Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsep-konsep matematika apa saja yang
terdapat pada adat Kalo Sara suku tolaki dalam pernikahan serta bagaimana pemanfaatan konsep-
konsep matematikanya dalam pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Etnografi digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menganalisis unsur kebudayaan suatu masyarakat atau suku
bangsa. Hasil yang ditemukan yaitu bahwa konsep-konsep matematikayang terdapat pada adat
Kalo Sara dalam pernikahan suku Tolaki adalah mengukur (panjang, lebar diameter, dll) dan
membilang. Konsep-konsep matematika tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan
matematika melalui budaya lokal. Dengan demikian pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan
bermakna karena hal ini sudah tidak asing lagi bagi siswa, sudah dikenal dan terdapat dalam
lingkungan budaya mereka sendiri.
Kata Kunci: Suku Tolaki, Kalo Sara, Etnomatematika, Etnomodeling
Pendahuluan pada konsep lingkaran. Hal ini menandakan
bahwa konsep-konsep matematika terutama
Pernikahan merupakan suatu hal yang konsep-konsep lingkaran, secara tidak
sakral dan mulia bagi kehidupan seseorang, langsung telah mengakar pada masyarakat
menjadikan hidupnya bahagia dan tentram suku Tolaki. Konsep matematika yang
dalam perwujudan cinta kasih antara dua diperoleh dari lingkungan sosial budaya dan
insan. Karena pernikahan bukan hanya tertanam secara turun temurun ini tentu
pemuasan kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi salah satu modal awal dalam
“sumber” kebahagiaan keluarga “Sakinah mempelajari matematika sehingga
Mawadah Warrahmah”. matematika dapat dipelajari lebih mudah oleh
Ciri khas perkawinan Suku Tolaki masyarakat. Hanya saja pengetahuan awal
memiliki tahapan adat menurut tradisi tersebut harus diasimilasikan,
leluhurnya dengan menggunakan benda adat dikonstruksikan dan dikembangkan pada
Kalo Sara dalam setiap prosesi upacara adat proses belajar matematika sehingga nantinya
perkawinan. Perkawinan adat Tolaki akan menghasilkan pengetahuan matematika
memiliki istilah, medulu yang artinya yang utuh, tertanam dan lebih bermakna.
berkumpul, bersatu, dan mesanggina yang Kehadiran matematika yang
berarti bersama dalam satu piring, sedangkan bernuansa budaya (etnomatematika) akan
istilah yang paling umum dalam masyarakat memberikan konstribusi yang sangat besar
adat Tolaki adalah merapu atau perapu’a terhadap pembelajaran matematika, karena
yang berarti keberadaan suami, istri, anak, pendidikan formal merupakan institusi sosial
mertua, paman, bibi, ipar, sepupu, kakek, yang berbeda dengan yang lain sehingga
nenek, dan cucu adalah merupakan suatu memungkinkan terjadinya sosialisasi antar
pohon yang rimbun dan rindang, (Tarimana budaya. Dikatakan pula bahwa semua
1984). Bentuk Kalo Sara kadang pendidikan matematika formal adalah suatu
menunjukkan konsep matematika khususnya
proses interaksi budaya dan setiap siswa berkaitan dengan budaya yang berbeda dan
mengalami berbagai konflik budaya dalam yang mengacu pada pengalaman siswa
proses tersebut. Ide-ide matematika yang sendiri dalam kurikulum matematika
muncul secara alami, melalui pengetahuan instruksional. Aplikasi matematika dapat
dan pandangan suku atau kelompok dibuat dalam konteks budaya. Masalah sosial
masyarakat tertentu ataupun individu tertentu dapat diatasi melalui aplikasi matematika.
tanpa melalui suatu pendidikan formal.
Etnomatematika dipopulerkan
Rosa dan Orey (2011) melakukan D’Ambrosio dalam tulisannya
riset tentang ethomatematics. Tujuan dari “ethnomathematics” yang kemudian
riset mereka adalah bagaimana pembalajaran dikembangkan oleh Barton (1996) dalam
matematika di sekolah lebih tulisannya “Ethnomathematics: Exploring
mempertimbangan latar belakang Cultural Diversity in Mathematics” dan
sosiokultural peserta didiknya. Hasil Gerdes (1996) dengan tulisannya
penelitiannya menunjukkan bahwa ternyata “Ethnomathematics and Mathematics
pembelajaran menggunakan pendekatan Education”. Hasil-hasil penelitian
sosiokultural membantu peserta didik etnomatematika secara cepat berkembang
mengembangkanintelektual, pembelajaran dengan beragam pendekatan yang salah
sosial, emosional, dan politiksiswadengan satunya secara intens diteliti oleh Rosa &
menggunakanacuanbudaya mereka sendiri Orey (2013).
yang unik yang menghasilkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang lebih baik. Matematika dan budaya merupakan
dua hal yang berhubungan erat dan bisa
Berdasarkan latar belakang masalah saling menjelaskan (Barta & Shockey, 2006).
di atas, penulis bertujuan untuk Hubungan tersebut bisa berupa upaya
mendeskripsikan konsep- konsep matematika pengungkapan gagasan matematis dari
apa saja yang terdapat pada adat Kalo Sara budaya masyarakat maupun pengaplikasian
suku tolaki dalam pernikahan serta matematika dalam menyelesaikan masalah-
bagaimana pemanfaatan konsep-konsep masalah sehari-hari, atau dalam perspektif
matematikanya dalam pembelajaran yang lebih luas seperti yang dikemukakan
matematika. oleh Skovsmose (2006), kita bisa mengamati
bagaimana matematika, pendidikan
Etnomatematika matematika dan risetnya telah memberi-kan
Etnomatematika adalah penerapan dampak sosial. Bahkan dengan tegas
ide dan praktik matematika untuk masalah Clements (Clements, et al., 2013)
yang dihadapi orang di masa lalu atau yang mengatakan bahwa matematika memiliki
dihadapi dalam budaya saat ini. Banyak dari fungsi sosial.
apa yang kita sebut matematika modern Keterlibatan matematika dalam
muncul ketika kelompok budaya yang aktivitas keseharian manusia tidak hanya
beragam berusaha menyelesaikan masalah terdapat di budaya masyarakat modern yang
unik seperti perdagangan, seni, agama, telah menerapkan matematika dalam
eksplorasi, kolonisasi dan komunikasi, matematika terapan atau dunia akademik
bersama dengan pembangunan rel kereta api, yang dengan sengaja dan formal mempelajari
data sensus, perjalanan ruang angkasa, dan matematika sebagai sebuah pelajaran formal,
pemecahan masalah lainnya. teknik yang tetapi matematika juga hadir dalam
muncul dari komunitas tertentu. Variabel kehidupan masyarakat tradisional atau
budaya sangat mempengaruhi bagaimana masyarakat adat.
siswa memahami dunia mereka dan
menafsirkan pengalaman mereka sendiri dan Etnomodeling
orang lain. Dalam upaya untuk membuat dan
mengintegrasikan materi matematika yang
Etnomodeling adalah proses siswa menjadi kontainer untuk diisi dengan
penjabaran masalah dan pertanyaan yang informasi (Freire, 1970).
berkembang dari situasi nyatayang
membentuk gambar atau rasa versi ideal dari Studi yang dilakukan oleh Urton
mathema. The fokus perspektif ini pada (1997) dan Orey (2000) telah menunjukkan
dasarnya membentuk analisis kritis terhadap kepada kita “ide dan praktik matematika
generasi dan pengetahuan (kreativitas), dan canggih yang mencakup prinsip geometris
membentuk proses intelektual untuk dalam karya kriya, konsep arsitektur, dan
produksinya, mekanisme sosial pelembagaan praktik dalam aktivitas dan artefak dari
pengetahuan (akademisi), dan transmisi banyak budaya asli, lokal, dan vernakular”
(pendidikan). Menurut D'Ambrosio (2000), ( Eglash dkk, 2006, hal 347). Konsep
"proses ini adalah pemodelan". Dalam matematika yang terkait dengan berbagai
perspektif ini, dengan menganalisis peran prosedur matematika dan artefak budaya
mereka dalam realitas secara keseluruhan, merupakan bagian dari hubungan numerik
konteks memungkinkan mereka yang terlibat yang ditemukan dalam tindakan universal dari
dalam proses pemodelan untuk mempelajari pengukuran, penghitungan, permainan,
sistem realitas di mana ada upaya yang sama ramalan, navigasi, astronomi, dan pemodelan
yang dilakukan oleh mereka untuk (Eglash et. Al, 2006).
menciptakan pemahaman tentang semua Metode
komponen sistem serta keterkaitan di
antaranya (D'Ambrosio, 1993; Bassanezi, Dalam penelitian ini, penulis
2002). menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan etnografi. Etnografi digunakan
Penggunaan pemodelan sebagai untuk menggambarkan, menjelaskan dan
tindakan pedagogis untuk nilai program menganalisis unsur kebudayaan suatu
matematika etno pengetahuan sebelumnya masyarakat atau suku bangsa. Dalam
tentang masyarakat dengan mengembangkan menetapkan informan, penulis
kapasitas siswa untuk menilai proses memperhatikan syarat-syarat yang harus
menguraikan model matematika dalam dipenuhi untuk menjadi informan sehingga
berbagai aplikasi dan konteksnya dengan diperoleh seorang informan yang mampu
dimulai dengan konteks sosial, realitas dan bekerja sama dengan baik. Pemenuhan
kepentingan siswa dan bukan kriteria atau syarat bagi informan dalam
olehmenginforasi sekumpulan nilai eksternal penelitian ini sangat penting karena tidak
dan kurikulum tanpa konteks atau arti untuk semua orang di lokasi dapat ditetapkan
Pelajar. Bassanezi (2002) mencirikan proses sebagai informan. Instrumen yang digunakan
ini sebagai "ethno-modeling", dan dalam penelitian adalah human instrument,
mendefinisikan etno matematika sebagai yaitu penulis berperan sebagai instrumen
"matematika yang dipraktekkan dan diuraikan utama yang tidak dapat diganti/diwakilkan
oleh budaya, dan melibatkan praktik kepada orang lain. Dalam hal ini, penulis
matematika yang ada dalam beragam situasi berperan sebagai pengumpul data melalui
dalam kehidupan sehari-hari anggota pengumpulan data pustaka, wawancara,
kelompok-kelompok yang beragam ini" observasi dan dokumentasi.
Dalam mempertimbangkan Hasil Dan Pembahasan
etnmodeling, pengajaran jauh lebih dari
sekadar pengalihan pengetahuan karena Adat perkawinan Suku Tolaki
pengajaran menjadi kegiatan yang merupakan bagian integral dari kebudayaan
memperkenalkan penciptaan pengetahuan masyarakat pendukungnya, dimana
(Freire, 1998). Pendekatan dalam pendidikan pelaksanaannya sangat penting, artinya bagi
matematika ini adalah antitesis dari mengubah pembinaan sosial budaya masyarakat yang
bersangkutan. Norma-norma dan nilai-nilai
yang berlaku dalam pelaksanaan adat perkawinan Suku Tolaki dapat melangkah
perkawinan Suku Tolaki secara simbolis pada tahapan mondutudu atau pelamaran
dapat ditampilkan melalui bentuk upacara penjajakan.
yang dilakukan oleh seluruh masyarakat
pendukungnya. Adapun simbol yang digunakan pada
tahap ini adalah:
a. Kalo Sara sebagai alat yang
digunakan juru bicara dari pihak
laki-laki (Tolea) untuk
menyampaikan maksud
kedatanganya.
b. Di dalam wadah Kalo Sara ada
daun sirih 1 lembar yang berarti di
pihak perempuan dan 1 biji pinang
muda yang berarti di pihak laki-
laki.