Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISTIK PEMBELAJAR MATEMATIKA SD

( Nama : Khairiyah NIM : 20080080 )

1. Aspek Geografis
a. Anak-anak yang berada di RBK Pasar Rebo, Duren Sawit, dan Kramat Jati, memiliki
tingkatan minat terhadap pelajaran matematika yang rendah, oleh sebabnya nilai
matematika mereka di sekolah tidak maksimal. Mereka beranggapan bahwa pelajaran
matematika itu sulit, karena terdapat banyak rumus yang harus mereka hafalkan,
sehingga kecemasan dan ketakutan itu terus tumbuh dalam diri mereka. Ada banyak
metode dalam proses pembelajaran, namun tidak semua metode cocok untuk diterapkan
pada pelajaran matematika. Salah satu metode pembelajaran matematika yang dapat
membuat siswa merasa senang saat melakukannya yaitu dengan media permainan.
Seperti yang dikemukakan oleh Komariyah, bahwa salah satu media pembelajaran yang
dapat menarik minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran matematika yaitu dengan
menggunakan media permainan. Penambahan permainan dalam pembelajaran memiliki
dua aspek positif, yaitu aspek kemenarikan dan aspek mendidik (Eka Prasetya, 2016).
Melalui metode pembelajaran melalu permainan, maka akan menjadikan anak-anak usia
sekolah khususnya pada tingkat dasar, dapat termotivasi untuk belajar matematik sebagai
suatu hal yang tidak menakutkan, mencemaskan, membosankan dan pasif, melainkan
belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan, fleksibel, dan
membuat para peserta didik menjadi aktif dan kreatif. Lalu menurut Nugraheni (2017),
“media permainan membangkitkan semangat bagi siswa untuk meningkatkan
ketrampilannya dengan perasaan senang”.Kesesuaian penerapan program ini pada
tingkat sekolah dasar, terlihat dalam karakteristik umum yang dimiliki anak-anak pada
jenjang sekolah dasar, yaitu: (1) senang bergerak; (2) senang bermain; (3) senang
melakukan sesuatu secara langsung; serta (4) senang bekerja dengan kelompok. Oleh
karenanya, kami sebagai tim penyusun ingin mengajukan program “Keterampilan
Matematika Asyik sebagai Inovasi Pembelajaran Matematika”.

b. Implementasi Pengembangan Model Penilaian Autentik dan Komprehensif pada


Pembelajaran Matematika di Daerah Pesisir dan Aliran Sungai Kalimantan Selatan.
Berdasarkan hasil temuan dilapangan dan yang sudah dipaparkan, didapat bahwa model
rancangan perangkat pembelajaran dan cara penilaian yang berjalan selama ini di
Sekolah Dasar belum sepenuhnya menggunakan pendekatan siantifik dengan
pengembangan model penilaian autentik komprehensif pada pembelajaran matematika.
Pendidik di sekolah-sekolah yang ada di daerah kabupaten banyak menggunakan
perangkat pembelajran dari hasil copy paste dari teman-teman sejawat mereka. Dan
sudah diseragamkan melalui persatuan kelompok kerja guru di setiap kecamatan yang
ada di kabupaten. Mereka menginginkan perangakat pembelajaran yang siap untuk di
laksanakan di lapangan tanpa harus membuatnya sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan.Sementara itu untuk memperlancar kegiatan pembelajaran dan untuk
memperoleh hasil yang maksimal pembuatan perangkat sebelum kegiatan dilaksanakan
adalah suatu cara yang dilakukan seseorang secara sistematik untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.

2. Suku/Etnis
a. Menurut Sabilirrosyad (2016), bahwa ada beberapa prinsip geometri yang digunakan
dalam pembuatan motif kain tenun motif usap suku sasak, yaitu terdapat banyak sumbu
diagonal yang muncul dari analisis terhadap kesimetrisan dan pengulangan detail pada
keseluruhan motif kain. Terlihat bahwa ada konsep garis lurus yang termuat dalam motif
kain tenun buna dapat digunakan untuk pembelajaran konsep garis lurus. Dengan motif
ini, siswa akan dimudahkan dalam memahami konsep-konsep matematika yang dirasa
sulit selama ini. Kegiatan pembelajaran matematika dimulai dengan pengamatan siswa
terhadap pola pada kain tenun motif Buna. Misalnya, siswa dapat menemukan konsep
garis lurus dan konsep segi empat.

b. Matematika merupakan suatu bentuk budaya dan sesungguhnya telah terintegrasi dalam
seluruh aspek kehidupan masyarakat(Hardiarti, 2017). Hal ini kemudian dikenal dengan
istilah etnomatematika. Pengertian awal etnomatematika dipahami sebagai praktik
aktivitas matematis yang diidentifikasi melalui budaya (Ambrosio, 1985). Pengertian
tersebut memposisikan etnomatematika sebagai sarana untuk menjembatani antara
budaya dan pendidikan khususnya pembelajaran matematika. Tanpa disadari masyarakat
telah melakukan berbagai aktivitas dengan menggunakan konsep- konsep matematika
dan ide-ide matematis. Misalnya, aktivitas berhitung dengan menyebutkan suatu
bilangan, aktivitas mengukur (panjang, luas, volume, dan berat), kesenian, permainan,
aktivitas jual beli (menghitung uang kembalian, laba atau rugi, dan sebagainya), dan
arsitektur bangunan (Rumah Adat).
Sifat matematika yang abstrak membuat matematika menjadi mata pelajaran sukar
dipahami oleh siswa. Matematika memiliki posisi penting pada kurikulum namun siswa
kesulitan untuk memahami mata pelajaran tersebut(Varaidzaimakondo & Makondo,
2020). Untuk meminimalisir hal tersebut maka keabstrakan objek dalam matematika
harus dikaitkan dengan hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa untuk
membantu pemahaman siswa(Kencanawaty & Irawan, 2017). Untuk tujuan tersebut
maka seharusnya dalam pembelajaran matematika diperlukan media pembelajaran yang
sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Tahap perkembangan kognitif siswa
pada jenjang sekolah dasar termasuk dalam tahapan operasional konkret. Pada tahapan
ini, perkembangan kognitif siswa masih sangat bergantung pada manipulasi fisik dari
objek-objek(Piaget & Inhelder, 2016).

3. Gender
a. Perbedaan gender merupakan faktor yang mempengaruhi proses berpikir. NAPLAN
(National Assesment Program-Literacy and Numaracy) mengemukakan bahwa laki-laki
mengalahkan anak perempuan pada perhitungan dan anak perempuan secara konsisten
mengalahkan anak lakilaki dalam membaca, menulis, dan mengeja serta tata bahasa,
Leder (2019). Berdasarkan pernyataan NAPLAN menunjukkan bahwa laki-laki lebih
unggul dalam melakukan perhitungan matematika, begitupun pada penelitian ini tes
yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis matematika, peserta didik laki-laki
lebih unggul dari peserta didik perempuan. Menurut Nafi’an (dalam Simajuntak,
Yasifati, & Nurliani, 2019) menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dalam belajar matematika sebagai berikut:(1) Laki-laki lebih unggul dalam penalaran,
perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan keseksamaan
berpikir, dan (2) Laki-laki memiliki kemampuan matematika dan mekanika yang lebih
baik daripada perempuan, perbedaan ini tidak nyata pada tingkat sekolah dasar tetapi
menjadi tampak lebih jelas pada tingkat yang lebih tinggi.

b. Dalam penelitian yang lain, Driessen (2013) melalui penyelidikan dalam tiga domain,
yaitu kompetensi kognitif, kompetensi non-kognitif, dan fitur karir di sekolah
mengungkapkan bahwa, khusus di sekolah dasar (SD) secara umum anak laki-laki
memiliki keunggulan dalam bidang matematika, studi dunia dan bahasa Inggris,
sementara anak perempuan memiliki keunggulan dalam bidang bahasa dan membaca.
Namun perlu diingat bahwa dari berbagai data di atas tidak berusaha untuk
mempolarisasi siswa dalam dua karakter yang berbeda berdasarkan gender mereka,
hanya saja untuk memberikan informasi bahwa dalam beberapa aspek dimungkinkan
siswa laki-laki memiliki perbedaan dengan siswa perempuan, namun dalam aspek yang
lain tidak terdapat berbedaan signifikan atau dimungkinkan memiliki kesamaan. Bagi
praktisi pendidikan, informasi tersebut menggambarkan bahwa dalam proses belajar,
terdapat banyak factor yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain, baik dari
persepsi, iklim sekolah, kemampuan siswa, keadaan sosioemosional di kelas, kesiapan
guru. Interaksiinteraksi tersebut membuat dampak signifikan terhadap hasil
pembelajaran. Guru sebagai komponen pendidikan yang paling dekat dengan siswa
dapat memberikan perlakuan terbaik dalam mendukung berkembangnya kemampuan
siswa, tidak hanya dalam menfasilitasi alat dan media belajar, namun memahami
karakteristik masingmasing siswa.

4. Umur
a. Karakteristik atau ciri khas yang terdapat pada siswa sekolah dasar baik yang berkaitan
dengan pertumbuhan maupun perkembangan sangat penting diperhatikan mengingat
pada anak usia sekolah dasar 6-12 tahun, anak banyak mengalami perubahan baik fisik
maupun mental sebagai hasil perpaduan faktor internal maupun eksternal, yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan pergaulan dengan teman sebaya.Dalam
kaitannya dengan pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu mengetahui benar sifat-
sifat serta karakteristik tersebut agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan
tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan anak didiknya
sesuai dengan kebutuhan anak dan harapan orang tua.Perkembangan fisik dan intelektual
anak usia 6-12 tahun nampak cenderung lamban. Perkembangan fisik atau jasmani anak
sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama. Nutrisi
dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak, untuk itu makanan yang
bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua, kebiasaan hidup yang baik
akan menujang pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Pada umumnya karakteristik siswa sekolah dasar yang berada dalam fase operasional
konkrit, yaitu antara umur 6 sampai 13 tahun. Piaget juga mengemukakan kemampuan
berpikir siswa dalam mengoperasikan kaidah-kaidah logika yang yang masih bersifat
konkrit(Ferryka, 2017). Jadi semua objek dapat dilihat melalui panca indera, dalam
pelajaran matematika perlunya media sehingga dapat mempermudah siswa untuk
memahami pembelajaran. Sehubungan dengan permasalahan yang ada, media Takbar
merupakan solusi peneliti dalam meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada
pembelajaran matematika yang ditujukan pada siswa kelas IV. Menurut pendapat
Hamalik penggunaan media pembelajaran dapat mendorong pembelajaran, minat, serta
memotivasi peserta didik dalam kegiatan belajar(Afifah & Hartatik, 2019). Oleh karena
itu, pentingnya guru harus menyampaikan materi menggunakan media atau sarana yang
proporsional dengan karakteristik anak, yang diciptakan untuk mewujudkan minat siswa
saat proses pembelajaran dilaksanakan. Hal ini ditujukan menjadi salah satu sarana untuk
mendorong timbulnya motivasi belajar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman
belajar dengan mudah tanpa disadari dan dapat tercapainya sebuah tujuan pembelajaran.

5. Tempat tinggal
a. Slameto (2010: 2) mengatakan “Belajar adalah sebuah proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.”
Dalam mencapai hasil belajar terdapat 2 faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor
intern (dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (dari luar diri siswa). Lingkungan
menjadi faktor yang penting dalam menunjang hasil belajar siswa, salah satunya
lingkungan tempat tinggal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat). Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat
merupakan bagian dari lingkungan tempat tinggal.
Adanya Pengaruh Jarak Tempat Tinggal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SDN
1 Gedebeg. Hasil pengolahan data deskriptif menunjukkan bahwa jarak tempat tinggal
tergolong tinggi. Kriteria pengukuran jarak tempat tinggal diperoleh dari wawancara
siswa yang jarak rumanya di atas 5Km dan dibawah 5Km. Hipotesis pertama pada
penelitian ini yaitu tidak terdapat pengaruh positif antara Jarak Tempat Tinggal
Terhadap Hasil Belajar Matematika(H0). Hipotesis yang menyatakan bahwa “Ada
pengaruh jarak tempat tinggal terhadap hasil belajar matematika siswa SDN 1 Gedebeg”.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perhitungan korelasi product moment (rxy) antara
jarak tempat tinggal (X) dengan hasil belajar (Y) diperoleh koefisien korelasi sebesar
0,205. Harga koefisien rtabel dengan taraf signifikansi 5% dan N =20 sebesar 0,444.
Hasil ini menunjukkan bahwa rhitung lebih besar daripada rtabel sehingga Ho diterima,
ini berarti ada pengaruh yang positif jarak tempat tinggal terhadap hasil belajar
matematika siswa SDN 1 Gedebeg pada tahun pelajaran 2019/ 2020.
6. Agama
a. Penelitian Mustikaningrum et al. (2020) yang mengemukakan implementasi pendidikan
karakter dalam masa pandemi dapat diintegrasikan dengan kurikulum dan metode
pembelajaran. Berikutnya, penelitian mengenai implementasi pendidikan karakter dalam
sekolah dan dalam pembelajaran tematik yang dapat menumbuhkan karakter disiplin,
tanggung jawab serta kerjasama (Febriyanto et al., 2020; Pramasanti et al., 2020). Kajian
dan penelitian tersebut menjelaskan berbagai macam implementasi mengenai pendidikan
karakter di sekolah dan berkaitan dengan kurikulum. Namun belum banyak kajian yang
mengaitkan mengenai pengelolaan pendidikan karakter khusus pada pembelajaran
matematika. Dalam pembelajaran matematika masih banyak sekali terjadi permasalahan
mengenai karakter siswa. Misalnya mencontek, rendahnya sikap mandiri, siswa
cenderung pasif apabila diberi permasalahan, kurang bertanggung jawab pada tugas-
tugas yang diberikan guru, kurangnya sikap disiplin dengan terdapat siswa
yangterlambat mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam mengenai pengelolaan pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika
di sekolah dasar.

b. Dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika di tingkat sekolah


dasar, kehadiran media memiliki arti yang penting. Berbagai hasil penelitian pun
menunjukkan bahwa media memberikan bantuan sangat besar kepada siswa dalam
proses pembelajaran matematika di sekolah dasar.Video merupakan jenis media yang
mengandalkan indra pendengaran dan penglihatan. Media ini sesuai untuk anak-anak di
usia sekolah dasar. Siswa usia sekolah dasar berada pada kategori usia the golden age
yang mampu menyerap apa yang didapatkan baik dari apa yang dilihat dan didengar dari
lingkungan sekitar. Pada masa ini adalah masa yang tepat untuk menanamkan motivasi
belajar dan karakter yang baik (Suryansah & Suwarjo, 2016) ; (Hakim, 2017) ;
(Syaifudin, 2018).Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tergerak
untuk melakukan penelitian dan pengembangan video pembelajaran matematika
bernuansa nilai-nilai Islam dengan harapan selain dapat membantu anak lebih mudah
memahami konsep matematika dan mengembangkan karakter religius siswa usia sekolah
dasar.

Daftar Pustaka (berupa link)


1 a http://journal.upgris.ac.id/index.php/e-dimas/article/download/6867/4214
b https://snllb.ulm.ac.id/prosiding/index.php/snllb-lit/article/viewFile/499/502
2 a https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/8767/M-21 Yohanis Ndapa Deda
dan Hermina Disnawati hal 201-209.pdf?sequence=1&isAllowed=y
b https://ejournal.bbg.ac.id/numeracy/article/download/1396/1185
3 a https://ejournal.unma.ac.id/index.php/dm/article/download/1448/908
b https://ejournal.undaris.ac.id/index.php/waspada/article/viewFile/152/115
4 a http://repo.mahadewa.ac.id/id/eprint/1776/1/621-Article Text-1614-1-10-20200503.pdf
b https://www.j-cup.org/index.php/cendekia/article/download/1407/654
5 a http://jurnal.unw.ac.id/index.php/dwijaloka/article/download/1514/976
b
6 a https://ejournal.unma.ac.id/index.php/cp/article/download/2431/1513
b http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/primary/article/download/4711/3138

Anda mungkin juga menyukai