknologi lainnya. curah hujan berkisar antara 2000-3000
e. Sistem mata pencaharian hidup. milimeter per tahun, serta rata-rata hujan per
f. Sistem religi, baik sistem keyakinan, tahun sekitar 160 hari.wilayah Riau terdiri
dan gagasan tentang Tuhan, dewa- dari 10 kabupaten dan 2 kota, 141 kecamatan
dewa, roh, neraka, surga, maupun dan 1517 desa /kelurahan. Jumlah penduduk
berupa upacara adat maupun benda- provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat
benda suci dan benda-benda religius Statistik Provinsi Riau tahun 2010 sebesar
(candi dan patung nenek moyang) dan 5.543.031 jiwa. Kabupaten/Kota yang
lainnya. memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah
g. Kesenian, dapat berupa seni rupa Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk
(lukisan), seni pertunjukan (tari, musik,) 903.902 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota
seni teater (wayang), seni arsitektur dengan jumlah penduduk terkecil adalah
(rumah, bangunan, perahu, candi, dsb), Kabupaten Kepulauan Meranti yakni sebesar
berupa benda-benda indah, atau 176.371 jiwa.
kerajinan (2016, p. 225). Provinsi ini didiami oleh beragam suku
bangsa, baik penduduk asli maupun
2. Matematika sebagai Produk Budaya pendatang. Salah satu penduduk asli Riau
Matematika tumbuh dan berkembang di adalah melayu. Melayu tersebar disetiap
setiap belahan bumi. Pertumbuhan dan kabupaten dan kota.
perkembangan ini dilatarbelakangi adanya
tantangan hidup dengan latar belakang 4. Pengertian Etnomatematika
budaya yang berbeda. Setiap budaya dan atau Istilah ethnomathematics atau dalam bahasa
subbudaya mengembangkan matematika indonesia disebut sebagai etnomatematika
dengan cara mereka sendiri. Hal ini diperkenalkan oleh D'Ambrosio. Ia adalah
mengakibatkan timbulnya perbedaan disetiap seorang matematikawan Brasil yang sangat
wilayah. Matematika yang dikembangkan konsen terhadap perkembangan
pada masa kerajaan Romawi salah satunya etnomatematika.
adalah Angka Romawi, sedangkan Babilonia

138
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 2, Desember 2017, pp. 136 - 149

Etnomatamatika dapat dipandang sebagai Istilah etnomatematika ini terus


respon terhadap matematika barat yang berkembang dinamis dan sangat cepat
terlalu eurosentris. Padahal menurut (Ubiratàn D’Ambrosio, 2016, p. 7).
D'Ambrosio (1985) ada cara-cara berbeda Sepanjang fakta-fakta baru, fenomena, situasi,
dalam menginplementasikan matematika. dan permasalahan memerlukan etnomatema-
Cara-cara tersebut harus mempertimbangan tika, maka etnomatematika akan selalu ada.
pengetahuan matematika yang dikembangkan Saat ini, etnomatematika dipandang sebagai
oleh berbagai kelompok masyarakat. Selain bagian dari sejarah matematika dan
itu, harus juga dipertimbangkan tujuan pendidikan matematika yang memiliki
budaya dalam mempraktekkan matematika. hubungan erat dengan antropologi dan
baikcara mengelompokkan, berhitung, kognitif sains kognitif (Ubiratan D’Ambrosio,
mengukur, merancang bangunan atau alat, 2016).
maupun cara bermain dan lain sebagainya. Definisi etnomatematika menurut
Pada awalnya etnomatematika dibentuk D'Ambrosio adalah:
dari tiga kata yaitu ethno, mathema dan tics. Ethnomathematics is the mathematics practiced by
Istilah “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang cultural groups, such as urban and rural communities,
sangat luas, mengacu pada konteks sosial groups of workers, professional classes, children in a
budaya, termasuk bahasa, jargon, kode given age group, indigenous societies, and so many
perilaku, mitos, dan symbol. Sedangkan other groups that are identified by the objectives and
traditions common to these groups. (Ubiratan
“mathema” dapat diartikan dengan
menjelaskan, mengetahui, memahami, dan D’Ambrosio, 2016, p. 1)
melakukan kegiatan seperti pengkodean, Jadi, etnomatematika dapat diartikan
mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, sebagai matematika yag dipraktikkan oleh
dan pemodelan. Terakhir, “tics“ berasal dari suatu kelompok budaya, seperti masyarakat
techne, dan bermakna sama seperti teknik. perkotaan dan pedesaan, kelompok buruh,
Pada dasarnya istilah etnomatematika telah anak-anak dari kelompok usia tertentu,
diperkenalkan oleh D’Ambrosio sejak lama. masyarakat adat, dan lainnya.
Ia telah menggunakan kata etnomatematika Sebagai hasil dari perkembangan budaya
sebagai mode, gaya, dan teknik (tics) yang berbeda, matematika memungkinkan
menjelaskan, memahami, dan menghadapi memiliki bentuk yang berbeda dan sesuai
lingkungan alam dan budaya (mathema) dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
dalam sistem budaya yang berbeda (ethnos). penggunanya. Secara umum, etnomatematika
Ia menyatakan: merupakan konsep matematika yang
"I have been using the word ethnomathematics digunakan secara luas. Baik dalam aktivitas,
as modes, styles, and techniques (tics) of rancang bangunan atau alat, bermain,
explanation, of understanding, and of coping with menentukan lokasi, dan lain sebagainya.
the natural and cultural environment ( mathema )
METODOLOGI
in distinct cultural systems (ethno)"
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk
(D'Ambrosio, 1999, 146).
mengeksplorasi unsur-unsur etnomatematika
Selanjutnya, D’Ambrosio (1985) menya-
pada masyarakat melayu Riau.
takan bahwa etnomatematika merupakan Penelitian ini terdiri dari lima tahap, yaitu:
matematika yang dipraktekkan di antara 1. Mengidentifikasi berbagai unsur
kelompok budaya yang dapat diidentifikasi etnomatematika
kelompok-kelompok budaya. baik dari Unsur unsur etnomatematika yang ada pada
perkumpulan paguyuban budaya, maupun masyarakat melayu Riau.
kelas profesional. Ia menyatakan bahwa: 2. Menetapkan Informan
"The mathematics which is practiced among Informan yang baik merupakan informan
identifiable cultural groups such as national-tribe yang terlibat langsung serta mengetahui
societies, labour groups, children of certain age secara baik tentang hal yang akan dikaji.
brackets and professional classes" (1985, p. 45) Informan yang dipilih dalam penelitian ini

139
Hasanuddin: Etnomatematika Melayu ....

adalah orang-orang yang terlibat langsung temuannya yang diteliti dan mendapatkan
dalam aktivitas etnomatematika. makna pengalaman informan.
1. Menggali informasi melalui Wawancara
Ada beberapa etika yang harus dipatuhi HASIL DAN PEMBAHASAN
pewawancara, antara lain mempertimbangkan Aplikasi Etnomatematika dalam Masyarakat
kepentingan informan terlebih dahulu, Melayu Riau
menyampaikan tujuan penelitian, melindungi
privasi informan, dan jangan mengeksploitasi Aplikasi Etnomatematika pada Seni Sastra
informan. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa
2. Membuat Catatan Etnografis Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang
Sebuah catatan etnografis meliputi mengandung instruksi" atau "pedoman", dari
catatan lapangan, alat perekam gambar, kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau
artefak dan benda lain yang "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
mendokumentasikan suasana budaya yang digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan"
dipelajari. atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
3. Mengajukan Pertanyaan Deskriptif keindahan tertentu (wikipedia).
Pertanyaan deskriptif merupakan Salah satu budaya melayu dalam dunia sastra
pertanyaan yang membutuhkan jawaban yaitu berupa puisi lama. Puisi lama adalah puisi
penjelas. yang terikat oleh aturan-aturan , antara lain:
4. Melakukan Analisis Wawancara  Jumlah kata dalam 1 baris
Etnografis  Jumlah baris dalam 1 bait
Analisis wawancara etnografis yaitu  Persajakan (rima)
menggaris bawahi semua istilah asli informan
 Banyak suku kata tiap baris
yang telah diperoleh untuk mempertinggi
peranannya dalam mengetahui tentang obyek  Irama
budaya yang diteliti. Analisis ini dikaitkan
dengan simbol dan makna yang disampaikan Pantun.
informan. Pola matematika yang diterapkan pada jenis
5. Membuat Analisis Domain pantun yaitu bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris,
Peneliti membuat istilah pencakup dari tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal
apa yang dinyatakan informan. Istilah sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.
tersebut seharusnya memiliki hubungan Contoh:
semantis yang jelas. Kalau keladi sudah ditanam.
6. Mengajukan Pertanyaan Struktural Janganlah lagi meminta talas.
Pertanyaan struktural merupakan Kalau budi sudah ditanam.
pertanyaan yang disesuaikan dengan Janganlah lagi meminta balas
informan. Pertanyaan struktural bertujuan
mengetahui bagaimana informan Gurindam
mengorganisir pengetahuan mereka. Gurindam merupakan puisi yang berbentuk
7. Melakukan Analisis Taksonomi bait 2 baris, bersajak a - a berisi nasihat. Sebagai
Analisis taksonomi memusatkan puisi lama, gurindam merupakan pola pikir
perhatian pada domain tertentu yang sangat sebab-akibat yang dinyatakan dalam dua
berguna untuk menggambarkan fenomena proposisi yang dihubungkan sebagai kalimat
atau masalah yang menjadi sasaran penelitian. majemuk. Proposisi pertama biasanya
Analisis taksonomik dilakukan untuk merupakan sebab dan proposisi kedua
membuat kategori dari simbol-simbol budaya merupakan akibat. Hubungan sebab akitab itu
yang ada pada kebudayaan yang diteliti. pada dasarnya merupakan hubungan yang
8. Menulis etnografi ditandai dengan kata jika ..... maka ..... Pada
Peneliti kemudian memberikan penjelasan umumnya isi gurindam berkaitan dengan
secara naratif mengenai esensi dari perbuatan atau aktivitas, baik aktivitas fisik
maupun psikis

140
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 2, Desember 2017, pp. 136 - 149

Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)


Bagai rumah tiada bertiang (b)

Jika suami tiada berhati lurus (c)


Istri pun kelak menjadi kurus (c)

Syair
Syair merupakan puisi yang memiliki ciri tiap Gambar 1
bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau Ketetangan:
AB = CD = 1/2 lebar bahu
cerita. Contoh: AD = BC = labuh Baju
Pada zaman dahulu kala (a) CE = Lebar pangkal Lengan
CG = EF = Labuh Lengan
Tersebutlah sebuah cerita (a) GF = 1/2 Bukaan Tangan
EH = 1/2 inci
Sebuah negeri yang aman sentosa (a) EB= IJ = Panjang pesak
EI = Lebar pesak atas (2 -2 1/2) inci (boleh ubah suai)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a) BJ = Lebar Pesak Bawah (4-4 1/2) inci (boleh ubah suai)
IK = IL = 3 inci ukuran kekek
DM = naikkan 1/4 inci
Talibun MP= DQ= NO= 1/6 leher - 1/4 inci
Talibun merupakan pantun genap yang tiap DN= QO= 1/6 leher + 1 inci
NR= 1/2 ukuran leher
bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris. Contoh: Jadi, berdasarkan pada pemaparan dan
Kalau anak pergi ke pekan ilustrasi di atas, dapat dilihat bahwa masyarkat
Yu beli belanak pun beli melayu Riau telah mengaplikasikan konsep-
Ikan panjang beli dahulu konsep matematika dalam perancangan busana.
Kalau anak pergi berjalan Aplikasi Etnomatematika pada Seni Ukir
Ibu cari sanak pun cari isi Seni ukir adalah gambaran hiasan dengan
Induk semang cari dahulu bagian-bagian cekung dan cembung yang
menyusun suatu gambar yang indah. Seni ukir di
Aplikasi Etnomatematika pada Rancangan wilayah Riau memiliki beragam pola antara lain
Busana Melayu pucuk Rebung, awan larat, selembayung, lebah
Etnomatematika juga dapat ditemui pada begayut, itik sekawan, singap/bidai, layang-
perancangan busana melayu., khususnya layang dan kaluk pakis.
rancangan busanan cekak musang. Gambar Pola-pola geometris yang dikembangkan
ilustrasi pola dapat dilihat pada Gambar 1. dalam budaya masyarakat melayu Riau
Untuk labuh baju dibuat dengan dasar bentuk umumnya diserap dari alam. Lalu diterjemahkan
geometris persegi panjang, dengan pola-pola kedalam pola-pola yang indah.
yang sejajar seperti AB = CD yang diambil dari
ukuran 1/2 lebar bahu . Sedangkan untuk labuh Pucuk Rebung
baju terdapat pola kesamaan AD = BC. Pola geometris pucuk rebung pada dasarnnya
Selain itu terdapat beberapa rumusan untuk berbentuk pola segitiga. Ketika diintegrasikan
membentuk pola leher, untuk 1/2 lebar bukaan dengan seni ukir makan pola pucuk rebung akan
kerah baju menjadi sangat lentur dan indah. Pola pucuk
MP = DQ = NO = 1/6 lingkar leher - 1/4 inci, rebung ini diambil dari pola tunas banmbu yang
Sedangkan untuk tinggi bukaan kerah diperoleh baru tumbuh. Beberapa contoh pola pucuk
dengan rumusan rebung dapat dilihat pada gambar berikut.
DN = QO = 1/6 lingkar leher + 1 inci

141
Hasanuddin: Etnomatematika Melayu ....

Lebah begayut
Pola geometris lebah begayut mencerminkan
tetang rumah lebah madu yang biasanya
menggantung dipohon. Lebah begayut ini
terinspirasi dari bumi melayu yang sangat kaya
akan pepeohonan besar yang sebagian dijadikan
Gambar 2. Pucuk Rebung (sumber: sebagai tempat mengantungnya rumah lebah.
http://kedaimelayu.wordpress.com/2010/07/20/teater-malay/)

Aplikasi pola geometris pucuk rebung pada


seni ukir dapat ditemui di setiap daerah yang
berpenduduk melayu, akan tetapi motif pucuk
rebung bisa berbeda antara daerah satu dengan
yang lain.
Gambar 5. Lebah Begayut (sumber:
http://henyfiasri.blogspot.com/2014_06_01_archive.html)
Awan Larat
Pola geometris awan larat merupakan rangkaian
Semut beriring
dari motif yang tersusun rapi berdampingan dan
Pola geometris semut beriring terinspirasi dari
berhuungan, awan larat diilhami oleh alam yaitu
hewan kecil semut yangselalu bekerjasama,
awan yang berarak ketika terbawa angin.
mampu mengangkat barang-barnang yang jauh
lebih besar dari badannya.

Gambar 3. Awan Larat (sumber:


http://www.tamadunmelayu.info/2009/06/awan-larat-ragam-motif-
melayu.html/)
Gambar 6. Lebah Begayut
(sumber: https://ananthalia19.wordpress.com/2013/02/16/297/)
Awan larat mengandung filosofi yaitu Batik
berhias awan larat, lazim dipakai hiasan Singap
memanjang, rezeki tuah datang mendekat, cerita Singap bisa juga disebut bidai atau teban layar
tiba duka pun hilang. yaitu penutup yang berbentuk segitiga yang
ipasang pada pada rumah bumbung panjang
Selembayung yang terbuka diujung depan dan belakang.
Selembayung adalah hiasan ukiran bersilangan Fungsi singap sebagai lubang angin bawah atap
yang terletak dikedua ujung perabung atap agar terjadi sirkulasi udara di dalam rumah..
rumah. Selemayung memiliki makna sebagai Bidai memiliki tingkatan, bidai tingat satu, untuk
mahkota rumah yang dapat membangkitkan orang biasa, bidai tingkat dua untuk rumah
cahaya suatu bangunan sehingga diletakkan di bangsawan dan bidai tingkat tiga untuk rumah
ujung perabung rumah. Beberapa makna keluarga raja.
selembayung rumah antara lain sebagai pekasih
rumah, tajuk rumah, pasak atap, tangga dewa,
rumah beradat, tuah rumah, lambang
keperkasaan, lambang kasih sayang.

Gambar 7. Singap (sumber:


http://www.tamadunmelayu.info/2009/06/bidai-ragam-motif-melayu.html)

Sayap Layang-layang
Sayap layang layang diaplikasikan pada setiap
Gambar 4. Selembayung (sumber: sudut cucuran atap. Bentuknya mirip dengan
https://edita80.wordpress.com/2013/02/19/motif-dan-ukiran- selembayung. Setiap rumah yang
melayu/)

142
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 2, Desember 2017, pp. 136 - 149

berselembayung haruslah memeiliki sayap layang tinggi As,dan Gading-gading. Perencanaan


layang. pembuatan kapal tidak memerlukan gambar
khusus. Penentuan rancangan hanya berdasarkan
pengalaman dari kepala tukang. Sedangkan
untuk menentukan kapasistas kapal, ditentukan
berdasarkan ukuran lunas dan jumlah gading-
Gambar 8. Sayap layang-layang (sumber: gading serta jumlah lambung kulit kapal.
https://edita80.wordpress.com/2013/02/19/motif-dan-ukiran-melayu/)

Kaluk Pakis
Ukiran kaluk pakis biasanya diletakkan pada
ukiran memanjang diterpakan pada tutup kaki
dinding, daun pintu, lis dinding, tiang dan lis
ventilasi..

Gambar 11 galangan Kapal di Rokan Hilir.

Gambar 9. Kaluk Pakis (sumber:http://www.slideshare.net/tikha12/motif-dan-


ukiran-melayu-riau-32086679) Sampan Leper di Indragiri Hilir
Sampan leper merupakan alat transportasi
Aplikasi Etnomatematika pada Rancang tradisional khas Indragiri Hilir. Sampan leper ini
Bangun Rumah didisain untuk bisa digunakan di sungai dan
meluncur di lumpur. Jadi desain lumpur bagian
bawah didesain berbentuk datar.

Gambar 12. Sampan Leper di sungai

Gambar 10

Aplikasi Etnomatematika Pada Pembuatan


Perahu/sampan
Gambar 13. Sampan Leper di lumpur
Kapal Kayu Rokan Hilir
Proses pembuatan kapal kayu di Rokan Hilir
dilakukan sesuai dengan permintaan pemesan Sampan Kotak di Indragiri Hulu
dengan memperhatikan ukuran panjang kapal, Sampan kotak merupakan alat transportasi
lebar kapal dan kedalaman kapal. Secara umu tradisional khas Indragiri Hulu. Pembuatan
alur kerja pembuatan bagian bagian kapal kayu sampat kotak dilakukan ditepi sungai indragiri.
yaitu: penetapan ukuran, pemasangan, linggi, Sampan kotak ini didesain untuk bisa digunakan

143
Hasanuddin: Etnomatematika Melayu ....

mengangkut hasil panen petani. Bentuknya nya membuat perut, membuat lubang kakok,
seperti kotak, sehingga bisa mengangkut banyak .menggantung timbuku, membentuk halan
muatan. kemudi, mengela, menghaluskan. Jalur
Pembuatan sampan kotak tergantung didesain panjang agar dan lurus agar bisa
permintaan, tidak teknik pengukuran khusus memuat banyak orang dan untuk
dalam pembuatan sampan kotak ini. meminimalisir hambatan gerak pada saat pacu
Pembuatannya tergantung pengalaman dari jalur.
kepala tukang.
Etnomatematika dalam Permainan Rakyat
Melayu Riau
Adapun hasil eksplorasi juga menunjukkan
terdapat beberapa permainan rakyat melayu.
Terdapat berbagai pemikiran matematis dalam
permainan rakyat.
Permainan Congkak
Permainan congkak adalah permainan yang
juga dimainkan oleh masyarakat melayu Riau.

Jumlah pemain
Setatak dimain oleh 2 orang secara
bergantian.

Alat Permainan
Alat permainan congkak berupa papan
permainan yang terbuat dari kayu. Papan
permainan congkak terdiri dari 16 buah lubang
yang terdiri dari 14 lubang kecil dan dua lubang
Gambar 14 model sampan kotak Khas Indragiri besar di sisi kiri dan kanan, lubang besar tersebut
Hulu digunakan sebagai tempat mengumpulkan poin
dalam permainan. Setiap 7 lubang kecil diisi
Jalur di Kuantan Sengingi dengan 7 buah biji, sedangkan bijinya terbuat
dari biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau biji
Jalur merupakan sampan tradisional kuantan plastik. Contoh gambar Congkak dapat dilihat
sengngi, jalur tidak dapat di buat begitu saja pada Gambar 16. ss
tanpa melalui berbagai proses baik yang
menyangkut masalah tenaga ,biaya maupun yang
menyangkut masalah teknis lainnya.

Gambar 16 Congkak yang dipamerkan oleh


Dekranasda Indragiri Hilir

Cara Bermain
Tata cara dan urutan permainan setatak,
sebagai berikut:
 Pada awal permainan setiap lubang kecil diisi
Gambar 15 Jalur dengan 7 (tujuh) buah biji. Total biji yang
digunakan 7 x 14 = 98 biji.
Pembuatan Jalur melalui berbagai proses  Permainan dimulai dengan memilih lubang
yaitu: rampek kampung, mencari kayu, yang akan diambil dan meletakkan satu ke
menobang kayu. Mengabung, melepas lubang di sebelah kanannya dan seterusnya.
benang, pendadaan, mencaruk, menggaliak,

144
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 2, Desember 2017, pp. 136 - 149

Pergerakan pendistribusia biji searah dengan Misalkan anda Memiliki 21 biji pada lubang
jarum jam. nomor 2. Jika pemain menaburkan satu
 Jika dalam distribusi biji berakhir pada di persatu biji ke dalam lubang yang diambil
lubang kecil yang berisi biji lainnya, maka dari lubang nomor dua, dimanakah lubang
pemain mengambil semua biji-biji lalu tempat meletakan biji terakhir?
mendistribusikan kembali searah jarum jam.
 Jika dalam disribusi biji berakhir di lubang
besar, maka pemain melanjutkan permainan
dengan memilih lubang kecil untuk
didistribusikan kembali.
 Jika dalam disribusi biji habis di lubang kecil
di sisinya maka berhenti berhenti dan Gambar 17 Nomor posisi Lubang
mengambil seluruh biji di sisi yang
berhadapan. Untuk menyelesaikan persoalan ini pemain
 Jika dalam disribusi biji berhenti di lubang menerapkan konsep modulo dengan
kosong di sisi lawan maka pemain berhenti menjumlah nomor urutan lubang dengan 21
dan digantikan oleh pemain lawan. mod 15. Ilustrasi dapat dilihat pada gambar
 Permainan selesai jika seluruh biji sudah berikut
masuk ke lubang besar kedua pemain.
 Pemenangnya adalah pemain yang Posisi Awal
mendapatkan biji terbanyak.

Aspek Etnomatematika dalam Permainan Congkak


Aspek etnomatematika dalam permainan
congkak dapat dilihat dari ide-ide matematika
yang terkandung dalam permainan: Posisi Akhir

 Operasi Aritmatika
Aspek etnomatematika yang ada pada
permainan congkak antara lain:
Penjumlahan, setiap biji yang didistribusikan
di lubang, berarti terjadi penjumlahan yang biji terakhir yang ditangan akan diletakkan
akan menentukan skor akhir dari dengan mengikuti aturan
permainan. Hal ini dapat menjadi media 2 + (21 mod 15) = 2 + 6 = 8
pberhitung bagi masyarakat melayu. Jadi, biji terakhir akan diletakkan pada
Pengurangan, setiap biji yang didistribusi pada lubang nomor 8 atau lubang besar.
setiap lubang berarti terjadi pengurangan
biji yang ada di tangan. Permainan Setatak
Perkalian, setiap lubang kecil diisi dengan 7 Permainan setatak permainan yang ditemui di
(tujuh) biji artinya terjadi perkalian yaitu 7 x daerah propinsi riau, berdasarkan pada
7 x 2 = 98. penuturan narasumber H. Raja Indra Kelana,
Pembagian, jumlah seluruh biji yang Pengurus Lembaga Adat Melayu Riau,
digunakan dalam permainan sebanyak 98 kabupaten Indragiri Hilir Riau bahwa permainan
biji dibagi rata kedua pemain. 98 : 2 = 49. ini merupakan permainan rakyat yang dimainkan
 Modular oleh anak di kabupaten Indragiri Hilir.
Permainan congkak sangat erat kaitannya
dengan sistem modulo. Hal ini dapat
dilihat ketika pemain ingin mengetahui
dimana posisi meletakkan biji terakhir yang
ada di tangan.
Gambar 18. Pola Setatak
Contoh:

145
Hasanuddin: Etnomatematika Melayu ....

Permainan rakyat Riau ini memiliki Pada permainan setatak, pemain harus
kaitan erat dengan matematika, hal ini dapat menggambar pola geometri matematika
dilihat dari bangun-bangun geometri yang terlebih dahulu. Pola-pola geometri seperti
dijadikan arena permainan. Bentuk-bentuk yang terlihat pada Gambar 19 terdiri dari
geometris yang diperoleh atara lain persegi, dan bangun datar persegi dan setengah
atau persegi panjang serta setengah lingkaran lingkaran.
atau setengah elips.
Bangun datar: Persegi
Jumlah Pemain
Setatak dimain oleh minimal 2 - 5 orang
secara bergantian.

Alat Permainan
Alat permainan setatak ada terdiri dari
dua jenis yaitu: Bangun datar: Setengah Lingkaran
 Arena Bermain
Arena bermain berupa pola geometris yang
digambar di lapangan atau tanah.

 Gacuk (Ucak)
Gacuk atau ucak adalah benda pipih  Konsep Simetris
berbentuk bulat. Ucak ini bisa dibuat dari Arena permainan dibangun dengan
plastik tebal, pecahan piring yang di memanfaatkan bangun-bangun geometri
tumpulkan tepinya agar tidak yang simetris.
membahayakan.

Cara Bermain
Tata cara dan urutan permainan setatak,
sebagai berikut:
 Pemain melewati arena setatak dengan cara
berjingkat, dan meloncat sebelah kaki.
 Kaki dan tangan tak boleh menyentuh garis Gambar 19 Bentuk simetri pada permainan
setatak. setatak
 Petak yang ada ucak, tidak boleh diinjak,
tetapi harus dilompati.  Logika Matematika
 Setiap selesai satu ronde, pemain mengambil Permainan setatak memuat logika
bintang. matematika, yaitu konsep benar-salah. Petak
 Pengambilan bintang dilakukan dengan cara yang tidak ada tanda bintang boleh diinjak
berdiri membelakangi arena dibawah petak satu, oleh pihak lawan, sedangkan petak yang ada
lalu melempar ucak ke belakang, petak tempat petak tidak boleh dinjak. Apabila ketentuan
jatuh ucak menjadi milik dengan menandai
tersebut dilanggar maka pemain digantikan
tanda bintang.
oleh pihak lawan.
 Petak yang telah diberi bintang, boleh diinjak
dengan dua kaki oleh pemiliknya, tetapi tidak
boleh diinjak oleh lawan. 1. Permainan Patok Lele
Salah satu permainan tradisional yang
Aspek Etnomatematika dalam permainan Setatak dimainkan oleh masyarkat melayu riau yaitu
Aspek etnomatematika dalam permainan Patok Lele. Permainan ini adalah permainan
setatak dapat dilihat dari ide-ide matematika rakyat. Permainan ini memiliki nama yang
yang terkandung dalam permainan: berbeda di beberapa wilayah Riau, misal: tuk
 Bangun Datar lele (Pekanbaru) dan kelele (Pelalawan).
Permainan ini dilaksanakan pada satu

146
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 2, Desember 2017, pp. 136 - 149

sore hari, setelah selesai sholat subuh, malam mampu menangkap anak patok lele tadi
bulan purnama dan setalah sholat di bulan maka dia masih berhak melemparkan anak
bulan ramadhan. Adapun tempat pelaksanaan patok lele tadi ke induknya (yakni tuas
permainan ini yaitu di lapangan dekat rumah pengungkit atau pemukul tadi) yang
atau di jalan yang agak luas depan rumah. posisinya melintang di atas lubang untuk
anak patok lele diungkit tadi.
 Jika dalam lemparan ke induknya itu
mengenai tuas tadi berarti lawan Anda yang
memperoleh giliran mengungkit. Begitu
seterusnya bertukar jika Anda yang menjadi
pelempar (bukan pengungkit).
 Permainan ini berakhir jika total pukuran
Anda paling tinggi nilainya karena dikalikan
2, 3 atau 4 kali dalam setiap pukulan
Gambar 20 Permainan Petok Lele (sumber: terhadap anak patok lele.
Youtube)
Aspek Etnomatematika dalam Permainan Patok Lele
Jumlah Pemain: Aspek etnomatematika dalam permainan
Pada umumnya, patok lele dimainkan oleh 4 patok lele dapat dilihat dari ide-ide matematika
(empat) orang, tepai bisa juga dimainkan oleh 2 yang terkandung dalam permainan:
(dua) orang saja.
 Pengukuran
Alat Bermain:
Aktivitas pengukuran dilakukan oleh
 Anak patok lele, terbuat dari kayu bulat pemain dengan menggunakan tongkat
kecil dengan ketebalan 3 cm dengan pengungkit. Satuan panjang ukuran yang
panjang 15 cm. yang digunakan adalah satuan panjang
 Pengungkit (sekaligus pemukul), terbuat pengungkit. Yang dinilai adalah jarak antara
dari kayu yang sama dengan panjang lubang tempat mengungkit anak lele dengan
maksimum 40 cm. tempat jatuhnya anak lele.
 Lubangi tanah dengan arah memanjang
sepanjang ukuran anak patok lele (15 cm)
dengan lebar seukuran anakpatok lele tadi.

Cara bermain:
 Letakkan posisi miring 15 derajat hingga 45
derajat.
 Pukul ujung anak patok lele dengan
pengungkit hingga terangkat ke atas.
 Lambungkan beberapa kali dengan
memukul beberapa kali dari bawah. Ulangi
Gambar 21 Aktivitas Mengukur (sumber:
lagi jika masih memungkinkan, ungkit lagi Youtube)
hingga 3 kali atau lebih. Setelah itu Anda
pasang kuda-kuda untuk memukul anak  Penjumlahan
patok lele tadi sejauh mungkin. Aspek penjumalah dalam permainan ini
 Permainan dimulai dengan mengungkit diperoleh dari Penjumlahan nilai yang
anak patok lele sejauh-jauhnya. Anak Patok didapat pada setiap langkah permainan.
Lele itu berusaha ditangkap oleh tim lawan
yang berdiri jauh.  Perkalian
 Jika anak patok lele tadi tertangkap, maka Aspek perkalian yang muncul dalam
giliran tim lawan yang melakukan perkalian ini diperoleh dari jumlah pukulan
pengungkitan. Tapi jika lawan Anda tidak dikalikan dengan jarak lubang tempat

147
Hasanuddin: Etnomatematika Melayu ....

mengungkit dengan tempat jatuhnya anak Nilai batas permainan adalah 200p,
lele. sedangkan perolehan angka Tim A
sebanyak 198 p dan Tim B memperoleh
 Kelipatan nilai 201 p.
Pemain ini juga melibatkan aspek kelipatan. Karena
Pemain akan terkesan dengan gagasan Nilai(A) = 201p ≧ 200p = Nilai(M) dan
kelipatan yang bisa muncul dalam permaian Nilai(B) = 198p ≦ 200p = Nilai(M)
ini antara lain Maka pemenangnya adalah Tim A.

2, 4 , 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 , ... KESIMPULAN


3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, ... Aktivitas etnomatematika pada masyarakat
4 , 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, ... melayu Riau sangat beragam. Mulai dari
membilang, mengukur, dan berbagai aplikasi
 Perbandingan dalam seni sastra, seni busana, seni ukir, seni
Konsep perbandingan diperoleh dengan rancang bangun kapal dan permainan rakyat.
membanding nilai yang diperoleh setiap tim
dengan batas permainan, tim pemenang
ditentukan dengan melihat tim mana yang PENGHARGAAN
terlebih dahulu melewati nilai tertentu atau Artikel adalah bagian dari penelitian tentang
batas skor permainan. Eksplorasi Etnomatematika pada Masyarakat
Melayu Riau, yang terlaksana atas kerja sama
Ilustrasi: antara Institut for Souteast Asia Islamic Studies
Misalkan n adalah jumlah pukulan dan p dan Balai Penelitian Provinsi Riau
adalah satuan panjang pengungkit, Maka
nilai yang diperoleh adalah REFERENSI
Nilai = n x i Abas, S. J. (2001). Islamic Geometrical Patterns
Dengan i jarak dalam for the Teaching of Mathematics of
Contoh: Symmetry. Symmetry: Culture and Science,
Seorang pemain patok lele dapat 12(1–2), 53–65.
mengungkit hingga 3 kali anak patok lele, Avruch, K. (1998). Culture and Conflict Resolution.
lalu memukul sejauh 12 Panjang Washinton, DC: United States Institute of
Pengungkit, maka nilai yang diperoleh Peace Press. Retrieved from
adalah https://books.google.co.id/books?id=Oof
Nilai =nxi mUheyGJAC&pg=PA39&hl=id&source=
= 3 x 12 p gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q&f=false
= 36 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Ilustrasi: K. P. dan K. R. I. (2016). Budaya.
Pemenang permainan diperoleh apabila Retrieved from
nilai tim A [nilai(A)] atau nilai tim B https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/buday
[nilai(B)] lebih besar atau sama dengan nilai a
kesapakatan batas permainan [nilai(M)], D’Ambrosio, U. (1985). Ethnomathematics and
ilustrasi matematikanya its Place in the History and Pedagogy of
Mathematics. For the Learning of Mathematics,
Jika Nilai(A) ≧ Nilai(M) dan Nilai(B) ≦ 5(1), 44–48.
Nilai(M), maka pemenangnya adalah Tim D’Ambrosio, U. (2016). An Overview of the
A, History of Ethnomathematics. In M. Rosa,
Jika Nilai(B) ≧ Nilai(M) dan Nilai(A) ≦ U. D’Ambrosio, D. C. Orey, L. Shirley, W.
Nilai(M), maka pemenangnya adalah Tim B V. Alangui, P. Palhares, & M. E. Gavarrete
(Eds.), Current and Future Perspectives of
Contoh: Ethnomathematics as a Program (pp. 5–11).
Springer International Publishing.

148
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 2, Desember 2017, pp. 136 - 149

https://doi.org/10.1007/978-3-319-30120- Compilation of Quotations. GlobalPAD


4 Open House. Retrieved from
D’Ambrosio, U. (2016). Ethnomathematics: Link http://www.warwick.ac.uk/globalpadinterc
between Traditions and Modernity. ultural
ROTTERDAM / TAIPEI: SENSE Wilder, R. L. (1950). The Cultural Basis of
PUBLISHERS. Mathematics. In Proceedings International
Embong, R., Maizan, N., Aziz, A., & Abd, Z. Congress of Mathematicians (pp. 258–271).
(2010). An Insight into the Mathematical Zein, S. M. (2002). Etnomatematik Melayu.
Thinking of the Malay Songket Weavers. SARI: Jurnal Alam Dan Tamadun Melayu, 20,
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 8(5), 97–112.
713–720.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.12. Website:
099 http://kedaimelayu.wordpress.com/2010/07/20/tea
Gerdes, P. (2011). African Basketry: ter-malay/
Interweaving Art and Mathematics in http://www.tamadunmelayu.info/2009/06/awan-
Mozambique. In Bridges Coimbra larat-ragam-motif-melayu.html/
https://edita80.wordpress.com/2013/02/19/motif-
Mathematics, Music, Art, Architecture, Culture dan-ukiran-melayu/
Conference Proceedings (pp. 9–16). http://henyfiasri.blogspot.com/2014_06_01_archive
Hardy, G. H. (1940). A Mathematician’s Apology. .html
Edmonotn, Canada: University of Alberta https://ananthalia19.wordpress.com/2013/02/16/2
Mathematical Sciences Society. 97/)
Nuh, Z. M., & Dardiri. (2016). Etnomatematika http://www.tamadunmelayu.info/2009/06/bidai-
dalam Sistem Pembilangan pada ragam-motif-melayu.html)
Masyarakat Melayu Riau. Kutubkhanah: https://edita80.wordpress.com/2013/02/19/motif-
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 19(2), 220– dan-ukiran-melayu/
238. http://www.slideshare.net/tikha12/motif-dan-
Owens, K. (2012). Identity and ukiran-melayu-riau-32086679
Riau Heritage. Permainan patok lele.
Ethnomathematics Projects in Papua New https://www.youtube.com/watch?v=avwzsR
Guinea An Ecocultural Pedagogy of RfL9g
Mathematics. In J. Dindyal, L. P. Cheng, &
S. F. Ng (Eds.), Mathematics education:
Expanding horizons (pp. 586–593).
Singapore: Mathematics Education
Research Group of Australasia Inc.
Prediger, S. (2003). Mathematics — Cultural
Product or Epistemic Exception? In B.
Lowe, V. Peckhaus, & T. Raasch (Eds.),
The History of the Concept of the Formal Sciences
Papers (pp. 217–232). Bonn.
Rachmawati, I. (2012). Eksplorasi
Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo.
MATHUnesa, 1(1).
Rubio, J. S. (2016). The Ethnomathematics of
the Kabihug Tribe in Jose Panganiban,
Camarines Norte, Philippines. Malaysian
Journal of Mathematical Sciences, 10, 211–231.
Sirate, S. F. S. (2011). Studi Kualitatif tentang
Aktivitas Etnomatematika dalam
Kehidupan Masyarakat Tolaki. LENTERA
PENDIDIKAN, 14(2), 123–136.
Spencer-oatey, H. (2012). What is Culture  ? A

149

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai