Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2022/2023
PENDAHULUAN
Metode ajar merupakan salah satu faktor yang menghambat kegiatan belajar mengajar
dikelas. Jika metode yang digunakan oleh pengajar tidak dapat membuat kegiatan belajar
konsisten ini akan menghambat proses belajar dan berkembangnya mutu siswa. Kemungkinan
metode yang digunakan oleh pengajar monoton dan banyak ceramah sehingga siswa tidak
mampu menelaah isi dari materi yang diberikan alhasil siswa merasa bosan dikelas. Banyak
sekali pengajar di Indonesia menerapkan metode ceramah samapai sekarang. Metode ceramah
ini sangat membuat suasana kelas terasa satu arah dan membuat ngantuk siswa. Metode ini
sangat kurang bervariasi dan kurang maksimal untuk kegiatan belajar. Oleh karena itu,
pengajar harus menemukan solusi untuk masalah metode yang diberikan.
Tidak hanya metode pembelajaran yang merupakan faktor penghambat melainkan
bagaimana siswa menanggapi pembelajaran yang berlangsung. Disaat pengajar menerangkan
bagaimana respon siswa, di Indonesia banyak sekali siswa saat mata pelajaran matematika
mereka asik mengobrol, tidur, dan melamun. Ini terjadi mungkin karena siswa kurang motivasi
dan merasa matematika itu mata pelajaran yang sangat susah. Ini merupakan salah satu faktor
penghambat yang banyak dialami di Indonesia. Maka daripada itu, pengajar dan siswa harus
saling berkontribusi dalam kegiatan belajar mengajar agar suasana kelas dapat berjalan dengan
nyaman dan lancar.
Media pembelajaran juga merupakan titik tengah dari faktor masalah diatas jika pengajar
menggunakan metode yang monoton, siswa juga kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan
pasti media pembelajaran pun kurang berguna dalam proses pembelajaran. Asalkan tahu faktor
penunjang keberhasilan proses pembelajaran saling berkaitan dan saling berhubung dari yang
faktor pertama sampai faktor terakhir. Tanpa media pembelajaran proses mengajar akan sulit
mencapai kesuksesan. Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat perambat
pemahaman materi yang disampaikan pengajar kepada siswa.
Dapat dilihat bahwa masih ada masalah yang mengakibatkan kecenderungan dalam
kegiatan belajar mengajar. Maka daripada itu, untuk memecahkan masalah kecenderungan
kegiatan belajar mengajar. pengajar harus dapat menciptakan atau membuat media
pembelajaran yang mudah dipahami dan inovatif sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam
kegiatan belajar mengajar.
Media pembelajaran merupakan alat penunjang untuk menghubungkan siswa terhadap
materi yang akan disampaikan oleh pengajar. Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak terlepas
dari unsur pengajar dan media pembelajaran. Keterkaitan dan keterpaduan dua unsur ini akan
mempengaruhi kesuksesan siswa dalam memahami dan mengerti ilmu matematika yang
dinyatakan dalam hasil belajar. Pernyataan di atas mempunyai makna, maka proses
pembelajaran diperlukan suatu alat bantu untuk menunjang tingkat keberhasilan siswa dalam
belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, salah satunya yaitu dengan
menggunakan media pembelajaran yang cocok untuk para siswa(Arifin, Akhdinirwanto, &
Fatmaryanti). Oleh sebab itu, agar dapat mempermudah menyampaikan dan menelaah
pemahaman terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar kepada siswa,
diperlukannya sebuah alat untuk menghubungkan materi dengan siswa yaitu media
pembelajaran.
Fungsi alat bantu belajar yaitu media pembelajaran menurut Harjanto (2008: 245), sebagai
berikut ; 1) Memperjelas penyajian materi kepada siswa agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), 2) Menanggulangi karena adanya
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, 3) Dengan adanya alat bantu media pembelajaran,
pendidikan secara benar, tepat dan bervariasi dapat mengatasi kecenderungan sikap pasif
siswa, 4) Dengan melihat sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan telah keluarnya kurikulum baru yaitu kurikulum
merdeka dan materi pendidikan ditentukan sama untuk seluruh siswa, maka akan terjadi
kesulitan terhadap pengajar bila semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi jika latar belakang
lingkungan dari pengajar dengan siswa pasti mempunyai perbedaan belum tentu sama.
Untuk itu saya ambil judul penelitian Modul dalam Bentuk E-Book sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal pada pelajaran matematika karena ini sangatlah
menarik bagi saya. Karena dari benak saya jika ini lancar maka sangatlah manjur untuk
mengatasi masalah kecenderungan proses kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari segi media
pembelajaran E-Book sangatlah simpel dan fleksibel (dapat dibawa kemana saja karena hanya
membutuhkan Smartphone). E-Book juga banyak fitur yang dapat digunakan seperti
menambahkan gambar, video, animasi, audio, dan lain lain. Hal ini merupakan satu dari semua
yang dibutuhkan dari masalah yang terkait. Siswa sekarang lebih tertarik dengan gambar,
animasi, maupun game. Jika pengajar dapat mengolah aplikasi E-Book ini mungkin sangat
berguna dalam menuntun siswanya karena siswa tidak akan mengalami kebosanan karena di
dalam E-Book ini dapat berupa game dan animasi bergerak. Dari sini siswa akan merasa seperti
diajak bermain sambil balajar buka hanya merasa belajar, belajar, dan belajar.
Modul dalam bentuk E-Book mungkin bisa disebut Modul elektronik ialah media yang
mempunyai beberapa unsur tentang materi, batasan, dan metode penilaian dibuat secara urutan
untuk mencapai kemampuan maupun keberhasilan yang diharapkan. keberadaan modul
elektronik dapat mempengaruhi dan membuat siswa lebih aktif dan interaktif ketika kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Sepemikiran dengan purwaningtyas, dkk (2017: 1) Modul
elektronik ialah salah satu bahan ajar yang disusun dan dibuat secara berurutan sesuai dengan
kurikulum dan karakteristik materi ajar yang sudah di rencanakan dan dikemas secara luas,
siswa dapat belajar secara otodidak (mandiri) dan lebih aktif sesuai dengan
kemampuan/keahlian belajarnya. Munculnya modul elektronik ini sangat membuat siswa
menjadi senang dan termotivasi untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi interaktif tidak
monoton.
Agar terhindar dari duplikasi, kemudian peneliti akan melakukan perbandingan dan
hubungan terhadap beberapa penelitian terdahulu dan dijadikan sebagai landasan dalam
perbandingan untuk melakukan penelitian sebagai berikut:
Untuk peneliti pertama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Edi Wibowo (2018) dengan
judul “Pengembangan Bahan Ajar E-Modul dengan Menggunakan Aplikasi Kvisoft Flipbook
Maker”. Peneliti ini mengemukakan bahwa pengembangan modul ini merupakan suatu bentuk
buku teks dalam bentuk modul elektronik yang dikembangkan dengan menggunakan aplikasi
E-Book kvisoft Flipbook Maker, yang diproduksi dan dikembangkan oleh penemu model Borg
and Gall modifikasi Sugiyono. Hasil dari penemuan ini, mendapatkan respon guru terhadap e-
modul dengan menggunakan aplikasi e-book kvisoft flipbook maker memperoleh nilai rata-
rata skor 3,64 dengan kriteria sangat
menarik. Sedangkan untuk respon siswa sendiri terhadap e-modul dengan menggunakan
aplikasi e-boom kvisoft flipbook maker memperoleh nilai rata-rata skor 3,49 dengan kriteria
sangat menarik.
Peneliti kedua, yaitu penelitian dilakukan oleh Swaji Caraka Yogiswara (2019) dengan
penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Berbasis E-Book menggunakan Aplikasi
Kvisoft Flipbook Maker untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik
SMA”. Peneliti ini menyatakan bahwa untuk hasil penilaian ahli dengan kategori baik dan
respon dari siswa dengan kategori baik, modul berbasis e-book dapat digunakan untuk
meningkatkan minat belajar dan hasil belajar kognitif siswa. Peningkatan terhadap minat
belajar siswa SMA yang menggunakan media pembelajaran modul berbasis e-book pada kelas
eksperimen berdasarkan skor gain sebesar 0,0374 dengan kategori rendah. untuk peningkatan
hasil belajar kognitif pada siswa SMA yang menggunakan media pembelajaran modul berbasis
e-book pada kelas eksperimen berdasarkan skor gain sebesar 0,307 dengan kategori sedang.
Penelitian ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Niken Larasati (2019) dengan penelitian
yang berjudul "Pengembangan Modul Elektronik Berbasis kearifan Lokal (Local Wisdom)
pada Model Pembelajaran Area di Tk Kota Jambi". Peneliti tersebut menyatakan bahwa
penelitian pengembangan ini dapat membuat sebuah produk berupa modul elektronik dengan
sumber belajar berbasis kearifan lokal pada model pembelajaran area di TK Kota Jambi dengan
menggunakan model pengembangan ADDIE yang memiliki 5 tahap yaitu analysis (analisis),
design (desain), development
(pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi). Hasil dari
penelitian dengan uji coba produk modul elektronik berbasis kearifan lokal ini pada model
pembelajaran di TK Kota Jambi memperoleh respon yang positif. Dengan adanya respon
positif, maka daripada itu modul elektronik berbasis kearifan lokal tersebut sangat layak untuk
di digunakan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang efektif.
Peneliti keempat, penelitian yang dilakukan oleh Nurul Khairun Nisa (2019) dengan
penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Flipbook Berbasis Mind
Mapping Sebagai Sumber Belajar Muatan Pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN Purwoyoso
04 Semarang”. Hasil dari penelitiannya ialah berlandaskan penilaian yang dihasilkan oleh
kelayakan isi, ahli materi, dan ahli bahasa termasuk kriteria sangat layak pada unsur dan
komponen kelayakan penyajian dengan persentase mencapai 100%, komponen kelayakan isi
dengan persentase yang hampir mencapai 90,625%, dan komponen kelayakan kebahasaan
dengan hasil persentase 93,75%. Untuk hasil uji coba perbedaan rata-rata nilai pretest dan
postest yang dilakukan dengan perhitungan t-test memperoleh peningkatan hasil nilai rata-rata
dengan kriteria sedang. Maka daripada itu, penggunaan bahan ajar elektronik berbasis mind
mapping efektif dan cocok digunakan dalam pembelajaran IPS materi keberagaman budaya di
Indonesia Penelitian kelima, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rini Anggraini (2018)
dengan judul “ Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Pendekatan Saintifik Menggunakan
Sofware Kvisoft Flipbokk Maker pada Materi Listrik Statis Mata Kuliah Fisika Dasar1”. Dari
hasil penelitiannya disebutkan bahwa keunggulan yang berada pada modul ini
antara lain pengoperasian media yang lebih mudah dilakukan, bahasa yang digunakan juga
mudah dimengerti, dipahami, dan komunikatif. Sedangkan untuk kelemahannya sendiri modul
ini belum dapat diakses melalui smartphone. Untuk hasil analisis data yang dilakukan oleh
mahasiswa memperoleh data meliputi 3 aspek yaitu yang pertama aspek tampilan modul
sebesar 5,68 dengan kategori sangatlah baik, kedua aspek penyajian modul sebesr 4,87 dengan
kategori baik, dan aspek yang terakhir yaitu aspek manfaat modul sebesar 13,45 dengan
kategori sangat baik.
Kesimpulan dari beberapa penelitian diatas untuk yang pertama adalah sama sama
membahas tentang modul elektronik. Pada peneliti kedua persamaannya menggunakan
aplikasi e-book juga dan perbedaan dari isi penelitian ini analisis bahan ajar untuk tingkat
SMA. Pada peneliti ketiga persamaannya sama-sama membahas tentang modul elektronik
berbasis kearifan lokal dan menggunakan model ADDIE. Perbedaannya penelitiannya ini
untuk anak TK. Pada penelitian keempat sama- sama membahas e-book. perbedaanya hanya
berbasis mind mapping dan untuk pembelajaran IPS dan diperuntukkan untuk kelas IV Sekolah
Dasar. Pada penelitian kelima sama-sama membahas modul elekronik dan Perbedaan berbasis
pendekatan saintifik pada materi listrik statis untuk tingkat mahasiswa.
Kearifan lokal merupakan ciri khas pandangan hidup dan ilmu pengetahuan dimasyarakat
serta bermacam macam strategi kehidupan yang berwujud dalam bentuk aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dan untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka serta semua aspek kehidupan manusia yang selaras antara manusia, alam,
dan budaya. Berdasarkan Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa
pembelajaran di Sekolah Dasar mengakomodasi pembelajaran tematik terpadu, pada aspek
keberagaman budaya dapat diintegrasikan dalam konteks pembelajaran dengan memasukan
konten kearifan lokal. Manfaat untuk masyarakat dalam penelitian ialah banyak generasi baru
yang paham akan budaya mereka. Dengan adanya Pengembangan Modul serta media
pembelajaran berbasis kearifan lokal budaya di daerah dapat dilestarikan karena siswa belajar
dan memahami pelajaran serta kearifal lokal budaya sendiri. Tidak hanya itu, manfaat dari e-
book ini juga agar siswa tidak ketinggalan zaman karena telah banyak di luar negeri
menggunakan teknologi canggih. Untuk ini siswa sangat dianjurkan menggunakan e-book agar
lebih mengetahui kemajuan teknologi dan melestarikan budaya daerah.
Di samping itu, E-book juga dapat menambah motivasi belajar siswa dan minat
mengembangkan bakat siswa. E-book telah diapresiasi dan direspon sangat baik oleh para ahli
dan siswa sendiri. karena e-book tidak membosankan dan sangat menarik. Hal ini dapat
menunjang masalah terhadap pengajar dan siswa untuk tidak monoton di kelas. Dengan adanya
e-book ini diharapkan dapat merubah pola berfikir kritis siswa sehingga rajin belajar karena
media elektronik ini
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengembangkan Modul Elektronik berbasis kearifan lokal di kelas SMP?
2. Bagaimana kelayakan Modul Elektronik berbasis kearifan lokal di kelas SMP?
1.3 Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara Mengembangkan Modul Elektronik berbasis
kearifan lokal kelas SMP
2. Untuk mengetahui kelayakan Modul Elektronik berbasis kearifan lokal pada kelas SMP.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Pengertian Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan suatu pandangan hidup dan sebuah ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan berbagai cara atau strategi kehidupan yang dilakukan oleh masyarakat untuk
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut.
Kearifan lokal ialah semua bentuk kebijaksanaan dan tanggungjawab yang berlandaskan oleh
nilai-nilai kebaikan yang dipercaya masyarakat, diterapkan (dilakukan) dan selalu senantiasa
dirawat dalam kurun waktu yang lama secara turun-temurun oleh sekelompok masyarakat di
daerah tertentu. Secara etimologi, kata kearifan lokal atau local wisdom terdiri dari dua kata,
yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Panggilan lain dari kearifan lokal diantaranya ialah
kebijakan setempat (local wisdom), kecerdasan setempat (local genious) dan pengetahuan
setempat (local knowledge).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kearifan bermakna kebijaksanaan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan dalam berinteraksi atau komunikas. Kata lokal, yang bermakna
lingkungan atau daerah atau pada suatu tempat tumbuh yang mungkin berbeda dengan
lingkungan atau daerah yang bernilai yang bisa saja berlaku untuk daerah tersebut atau
mungkin juga berlaku di semua daerah.
Menurut Wagiran, (2012: 2) “Kearifan lokal ialah suatu pemikiran hidup yang didasari
oleh sebuah rasionalitas dan budi yang baik, dan memuat hal-hal positif tanpa adanya kejelekan
tersendiri”. Terdapat kearifan lokal di daerah tertentu bermanfaat untuk meningkatkan potensi
daerah tersebut, contoh halnya seperti tradisi yang dapat mempengaruhi nilai atau sifat karakter
dan kesopanan kepada masyarakat sekitar. Menurut Pamungkas, dkk (2019: 2) Kata kearifan
lokal adalah suatu aspek semu kehidupan manusia atau masyrakat yang selaras antara manusia,
alam dan budaya daerah tersebut. Terdapatnya kearifan lokal kita sebagai masyrakat atau
manusiawi akan lebih berguna dengan saling berkaitan antara alam dan budaya daerah tertentu.
Keaifan lokal tidak hanya didapat dari warisan, melainkan juga harus terus dibuat melalui
sebuah proses berfikir tentang adanya permasalahan yang dapat diselesaikan dengan
mengoptimalkan potensinya secara baik dan bijak. Menurut Bachtiar, (2016: 651) “Kearifan
lokal itu adalah suatu identitas budaya atau ciri khas yang harus diperkenalkan kepada generasi
bangsa melalui dunia pendidikan dalam sekklah. Salah satunya caranya dengan
menghubungkan budaya lokal dalam pembelajaran sekolah yang dapat membuat siswa
mengenal identitas budaya atau ciri khas daerah dan ikut melestarikannya. Menurut Sultoni &
Hilmi (2015: 231) “kearifan lokal merupakan bagian dari budaya, identitas, bahkan ciri khas
masyarakat di daerah tertentu. dengan ciri khas atau identitas budaya yang dimiliki dapat
meningkatkan potensi daerah tersebut. Segingga kita bisa melestarikan, merawat dan
mengembangkannya kedalam proses pembelajaran siswa di sekolah.
Dapat disimpulkan dari ulasan diatas, bahwa kearifan lokal merupakan suatu potensi yang
ada didaerah tertentu, kearifan lokal tidak hanya berbentuk bentuk budaya saja yang
diterapkan, dirawat, mauapun diturunkan dari generasi ke generasi tetapi juga mempunyai nilai
yang positif dan bijak, bahkan menjadi ciri khas daerah tertentu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Model Pengembangan
Model dalam mengembangkan penelitian ini yaitu menggunakan model ADDIE. Untuk
tahap penelitian peneliti harus memenuhi dan menggunakan langkah pertama dari model
ADDIE yaitu menentukan topik serta merumuskan sebuah masalah yang akan diteliti oleh
peneliti, kedua yaitu peneliti membuat sebuah instrumen penelitiannya seperti wawancara dan
observasi, ketiga untuk melanutkan penelitian peneliti melangkah pada tahap mengumpulkan
data yang telah diperoleh dari tahap kedua, keempat peneliti lanjut ke tahap penarikan
kesimpulan berdsarkan data yang telah diperoleh pada tahap kedua. Model ADDIE merupakan
sebuah model yang tidak sulit diterapkan dimana sebuah proses yang diterapkan atau
digunakan mempunyai sifat sangat sistematis dengan kerangka yang jelas dan mudah dipahami
sehingga menghasilkan sebuah produk yang efektif, kreatif dan efisien, hal ini dijelaskan
menurut Menurut Siwardani (2015: 6). Alasan seorang peneliti menerapkan model ADDIE
dikarenakan model ini sangat efektif dan relevan untuk sebuah penelitian terkait
pengembangan. Hal tersebut, mempunyai kesamaan dengan Angko & Mustaji (2013: 4)
mereka mengatakan bahwa alasan menggunakan model ADDIE masih sangat relevan untuk
digunakan yaitu (1) Model ADDIE meruapakan sebuah model yang dapat diterapkan dan
digunakan sesuai keadaan dengan baik dan dalam berbagai kondisi apapun yang mungkin
untuk model tersebut dapat diterapkan hingga saat ini; (2)Untuk tingkat ke fleksibilitas untuk
model ADDIE ialah model yang sangat efektif; (3) Model ADDIE menyediakan sebuah
kerangka kerja umum (luas) yang sistematis dan adanya revisi dan evaluasi pada setiap
tahapannya.
3.2 Posedur Pengembangan
Prosedur dalam penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Dasar Srikaton. Untuk penelitian
yang dilakukan menggunakan pengembangan model ADDIE. “ADDIE is an acronomy for
Analyze, Design, Depelopment, Implementation and Evaluation”. Tahap pengembangan
ADDIE terdiri dari lima langkah, yaitu (1) Analisis; (2) Perancangan; (3) Pengembangan, (4)
Implementasi, (5) Evaluasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan
berdasarkan konsep ADDIE Menurut Branch (2009: 2). Di sisi lain, penelitian yang dilakukan
menggunakan model ADDIE ini bertujuan untuk memperoleh sebuah informasi kevalidan dan
kepraktisan produk yang diteliti. Oleh sebab itu, peneliti cuma mengembangkan modul
elektronik berbasis kearifan lokal sampai pada tahap pengembangan (development).
3.2.1 Tahap Analyze
Tahap ini ditujukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam proses
mengembangkan bahan ajar yang berupa e-modul berbasis kearifan lokal yang menggunakan
aplikasi yang tersedia di website di Kabupaten Kediri. Ada beberapa hal yang perlu diketahui
di dalam mengenalisis yaitu analisis kebutuhan, analisis karakteristik peserta didik dan analisis
kurikulum.
a) Analisis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Peneliti mencari informasi terkait kebutuhan kepada tokoh dinas bidang kebudayaan.
Hasilnya bahwa setiap tradisi yang ada di kabupaten Kediri cukup banyak yang perlu
dilestarikan. Berharap supaya kearifan lokal dapat diintegarasikan kedalam pembelajaran
sekolah agar siswa dapat menjaga, melestarikan dan mengetahui budaya yang ada daerah
sekitarnya.
b) Analisis bahan ajar dan kesiapan TIK dalam pembelajaran
Peneliti juga mencari informasi tentang pengajar SMP Negri 1 Plemahan. Hasil pencarian
informasi yang didapat yaitu belum tersedianya pembelajaran di kelas berbasis kearifan lokal
hanya secara lisan seperti memberitahu tentang tarian daerah seperti kuda kepang. hal tersebut
sudah menggunakan media elektrik dalam pembelajaran di kelas, akan tetapi masih banyak
kendala dengan sarana dan prasarana.
Adapun manfaat atau fungsi pembelajaran berbasis elektronik yaitu anak lebih aktif, kreatif
dan proses pembelajaran tidak monoton sehingga anak lebih enjoy dan bersemangat. Pada
kompetensi pedagogik dicantumkan seseorang pengajar dituntut harus bisa memproses dan
menggunakan elektronik sehingga dapat memanfaatkan media elektronik TIK dalam proses
pembelajaran di kelas. Dasarnya kompetensi pedagogik ialah sebuah kemampuan seorang
pengajar pada memprosesan kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai harapan. Untuk menguasai alat bantu TIK
merupakan tuntutan kompetensi yang harus bisa dilakukan seorang pengajar. Hal ini dapat
mendukung pelaksanaan tugasnya saat melakukan kegiatan mengajar, sehingga setiap pengajar
diharuskan siap untuk belajar TIK yang berguna untuk pemenuhan tuntutan kompetensi (Aka,
2017: 30).
2) Analisis Karakteristik Peserta Didik
Tahap penelitian yang melakukan penganalisisan peserta didik pada SMP Negeri 1
Plemahan. Tahap ini dilakukan agar mendapatkan informasi terkait karakteristik peserta didik
baik dalam berbagai aspek yakni aspek kognitif, aspek sosial-emosional dan aspek fisik.
Dasarnya karakteristik kognitif ialah di mana peserta didik akan mengembangankan
intelektualnya pada tahap operasional konkret (7-11 tahun) yang dapat ditandai oleh adanya
kemampuan sebuah pemikiran konkret/nyata dan mendalam, dapat melakukan
mengklasifikasikan dan mengkontrol persepsinya. Sebagai pengajar kita juga harus bisa
mengetahui karakteristik peserta didik agar dapat mempermudah proses kegiatan
pembelajaran. Pada tahap operasional konkret di SMP Negri 1 Plemahan ternyata sudah
mengajarkan dengan hal yang nyata berdasarkan pengalaman peserta didik sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.
Menurut Praswoto, (2014: 5) “Karakteristik peserta didik psikologi, di dalam pengetahuan
tentang psikologi perkembangan anak dapat membantu respons perilaku tertentu pada seorang
anak”. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak menuju kekedewasaan, banyak terjadi
perubahan kebutuhan. Kebutuhan tersebut yakni kebutuhan sosial psikologis anak akan lebih
banyak dibandingkan kebutuhan fisiknya sejalan dengan usianya.
Berdasarkan analisis karakteristik peserta didik diperlukan sebuah sumber belajar yang
dapat mendukung tingkat pemahaman anak menggunakan modul elektronik berbasis kearifan
lokal.
3.) Analisis Kurikulum
Pada tahap analisis kurikulum dilakukan untuk mengetahui kurikulum yang digunakan
dalam pembelajaran di SMP Negri 1 Plemahan. Kurikulum yang digunakan di Sekolah tersebut
adalah kurikuum 2013, dalam penerapan kurikulum 2013 lebih menekankan pembelajaran
yang bermakna bagi peserta didik. selain itu, dalam kurikulum 2013, peserta didik
diharuskanuntuk aktif dalam pembelajaran, dimana penganar diharuskan kreatif dan inovatif
dalam dalam membuat bahan ajar agar proses belajar menjadi interaktif dan tidak
membiosankan. Salah satunya dengan mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam pembelajaran
Sekolah Dasar agar peserta didik mengetahui dan ikut serta dalam melestarikan budaya.
Berikutnya menganalisis KI dan KD dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar bahwa Tradisi daerah Kediri dapat
diintegrasikan kedalam pembelajaran sekolah dasar yakni pada Buku Guru dan Buku Siswa
tema 6 (Sistem Persamaan Linier Dua Variabel)
a.) Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Pengetahuan Kompetensi Dasar Ketrampilan
3.3 Mendeskripsikan dan menerapkan konsep 4.3 Memecahkan dan menyajikan hasil
sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) pemecahan masalah nyata sebagai terapan
dan memilih metode yang efektif untuk konsep dan aturan penyelesaian sistem
menentukan himpunan penyelesaiaanya. persamaan linier dan kuadrat dua variabel.
Pada analisis kurikulum, peneliti mengambil budaya kuda kepang untuk masuk kedalam
pembelajaran SPLDV. karena dapat berhubungan jika menggunakan soal cerita yang berakitan
tentang tradisi kuda kepang maupun lainnya dapat berkolaborasi dengan materi matematika
ini. Hal ini, dapat membuat pembelajaran menjadi bermakna dan melestarikan tradisi yang
telah diturunkan turun temurun.
3.2.2 Tahap Design
Pada tahap perancangan pengembangan modul elektronik berbasis kearifan lokal
menggunakan apliaksi dalam website dirumuskan berdasarkan yang didapat dari tahap
analisis. Peneliti menentukan kompetensi dasar, indikator, materi dan tujuan pembelajaran
berdasarkan Silabus dan RPP dengan Tema SPLDV.
Tabel Design.
3.2.3 Tahap Development
Selanjutnya tahap pengembagan menghasilkan produk berupa modul elektronik berbasis
kearifan lokal menggunakan aplikasi wibsite internet pada pembelajaran Matematika Subtema
SPLDV
Adapun komponen-komponen yang terdapat pada modul elektronik adalah sebagai
berikut : (1) Cover, (2) Kata Pengantar, (3) Daftar Isi, (4) Petunjuk Penggunaan Modul, (5)
Kompetensi Inti, (6) Kompetensi Dasar dan Indikator, (7) Tujuan Pembelajaran, (8) Peta
Konsep (9) Halaman cerita, (10) Pertanyaan, (11) Materi Pembelajaran, (12) Pertanyaan, (13)
Percobaan, (14) Prakarya, (15) Lembar Penilaian, (16) Glosarium, (17) Daftar Pustaka, (18)
Biografi Penulisan.
3.2.4 Tahap Implementasi
Pada tahap impelementasi dapat dilaksanakan, dikarena sudahnya selesai wabah yang
menyebabkan pembelajaran dari rumah. Sehingga diainjurkan untuk melaksakan pembelajaran
tatap muka. Hal ini dapat diimplementasikan melalui proses pembelajaran yang akan dilakukan
dikelas alhasil dapat melakukan tahap kekurangan dan dapat diperbaiki lagi.
3.2.5 Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, meruapakan tahap terakhir dalam pengembngan model ADDIE, Setelah
produk dibuat dan dikembangakan serta telah di validasi oleh ahli materi, ahli media, ahli
bahasa dan ahli praktisi. Selanjutnya, peneliti melakukan perbaikan dan penyempurnaan
terhadap produk yang dikembangkan sesuai saran/komentar dari validator tersebut.
3.3 Subjek Uji Coba
Produk hasil pengembangan yang telah selesai dibuat berupa modul elektronik berbasis
kearifan lokal menggunakan website yang tersedia kemudian diuji coba kepada responden atau
orang lain. dengan melihat kepraktisan dari guru tentang modul elektronik berbasis kearifan
lokal.