WORKSHOP MATEMATIKA
BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Disusun oleh :
Selfiagana
202022020
Mempertimbangkan bahwa begitu banyaknya suku bangsa di Indonesia, maka tentu saja
begitu banyak kebudayaan yang dapat dikembangkan dan dipadukan ke dalam pembelajaran,
baik itu sebagai sumber belajar atau pun media pembelajaran. Salah satu suku bangsa yang kaya
akan nilai budaya yakni suku Alas. Etnomatematika dalam kebudayaan suku Alas ini belum
pernah dikaji sebelum ini. Oleh karena itu peneliti tertarik mengkaji etnomatematika yang
terdapat pada suku Alas ini karena penelitian ini memiliki unsur novelty (kebaruan).
Pendidikan dan kebudayaan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan
kehidupan sehari-hari. Karena pada budaya tersendiri merupakan kesatuan yang utuh dan
menyeluruh, yang berlaku dalam seuatu masyarakat serta pendidikan diartikan sebagai
kebutuhan mendasar bagi setiap orang dalam masyarakat.(Rahayu et al., 2019). Salah satu cara
yang dapat ditempuh oleh seorang pendidik agar dapat memperkenalkan budaya kepada peserta
didik yakni menjadikan budaya sebagai sumber belajar, konten pembelajaran, konteks, dan
media dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika (Sutarto et al., 2021).
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib semua jenjang pendidikan. Hal ini
dikarenakan matematika memiliki fungsi yang begitu penting bagi peserta didik, yakni sebagai
sebuah alat, pola pikir, ilmu dan pengetahuan (Purnama & Afriansyah, 2016). Matematika juga
terlibat serta digunakan dalam segala aktivitas kehidupan.
Matematika sering kali dianggap menakutkan oleh hampir setiap peserta didik. Selain itu,
matematika sering pula dianggap sebagai pelajaran yang banyak aplikasinya dalam kehidupan.
Hal ini dapat dipahami karena matematika merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Sebabnya
ialah karena matematika sangat kental hirarki materinya. Untuk bisa memahami sebuah pokok
bahasan maka kita harus tidak boleh melupakan pokok bahasan prasyaratnya. Selain itu, peserta
didik juga tidak memahami kebermaknaan matematika secara aplikatif dalam kehidupan,
padahal, matematika itu sangat dekat dengan hidup kita. Tak terkecuali dalam budaya. Oleh
karena itu, untuk membuat matematika sebagai pembelajaran yang menyenangkan dan sukai
oleh banyak orang, dan sebagai pendidik dituntut agar lebih kreatif dalam menggunakan sumber
belajar yang biasanya ditemukan oleh peserta didik pada sekitar lingkungannya seperti
budayanya sendiri (Sutarto et al., 2021). Penyatuan budaya dalam pendidikan matematika dapat
dikenal dengan istilah Etnomatematika. Dalam etnomatematika, pembelajaran tentang
matematika menggunakan perspektif budaya yang terkait dengan berbagai aktivitas matematika
(Darwis Abroriy, 2020).Maka dalam penelitian ini, peneliti mengeksplorasi matematika dalam
budaya suku Alas. Dengan kata lain, obyek kajian penelitian ini yaitu eksplorasi etnomatematika
dalam budaya suku Alas.
Adapun obyek kajian dalam penelitian ini adalah etnomatematika pada suku Alas. Suku
Alas merupakan salah satu suku yang terdapat pada provinsi Aceh yang bertempat di kabupaten
Aceh Tenggara serta bersebelahan dengan kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Suku alas
sendiri memiliki perbedaan dalam adat dan budaya dengan suku lainnya yang ada di Aceh. Suku
Alas memiliki bahasa, budaya, adat istiadat tersendiri (Umar, 2002). Penelitian kali ini peneliti
akan membahas mengenai etnomatematika dalam bentuk artefak pada budaya suku Alas yakni
meliputi motif dari pakaian adat, alat musik, makanan tradisional, rumah adat, permainan
tradisional, serta senjata adat Suku Alas.Sebagai unsur novelty (kebaruan) dalam penelitian ini,
obyek yang dikaji adalah etnomatematika dalam budaya suku Alas. Kajian mengenai eksplorasi
terhadap etnomatematika pada suku Alas ini belum pernah dilakukan dalam penelitian terdahulu.
Penelitian yang terdahulu masih sebatas pada mengkaji budaya dalam suku Alas.
METODE
Dalam memperoleh data untuk keperluan penelitian, peneliti menggambil data serta
informasi melalui literasi, observasi dokumentasi dan juga wawancara, yang dideskripsikan
untuk dianalisis lebih lanjut. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan data pustaka, observasi, wawancara, serta dokumentasi.
Objek observasi pada dalam penelitian ada dibeberapa lokasi disekitaran kabupaten Aceh
Tenggara antara lain: Desa Alas Mesikhat Kecamatan Babul Rahmah, Tempat Penyewaan
Pakaian Adat didesa Pasir Nunggul Kecamatan Lawe Alas. Adapun objek yang diteliti
merupakan konsep matematika yang terdapat senjata adat alas. Wawancara yang peneliti lakukan
pada subjek penelitian yaitu salah seorang pemilik penyewaan pakaian adat suku Alas, dan
seorang tokoh adat yang ada didesa Alas Mesikhat. Serta dilakukan beberapa dokumentasi
seperti memfoto suatu objek penelitian. Uji keabsahan data yang peneliti lakukan menggunakan
teknik triangulasi, yakni informasi yang diperoleh melalui beberapa sumber diperiksa silang
antara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan
dengan mengikuti pendapat Miles dan Huberman yaitu redutsi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan (Salim, 2021). Pada bagian reduksi data dilakukan dalam pemilihan
bagian artefak yang berhubungan dengan konsep matematika. Penyajian data dilakukan agar
dapat melihat gambaran dari keseluruhan hasil konsep-konsep matematika yang ditemui dalam
budaya suku Alas. Kemudian ditarik kesimpulan mengenai etnomatematika pada kontribusinya
dalam pembelajaran matematika.
Pisau mekhemu merupakan alat melindungi diri dan kelompok dari ancaman luar. Pisau
ini juga digunakan pada saat acara-acara adat di tanah alas khususnya Aceh Tenggara.Pisau
mekhemu ini pernah digunakan dalam melindungi diri terhadap musuh-musuh baik musuh dari
tetangga pada jaman kerajaan atau sebelum tahun 1874. Pada tahun 1904 pisau mekhemu ini
juga digunakan untuk melawan pasukan Belanda yang di pimpin oleh Van Daalen antara lain di
benteng kutarih, benteng likat, benteng lengat baru.Pisau mekhemu pada saat sekarang
digunakan dalam acara seperti sunat rasul dan acara perkawinan. Pada acara adat pesta
perkawinan terdapat dua pengawal pengantin laki-laki menggunakan hiasan pisau mekhemu, hal
tersebut menjadi tradisi turun temurun dimana pada zaman dahulu pisau mekhemu ini menjadi
alat perlindung pada rombongan pengantin pria terhadap kemungkinan kemungkinan terjadi
perselisihan jika ada laki-laki yang menyukai dan ingin menikahi pengantin wanita yang sama.
Pada acara sunat rasul, anak yang dihitan juga memakai hiasan pisau mekhemu sebagai lambang
pahlawan dan identitas pria, khususnya di tanah Alas, Aceh Tenggara (Tim Penulis Majelis Adat
Aceh Kabupaten Aceh Tenggara, 2014). Pada gambar 1 diperlihatkan gambar pisau mekhemu.
Gambar 1. Pisau mekhemu
Senjata adat Alas inibermotif garis dengan warna hitam putih.Konsep etnomatematika
yang terdapat pada senjata ini adalah garis-garis sejajar, yang mana garis sejajar ini suatu
kedudukan dua garis pada bidang datar yang tidak mempunyai titik potong meski kedua garis
diperpanjang. Secara geometri, 2 garis sejajar yang tidak bertemu antara satu dengan lainnya
karena memiliki kemiringan (gradien) yang sama. Garis sejajar dua garis berada pada bidang
yang sama dan tidak berpotongan antara satu dengan yang lain. Bila dua garis ada yang sejajar
dipotong oleh garis lurus maka terbentuk beberapa kondisi yaitu:
Garis a sejajar garis b dan dipotong oleh garis k.
1. ∠1 = ∠8
2. Terdapat dua pasangan sudut dalam sepihak
4. ∠1 = ∠4 = ∠5 = ∠8
Alat Musik suku Alas (canang situ)
Canang merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul dengan
stick/kayu pemukul. Pada awalnya, Canang berfungsi sebagai instrumen pelengkap. Sejarah
canang menceritakan asal mulanya canang yang hanya dimainkan oleh para anak-anak gadis di
saat malam berinai (malam kacari mempelai) ketika acara penikahan yang dilakukan di
Lembah Alas. Canang situ seperti gong tetapi dengan ukuran yang lebih kecil, adapun lebarnya
yakni berkisar 40 cm dan tingginya berkisar 10 cm, serta berat dapat mencapai 1000 gr.Pada
alat musik canang terdapat kandungan konsep matematika yakni lingkaran besar dan di bagian
tengahnya terdapat lingkaran yg lebih kecil, lingkaran ini menonjol ke atas dengan tingga
berkisar 5 cm. Gambar 2 memperlihatkan alat musik canang situ dan konsep etnomatematika
yang terkandung pada canang situ yakni lingkaran.
Gambar 2. Canang situ dan konsep etnomatematika yang terkandung pada canang situ
(Sumber: https://kumparan.com)
Pada canang situ terdapat konsep lingkaran.Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-
titik yang berjarak sama dengan satu titik tertentu. Titik tertentu tersebut adalah titik pusat
lingkaran, sedangkan jarak yang sama adalah jari-jari lingkaran.Jari-jari dapat diartikan
sebagai jarak antara titik pusat lingkaran dengan titik pada lingkaran. Panjang jari-jari pada
sebuah lingkaran selalu sama karena jarak antara titik pusat dengan semua titik pada lingkaran
sama. Dalam rumus matematika, jari-jari kerap disimbolkan dengan huruf r atau yang disebut
radius. Karena panjangnya sama, jarak ini bisa terbentang ke bawah, ke atas, ke kanan,
maupun ke kiri, dan segala arah sudut pada lingkaran.
Gambar 3. Bagian-bagian dari lingkaran (Sumber: https://akupintar.id)
Demikian beberapa konsep etnomatematika pada suku Alas ini. Pengekplorasian ini
dilakukan terhadap unsur budaya berbentuk artefak yakni hasil karya masyarakat suku
tersebut yang dapat berwujud fisik atau benda. Selanjutnya, eksplorasi konsep matematis
terhadap unsur budaya lainnya yakni berupa gagasan dan juga aktivitas pada suku Alas ini
masih terbuka luas untuk dijadikan sebagai obyek penelitian, khususnya pada pembelajaran
matematika.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang sudah disajikan diatas dapat dipahami bahwa terdapat
berbagai konsep, ide serta aktivitas matematika dalam budaya Suku Alas seperti geometri,
Aljabar, dan Interval. Melalui pendekatan etnomatematika yakni khusunya pada unsur artefak
budaya pada pembelajaran matematika dapat memberikan pemahaman yang konstektual bagi
peserta didik. Dengan adanya pemahaman mengenai budaya peserta didik yang ada
disekitarnya, maka dapat membangkitkan daya pikirpeserta didikserta keyakinan peserta didik
akan kebermaknaan matematika dengan contoh nyata. Selain dari itu, pada etnomatematika
juga berpeluang menungkatkan motivasi belajar terhadap pembelajaran matematika
dikarenakan dekat dengan kehidupan peserta didik.
Bagaimana pun tiada penelitian yang sempurna, masih banyak kekurangan dan
kelemahan yang dapat dicari solusinya atau dijadikan obyek penelitian selanjutnya. Diantara
kelemahan tersebut yaitu penelitian ini tidak mengkaji efektifitas soal-soal terkait
etnomatematika pada budaya suku Alas ini, tidak mengkaji bagaimana mengkonstruksi soal-
soal terkait etnomatematika, dan tidak mengkaji pengaruh pembelajaran etnomatematika pada
suku Alas ini terhadap motivasi dan juga hasil belajar peserta didik. Berbagai topik ini dapat
dijadikan sebagai pertanyaan pada penelitian selanjutnya.
REFERENSI
Afifah, D. S. N., Putri, I. M., & Listiawan, T. (2020). Eksplorasi Etnomatematika Pada Batik Gajah
Mada Motif Sekar Jagad Tulungagung. BAREKENG: Jurnal Ilmu Matematika Dan Terapan,
14(1), 101–112. https://doi.org/10.30598/barekengvol14iss1pp101-112
Choeriyah, L., Nusantara, T., Qohar, A., & Subanji. (2020). Studi Etnomatematika pada Makanan
Tradisional Cilacap. AKSIOMA : Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 11(2), 210–
218. http://journal.upgris.ac.id/index.php/aksioma/article/view/5980/3690
D’ambrosio, U. (2016). Change in space, urban culture and ethnomathematics. Human Rights in
Language and STEM Education: Science, Technology, Engineering and Mathematics, 207–219.
https://doi.org/10.1007/978-94-6300-405-3_12
Darwis Abroriy. (2020). Etnomatematika dalam Perspektif Budaya Madura. Indonesian Journal of
Mathematics and Natural Science Education, 1(3), 182–192.
https://doi.org/10.35719/mass.v1i3.44
Dewita, A., Mujib, A., & Siregar, H. (2019). Studi Etnomatematika tentang Bagas Godang sebagai
Unsur Budaya Mandailing di Sumatera Utara. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1),
1–12. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i1.202
Dicky. (2020). Daftar Suku Bangsa di Indonesia. KOMPAS.Com, 2020.
Maemali, P., Prayitno, A., & Widayanti, F. D. (2020). Etnomatematika Pada Budaya Masyarakat
Nagekeo. Jurnal Penelitian & Pengkajian Ilmiah Mahasiswa (JPPIM), 1(1), 48–58.
Muhtadi, D., Sukirwan, Warsito, & Prahmana, R. C. I. (2017). Sundanese ethnomathematics:
Mathematical activities in estimating, measuring, and making patterns. Journal on Mathematics
Education, 8(2), 185–198. https://doi.org/10.22342/jme.8.2.4055.185-198
Prahmana, R. C. I., & D’Ambrosio, U. (2020). Learning geometry and values from patterns:
Ethnomathematics on the batik patterns of yogyakarta, indonesia. Journal on Mathematics
Education, 11(3), 439–456. https://doi.org/10.22342/jme.11.3.12949.439-456
Purnama, I. L., & Afriansyah, E. A. (2016). Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete
Sentence Dan Team Quiz. Jurnal Pendidikan Matematika UNSRI, 10(1), 27–42.
http://www.ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/3267/1755
Rahayu, D. U., Shodiqin, A., & Muhtarom, M. (2019). Eksplorasi Etnomatematika dalam Kesenian
Barongan di Kabupaten Blora. Imajiner: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 1(4),
1–7. https://doi.org/10.26877/imajiner.v1i4.3843
Salamah, S., Ginting, B., Islam, U., Sumatera, N., & Melayu, A. (2022). Eksplorasi Etnomatematika
pada Balai Adat Melayu. 07(01), 1–12.
Salim. (2021). Metodologi Penelitian Kualitatif. Citapustaka Media.
Sitangang, K. &. (2016). Aplikasi Edukasi Budaya Toba Samosir Berbasis Android. Teknik
Informatika, 9(1), 9–18.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sutarto, S., Ahyansyah, A., Mawaddah, S., & Hastuti, I. D. (2021). Etnomatematika: Eksplorasi
Kebudayaan Mbojo Sebagai Sumber Belajar Matematika. JP2M (Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Matematika), 7(1), 33–42. https://doi.org/10.29100/jp2m.v7i1.2097
Tim Penulis Majelis Adat Aceh Kabupaten Aceh Tenggara. (2014). Adat Si Empat Pekakhe. Majelis
Adat Aceh Kabupaten Aceh Tenggara.
Tim Penulis Majelis Adat Aceh Kabupaten Aceh Tenggara. (2018). Keputusan Majelis Adat Aceh
Kabupaten Aceh Tenggara Tentang Adat Istiadat Suku Alas. Majelis Adat Aceh Kabupaten
Aceh Tenggara.
Umar, M. (2002). Darah dan Jiwa Aceh : Mengungkap Falsafah Hidup Masyarakat Aceh.
BUSAFFAT.