Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Matematika adalah ilmu dasar yang kehidupan sehari-hari berguna
untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang dewasa ini.Begitu pentingnya matematika untuk kehidupan
namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan penguasaan dan
ketrampilan matematika pada siswa khususnya Sekolah Dasar.
Pembelajaran matematika yang terjadi di Indonesia saat ini adalah sekolah
dan guru-guru memperlakukan siswa bagaikan suatu wadah yang siap diisi
dengan pengetahuan, sekolah dan guru umumnya berfokus pada perolehan
jawaban siswa yang benar dalam mengembangkan proses dan menurunkan
jawaban. Hasilnya, bahwa siswa seringkali hanya untuk mencapai prestasi
dan untuk memahami kulit-kulitnya saja.
Jika pembelajaran matematika dilakukan hanya dengan metode
konvensional, tanpa adanya usaha-usaha yang dapat menciptakan suatu
pembelajaran yang memberikan pengalaman lebih bagi siswa, akan
menyebabkan sedikitnya pengalaman belajar yang didapatkan siswa
sehingga kemampuan siwa terhadap pemahaman materi terbatas.
Keterbatasan pemahaman akan turut mempengaruhi kemampuan kreatif
siswa dalam mengembangkan suatu konsep yang dipelajari.
Untuk memperoleh kualitas pembelajaran yang baik, salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah menentukan metode
pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Metode, model
atau pendekatan yang baik dirasa cukup membantu siswa dalam
memahami suatu materi, namun pada kenyataannya suatu metode tidak
akan berjalan baik jika peranan guru tidak terlibat secara penuh.
Selama ini, pembelajaran budaya hanya dimaktubkan dalam
pembelajaran ips, pkn atau kesenian saja.Budaya kurang terlibat dalam
integrasi mata pelajaran terutama matematika.Salah satu wujud
pembelajaran yang berbasis budaya adalah Etnomatematika. Pembelajaran
etnomatematika dapat dipandang sebagai usaha pelestarian budaya,
melalui pemebelajaran etnomatematika peserta didik tidak hanya belajar
matematika tetapi juga belajar mengenai budaya sekitar, peserta didik akan
lebih mudah mengenal materi melalui lingkungan sekitar. Dalam makalah
ini penulis akan memaparkan bagaimana pemebalajaran kpk diintegrasikan
dengan etnomatematik daerah semarang.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Etnomatematika?
2. Bagaimana Etnomatetika dalam pembelajaran Matematika SD Kelas
4?
3. Bagaimana penerapan Etnomatematik dalam Pembelajaran KPK SD
Kelas 4?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan Memahami arti Etnomatematika
2. Mengetahui bagaimana Etnomatematika dalam pembelajaran
Matematika SD Kelas 4
3. Mengetahui bagaimana penerapan Etnomatematika dalam
pembelajaran KPK SD Kelas 4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etnomatematika

Matematika tumbuh dan berkembang di berbagai belahan bumi ini,


tidak hanya di satu lokasi atau wilayah saja. Ada yang tumbuh dan
berkembang di wilayah India, Amerika, Arab, Cina, Eropa, bahkan Indonesia
dan juga daerah lain. Pertumbuhan dan perkembangan matematika terjadi
karena adanya tantangan hidup yang dihadapi manusia di berbagai wilayah
dengan berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Setiap budaya dan sub
budaya mengembangkan matematika dengan cara mereka sendiri. Sehingga
matematika dipandang sebagai hasil akal budi (pikiran) manusia dalam
aktivitas masyarakat sehari-hari.

Etnomatematika diperkenalkan oleh DAmbroiso, seorang


matematikawan Brasil pada tahun 1977.Definisi Etnomatematika menurut
DAmbrosio secara bahasa berawalan ethIno diartikan sebagai sesuatu yang
sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya termasuk bahasa,
jargon, symbol, kode perilaku, mitos, dan symbol.Kata dasar matIhema
cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, memahami dan melakukan
kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasikan, menyimpulkan,
dan pemodelan. Akhiran tIics berasal dari techne, dan bermakna sama
dengan teknik. Sedangkan secara istilah etnomatematika diartikan sebagai:
matematika yang dipraktekan di antara kelompok budaya diidentifikasikan
seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok
usia tertentu dan kelas professional.

Dari definisi tersebut etnomatematika dapat diartikan sebagai


matematika yang dipraktikkan oleh kelompok budaya, seperti masyarakat
perkotaan dan pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari usia tertentu,
masyarakat adat, dan lainnya. DAmbrosio menyatakan bahwa tujuan dari
adanya etnomatematika adalah mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam
melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika
akademik yang dikembangkan oleh berbagai sector masyarakat serta dengan
mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda
merundingkan praktek matematika mereka (cara mengelompokkan,
berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya).

Dengan demikian, sebagai hasil dari sejarah budaya matematika dapat


memiliki bentuk yang berbeda-beda dan berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat pemakainya. Etnomatematika menggunakan
konsep matematika secara luas yang terkait dengan berbagai aktivitas
matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur,
merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, dan lain
sebagainya

Etnomatematika merupakan studi tentang konsepsi-konsepsi,


tradisitradisi, kebiasaan-kebiasaan matematika dan termasuk pekerjaan
mendidik dan membuat anggota kelompok menyadari bahwa (1) mereka
mempunyai pengetahuan, (2) mereka dapat menyusun dan
menginterpretasikan pengetahuannya, (3) mereka mampu memperoleh
pengetahuan akademik, dan (4) mereka mampu membandingkan dua tipe
pengetahuan yang berbeda dan memilih salah satu yang cocok untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya (Mastur etal., 2013).
Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah sekaligus kota
metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta. Sebagai salah satu
kota paling berkembang di Pulau Jawa, kota Semarang mempunyai
peninggalan sejarah yang sampai saat ini menjadi obyek wisata di daerah
Bandungan. Yaitu candi gedong songo. Selain itu semarang juga mempunyai
beberapa kesenian tradisional yang harus dilindungi dan dilestarikan. Penulis
menggunakan pendekatan budaya-budaya yang ada di semarang dalam materi
pembelajaran KPK SD Kelas 4 agar siswa lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran serta menumbuhkan sikap positif siswa terhadap budaya local.
Beberapa budaya lokal di sajikan pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Candi Gedong Songo Tari Gambyong

Tari Serimpi

Penerapan etnomatematika dalam makalah ini yaitu dengan


menjadikan pengetahuan budaya lokal Semarang sebagai bahan rujukan
dalam menyampaikan materi KPK serta pembuatan soal-soal komunikasi
matematika KPK Kelas 4. Hal tersebut sejalan dengan yang dinyatakan oleh
Rachmawati (2012) bahwa salah satu cara memanfaatkan pengetahuan
etnomatematika dalam pembelajaran di sekolah adalah dengan menjadikan
pengetahuan tentang etnomatematika tersebut sebagai bahan rujukan dalam
penyampaian materi maupun pembuatan soal-soal komunikasi matematis
yang sesuai dengan latar belakang budaya siswa.
2.2 Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika SD

Pengajaran matematika bagi setiap orang seharusnya


disesuaikan dengan budayanya (Dambrosio dalam Shirley, 1995).Untuk itu
diperlukan suatu jembatan yang menghubungkan antara matematika di luar
sekolah dengan matematika di dalam sekolah.Pada dasarnya peserta didik,
telah memiliki pengetahuan awal (konsep awal) yang diperoleh dari
lingkungan sosial budayanya. Hanya saja pengetahuan tersebut masih perlu
digali, dibangun dan dikembangkan selama proses belajar mengajar,
sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang lebih aktual. Sedangkan
memahami konsep awal peserta didik merupakan kegiatan yang tidak
mudah, karena konsep awal peserta didik bersifat individual. Namun, jika
guru tidak memperhatikan konsep awal tersebut akan berakibat munculnya
kesulitan belajar.

Pembelajaran matematika membutuhkan suatu pendekatan


agar dalam pelaksanaanya memberikan keefektifan.Sebagaimana dari salah
satu tujuan pembelajaran itu sendiri bahwa pembelajaran dilakukan agar
peserta didik dapat mampu menguasai konten atau materi yang diajarkan
dan menerakannya dalam memecahkan masalah. Untuk mencapai tujuan
pembejaran ini mestinya guru lebih memahami faktor apa saja yang
berpengaruh dalam lingkungan siswa terhadap pembelajaran. Salah satu
faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran adalah budaya yang ada
didalam lingkungan masyarakat yang siswa tempati. Budaya sangat
menentukan bagaiamana cara pandang siswa dalam menyikapi sesuatu.
Termasuk dalam memahami suatu materi matematika.Ketika suatu materi
begitu jauh dari skema budaya yang mereka miliki tentunya materi tersebut
sulit untuk difahami.Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dalam
pembelajaran matematika yang mampu menghubungkan antara matematika
dengan budaya mereka.

Dalam pembelajaran di sekolah, guru dapat memotivasi siswa agar


lebih tertarik mempelajari matematika dengan mengaitkan materi yang
akandiajarkan dengan contoh konkret model matematika materi tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi sebagian besar siswa yang telah memiliki
pengetahuan awal tentang contoh tersebut, hal ini akan menjadi konsep awal
mereka untuk mempelajari materi. Sedangkan kemungkinan akan sebagian
kecil siswa yang belum mengetahui tentang model matematika tersebut,
walaupun dalam lingkungan budayanya sudah ada, siwa akan merasa
tertantang untuk mencari tahu keberadaan dan wujud benda tersebut, apakah
benar sesuai dengan apa yang telah guru sampaikan merupakan salah satu
model matematika materi yang telah mereka pelajari atau tidak. Secara tidak
langsung hal ini akan memberikan motivasi belajar untuk lebih memahami
materi ajar yang telah guru sampaikan sekaligus mengenal lingkungan
budayanya.

Etnomatemtika merupakan jembatan matematika dengan budaya,


sebagiamana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa etnomatematika
mengakui adanya cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dalam
aktivitas masyarakat. Dengan menerapakan etnomatematika sebagai suatu
pendekatan pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi yang
pelajari terkait dengan budaya mereka sehingga pemahaman suatu materi
oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait langsung
dengan budaya meraka yang merupakan aktivitas mereka sehari-hari dalam
bermasyarakat. Tentunya hal ini membantu guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran untuk dapat memfasilitasi siswa secara baik dalam memahami
suatu materi.
2.3 Penerapan Pembelajaran KPK SD Kelas 4

2.3.1 Pembelajaran KPK

KPK adalah kelipatan persekutuan dari dua bilangan yang nilainya


paling kecil. (Indriyasuti, 2008: 22). Dalam kehidupan sehari-hari sering
kita jumpai permasalahan yang penyelesainya menggunakan teori KPK. Ciri
dari permasalahan tersebut adalah bermula dari hal/kesempatan yang sama
pada waktu/keadaan berikutnya.
Pembelajaran KPK di SD kelas 4 lazimnya dibelajarkan melalui
pohon faktor dan garis bilangan untuk memecahkan masalah.Meskipun
begitu banyak siswa yang masih bingung ketika harus menyelesaikan soal-
soal KPK dengan cepat dan benar.
Materi KPK merupakan materi yang baru di kelas 4 sehingga
kebanyakan siswa menganggap materi KPK adalah materi yang menakutkan
dan sulit dipecahkan.Pada tahap awal, Untuk menentukan kelipatan
persekutuan terkecil dari dua bilangan dapat dilakukan dengan mengurutkan
kelipatan masing-masing bilangan.
Berikut contoh langkah mencari KPK dari bilangan 2 dan 3.
1. Bilangan asli kelipatan 2 adalah:2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, ,16, 18,
20, 22, 24, . . .
2. Bilangan asli kelipatan 3 adalah: 3, 6, 9, 12, 16, 18, 21, 24,
3. Kelipatan persekutuan adalah: 6, 12, 18, 24, . . .
4. Di antara kelipatan persekutuan antara 2 dan 3, bilangan 6
adalah yang terkecil.
5. Oleh karena itu, 6 disebut kelipatan persekutuan terkecil dan
disingkat KPK dari 2 dan 3.
2.3.2 Penerapan Etnomatematika dalam Pembelajaran KPK

Pendekatan Etnomatematika dapat diterapkan pada materi KPK di SD


kelas 4, dalam kegiatan pembelajaran, kajian etnomatematika yang dipakai
adalah Permainan Tradisional. Untuk lebih lanjut, kajian etnomatematika
berupa Peninggalan Sejarah dapat diterapkan pada soal evaluasi.

Salah satu permainan tradisional yang ada di Indonesia khususnya


Jawa Tengah, lebih khusus lagi di Semarang adalah permainan dakon.
Permainan dakon dapat digunakan dalam pembelajaran KPK di SD kelas 4.
Metode ini dikenal sebagai dakonmatika
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan DAKOTA

Alat :
1. Cutter/ Gergaji 6. Spidol
2. Bor 7. Pilox / Cat
3. Kawat 8. Selotip dan Double tip
4. Penggaris 9. Amplas
5. Lem Aibon
Bahan :
1. Tripleks / Karton Duplex / Sterofoam
2. Mangkuk agar-agar (plastik) / Aqua gelas (bekas)
3. Biji-Bijian (Buah Srikaya,dll) / Kancing Baju
4. Karton
5. Pita dan slinger (untuk hiasan)
6. Kalender bekas (unuk label Nomor dan Nama DAKOTA)
Cara pembuatan alat peraga DAKOTA
1. Buat wadah berbentuk persegi panjang ukuran 70cm x 50cm
yang berbahan triplek/sterofoam/ karton duplex (penulis
menggunakan triplex). Kemudian Ukur dengan penggaris dan
tandai dengan spidol, lalu potong dengan rapi menggunakan
gergaji.
2. Setelah rapi dan halus (sudah di amplas) triplex pun dipilox
warna putih. Selanjutnya dijemur sebentar. Barulah, tempel
beberapa karton warna agar terlihat menarik di triplex tersebut
dengan menggunakan Lem Aibon.
3. Selanjutnya susun mangkuk agar-agar sebanyak 24 buah. Buat
3 baris yang sejajar, dan tiap baris berisi 8 mangkuk, tempel
yang rapi menggunakan lem aibon, atau dibor dan di ikat
dengan kawat. Dua buah mangkuk agar-agar di kiri dan kanan
untuk wadah biji.
4. Apabila sudah menempel beri label nomor dari kalender bekas
1-24, di paling atas beri nama DAKOTA (Dakon
Matematika) materi ajar FPB dan KPK dengan kalender bekas,
spidol atau karton, hias dakon dengan pita dan slinger.
5. Untuk biji-bijian buat 2 - 3 kumpulan biji dengan warna
berbeda (1)Hitam,(2)Putih, (3)Kuning atau alternatif lain
dengan kancing baju warna-warni (jumlah secukupnya)
6. Bor bagian 2 sisi samping triplex ikat pita/tali agar bisa
digantung.
Catatan : Membuat dakota ini cukup fleksibel, mau dibuat dengan
kreasi yang sederhana atau lebih innovatif tergantung kreatifitas si
pembuat. Karena banyak bahan yang bisa digunakan sebagai
alternatif lain dalam membuat alat peraga ini.
Gambar :

Langkah-langkah penggunaan DAKOTA


Menggunakan alat peraga ini cukup mudah, yakni :
Murid dipastikan harus paham konsep perkalian terlebih
dahulu.Kemudian guru mulai memperkenalkan konsep kelipatan
dan faktor persekutuan.Barulah guru bisa mencoba
mendemonstrasikan alat peraga DAKOTA ini didepan murid.
1. Berikan soal mudah terlebih dahulu misal mencari KPK 2 dan3
2. Masukkan biji warna 1 (hitam) untuk kelipatan dari 2 yakni
letakkan pada mangkuk berlabel nomor
(2,4,6,8,10,12,14,16,18,20,22,24,...) .
3. Lalu masukkan biji warna 2 (putih) untuk kelipatan dari 3
yakni letakkan pada mangkuk berlabel nomor
(3,6,9,12,15,18,21,24,.). Maka dalam mangkuk akan berisi 2
biji pada mangkuk yang sama (6,12,18,24,).
4. Kemudian guru menjelaskan bahwa (6,12,18,24,.) adalah
kelipatan persekutuan dari 2 dan 3. Dan dari kelipatan
persekutuan tersebut, bilangan yang terkecil adalah 6. Jadi
KPK dari 2 dan 3 adalah 6
Soal Evaluasi
1.

Pada hari Minggu Daffa pergi ke Candi Gedongsongo.Daffa


menemukan sesajen berupa bunga dan buah di dalam Candi.
Jika sesajen bunga ada setiap 2 candi sekali, sedangkan sesajen
buah ada setiap 3 candi sekali, maka pada candi keberapakah
Daffa dapat menemukan sesajen bunga dan buah dalam satu
Candi?
2. Di Kecamatan Gunungpati, sering diadakan latihan pertunjukan
kesenian tari. Latihan kesenian Tari Gambyong diadakan setiap
4 hari sekali, sedangkan latihan kesenian tari serimpi diadakan
setiap 3 hari sekali. Jika pada tanggal 1 latihan kesenian Tari
Gambyong dan Serimpi dilaksanakan bersama-sama, maka
pada tanggal berapakah latihan kesenian tari tersebutakan
dilaksanakan bersama-sama lagi?
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Etnomatematika merupakan studi tentang konsepsi-konsepsi,


tradisitradisi, kebiasaan-kebiasaan matematika dan termasuk pekerjaan
mendidik dan membuat anggota kelompok menyadari bahwa (1) mereka
mempunyai pengetahuan, (2) mereka dapat menyusun dan
menginterpretasikan pengetahuannya, (3) mereka mampu memperoleh
pengetahuan akademik, dan (4) mereka mampu membandingkan dua tipe
pengetahuan yang berbeda dan memilih salah satu yang cocok untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya (Mastur etal., 2013).Mengetahui
bagaimana Etnomatematika dalam pembelajaran Matematika SD Kelas 4.

Etnomatemtika merupakan jembatan matematika dengan budaya,


sebagiamana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa etnomatematika
mengakui adanya cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dalam
aktivitas masyarakat. Dengan menerapakan etnomatematika sebagai suatu
pendekatan pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi yang
pelajari terkait dengan budaya mereka sehingga pemahaman suatu materi
oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait langsung
dengan budaya meraka yang merupakan aktivitas mereka sehari-hari
dalam bermasyarakat. Tentunya hal ini membantu guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran untuk dapat memfasilitasi siswa secara baik dalam
memahami suatu materi.

3.2 SARAN

Pendekatan Etnomatematika dapat diterapkan pada materi KPK di


SD kelas 4, dalam kegiatan pembelajaran materi KPK, kajian
etnomatematika yang dipakai adalah Permainan Tradisional (dakon).
Untuk lebih lanjut, kajian etnomatematika berupa Peninggalan Sejarah
dapat diterapkan pada soal evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi


kedua).Jakarta:Bumi Aksara.
Rachmawati, I. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo.
MATHEdenusa, 1(1). Tersedia di http://ejournal.unesa.ac.id (diakses 15-09-2016)
Mayasari, Y., dkk. 2014. Penerapan teknik Probing-Prompting dalam
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII MTSN Lubuk Buaya Padang.Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(1) Part 2: 56-61.
Miftakhirinnisa.blogspot.com (Diakses 14-09-2016)
Mulyasa, E. 2015.Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013.Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai