Anda di halaman 1dari 24

Pengaruh Modul Pembelajaran Matematika Berbasis

Etnomatematika Suku Samin pada Materi Pola Bilangan


Terhadap Kemampuan Literasi Siswa

Jayanti Munthahana
21070785011
jayanti.21011@mhs.unesa.ac.id
S2 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya

Abstract

Culture is a human activity that becomes the identity of pride for himself and his
environment. Mathematics and culture are two things that are closely related. One of the
cultures in Indonesia is the culture of the Samin tribal community. In this article, we will
discuss the effect of the Samin Tribe ethnomathematics-based mathematics learning module
on the number pattern material on students' literacy skills. From the data provided, it is
obtained that Tcount is 0.09285 while the P-value is 0.3746 which is greater than =0.05,
so there is a fact that Ho is accepted. So, there is no effect on the ethnomathematics-based
learning module of the Samin Tribe on the number pattern material on students' literacy
skills.
Key word : learning modules, ethnomathematics, the Samin tribe, number
patterns, literacy skills

Abstrak

Budaya adalah aktivitas manusia yang menjadi identitas kebanggaan atas dirinya
dan lingkungannya. Matematika dan budaya merupakan dua hal yang berkaitan
erat. Salah satu budaya di Indonesia adalah Budaya pada masyarakat suku Samin.
Pada artikel ini akan dibahas mengenai pengaruh modul pembelajaran
matematika berbasis etnomatematika Suku Samin pada materi pola bilangan
terhadap kemampuan literasi siswa. Dari data yang diberikan didapatkan Thitung
0.09285 sedangkan P-valuenya adalah 0.3746 lebih besar dari 𝛼 = 0,05, sehingga
terdapat fakta bahwa Ho diterima. Maka, tidak ada pengaruh mengenai modul
pembelajaran matematika berbasis etnomatematika Suku Samin pada materi pola
bilangan terhadap kemampuan literasi siswa.
Kata kunci : modul pembelajaran, etnomatematika, suku Samin, pola
bilangan, kemampuan literasi
Pendahuluan
Budaya adalah aktivitas manusia yang menjadi identitas kebanggaan atas
dirinya dan lingkungannya (Budiarto, 2016; KBBI, 2020; Peursen, 1998; Ratna, 2010;
Wahyuni, dkk, 2013). Matematika dan budaya merupakan dua hal yang berkaitan
erat (Ditasona, 2018; Muhtadi, dkk., 2017; Risdiyanti & Prahmana, 2017). Budaya
penting untuk dimasukkan sebagai konteks dalam pembelajaran, karena
pembelajaran disekolah saat ini menekankan pada pembentukan karakter positif
yang mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa (Arisetyawan, dkk., 2014; Wahyuni
et al., 2013; Zaenuri & Dwidayati, 2018). Lebih lanjut, agar peserta didik termotivasi
dan bangga atas budaya yang menjadi identitas atas dirinya dan lingkungannya.
Matematika berbasis budaya sering disebut etnomatematika merupakan sebuah
pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan peran matematika dalam budaya.
Etnomatematika dapat dideskripsikan sebagai suatu cara dimana masyarakat dari
budaya tertentu menggunakan ide dan konsep secara matematika (Budiarto, dkk.,
2019; D’Ambrosio, 1985; Ditasona, 2018; Risdiyanti & Prahmana, 2017). Objek pada
etnomatematika berupa aktivitas masyarakat, benda bersejarah, dan produk
kebudayaan dari suatu masyarakat yang mempunyai konsep matematika.
Tujuannya adalah untuk memahami keterkaitan antara matematika dan budaya,
sehingga persepsi peserta didik terhadap matematika menjadi lebih tepat, dan
pembelajaran matematika dapat bermakna karena disesuaikan dengan konteks
budaya dan kehidupan bermasyarakat, serta mempermudah pemahaman untuk
peserta didik dalam memperlajari matematika (Budiarto et al., 2019; Ditasona, 2018;
Wahyuni et al., 2013).
Penelitian Ditasona (2018) yang menggunakan konteks budaya berupa gorga
yang merupakan ornamen dari rumah adat Batak. Dari beberapa motif gorga dapat
disimpulkan bahwa motif telah menggunakan konsep matematika geometri
transformasi berupa refleksi, rotasi, translasi, dan dilatasi. Gorga dapat menjadi
salah satu konteks budaya yang dapat diberikan pada pembelajaran sehingga dapat
menjadi metode bagi peserta didik untuk mempelajari materi geometri
transformasi. Budiarto (2016) yang menggunakan konteks kebudayaan yang
berupa ukiran-ukiran Toraja pada rumah adat Tongkonan, ornamen pada
pemkiman Tanleyan Lajang Madura, model rumah di NTT seperti Ume Kbubu,
ornamen pada pembuatan meubeler di Kraton Pasuruan, pembuatan gerabah suku-
suku Sasak Banyumulek Lombok Barat, lukisan pada kulit kayu suku Asmat, Tenun
Ikat Sendang Duwur Lamongan, tenun ikat Timor Tengah Utara dan Sumba Barat
Daya, rumah adat di Manggarai dan Timor Tengah Utara, ukuran tidak baku
masyarakat petani ikan di pesisir pantai utara Jawa (pantura), satuan luas tidak
baku di daerah pedalaman Jawa Timur dan pola pada anyaman bambu di
kabupaten Banyuwagi. Masyarakat budaya tersebut membuat ukiran berpedoman
pada apa yang mereka lihat dan mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
ukiran tersebut ditemukan ekspresi alam yang dituangkan dalam bentuk geometri
(lingkaran, segitiga, segiempat) dan konsep sudut siku-siku. Satuan-satuan tidak
baku digunakan pada masyarakat petani ikan maupun petani sawah seperti satu
rean, satu bata, dan sejinah.
Salah satu budaya di Indonesia adalah budaya yang berasal dari Suku Samin.
Masyarakat Suku Samin mempunyai nilai budaya yang memiliki banyak aspek dan
dibutuhkan dalam pembelajaran seperti adat istiadat, perilaku, benda-benda dan
lain sebagainya. Nilai budaya harus ditanamkan sejak dini pada setiap individu
agar tiap individu bisa memahami, menjalani serta menghargai (Ahadi, 2020.
Masyarakat Samin merupakan suatu kelompok masyarakat tradisional yang tinggal
di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur serta mempunyai budaya unik
dan banyak menyimpan nilai-nilai tradisi (Jumari, 2012). Istilah Samin ada dua
pengertian yaitu pertama, berasal dari kiratabasa kata Samin, yakni tiyang sami-sami
atau sami-sami amin yang berarti bahwa semua orang adalah sama atau bersaudara.
Mereka juga mempunyai persepsi bahwa orang non-Samin yang bersedia untuk
berinteraksi sosial dengan mereka pun dianggapnya sedulur (bersaudara) (Icuk,
2015). Pengertian kedua, berasal dari nama Surontiko atau Surosentiko, yakni Samin,
orang yang dianggap sebagai pemimpin komunitas mereka (Endrayadi, 2013;
Alamsyah, 2015).
Salah satu manfaat dari pembelajaran berbasis budaya adalah dapat
meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa. Kemampuan literasi
matematika meliputi kemampuan seseorang dalam merumuskan, menerapkan dan
menafsirkan matematika dalam berbagai konteks permasalahan. Kemampuan ini
juga mencakup kemampuan dalam melakukan penalaran secara matematis dengan
menggunakan fakta, konsep, prosedur dan metakognisi untuk mendeskripsikan
sebuah fenomena dan menyusun berbagai alternatif solusi dari permasalahan yang
dihadapinya. Kemampuan ini membantu siswa dalam memahami fungsi dan peran
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat berpengaruh pada
penerapan pengetahuan yang telah dimiliki dalam penyelesaian masalah, sehingga
memungkinkan siswa memperoleh pengetahun baru melalui pemecahan masalah.
National Council of Teacher Mathematic (2000: 67) menetapkan Principle and
Standarts for School Mathematics meliputi lima keterampilan proses yang harus
dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika, yaitu: (1) pemecahan masalah
matematis (mathematical problem solving), (2) komunikasi matematis (mathematical
communication), (3) penalaran matematis (mathematical reasoning), (4) koneksi
matematis (mathematical connection), dan (5) representasi matematis (mathematical
representation). Oleh karena itu, maka pembelajaran matematika yang dilakukan di
sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
atau algoritma dalam pemecahan masalah, mampu menggunakan penalaran pada
pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi serta
menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, mampu
mengomunikasikan gagasan untuk memperjelas keadaan masalah, serta memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari terutama
dalam pemecahan masalah. Kemampuan dalam memecahkan masalah dalam hal
ini meliputi kemampuan dalam memahami masalah, merancang model
matematika dan menyelesaikannya serta menafsirkan solusi yang diperoleh
berdasarkan penyelesaian masalah yang dihadapi. Seleruh kemampuan tersebut
seharusnya bisa dioptimalkan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Sehingga, pada artikel ini akan dibahas mengenai pengaruh modul
pembelajaran matematika berbasis etnomatematika Suku Samin pada materi pola
bilangan terhadap kemampuan literasi siswa.
.
Metode
Data

Pada artikel ini akan dikaji mengenai pengaruh modul pembelajaran


matematika berbasis etnomatematika Suku Samin pada materi pola bilangan
terhadap kemampuan literasi siswa. Data yang digunakan merupakan data
sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dan dikelola oleh orang lain (Daas &
Arends-Tóth, 2012). Data diambil berupa hasil belajar siswa yaitu pretest dan
posttest dari tesis oleh Faiq Al Ahadi (2020) dengan judul Eksplorasi Etnomatematika
pada Suku Samin dan Hubungannya dengan Konsep-Konsep Matematika dalam
Pembelajaran Kontekstual.

Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan objek penelitian.


Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP N 4 Ngawen,
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah Cluster Sampling, yaitu
pengambilan bukan berdasarkan pada individual, tetapi lebih berdasarkan pada
kelompok, daerah atau kelompok subjekyang secara alami berkumpul bersama.
Sampel yang terpilih adalah kelas VIII-A berjumlah 28 Siswa. Kemudian dalam
pengambilan sampel ini karena populasi di asumsikan berdistribusi normal dan
dalam keadaan homogen.

Hasil dan Pembahasan


Analisis data

Berikut data hasil pretest dan posttest siswa yang disajikan melalui histogram.

Tabel.1 Histogram Pretest

Histogram Pretest
12

10

0
45.5-54.5 54.5-63.5 63.5-72.5 72.5-81.5 81.5-90.5
Tabel.2 Histogram Posttest

Histogram Posttest
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
49.5-55.5 55.5-61.5 61.5-67.5 67.5-73.5 73.5-79.5 79.5-85.5

Dari data tersebut, dapat dihitung rata-rata nilai pretest dan posttest siwa

𝑥̅ 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 = 60.57143

𝑥̅ 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 = 62.82143

Uji hipotesis

Dari data yang telah diberikan, didapatkan nilai Thitung baik seara manual
maupun software menghasilkan nilai yang sama, yaitu 0.09285. sedangkan P-
valuenya adalah 0.3746 lebih besar dari 𝛼 = 0,05, sehingga terdapat fakta bahwa
Ho diterima. Hal tersebut dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar
siswa pada pretest dan posttest.

Analisis Deskriptif

Dari data yang telah dianalisis secara statistik, diketahui bahwa tidak ada
perbedaan hasil belajar siswa pada pretest dan posttest. Maka hal tersebut
berpengaruh pada kemampuan literasi matematika siswa. Berdasarkan National
Council of Teacher Mathematic (2000: 67) menetapkan Principle and Standarts for
School Mathematics meliputi lima keterampilan proses yang harus dikuasai siswa
dalam pembelajaran matematika, yaitu: (1) pemecahan masalah matematis
(mathematical problem solving), (2) komunikasi matematis (mathematical
communication), (3) penalaran matematis (mathematical reasoning), (4) koneksi
matematis (mathematical connection), dan (5) representasi matematis (mathematical
representation).
Karena modul pembelajaran etnomatematika merupakan salah satu bentuk
penerapan pada literasi matematika siswa. Sehingga, jika tidak ada pengaruh
dalam pretest dan posttest siswa maka tidak ada pengaruh dalam literasi
matematika siswa.

Kesimpulan
Dari data yang telah diberikan, didapatkan nilai Thitung baik seara manual
maupun software menghasilkan nilai yang sama, yaitu 0.09285. sedangkan P-
valuenya adalah 0.3746 lebih besar dari 𝛼 = 0,05, sehingga terdapat fakta bahwa
Ho diterima. Hal tersebut dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar
siswa pada pretest dan posttest. Karena modul pembelajaran etnomatematika
merupakan salah satu bentuk penerapan pada literasi matematika siswa.
Sehingga, jika tidak ada pengaruh dalam pretest dan posttest siswa maka tidak ada
pengaruh dalam literasi matematika siswa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh modul


pembelajaran matematika berbasis etnomatematika Suku Samin pada materi pola
bilangan terhadap kemampuan literasi siswa.

Daftar Pustaka
Abbas, dkk., (2001). Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan di Jawa Timur. Surabaya:
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur.

Anshory, N. (2013). Strategi Kebudayaan: Titik Balik Kebudayaan Nasional. Malang:


UB Press.

Arisetyawan, A., dkk.,(2014). Study of Ethnomathematics : A lesson from the


Baduy Culture. International Journal of Education and Research, 2, 681–688.

Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada


Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.

Budiarto, M. T. (2016). Etno-Matematika : Sebagai Batu Pijakan Untuk


Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika. Surabaya.

Budiarto, M. T., dkk.,(2019). Ethnomathematics: Formal Mathematics Milestones


for Primary Education. Journal of Physics: Conference Series (pp. 1–6).
D’Ambrosio, U. (1985). Ethnomathematics and its Place in the History and
Pedagogy of Mathematics. For the Learning of Mathematics - An International
Journal of Mathematics Education, 5, 44–48.

Dharma, S. (2008). Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta:


Direktorat Tenaga Kependidikan.

Ditasona, C. (2018). Ethnomathematics Exploration of the Toba Community:


Elements of Geometry Transformation Contained in Gorga (Ornament on
Bataks House). IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (pp.
1–6). Christian University of Indonesia.

Dokhi, M., dkk., (2016). Analisis Kearifan Lokal Ditinjau dari Keragaman Budaya Tahun
2016. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
(PDSPK).

Al Ahadi, F. (2020). Eksplorasi Etnomatematika Pada Suku Samin Dan


Hubungannya Dengan Konsep-Konsep Matematika Dalam Pembelajaran
Kontekstual. Thesis tidak diterbitkan. Universitas Negeri Semarang.

Fauzi, A., & Lu’luilmaknun, U. (2019). Etnomatematika pada Permainan Dengklaq


sebagai Media Pembelajaran Matematika. AKSIOMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, 8(3), 408. Retrieved from
http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/matematika/article/view/230
3

KBBI. (2020). KBBI Daring. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Retrieved from
https://kbbi.kemendikbud.go.id

Kemendikbud. (2018). Permendikbud 37 tahun 2018. Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan. Jakarta.

Koesoemadinata, R. P. (2002). Geologi Eksplorasi GL-451. Bandung: ITB.

Muhtadi, D., dkk.,(2017). Sundanese ethnomathematics: Mathematical activities in


estimating, measuring, and making patterns. Journal on Mathematics
Education, 8, 185–198.

Peursen, V. G. A. (1998). Strategi Kebudayaan. (D. Hartoko, Ed.). Yogyakarta:


Kanisius.

Ratna, N. K. (2010). Metode Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu-Ilmu Sosial Humoria
Pada Umumnya. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Risdiyanti, I., & Prahmana, R. C. I (2017). Ethnomathematics: Exploration in
Javanese culture. Journal of Physics: Conference Series, 943, 012032. Retrieved
from https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-
6596/943/1/012032

Sasti, P. M. (2017). Istilah Satuan Ukuran dalam Bahasa Jawa. Semarang: Balai Bahasa
Jawa Tengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Spiegel, M. R. (1983). Matematika Lanjutan untuk Para Insinyur dan Ilmuan. Jakarta:
Erlangga.

Spradley, J. P. (2006). Metode Etnografi (terjemahan). Metode Etnografi (terjemahan).


Yogyakarta: Tiara Wacana.

Susanah, & Hartono. (2004). Geometri. Surabaya: Unesa University Press.

Wahyuni, A., dkk., (2013). Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter


Bangsa: Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
FMIPA UNY. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta.

Wardhono, S. W. (1995). Memperkenalkan Komplek Percandian Panataran di Blitar.


Mojokerto: KPN Purbakala.

Zaenuri, & Dwidayati, N. (2018). Exploring ethnomathematics in Central Java.


Journal of Physics: Conference Series (pp. 1–6).
Apendiks
Data skor pretest dan posttest siswa

Berikut data hasil belajar siswa berupa skor pretest dan posttest siswa dari
modul pembelajaran matematika berbasis etnomatematika Suku Samin pada
materi pola bilangan.

Tabel 1.1 skor pretest dan posttest siswa

Pretest Posttest
No Kode Siswa Total Skor Kode Siswa Total Skor
1 UC-1 73 UC-1 66
2 UC-2 82 UC-2 53
3 UC-3 56 UC-3 61
4 UC-4 60 UC-4 80
5 UC-5 64 UC-5 50
6 UC-6 54 UC-6 60
7 UC-7 63 UC-7 73
8 UC-8 53 UC-8 63
9 UC-9 54 UC-9 67
10 UC-10 56 UC-10 62
11 UC-11 51 UC-11 63
12 UC-12 63 UC-12 60
13 UC-13 56 UC-13 60
14 UC-14 52 UC-14 55
15 UC-15 59 UC-15 64
16 UC-16 54 UC-16 59
17 UC-17 78 UC-17 56
18 UC-18 57 UC-18 52
19 UC-19 60 UC-19 60
20 UC-20 62 UC-20 66
21 UC-21 77 UC-21 59
22 UC-22 68 UC-22 82
23 UC-23 65 UC-23 50
24 UC-24 58 UC-24 68
25 UC-25 46 UC-25 57
26 UC-26 51 UC-26 64
27 UC-27 47 UC-27 78
28 UC-28 77 UC-28 71
Summary Data (Manual)

Berdasarkan data hasil belajar siswa berupa skor pretest dan posttest siswa
dari modul pembelajaran matematika berbasis etnomatematika Suku Samin pada
materi pola bilangan yang diperoleh dari 28 siswa sebagai sampel yaitu dari siswa
kelas VIII-A SMP N 4 Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Selanjutnya, akan dicari summary data dari data sampel tersebut.
Adapun summary data yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Rata-rata (Mean)
Pretest
𝑥̅ = 𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑛
𝑛
= ∑ 𝑥𝑖
𝑛
= 1696
28
= 60.57143

Posttest
𝑥̅ = 𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑛
𝑛
= ∑ 𝑥𝑖
𝑛
= 1759
28
= 62.82143

2. Modus
Pretest
𝑀𝑂 = 56

Posttest
𝑀𝑂 = 60

3. Median
Pretest
𝑛 + 1 28 + 1
𝑀𝐸 = = = 14.5
2 2
Maka, median dari data pretest adalah data ke-14,5 yaitu 58.5
Posttest
𝑛 + 1 28 + 1
𝑀𝐸 = = = 14.5
2 2
Maka, median dari data posttest adalah data ke-14,5 yaitu 61.5

4. Varians
Pretest
𝑆 2 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑛−1
= 2482.857
27
= 91.95767196

Posttest
𝑆 2 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑛−1
= 1880.107
27
= 69.6336

5. Standard Deviasi
Pretest
𝑠 =
∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2

𝑛−1
= √91.95767196
= 9.589456291

Posttest
𝑠 =
∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2

𝑛−1
= √69.6336
= 8.344675
6. Quartil
Pretest
Data yang telah diurutkan
46, 47, 51, 51, 52, 53, 54, 54, 54, 56, 56, 56, 57, 58, 59, 60, 60, 62, 63, 63, 64,
65, 68, 73, 77, 77, 78, 82

54 + 54
𝑄1 = = 54
2
58 + 59
𝑄2 = = 58.5
2
64 + 65
𝑄3 = = 64.5
2
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑞𝑢𝑎𝑟𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 (𝐼𝑅) = 𝑄3 − 𝑄1 = 64.5 − 54 = 10.5

Posttest
Data yang telah diurutkan
50, 50, 52, 53, 55, 56, 57, 59, 59, 60, 60, 60, 60, 61, 62, 63, 63, 64, 64, 66, 66,
67, 68, 71, 73, 78, 80, 82

57 + 59
𝑄1 = = 58
2
61 + 62
𝑄2 = = 61.5
2
66 + 67
𝑄3 = = 66.5
2
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑞𝑢𝑎𝑟𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 (𝐼𝑅) = 𝑄3 − 𝑄1 = 66,5 − 58 = 8,5

7. Histogram
Pretest
Tabel distribusi data berkelompok (Pretest)

Data Frekuensi Tepi kelas Interval Titik tengah


46 − 54 9 45,5 − 54,5 50
55 − 63 11 54,5 − 63,5 59
64 − 72 3 63,5 − 72,5 68
73 − 81 4 72,5 − 81,5 77
82 − 90 1 81,5 − 90,5 86
Histogram Pretest
12

10

0
45.5-54.5 54.5-63.5 63.5-72.5 72.5-81.5 81.5-90.5

Posttest
Tabel distribusi data berkelompok (Posttest)

Data Frekuensi Tepi kelas Interval Titik tengah


50 − 55 4 49,5 − 55,5 52,5
56 − 61 9 55,5 − 61,5 58,5
62 − 67 8 61,5 − 67,5 64,5
68 − 73 2 67,5 − 73,5 70,5
74 − 79 2 73,5 − 79,5 76,5
80 − 85 1 79,5 − 85,5 82,5

Histogram Posttest
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
49.5-55.5 55.5-61.5 61.5-67.5 67.5-73.5 73.5-79.5 79.5-85.5
8. Boxplot
Pretest

Boxplot Pretest

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Posttest

Boxplot Posttest

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
9. Uji T

Misal : Nilai pre-test = 1


Nilai post-test = 2

Diketahui :

̅̅̅1 = 60.57143
𝑥 𝑛1 = 28
𝑥2 = 62.82143
̅̅̅ 𝑛2 = 28

𝛿 ̅ = ̅̅̅
𝑥2 − ̅̅̅
𝑥1 = 62.82143 − 60.57143 = 2.25

Gunakan langkah-langkah uji hipotesis dengan menggunakan significant level (𝛼).

Langkah 1 Buatlah hipotesisnya. Terdapat perbedaan nilai rata-rata dalam tes


kemampuan spasial antara nilai pretest dan nilai posttest siswa.
Karenanya akan diuji pasangan hipotesis:
𝐻 : 𝜇 = 𝜇2
{ 0 1
𝐻1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2

Langkah 2 Menentukan titik kritis. Karena 𝛼 = 0,05, 𝑑𝑓 = 28 − 1 = 27 jadi


dari tabel 𝑇𝛼,𝑑𝑓 = 𝑇0,025,27 diperoleh bahwa nilai kritisnya adalah
2
±2,052

-2,052 2,052

Langkah 3 Hitung nilai ujinya.


(𝛿 ̅ − 𝛿) (2.25 − 0)
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = = = 0.09285
2 16442.174438
√ 𝛿𝑆 √
𝑛 28
Langkah 4 Buat keputusan. Tolak 𝐻0 karena nilai uji berada pada daerah
penolakan 𝐻0 .
-2,052 2,052 0.09285

Langkah 5 Terdapat fakta yang kuat untuk menerima 𝐻0 . Sehingga dapat


disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara
pretest dan posttest siswa dari modul pembelajaran matematika
berbasis etnomatematika Suku Samin pada materi pola bilangan.
Summary Data (Manual)

1. Min, Q1, Median, Mean, Q3, Max, Var, Standard Deviasi


Pretest
data <-c(73, 82, 56, 60, 64, 54, 63, 53, 54, 56, 51, 63, 56, 52, 59, 54, 78, 57, 60, 62,
77, 68, 65, 58, 46, 51, 47, 77)
summary(data) # untuk menghitung data
var(data) # menghitung varians data
sd(data) # menghitung standard deviasi dari data.

> data <-c(73, 82, 56, 60, 64, 54, 63, 53, 54, 56, 51, 63, 56, 52, 59, 54, 78, 57, 60,
62, 77, 68, 65, 58, 46, 51, 47, 77)
> summary(data) # untuk menghitung data
Min. 1st Qu. Median Mean 3rd Qu. Max.
46.00 54.00 58.50 60.57 64.25 82.00
> var(data) # menghitung varians data
[1] 91.95767
> sd(data) # menghitung standard deviasi dari data.
[1] 9.589456

Posttest
data <-c(66, 53, 61, 80, 50, 60, 73, 63, 67, 62, 63, 60, 60, 55, 64, 59, 56, 52, 60, 66,
59, 82, 50, 68, 57, 64, 78, 71)
summary(data) # untuk menghitung data
var(data) # menghitung varians data
sd(data) # menghitung standard deviasi dari data.

> data <-c(66, 53, 61, 80, 50, 60, 73, 63, 67, 62, 63, 60, 60, 55, 64, 59, 56, 52, 60,
66, 59, 82, 50, 68, 57, 64, 78, 71)
> summary(data) # untuk menghitung data
Min. 1st Qu. Median Mean 3rd Qu. Max.
50.00 58.50 61.50 62.82 66.25 82.00
> var(data) # menghitung varians data
[1] 69.6336
> sd(data) # menghitung standard deviasi dari data.
[1] 8.344675
>
2. Histogram
Pretest

data <-c(73, 82, 56, 60, 64, 54, 63, 53, 54, 56, 51, 63, 56, 52, 59, 54, 78, 57, 60, 62,
77, 68, 65, 58, 46, 51, 47, 77)
# histogram
hist(data)
# histogram yang kasar
hist(data)
### menggambar histogram dengan batas bawah 46
### dan lebar kelasnya adalah 9
### membuat kelas dengan memasukkan lebar kelas
bins <- seq(45,90,by=9)
### memasukkan nilai yang cocok kedalam kelas
interval<-cut(data,bins)
table(interval) ## table frekuensi
transform(table(interval)) ### tampilan table frekuensi
# memberikan judul pada histogram
hist(data,breaks=bins,main="Pretest",
xlab="Data skor Pretest ", col="blue")

> data <-c(73, 82, 56, 60, 64, 54, 63, 53, 54, 56, 51, 63, 56, 52, 59, 54, 78, 57, 60,
62, 77, 68, 65, 58, 46, 51, 47, 77)
> # histogram
> hist(data)
> # histogram yang kasar
> hist(data)
> ### menggambar histogram dengan batas bawah 46
> ### dan lebar kelasnya adalah 9
> ### membuat kelas dengan memasukkan lebar kelas
> bins <- seq(45,90,by=9)
> ### memasukkan nilai yang cocok kedalam kelas
> interval<-cut(data,bins)
> table(interval) ## table frekuensi
interval
(45,54] (54,63] (63,72] (72,81] (81,90]
9 11 3 4 1
> transform(table(interval)) ### tampilan table frekuensi
interval Freq
1 (45,54] 9
2 (54,63] 11
3 (63,72] 3
4 (72,81] 4
5 (81,90] 1
> # memberikan judul pada histogram
> hist(data,breaks=bins,main="Pretest",
+ xlab="Data skor Pretest ", col="blue")

Posttest

data <-c(66, 53, 61, 80, 50, 60, 73, 63, 67, 62, 63, 60, 60, 55, 64, 59, 56, 52, 60, 66,
59, 82, 50, 68, 57, 64, 78, 71)
# histogram
hist(data)
# histogram yang kasar
hist(data)
### menggambar histogram dengan batas bawah 50
### dan lebar kelasnya adalah 6
### membuat kelas dengan memasukkan lebar kelas
bins <- seq(50,90,by=6)
### memasukkan nilai yang cocok kedalam kelas
interval<-cut(data,bins)
table(interval) ## table frekuensi
transform(table(interval)) ### tampilan table frekuensi
# memberikan judul pada histogram
hist(data,breaks=bins,main="Posttest",
xlab="Data skor Posttest ", col="purple")

> data <-c(66, 53, 61, 80, 50, 60, 73, 63, 67, 62, 63, 60, 60, 55, 64, 59, 56, 52, 60,
66, 59, 82, 50, 68, 57, 64, 78, 71)
> # histogram
> hist(data)
> # histogram yang kasar
> hist(data)
> ### menggambar histogram dengan batas bawah 50
> ### dan lebar kelasnya adalah 6
> ### membuat kelas dengan memasukkan lebar kelas
> bins <- seq(50,90,by=6)
> ### memasukkan nilai yang cocok kedalam kelas
> interval<-cut(data,bins)
> table(interval) ## table frekuensi
interval
(50,56] (56,62] (62,68] (68,74] (74,80] (80,86]
4 9 8 2 2 1
> transform(table(interval)) ### tampilan table frekuensi
interval Freq
1 (50,56] 4
2 (56,62] 9
3 (62,68] 8
4 (68,74] 2
5 (74,80] 2
6 (80,86] 1
> # memberikan judul pada histogram
> hist(data,breaks=bins,main="Posttest",
+ xlab="Data skor Posttest ", col="purple")

3. Boxplot
Pretest
data <-c(73, 82, 56, 60, 64, 54, 63, 53, 54, 56, 51, 63, 56, 52, 59, 54, 78, 57, 60, 62,
77, 68, 65, 58, 46, 51, 47, 77)
boxplot(data)
boxplot(data,breaks=bins,main="Pretest",
xlab="Data skor Pretest ", col="blue")
Posttest
> data <-c(66, 53, 61, 80, 50, 60, 73, 63, 67, 62, 63, 60, 60, 55, 64, 59, 56, 52, 60,
66, 59, 82, 50, 68, 57, 64, 78, 71)
boxplot(data)
boxplot(data,breaks=bins,main="Posttest",
xlab="Data skor Posttest ", col="purple")

4. Uji T

Script
library(TeachingDemos)

pre=c(73, 82, 56, 60, 64, 54, 63, 53, 54, 56, 51, 63, 56, 52, 59, 54, 78, 57, 60, 62, 77,
68, 65, 58, 46, 51, 47, 77)
post=c(66, 53, 61, 80, 50, 60, 73, 63, 67, 62, 63, 60, 60, 55, 64, 59, 56, 52, 60, 66,
59, 82, 50, 68, 57, 64, 78, 71)

t.test(x=pre, y=post,
alternative = "two.sided",
mu = 0, paired = TRUE, var.equal = TRUE,
conf.level = 0.95)

Hasil

>
> library(TeachingDemos)
> pre=c(73, 82, 56, 60, 64, 54, 63, 53, 54, 56, 51, 63, 56, 52, 59, 54, 78, 57, 60, 62,
77, 68, 65, 58, 46, 51, 47, 77)
> post=c(66, 53, 61, 80, 50, 60, 73, 63, 67, 62, 63, 60, 60, 55, 64, 59, 56, 52, 60, 66,
59, 82, 50, 68, 57, 64, 78, 71)
> t.test(x=pre, y=post,
+ alternative = "two.sided",
+ mu = 0, paired = TRUE, var.equal = TRUE,
+ conf.level = 0.95)

Paired t-test

data: pre and post


t = -0.90285, df = 27, p-value = 0.3746
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-7.363402 2.863402
sample estimates:
mean of the differences
-2.25

>
>

Anda mungkin juga menyukai