Anda di halaman 1dari 26

IMPLEMENTASI ETNOMATEMATIKA KAIN TENUN

DI DESA DANIBAO-KECAMATAN ADONARA BARAT

DALAM MENERANGKAN KONSEP GEOMETRIS

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

ANTONIUS PADUA BOLI ATA MAKIN

NIM: 8420219002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

INSTITUT KEGURUAN DAN TEKNOLOGI LARANTUKA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul “IMPLEMENTASI
ETNOMATEMATIKA KAIN TENUN DI DESA DANIBAO-KECAMATAN
ADONARA BARAT DALAM MENERANGKAN KONSEP GEOMETRIS”.

Penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan dalam


penyusunan Proposal ini. Meskipun telah mencurahkan segala pikiran dan tenaga, namun
hasilnya masih jauh dari kata sempurna. Hal ini tidak mungkin dapat dicapai tanpa adanya
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Kritoforus Ado Aran, M. Pd selaku Rektor Institut Keguruan dan


Teknologi Larantuka.
2. Ibu Brigita Elisabet K. Uran, SE., M. M selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan yang telah memberikan motivasi, masukan dan dukungan
kepada penulis.
3. Bapak Irwanius Piter Muaraya, S. Pd,. M. Pd selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
dan tidak hentinya memeberikan semangat serta petunjuk untuk mendukung
penulisan Proposal ini.
4. Bapak Bernadus Bin Frans Resi, M. Pd selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan sabar membimbing dan memberikan petunjuk yang bermanfaat sehingga
Proposal ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.
5. Lusia Bince Kumanireng, m. Pd selaku dosen Penguji I.
6. Ibu wilhelmince M.D.E.L. Kleden, M. Pd selaku dosen Penguji II.
7. Seluruh Staf dan Dosen Pendidkan Matematika di Institut Keguruan dan
Teknologi Larantuka atas segala didikan dan bantuannya selama masa
perkuliahan.
8. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2019 dan
keluarga besar HMPS P. Mat yang telah memberikan dukungan sehingga
Proposal ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.
9. Kedua orangtua saya yakni Bapak Lukas Arakian dan Alm. Mama Veronika
Surat yang telah memberikan doa serta dukungan sehingga Proposal ini dapat
diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.
10. Pater Valens Makin, Emmy Makin, Lolan Gius Makin (Kakak), Anzi Fransiska
(Kakak Ipar), Hugo Greanz, Lia, Nicky (Ponakan), yang telah memberikan
motivasi serta dukungan dalam menyukseskan penulisan Proposal ini.
11. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Proposal ini.
Penulis menyadari bahwa, penulisan Proposal ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak terkait. Penulis juga mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan penulisan Proposal ini.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Matematika menjadi begitu penting karena dapat membantu menyelesaikan
persoalan yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan seperti
menghitung, membandingkan, dan mengukur merupakan contoh pengaplikasian matematika
dalam kehidupan sehari-hari yang secara tidak langsung merupakan cara kerja atau berpikir
matematis.
Menurut Ruseffendi dalam (Nur’aini dkk (2017:1) mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan, yang membahas fakta-fakta dan
hubungan-hubungan, serta membahas ruang dan bentuk. Berdasarkan defenisi ini maka kita
dapat menyimpulkan bahwa matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam
dunia pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan karena begitu lekat erat
dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan urgensi pembelajaran matematika diatas, maka kita dapat menyimpulkan
bahwa matematika bukan hanya sebagai bahan pembelajaran yang menekankan pengetahuan
saja, melainkan memudahkan seseorang mengembangkan nalar, pemahaman, keterampilan
dan kemampuan analisis sehingga siapapun yang belajar matematika dapat dengan mudah
memecahkan masalah sehari-hari manakala berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan pada
umumnya dan matematika pada khususnya.
Lebih dari itu, fakta malah menunjukkan bahwa kegemaran dan kecintaan untuk
belajar matematika dalam diri seseorangsangat berpengaruh terhadap perkembangan pada
orang yang bersangkutan. Tidaklah heran bila Nurliastuti, Dewi dkk (2018:99) mengatakan
bahwa, rendahnya mutu pendidikan, khususnya matematika membuat Indonesia masih jauh
tertinggal dengan negara-negara lain. Selain menemukan fakta ini, dia juga mengatakan
bahwa dalam rangka menumbuhkan suasana yang dekat dengan kehidupan siswa dalam
pembelajaran maka diharapkan agar para guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran matematika. Dengan kata lain, kecintaan dan minat belajar siswa pada
matematika akan memudahkan dia untuk bertumbuh dalam ilmu pengetahuan dan
kemampuan analis.
Adapun salah satu satu cara yang dapat kita lakukan untuk memotivasi para siswa
untuk menaruh minat belajar pada umumnya dan matematika pada khususnya yakni dengan
melibatkan budaya tempat tinggal para siswa. Saya mengatakan demikian karena pendidikan
dan budaya merupakan dua unsur yang tidak bisa dilepaspisahkan. Keduanya bukan saja
memilki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangakan nilai luhur
bangsa kita, melainkan juga ikut terlibat dalam pembentukan karakter anak yang didasarkan
pada nilai budaya yang luhur. Oleh karena itu, adanya pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan budaya lokal dalam pembelajaran matematika yang kemudian disebut
Etnomatematika merupakan sesuatu yang tidak boleh kita abaikan.
Akan tetapi, perlu kita ingat bahwa munculnya etnomatematika bukan karena
matematika moderen mengalami kegagalan, melainkan adanya sebuah kesadaran baru yakni
apapun aktifitas maupun budaya manusia atau masyarakat tidak lain merupakan sekumpulan
pola pikir dan aktivitas matematis. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dan pola
pikir matematis diantaranya: bilangan, basis bilangan, pola bilangan polidromik, dan lain-lain
(Dominikus, 2016). Hal semacam ini ada dalam setiap budaya, termasuk budaya masyarakat
Lamaholot pada umunyadan Adonara pada khususnya.

Menurut Sirate (2012:52), penerapan etnomatematika sebagai sarana untuk


memotivasi dan menstimulasi siswa amat sangat penting karena dapat mengatasi kejenuhan
dan kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan etnomatematika merupakan
bagian dari keseharian siswa yang merupakan konsepsi awal yang telah dimiliki dari
lingkungan sosial budaya setempat. Selain itu, etnomatematika juga sangat penting bagi
sekolah yang berada pada daerah yang masih memiliki suku homogen. Dia menjadi sangat
penting karena etnomatematika memberikan nuansa baru sekaligus memberikan suasana
yang menyenangkan bagi siswa dalam setiap pembelajaran matematika.

Mengidentifikasi pengembangan pembelajaran matematika pada tiap sekolah dengan


pendekatan Etnomatematika, Tandililing, (2013:1) berpendapat bahwa pendekatan semacam
ini adalah sebuah pendekatan yang sangat bagus karena berbasis pada budaya lokal. Makanya
perlu kita terapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di
sekolah. Apa yang dikatakan oleh Tandililing, (2013:1) ini sungguh memantik minat saya
untuk memperdalam etnomatematika sebagai sebuah cara atau upaya dalam proses
pembelajaran matematika.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya mau membuat proposal penelitian
berkaitan dengan pengembangan etnomatematika berbasis budaya lokal. Saya menyadari
bahwa dengan menerapakan pendekatan etnomatematika maka pembelajaran matematika di
lingkungan sekolah semakin menarik dan bahkan akan membangkitkan gairah dan semangat
belajar para peserta didik. Dengan demikian maka prestasi belajar peserta didik punakan
meningkat.

Hal di atas ditegaskan oleh Rachmawati (2012:1). Beliau menyatakan bahwa


etnomatematika didefenisikan sebagai mekanisme aktivitas matematika yang digunakan oleh
kelompok budaya dalam suatu masyarakat sehingga dengan adanya etnomatematika maka
aktivitas masyarakt atau budaya dalam suatu masyarakat bisa digunakan sebagai media dalam
pembelajaran matematika. Penegasan yang sama datang dari Putri (2017). Beliau mengatakan
bahwa etnomatematika merupakan sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan realitas hubungan antara lingkungan budayadan matematika sebagai rumpun
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dengan adanya penerapan etnomatematika maka peserta
didik akan lebih mudah memahami materi matematika yang masih berkaitan dengan budaya.

Adapun lokus penelitian saya yakni pelbagai aktivitas dan pola pikir matematis yang
ada dalam budaya Lamaholot secara khusus etnomatematika pada motif kain tenun. Budaya
Lamaholot memiliki banyak warisan leluhur secara turun temurun. Salah satunya yaitu kain
tenun.

Kain tenun merupakan salah satu produk budaya kain tradisional Indonesia yang di
buat diberbagai daerah. Kain tenun adalah selembar kain atau sehelai kain yang dibuat dari
benang-benang yang diikat membentuk motif kemudian di tenun. Sebagai salah satu produk
budaya kain tradisional, kain tenun harus dilestarikan dan dikembangkan.

Kain tenun harus dilestarikan dan dikembangkan karena memiliki nilai sejarah yang
sangat tinggi dan mengandung pelbagai filosfi (kebijaksanaan / way of life) yang sangat kaya
makna dari tiap-tiap daerah asalnya. Tidaklah heran bila tiap-tiap daerah (suku-suku) di
Indonesia memiliki ciri khas masing-masing pada kain tenunnya, baik dari segi motif, warna,
dan benang yang digunakan pada saat pembuatan kain tenun. Persis di sini, satu hal yang tak
perlu kita lupakan karena sangat fundamental yakni dalam kain tenun terdapat sebuah
aktivitas dan pola pikir matematis. Oleh karena itu, pendekatan etnomatematika sebagai salah
satu cara dalam mengajar matematika guna membangkitkan gairah, minat, dan semangat
belajar siswa tidak boleh diremehkan.
Mengingat bahwa budaya Lamaholot merupakan budaya lokal masyarakat Kabupaten
Flores Timur yang mempunyai wilayah yang sangat luas dan beragam (karena memiliki
banyak Kecamatan dan terdiri dari tiga pulau), maka saya tidak akan membuat penelitian
etnomatematika tentang kain tenun pada wilayah Lamaholot umumnya. Lokus penelitian
saya adalahkain tenun yang terletak diDesa Danibao, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten
Flores Timur – Provinsi NTT.
Masyarakat Desa Danibao dan kain tenun merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Kain tenun merupakan materi utama dalam pelbagai kegiatan adat, sebagai
sumber mata pencaharian, dan juga menjadi bagian yang selalu hadir dalam aspek kehidupan
sehari-hari. Lebih dari itu, kain tenun memegang peranan yang sangat penting dalam upacara
adat, merayakan perkawinan, penjemputan orang-orang besar, dan lain-lain. Bagi masyarakat
Desa Danibao, kain tenun tidak hanya sekedar kain, tetapi memiliki nilai budaya dan
kandungan way of life (kebjaksanaan) yang tinggi.

Hal yang menarik adalah jika dilihat dari bentuk kain dan motif yang terdapat pada
kain tenun tersebut, maka kita dapat menemukan ada unsur matematika. Unsur-unsur
matematika yang ditemukan dapat berupa bangunan geometri dan bentuk matematika lainya.
Kenyataan inilah yang semakin memantik dan menumbuhkan keyakinan saya bahwa
etnomatematika adalah sebuah model pendekatan yang efektif dan efisien dalam
pembelajaran matematika.

Dalam sebuah wawancara dengan guru matematikadi SD Inpres Danibao, saya


menemukan bahwa para siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep
matematika pada umumnya dan materi bangun datar pada khususnya. Saya juga menemukan
bahwa para guru di kelas masih menggunakan buku pedoman budaya lain dalam proses
pembelajaran matematika, secara khusus pada materi bangun datar. Para guru pun kurang
sekali memanfaatkan lingkungan, khususnya nilai budaya setempat sebagai modal dalam
proses pembelajaran matematika pada umumnya dan bangun datar pada khususnya. Para
Guru malah belum menggunakan alat peraga berbasis budaya setempat yang dapat
memudahkan para siswa belajar matematika. Tidaklah heran bila pemahaman para siswa
tentang budaya setempat pun masih rendah. Kenyataan-kenyataan seperti inilah yang
membuat para siswa merasa pelajaran matematika sangat sulit, menjengkelkan, menjenuhkan,
dan pada akhirnya membuat mereka sulit berpikir secara realistis dan matematis.
Berdasarkan keprihatinan-keprihatinan terhadap proses pembelajaran matematika di
SDI Danibao tersebut, peneliti disadarkan bahwa konsep matematika yang ada pada kain
tenun justru dapat menjadi sebuah model atau pendekatan yang dipandang sesuai dalam
pembelajaran matematika. Bukan hanya itu, ini juga merupakan sebuah upaya untuk
melestarikan budaya setempat. Karena budaya dan matematika merupakan dua hal yang
saling kait mengait dan tidak bisa dilepaspisahkan dalam petumbuhan dan perkembangan
seseorang. Oleh karena itu, implementasi etnomatematika pada kain tenun dalam proses
pembelajaran matematika tidak boleh diremehkan dan diabaikan, sebaliknya urgen dan
mendesak untuk diterapkan di SDI Danibao.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian


dengan judul “Implementasi Etnomatematika Kain Tenun di Desa Danibao - Kecamatan
Adonara Barat Dalam Menerangkan Konsep Geometris” di tingkat pendidikan Sekolah
Dasar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa saja unsur-unsur matematika yang terkandung pada kain tenun masyarakat Desa
Danibao?
2. Bagaimana implementasi etnomatematika berbasis budaya lokal dalam pembelajaran
matematika di SDI Danibao?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan unsur-unsur matematika yang terkandung pada kain tenun masyarakat
Desa Danibao.
2. Untuk mendeskripikan cara implementasi etnomatematika berbasis budaya lokal dalam
pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar, khususnya di SDI Danibao.

D. Batasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian ini pada aspek budaya yang merupakan peninggalan
para leluhur berupa fisik yaitu kain tenun di Desa Danibao dan unsur-unsur matematika yang
terkandung di dalamnya. Peneliti juga membatasi ruang lingkup pada implementasi
etnomatematika konsep geometri khususnya pada geometri bangun datar yang terkandung
dalam kain tenun desa Danibao kelas IV di SDI Danibao.

E. Defenisi Istilah
1. Implementasi

Implementasi merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana


yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Tujuan dari rencana implementasi
adalah untuk menerapkan strategi.

2. Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh
sekelompok orang. Budaya tersebut, kemudian diwariskan kepada generasi
selanjutnya. Hal seperti ini terus terjaga dalam waktu yang lama atau pun bisa saja
punah karena suatu alasan.

3. Etnomatematika  

Etnomatemtika adalah matematika dalam suatu budaya.

4. Konsep Geometri

Konsep geometri berkaitan dengan ide-ide dasar yang selalu berkaitan dengan
titik, garis, bidang, permukaan, dan ruang. Walaupun bersifat abstrak, namun konsep
tersebut dapat diwujudkan melalui cara semi konkret ataupun konkret.

5. Kain tenun

Kain tenun merupakan kain tradisional yang dipakai oleh masyarakat Desa
Danibao, dibuat secara tradisional dengan menggunakan bahan dan cara pembuatan
manual sehingga menghasilkan kain yang unik dan memiliki nilai budaya tinggi.

F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis

Secara teoritis, manfaat peneltian ini untuk mengembangkan keilmuan dalam


pendidikan dan kebudayan, khususnya dibidang matematika. Selain itu dapat dijadikan
acuan dalam pembelajaran matematika kontekstual yang berbasis kebudayaan
Lamaholot.
2. Secara Praktis
a. Bagi penelti

Dapat memperluas dan menambah wawasan, pengelaman serta


pengetahuan bagi peserta calon pendidik yang profesional dan untuk perbaikan
pembelajaran pada masa yang akan datang.

b. Bagi pendidik

Dapat dijadikan masukan untuk para guru di Sekolah Dasar sebagai


alternatif lain pada dalam proses pembelajaran yang digunakan selama ini,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan minat siswa serta mencintai
budaya lokal yang ada di daerahnya yang berkaitan dengan pembelajaran
matematika.

c. Bagi peserta didik

Agar peserta didik lebih mengenal matematika dengan menggunakan


pembelajaran berbasis budaya lokal.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi atau penerapan artinya


“pemasangan, pengenaan, perihal mempraktekan”. Sedangkan menurut Anton M.
Moeliono mengartikan bahwa implementasi adalah proses pemakaian pada suatu
rancanagn tertentu guna mendapatkan hasil yang diterapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian implemnetasi diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa implemnetasi merupakan suatu timndakan atau pelaksanaan
dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Tujuan dari
rencana implementasi adalah untuk menerapkan strategi.
2. Etnomatematika

Ethnomathematics secara etimologis terdiri dari tiga suku kata yaitu


“Ethno”, “Mathema” dan “Tics”. Kata “Ethno” berpedoman pada kehidupan sosial
budaya masyarakat, yang mencakup bahasa lokal, adat istiadat, dan ciri khas
daerah. Kemudian kata “mathema” artinnya menjelaskan, memahami, dan
melaksanakan kegiatan seperti menghitung, mengkode, mengukur, mengurutkan,
mengklasifikasikan, memodelkan dan menarik kesimpulan. Kata “Tics” berarti seni
dalam teknik. Dengan kata lain, etnomatematika adalah suatu cara atau teknik untuk
menjelaskan, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengukuran, klasifikasi,
pemodelan, dan penarikan kesimpulan dalam konteks budaya. Etnomatematika
merupakan suatu kajian tentang pengaplikasian matematika untuk mengenal suatu
budaya tertentu.

Etnomatematika merupakan sebuah studi tentang perbedaan cara masyarakat


memecahkan masalah matematika dan algoritma praktis berdasarkan prespektif
matematika mereka sendiri yang mengacu pada bentuk-bentuk matematika yang
bervariasi sebagai konsekuensi yang tertanam dalam kegiatan budaya (Wahyuni,
2016; 6). Etnomatematika sebagai matematika dari suatu budaya dan berpengaruh
pada aspek matematika dan pendidikan (Beeg, 2006). Etnomatematika di
definisikan sebagai cara-cara khusus yang di pakai oleh suatu kelompok budaya
atau masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika. Di mana aktivitas matematika
adalah aktivitas yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari kedalam matematika atau sebaliknya, meliputi
aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat,
membuat pola, membilang, menentukan lokasi, bermain, menjelaskan, dan
sebagainya (Rachmawati, 2012: 1)

Dari beberapa arti etnomatematika di atas maka dapat di simpulkan bahwa


etnomatika adalah studi tentang hubungan antara budaya dan matematika yang
berbeda dan berkaitan dengan praktek-praktek matematis, ide-ide matematis, dan
pengetahuan matematis dari suatu kelompok sosial-budaya masyarakat yang
berhubungan dengan aktivitas menghitung, mengelompokan, mengurutkan,
menyimpulkan, dan memodelkan.

3. Budaya Lamaholot

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh
sekelompok orang. Budaya tersebut kemudian diwariskan kepada generasi
selanjutnya. Hal seperti ini terus terjaga dalam waktu yang lama atau pun bisa saja
punah karena suatu alasan.

Lamaholot merupakan salah satu etnik dan budaya yang ada di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Masyarakat yang termasuk dalam rumpun budaya
Lamaholot meliputi empat daratan yakni Larantuka (Flores Timur daratan atau
wilayah paling timur dari Pulau Flores), Pulau Adonara, Pulau Solor dan Pulau
Lembata. Budaya Lamaholot ini memiliki budaya tersendiri yang membedakannya
dengan suku bangsa-suku bangsa didaerah lainnya di Indonesia.

4. Kain Tenun

Benda budaya yang sering di jumpai di setiap daerah adalah kain yang di
gunakan sebagai pakaian. Menurut Goet Poespo (2005), Kain adalah jenis bahan
tekstil yang diolah sedemikian rupa dengan menyilangkan benang lusi dan pakan.
Tekstil di bentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, dan pengikatan.
Kata tenun berasal dari kata textile (inggris) yang berarti menenun. Tenun
adalah sebuah proses menenun dengan bahan dasar benang yang di sambungkan
secara memanjang dan melintang kemudian setelah melewati beberapa tahapan
akan menghasilkan sebuah kain tenun. Menurut Widati (2002: 135) dan
Poerwadarminta, (1989: 32) mengartikan tenun sebagai sebagai hasil kerajinan
berupa kain dari bahan yang di buat benang (kapas, sutra, dan sebagainya) dengan
cara memasukan bahan secara melintang pada ilusi.Tenun merupakan istilah yang
di gunakan untuk membedakan kain tenun dengan kain lainya seperti kain rajut,
kain kampa, dan lain sebagainya.

Kain tenun merupakan warisan budaya yang sudah di kenal dari jaman
prasejarah yang di gunakan sebagai kain penutup badan. Kain tenun merupakan
selembar kain atau sehelai kain yang di buat dari benang-benang yang diikat
membentuk motif kemudian tenun. Kain tenun adalah salah satu produk budaya
kain tradisional Indonesia yang di buat di berbagai daerah. Kain tenun di setiap
daerah pun berbeda entah dari segi motif, warna serta kegunaannya.

5. Kain Tenun (Nowing dan Kewatek) di Desa Danibao

Kain tenun merupakan produk khas budaya yang di temukan di berbagai


daerah. Salah satu daerah yang di temukan keragaman kain tenun adalah daerah
Nusa Tenggara Timur khususnya di Desa Danibao, Kecamatan Adonara Barat
kabupaten Flores Timur. Kain tenun merupakan kain tradisional yang dipakai oleh
masyarakat Desa Danibao, dibuat secara tradisional dengan menggunakan bahan
dan cara pembuatan manual sehingga menghasilkan kain yang unik dan memiliki
nilai budaya tinggi.

Masyarakat desa Danibao terkenal memiliki kekayaan kain tenun dengan


beraneka ragam motif. Kain tenun yang merupakan bagian penting dalam
kehidupan masyarakat desa Danibao. Masyarakat desa Danibao menggunakkan
kain tenun sebagai materi utama dalam berbagai kegiatan adat, upacara perkawinan,
penjemputan orang-orang besar dan kegiatan budaya lainnya serta sebagai sumber
mata pecaharian masyarakat desa Danibao.
Beberapa motif kain tenun yang di temukan di desa Danibao yaitu motif
Kolon Matan, Muko Kenala, dan Ile Hurune. Keunikan pada kain tenun ini yang
merupakan ciri khas desa Danibao.

6. Konsep Geometris

Konsep geometri berkaitan dengan ide-ide dasar yang selalu berkaitan


dengan titik, garis, bidang, permukaan, dan ruang. Geometri merupakan salah satu
cabang ilmu matematika yang sangat terkait dengan bentuk, dan ukuran.

Geoetri menurut Ismiyani (dalam Faudiyah Nidho, 2013) menyatakan


bahwa geometri adalah pemahaman konsep berbagai bentuk geometri bangun datar
dan bangun ruang. Menurut Susanan dan Hartono (2014: 1) Geometri merupakan
cabang matematika yang tidak mengutamakan hubungan antar bilangan, meskipun
di dalamnya terdapat suatu bilangan, akan tetapi geometri mempelajari hubungan
antara titik, garis, sudut, bidang, serta bangun datar dan bangun ruang.

Berdasarkan pengertian di atas terdapat beberapa unsur geometri sebagai


berikut:

a) Titik.

Titik adalah konsep abstrak yang tidak berwujud atau tidak


berbentuk,tidak mempunyai ukuran, atau tidak mempunyai panjang, lebar atau
tinggi. Gambar atau model sebuah titik biasanya di beri nama. Nama untuk
sebuah titik umumnya menggunakan huruf capital yang di letakan di dekat titik
tersebut. Contoh Titik A, Titik P dan sebagainya.

 
A P
(Gambar Titik A dan Titik P)

b) Garis

Garis adalah ide atau gagasan abstrak yang bentuknya lurus, memanjang
ke dua arah, tidak terbatas atau tidak bertitik akhir, dan tidak tebal.
Menggambar model garis dapat di lakukan dengan membuat alat guratan tulis
pada bidang tulis, kertas, atau papan tulis dengan bentuk yang lurus.Ada 2 cara
melakukan penamaan untuk garis, yaitu: (1) garis yang dinyatakan dengan satu
huruf kecil, contoh garis m, garis l, dan sebagainya; (2) garis yang dinyatakan
dengan perwakilan dua buah titik ditulis dengan huruf kapital, misal garis AB,
garis CD, dan sebagainya.

B D

m l

A C

(Gambar Garis AB dan Garis CD)

c) Bidang

Bidang di artikan sebagai permukaan yang rata, meluas kesegala arah


dengan tidak terbatas, dan tidak memiliki tebal. Bidang masuk ke dalam bangun
dua dimensi, karena bidang di bentuk oleh dua unsur yaitu panjang dan lebar.

D C

A B

d) Bangun datar

Bangun datar adalah sebuah bangun yang berbentuk datar yang di


batasi oleh garis-garis lurus atau garis lengkung. Bangun datar sendiri hanya
memiliki dua dimensi saja, yakni panjang dan lebar serta tidak memiliki
tinggi dan tebal. Bangun-bangun yang termasuk bangun datar antara lain
adalah persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, laying-layang,
trapezium, lingkaran, dan segitiga.

e) Bangun ruang

Ruang di artikan sebagai unsur geometri yang memiliki panjang,


lebar, dan tinggi yang terus mengembang tidak tebatas. Ruang di sebut
sebagai bangun tiga di mensi karena memiliki tiga unsur yaitu panjang,
lebar, dan tinggi. Bangun-bangun yang termasuk bangun ruang antara lain
adalah bola, tabung, kubus, balok, prisma, dan kerucut.

7. Geometri pada tingkat SD

Menurut Bakrul Ulum,dkk Ada dua macam geometri yang di pelajari di SD,
yaitu geometri datar dan geometri ruang. Geometri datar merupakan bentuk geometris
yang hanya terdiri dari dua dimensi (panjang dan lebar), atau hanya memiliki luas tetapi
tidak memiliki volum, sedangkan geometri ruang merupakan bentuk geometris tiga
dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) atau memiliki volum.

Adapun konsep geometri yang di pelajari di SD dapat di kelompokan sebagai


berikut:

Tebel 1.1 Geometri SD

Kelas Konsep Geometri


Garis (garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag), bangun
I datar (persegi, persegipanjang, segitiga, lingkaran), bangun
ruang (kubus, balok, kerucut, bola).
Garis (garis lurus, sinar garis, ruas garis), sudut,
II bangun datar (segiempat, segitiga, segienam), bangun
ruang (kubus), serta membedakan bangun ruang dan
bangun datar.
Bangun datar 4 sisi dan bukan 4 sisi, bangun datar
III (persegi, persegipanjang, segitiga, layang-layang,
trapesium, belahketupat), simetri lipat dan simetri
putar).
Garis (sejajar dan berpotongan), sudut (sehadap dan
IV bersebrangan), bangun datar (persegi, persegipanjang,
segiitga, trapesium, belahketupat, jajargenjang, layang-
layang), segibanyak, pengubinan, dan pencerminan.
Garis, sudut, bangun datar (lingkaran), bangun ruang
V (kubus dan balok).
Sudut (lancip, tumpul, siku-siku, bersebrangan, sudut
VI dalam segitiga), bangun datar (lingkaran), poligon
(beraturan, tidak beraturan, convex, concave), simetri
lipat dan simetri putar, bangun ruang (kubus, balok,
limas segiempat, tabung, kerucut).

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu :

1. Penelitian oleh Aida Puji Rahayu, Melfi Snae, & Stepanus Bani (2020).

Penelitian tersebut berjudul Etnomatematika Pada Kain Tenun Lipa Kaet.


Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya yang beraneka ragam ternyata dapat di
manfaatkan sebagai media pembelajaran, salah satunya Kain Tenun Lipa Kaet dari
daerah Riug, Nusa Tenggara Timur. Pada motif-motif yang terdapat pada kain
tenun tersebut dapat di temukan konsep bangun datar di beberapa motif di
antaranya adalah bela ketupat, segienam, segitiga, dan persegi panjang sehingga
guru dapat memanfaatkan bentuk-bentuk bangun datar tersebut sebagai sumber
belajar matematika yang bersifat konkret.

2. Penelitian oleh Angela Padafing (2019)

Penelitian tersebut berjudul Eksplorasi Etnomatematika Dalam Moko Dan


Kain Tenun Motif Kui Pada Kebudayaan Masyarakat Alor Suku Abui.Hasil
penelitian yang di peroleh adalah di temukan konsep-konsep matematika sebagai
pola dalam membuat moko dan kain tenun. Konsep matematika sebagai pola dalam
membuat moko dan kain tenun adalah tabung, lingkaran, belah ketupat, persegi
panjang, kesebangunan, garis sejajar. Hal ini menunjukan bahwa matematika
tumbuh dan berkembang dalam keteraturan adat masyarakat tertentu yang di sebut
dengan istilah etnomatematika.
3. Penelitian oleh Lusia Tri Avelia, Florentina Arfina Nugraheni, & Dewi Isabella
Palma (2020).

Penelitian Tersebut Berjudul Etnomatematika Pada Kain Tapis Lampung


Motif Pucuk Rebung. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk etnomatematika
masyarakat lampung berupa aktivitas mengukur dan merancang. Aspek matematika
yang terdapat dalam kain Tapis motif Pucuk Rebung adalah sumbu simetris,
translasi, dan rotasi.

C. Kerangka Berpikir

Kain tenun merupakan salah satu kebudayaan yang berada di lingkungan masyarakat
ketika melakukan aktivitas sehari-harinya. Setiap kain tenun memiliki bentuk motif yang
berbeda-beda disetiap daerahnya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan budaya yang dimiliki
dari masing-masing daerahnya. Masyarakat Kecamatan Adonara Barat desa Danibao terkenal
memiliki kekayaan kain tenun dengan beraneka ragam motif. Kain tenun merupakan bagian
penting dalam kehidupan masyarakat desa Danibao. Masyarakat desa Danibao
menggunakakan kain tenun sebagai materi utama dalam berbagai kegiatan adat, upacara
perkawinan, penjemputan orang-orang besar dan kegiatan budaya lainnya serta sebagai
sumber mata pencaharian masyarakat desa Danibao.Pembuatan kain tenun di desa Danibao
ini masih menggunakan alat tradisional yang diberi nama alat tenun bukan mesinsehingga
memiliki kain tenun yang kental dengan budaya tradisional. Hingga sampai saat ini tinggal
sedikit orang atau kelompok yang menjadi pengrajin kain tenun di desa Danibaobahkan dapat
dihitung.

Kain tenun bermotif kolon matan, muko kenala, dan ile hurunememiliki nilai budaya
dan memiliki nilai harga jual tinggi. Pengrajin kain tenun bermotif kolon matan, muko
kenala, dan ile hurune belum mengetahui bahwa kain tenun yang pengrajin buat memiliki
unsur-unsur matematika yang dinamakan dengan etnomatematika dari mulai penataan benang
yang memanjang sebagai background sampai membentuk sebuah gambar-gambar yang
menjadi motif yang bernama kolon matan, muko kenala, dan ile hurune.

Kajian etnomatematika ini menggunakan konsep matematika yang terkait dengan


berbagai aktivitas masyarakat sehingga menjadi sebuah kebudayaan di masyarakat. Dapat
dikatakan bahwa kajian etnomatematika menunjukkan adanya kaitan antara budaya yang ada
dan berkembang di dalam masyarakat dengan matematika. Matematika merupakan sebuah
ilmu pengetahuan yang terintegrasi dengan suatu budaya pada seluruh aspek kehidupan
masyarakat dimanapun berada. Masyarakat mengetahui bahwa ilmu matematika yang
masyarakat tempuh dijenjang pendidikan memiliki implementasinya pada kehidupan nyata di
lingkungan sekitarnya.

Kerajinan Tangan

Kain Tenun Desa Danibao

Tenun Bermotif Kolon Matan,


Muko Kenala, dan Ile Hurune

Implementasi berupa LKS


Unsur Matematika
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JenisPeneltian

Dalampenelitianini, metode yang digunakan yaitu peneltian kualitatif.


Menurut Litchman dalam Suwarsona (2016), penelitian kualitatif merupakan salah
satucara yang bisa digunakan untuk mengetahui sesuatu dengan cara mengumpulkan,
mengorganisasikansertamenginterpretasiinformasi yang telah didapatkan melalui
wawancara maupun observasi. Peneltian kualitatif ini bertujuan untuk
mengeksplorasi etnomatematika motif kain tenunDesa Danibao, serta mengetahui
aspek-aspek matematika yang terdapat pada kain tenun desa Danibao sehingga dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika. Menurut Burns (2011), bahwa penelitian
kualitatif dilakukan untuk memperkenalkan pemahaman tentang pengalaman dan
kondisi masyarakat, kemudian mengembang kanteori yang menggambarkan tentang
pengalaman dan kondisi tersebut. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui hubungan
atau kaitan proses pembuatan kain tenun desa Danibao dan matematika dari segi
budaya dan dari segi matematika sebagai ilmu penegetahuan.

B. SubjekPenelitiandanObjekPenelitian
1. SubjekPenelitian

Subjek dari peneltian ini adalah tiga orang masyarakat desaDanibao yang
berprofesi sebagai penenun dan 1 orang guru matapelajaran matematika, serta
siswakelas V Sekolah Dasar Inpres Danibao. Subjek pada penelitian ini merupakan
narasumber yang mengetahui pemahaman tentang filosofi dan unsur-unsur pada kain
tenun desa Danibao yang dapat dikaji dalam etnomatematika.

2. ObjekPenelitian

Objek dalam penelitian ini adalah nilai-nilai filosofi, aktivitas fundamental


matematis, aspek geometeris yang terdapat pada kaintenun desa Danibao.

C. TempatdanWaktu
1. Tempat
Penelitiandilakukan di SDI Danibao dan kelompok tenun Desa Danibao
Kecamatan Adonara Barat Kabupaten Flores Timur
2. Waktu
Peneltian ini dilaksanakan pada bulanOktober 2022 sampai denganJuli 2023
dengan rincian sebagai berikut:
Tebel 1.2

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan


1 Pembuatan Proposal Oktober-Desember 2022
2 Pengambilan Data Februari-Maret 2023
3 Analisis Data April 2023
4 PenarikanKesimpulan Juli 2023

D. Metode Penelitian
1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui sejarah dan perkembangan kain

tenun desa Danibao dan mengetahui apa saja aktivitas fundamental matematis

yang terdapatpada kain tenun desa Danibao. Berdasarkan rumusan masalah satu,

peneliti melakukan wawancara secara tidak struktur dengan para pengrajin kain

tenun Desa Danibao, dengan tujuan untuk memperoleh unsur-unsur matematika

yang terdapat pada kain tenun masyarakat desa Danibao.

2. Tes Tertulis

Peneliti melakukan tes tertulis kepada siswa kelas 5 Sekolah Dasar Inpres

Danibao mengenai pembelajaran matematika berbasis budaya lokal kain tenun

masyarakat desa Danibao. Tujuan dilakukan tes tertulis ini adalah untuk

mengetahui pemahaman matematika siswa setelah melakukan pembelajaran

matematika berbasis budaya lokal kain tenun.

3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan kaintenun
desaDanibao. Observasi dilakukan secara langsung kepada subjek penelitian. Hal
ini bertujuan untuk memperoleh data penelitian di lapangan sesaui dengan
keadaan yang sebenarnya.

E. Instrumen Penelitian
1. Wawancara
Berdasarkan rumusan masalah satu, peneliti melakukan wawancara secara tidak

struktur dengan para pengrajin kain tenun Desa Danibao, dengan tujuan untuk memperoleh

unsur-unsur matematika yang terdapat pada kain tenun masyarakat desa Danibao. Instrumen-

instrumen wawancaranya adalah sebagai berikut:

Tebel 1.3 PedomanWawancara Pengrajin Kain Tenun.

N Indikator Pertanyaan

1 Bahan yang digunakan untuk membuat kain Apa saja bahan yang digunakan
tenun untuk membuat kain tenun?
2 Alat yang disiapkan untuk membuat kain Peralatan apa saja yang
tenun digunakan untuk membuat kain
tenun?
3 Proses pembuatan kaintenun Bagaimana proses pembuatan
kain tenun?
4 Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan Dibutuhkan waktu berapa lama
1 buah kain tenun untuk menghasilkan 1 buah kain
tenun?
5 Menentukan pola atau motif pada kain tenun Bagaimana cara menentukan pola
atau motif yang akan dibuat pada
kain tenun?
6 Jenis motif pada kain tenun Berapa jenis motif yang bisa
dibuat pada kain tenun?
7 Perbedaan kain tenun zaman dulu dan kain Apakah ada perbedaan kain tenun
tenun zaman sekarang zaman dahulu dan kain tenun
zaman sekarang?
Berdasarkan rumusan masalah dua, peneliti juga melakukan wawancara secara
tidak struktur dengan siswa kelas V di Sekolah Dasar Inpres Danibao, dengan tujuan
untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa. Instrumen-instrumen
wawancaranya adalah sebagai berikut:

Tebel 1.4 Pedoman Wawancara Siswa.

No IndikatorPemahamanKonsep Pertanyan
1 Deskripsi unsur-unsur yang diketahui dan Apa yang di pahami dari
ditanya. masalah yang di berikan?
2 Menyusun model matematika . Bagaimana menyusun model
matematika daripermasalahan
yang diberikan?
3 Strategis untuk menyelesaikan masalah Bagaimana menyelesaikan
matematika masalah yang diberikan
4 Menginterpretasikan hasil Bagaimana menyimpulkan
permasalahan yang diberikan

2. Tes Tertulis

Peneliti melakukan tes tertulis kepada siswa kelas V Sekolah Dasar Inpres
Danibao mengenai pembelajaran matematika berbasis budaya lokal kain tenun
masyarakat desa Danibao. Tujuan dilakukan tes tertulis ini adalah untuk mengetahui
pemahaman matematika siswa setelah melakukan pembelajaranmatematika berbasis
budaya lokal kain tenun.

F. TeknikAnalisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis dan dikaji untuk

menjawab rumusan masalah berdasarkan pada teknik analisis data kualitatif. Analisis data

kualitatif dalam penelitian ini menurut Miles dan Huberman (Kundre,2020), dengan

langkah-langkahnya sebagai berikut: pengumpulan data (data collection), reduksi data


(data reduction), penyajiandata (datadisplay), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

(conclutions).

1. Pengumpulan data

Pada tahap ini peneliti akan melakukan proses pengumpulan data dari

hasil wawancara dan dokumentasi berdasarkan kategori yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian dan kemudian data dikembangkan melalui pencarian

selanjutnya. Data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut:

jenis-jenis motif yangt erdapat pada kain tenun masyarakat desa Danibao,

makna dari setiap motif, mendeskripsikan proses pembuatan kain tenun secara

baku dari masyarakat desa Danibao, unsur-unsur matematika yang terdapat

pada kain tenun masyarakat desa Danibao dan diimplementasikan dalam proses

pembelajaran matematika pada Sekolah Dasar Inpres Danibao.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses dalam memilih data mana saja yang

relevan dengan tujuan penelitian, sehingga peneliti akan memilihdata-data dari

hasil wawancara dan dokumentasi yang dapat digunakan dalam proses

menganalisis data selanjutnya. Data yang dipilih adalah data yang berkaitan

dengan temuan etnomatematika pada kain tenun desa Danibao, yang dapat

dipandang dari segi geometri. Pada tahap ini data yang telah diperoleh dan

dipilih sesuai apa yang menjadi titik fokus dari penelitian ini yaitu unsur-unsur

matematika yang terdapat pada kain tenun desa Danibao dan implementasinya

dalam prosespembelajaran matematika di Sekolah Dasar Inpres Danibao.

3. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan penyajian data yang

bersifat deskriptif yang diperoleh dari hasil reduksi data. Dari hasil reduksi data
diatas, data yang dipilih atau yang menjadi titik fokus pada penelitian ini

adalah unsur-unsur matematika yang terdapat pada kain tenun masyarakat desa

Danibao dan implementasinya dalam proses pembelajaran matematika di

Sekolah Dasar Inpres Danibao. Maka pada tahap penyajian data ini dilakukan

dengan mendeskripsikan unsur-unsur matematika yang terdapat pada kain

tenun desa Danibao, kemudian mengidentifikasikannya kedalam bentuk

geometri pada pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah.

4. Penarikan kesimpulan

Peneliti dapat menarik kesimpulan darihasil penyajian data yang sesuai


dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: apa saja unsur-unsur
matematika yang terkandung dalam kain tenun pada desa Danibao, dan
bagaimana implementasi etnomatematika berbasis budaya lokal dalam
pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar khususnya di Sekolah
Dasar Inpres Danibao.

G. Bentuk Data
Bentuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dimana
data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian
dengan cara wawancara dan observasi.

H. AlurBerpiki
Mulai

PenentuanMasalahPenelitian

Pengumpulan Data

Dokumentasi

Reduksi

Kesimpulan

Penyajian

Selesai

Anda mungkin juga menyukai