Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN: 2086-4280

Muslim & Prabawati e-ISSN: 2527-8827

Studi Etnomatematika terhadap Para Pengrajin Payung


Geulis Tasikmalaya Jawa Barat
Siska Ryane Muslim1, Mega Nur Prabawati2*

Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Siliwagi


Jalan Siliwangi No. 24, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
1siskaryanemuslim@unsil.ac.id, 2*meganurprabawati@unsil.ac.id

Artikel diterima: 23-11-2019, direvisi: 28-01-2020, diterbitkan: 31-01-2020

Abstrak
Penelitian dilatarbelakangi pertentangan opini mengenai hubungan matematika dengan
budaya, yang mengarah pada ethnomathematics. Tujuan penelitian untuk mengetahui serta
mendeskripsikan etnomatematika pada pembuatan Payung Geulis Tasikmalaya. Metode
penelitian yaitu kualitatif dengan metode etnografi. Subjek penelitian dipilih melalui metode
purposive sampling, yaitu tiga orang pengrajin Payung Geulis yang berada di Panyingkiran,
Indihiang, Kota Tasikmalaya serta telah menjadi pengrajin selama lebih dari 10 tahun. Teknik
pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen
penelitian yaitu peneliti sendiri dengan didukung beberapa instrumen lainnya yaitu pedoman
observasi, pedoman wawancara, alat rekam dan kamera. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa terdapat kaitan antara Payung Geulis
dengan matematika yang ditunjukkan dengan adanya unsur-unsur matematika berdasarkan
konsep geometri. Konsep geometri tersebut diantaranya berupa geometri bangun datar,
geometri bangun ruang, simetri, geometri transformasi (refleksi, translasi, dan rotasi) serta
kekongruenan.
Kata Kunci: Payung Geulis, Geometri, Etnomatematika.

Ethnomathematics Study of Payung Geulis Craftmans Tasikmalaya

Abstract
Research is motivated by conflicting opinions about the relationship between mathematics
and culture, which leads to ethnomathematics. This research aims to determine and describe
ethnomathematics in the manufacture of Tasikmalaya Geulis Umbrellas. The research method
is qualitative with ethnographic methods. The subjects in this study were selected using a
purposive sampling method where the subject was a Payulis Geulis craftsman in Panyingkiran,
Indihiang, Tasikmalaya City and had been a craftsman for more than 10 years. Data collection
techniques used are observation, interview, and documentation. The research instrument was
the researcher himself, supported by several other instruments, namely observation guidelines,
interview guidelines, recording equipment, and cameras. Data analysis techniques used in this
study are data reduction, data presentation and drawing conclusions or verification. Based on
the results of data analysis, it was concluded that there is a relationship between Umbrella
Geulis with mathematics which is indicated by the existence of mathematical elements based
on the concept of geometry. The geometrical concepts include the geometry of the flat
structure, geometry of geometry, symmetry, the geometry of transformation (reflection,
translation, and rotation) and concordance.
Keywords: Payung Geulis, Geometry, Ethnomathematics.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 59


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

I. PENDAHULUAN berkaitan dengan konteks budayanya


Pada hakikatnya, matematika merupakan (Afriansyah, 2013). Hal ini sejalan dengan
induk dari ilmu pengetahuan lain dan pernyataan Sumardyono (2008) bahwa
sekaligus berperan untuk membantu “Obyek-obyek matematika bersifat sosial-
perkembangan ilmu tersebut (Suherman, kultural-historis, artinya bahwa matematika
2012). Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dan pembelajarannya merupakan milik
konsep matematika yang dapat digunakan bersama seluruh umat. Betapa pun primitifnya
untuk menyelesaikan permasalahan yang suatu masyarakat, matematika adalah bagian
muncul (Afriansyah, 2016). Disadari atau tidak, dari kebudayaannya (meski dalam bentuk
banyak kehidupan bermasyarakat yang yang sederhana)”.
menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya telah Alasan-alasan yang sudah dijelaskan
menerapkan konsep matematika dalam setiap sebelumnya secara langsung mengarah ke
aktivitas budayanya. ranah kajian ethnomathematics
Namun, terdapat banyak opini masyarakat (etnomatematika). Alangui (2010)
yang menyatakan bahwa matematika tidak mengungkap bahwa etnomatematika sama
ada hubungan sama sekali dengan budaya. dengan mentransformasi matematika,
Seperti yang diungkapkan Sumardianta (2013) mendorong terbentuknya suatu ilmu
dalam salah satu artikel di surat kabar Tempo pengetahuan yang tidak mengeksploitasi dan
yang berjudul Mempersoalkan Kurikulum merendahkan, tetapi mengangkat kehidupan
2013, “…kurikulum, yang terbelenggu manusia. Sesuai dengan yang dikemukakan
pabrikan buku dan ujian nasional, didominasi oleh Turnbull (Alangui, 2010). Hal yang
ranah kognitif sebagai simbol prestasi menjadi fokus pada penelitian
tertinggi. …mendewakan matematika-IPA, dan etnomatematika adalah untuk
mengabaikan humaniora-sastra”. Menurut menginvestigasi pengaruh timbal balik antara
penulis, munculnya pernyataan tersebut pada matematika, budaya, dan sosial (Alangui,
surat kabar merupakan salah satu bukti bahwa 2010).
selama ini matematika dipandang sebagai Ethnomathematics dapat digambarkan
sesuatu yang tidak berpengaruh sama sekali sebagai jembatan yang menghubungkan
terhadap budaya (humaniora-sastra) atau matematika dengan gagasan serta praktik
sebaliknya. budaya lain (Barton, 1996). Bapak pendiri
Turmudi (2009) menyatakan bahwa ethnomathematics sendiri yaitu, D'Ambrosio
paradigma yang muncul pada masyarakat & Ascher (1994), menjelaskan bahwa
tentang matematika adalah paradigma ethnomathematics sebagai studi tentang
absolut, yaitu anggapan bahwa matematika berbagai bentuk matematika yang muncul dari
merupakan ilmu pengetahuan yang sempurna berbagai model pemikiran (Afriansyah, 2015).
dan kebenaran yang objektif, jauh dari Beliau sangat tertarik dengan sifat
kehidupan manusia. Paradigma ini telah pengetahuan matematika di antara budaya
mendominasi selama lebih dari 2000 tahun. yang berbeda, dan hubungannya dengan
Dalam penelitian lebih lanjut, banyak ide-ide sejarah matematika, filsafat dan kognisi.
matematis yang telah digunakan masyarakat Banyak penelitian tentang etnomatematika
untuk menyelesaikan permasalahan yang yang sudah dilakukan, diantaranya oleh

60 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Utomo, Rahman, & Fikrati e-ISSN: 2527-8827

Paraide (2008) yaitu penomoran pada budaya mengukur dan membuat pola. Aktivitas
Tolai di Papua New Guinea. Keanekaragaman mengukur terlihat mulai dari kegiatan awal
budaya sudah menjadi bahan kajian, membuat kerajinan payung geulis tersebut,
diantaranya oleh Puspadewi dan Putra (2014) yaitu pembuatan rangka payung, serta
yaitu taselasi pada kerajinan anyaman Bali, pembuatan jari-jari payung geulis. Aktivitas
Arisetyawan, Suryadi, Herman dan Rahmat mengukur yang dilakukan oleh pengrajin
(2016) yaitu matematika pada kebiasaan payung geulis tersebut terlihat dalam proses
masyarakat Baduy Banten, dan juga Bagas menentukan jarak antara jari-jari dalam
Godang sebagai unsur budaya Mandailing di tersebut antara yang satu dengan yang lainnya
Sumatera Utara (Siregar, Mujib, & Dewita, harus sama sehingga butuh perkiraan dan
2019). perhitungan, begitu pun sama dengan jari-jari
Kembali pada gagasan utama penelitian ini, luar yang mana antara satu jari-jari dengan
yaitu eksplorasi etnomatematika pada jari-jari lainnya jaraknya harus sama.
kelompok budaya, penulis tertarik untuk Pemasangan kertas/kain pada payung geulis
mengungkap pemikiran matematik dari para tersebut berbentuk bulat yang besar-kecilnya
pengrajin payung geulis Tasikmalaya Jawa tergantung ukuran payung yang dibuat.
Barat. Payung Geulis merupakan salah satu Sedangkan aktivitas membuat pola jelas
kerajinan tradisional di Tasikmalaya Jawa terlihat pada proses pembuatan desain motif
Barat yang sangat indah dan sangat disenangi payung geulis. Berbagai aktivitas paying geulis
oleh masyarakat karena nilai estetika dan ini mengacu pada pokok bahasan geometri.
motif dari payung geulis tersebut. Kerajinan Beberapa penelitian terdahulu telah
payung geulis Mandiri Tasikmalaya Jawa Barat membahas pokok bahasan geometri dari
ini merupakan salah satu upaya masyarakat di berbagai aspek, yaitu: kemampuan penalaran
daerah Panyingkiran Kecamatan Indihiang (Siregar, 2016), tahapan berpikir Van Hiele
Kota Tasikmalaya untuk melestarikan dan (Sholihah & Afriansyah, 2017), soal-soal non-
memunculkan kembali budaya peninggalan rutin (Sundawan, Irmawan, & Sulaiman, 2019),
nenek moyang terdahulu serta meningkatkan dan Masalah TIMSS (Mulyo, Sari, &
produksi khas Tasikmalaya ini. Setelah Syarifuddin, 2019).
dilakukan penelitian pendahuluan, diperoleh Mengacu kepada penjelasan Barton (1996)
hasil bahwa memungkinkan untuk mengenai etnomatematika bahwa dalam
dilakukannya pengamatan, pencatatan, setiap aktivitas matematika terdapat konsep-
pendokumentasian, serta pengungkapan konsep matematika yang mungkin untuk
pemikiran matematik/konsep-konsep diungkap. Pengungkapan pemikiran
matematik pada aktivitas membuat kerajinan matematik ini selain untuk menggambarkan
payung geulis di daerah Panyingkiran perkembangan intelektual masyarakat
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Indonesia, khususnya masyarakat kota
Aktivitas matematika yang paling jelas Tasikmalaya itu sendiri, juga bertujuan agar
terlihat dan dapat dilakukan pengamatan dapat memperlihatkan hubungan timbal balik
(Afriansyah, 2014) yaitu dalam pembuatan antara matematika dengan budaya, terutama
payung geulis tasikmalaya antara lain aktivitas konsep-konsep matematis yang berhubungan

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 61


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

langsung dengan budaya masyarakat kota Tabel 1.


Tasikmalaya, sehingga dapat mengubah Daftar Subjek Penelitian
No. Nama Subjek Kode Subjek
paradigma masyarakat tentang hubungan
1 Bapak Yayat Sudrajat S1
matematika dengan budaya itu sendiri, yang 2 Ibu Siti Maisyaroh S2
kemudian dapat dimanfaatkan dalam upaya 3 Bapak Warsono S3
peningkatan mutu pembelajaran matematika yang diberikan berdasarkan inisial dapat dilihat
khususnya pada pendidikan di kota pada tabel 1.
Tasikmalaya dan umumnya pada pendidikan di Dalam penelitian ini yang dianalisis adalah
Indonesia. etnomatematika pada Payung Geulis
Tasikmalaya dalam bahasan Mata Pelajaran
II. METODE Matematika. Pengambilan data dilakukan
Pada penelitian ini, peneliti memilih dengan observasi, wawancara dan
untuk menggunakan pendekatan kualitatif. dokumentasi. Analisis dilakukan pada data
Pemilihan metode ini bertujuan untuk tersebut sehingga akan ditemukan data valid
mengeksplorasi pemikiran matematik dari para yang berupa klarifikasi etnomatematika pada
pengrajin payung geulis Tasikmalaya dan Payung Geulis.
mengidentifikasi konsep matematika yang
digunakan oleh para pengrajin payung geulis III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tasikmalaya. A. Analisis data Subjek S1
Untuk pendekatan dalam penelitian ini, Berikut adalah cuplikan wawancara penulis
digunakan studi kualitatif deskriptif. Tujuan dengan subjek S1.
penggunaan studi kualitatif deskriptif adalah P : Mohon maaf Pak sebelumnya boleh ceritakan
untuk mengungkapkan atau memperoleh kembali mengenai sejarah Payung Geulis yang
informasi dari data penelitian secara Bapak ketahui? Serta bagaimana Bapak bisa
menjadi seorang pengrajin Payung Geulis?
menyeluruh, luas dan mendalam (Sugiyono,
S1 : Payung geulis itu sudah ada dari sekitar tahun
2015). 1940-an, dan di Panyingkiran ini hampir 90%
Subjek yang diteliti relatif terbatas terdiri penduduknya usaha dibidang payung geulis.
dari tiga orang pengrajin payung geulis, namun Setelah itu pada tahun 1980 sudah tidak ada
variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat pengrajin payung disini (di Panyingkiran).
Kemudian, Uwa saya wa Syahrod memulai kembali
luas dimensinya (Danim dalam Atmanto, 2008).
membuka usaha payung geulis pada tahun 1984
Dalam penelitian ini, kasus yang akan diteliti dan alhamdulillah sampai sekarang masih
adalah sebuah gagasan/pengetahuan yang berkembang sehingga dikampung saya ini ada 5
menjadi pemikiran matematik dari para pengrajin payung, untuk kota tasik ada 7 pengrajin
pengrajin payung geulis Tasikmalaya Jawa payung, bahkan dulu di babakan payung juga ada
cuman ironisnya hanya tinggal nama dan hanya
Barat (Penelitian terhadap Pengrajin Payung
tersisa satu pengrajin saja yang masih berusaha
Geulis Tasikmalaya Jawa Barat). dalam bidang payung geulis. Saya sendiri memulai
Data dari penelitian ini dianalisis untuk usaha dari tahun 1998, awalnya belajar dari Uwa
memperoleh deskripsi etnomatematika pada yang kebetulan seorang pengrajin Payung Geulis
Payung Geulis. Dalam analisis subjek masing- juga di Panyingkiran.
P : Mengenai Payung Geulis, apakah ada
masing diberi kode inisial untuk lebih
pertimbangan dalam menentukan ukurannya?
mempermudah proses analisis. Penggodaan Biasanya yang diproduksi berukuran berapa saja?

62 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Utomo, Rahman, & Fikrati e-ISSN: 2527-8827

S1 : Sebenarnya tidak ada pertimbangan karena


memang dari dulu sudah seperti itu, yang
membedakan hanya ukuran diameter serta jumlah
rusuknya saja, dari diameter 50cm, 70cm, 80cm,
120cm, 2m, 2,5m dan biasanya disesuaikan
dengan pesanan, hanya saja yang biasa diproduksi
di kisaran diameter 50cm, 60cm, 70cm dan 80cm.
P : Dalam pembuatan rangka itu sendiri bahan apa
saja yang diperlukan serta adakah ketentuan
dalam pembuatannya? Gambar 1. Koleksi Payung Mandiri.
S1 : Sebenarnya jika berbicara masalah rangka, tidak
ada hal-hal yang dikhususkan saya hanya terima
jadi saja dari tukang rangka.
P : Bagaimana cara menentukan kain atau kertas
yang digunakan dan ukurannya?
S1 : Itu sudah ada polanya, disesuaikan saja sama
ukuran diameter rangka payungnya.
P : Pada proses pemasangan benang, apa yang
menjadi perhatian khusus dan benang sejenis apa
yang dipakai? Gambar 2. Payung Geulis Bordel.
S1 : Saya mempunyai pegawai khusus juga untuk
ditemukan jenis-jenis yang beragam (lihat
tahapan ini, namun untuk jenis benang biasanya
gambar 2).
pakai benang kasur atau semacamnya yang sedikit
tebal.
P : Pada tahapan melukis, bahan-bahan apa saja B. Analisis data Subjek S2
yang dibutuhkan serta motif seperti apa yang Berikut adalah cuplikan wawancara peneliti
dijadikan pertimbangannya?
dengan subjek S2.
S1 : Biasanya pakai cat tembok ditambahkan dengan
P : Maaf Bu sebelumnya boleh ceritakan kembali
campuran lem. Motifnya sendiri yang tradisional
mengenai sejarah Payung Geulis yang Ibu
saja seperti bunga, hanya saja jenis bunganya
ketahui? Serta bagaimana Ibu bisa menjadi
bermacam-macam.
seorang pengrajin Payung Geulis?
Data hasil observasi yang dilakukan di S2 : Saya kurang tahu seperti apa jelasnya untuk
rumah produksi Payung Geulis Mandiri, sejarah Payung Geulis disini karena memang
didapatkan beberapa koleksi hasil kerajinan sudah turun temurun dari leluhur di
tangan Payung Geulis yang diproduksi oleh Panyingkiran ini. Kebetulan orang tua
merupakan seorang pengrajin Payung Geulis,
subjek S1 (lihat gambar 1).
kemudian saya belajar sedikit demi sedikit sampai
Gambar tersebut merupakan beberapa akhirnya bisa membuat sebuah Payung Geulis.
hasil produk dari subjek S1. Pada gambar P : Mengenai Payung Geulis, apakah ada
tersebut Payung Geulis dibuat dengan bahan pertimbangan dalam menentukan ukurannya?
dasar bambu dan kertas dengan tambahan Biasanya yang diproduksi berukuran berapa saja?
S2 : Tidak ada yang dijadikan pertimbangan karena
beberapa jenis motif yang berbeda. Bahan
ukurannya memang sudah seperti itu dari dulu,
serta motif-motif di atas masih menggunakan jadi hanya melanjutkan saja.
cara yang tradisional, tetapi Payung Geulis P : Dalam pembuatan rangka itu sendiri bahan apa
mengalami perkembangan sehingga banyak saja yang diperlukan serta adakah ketentuan
dalam pembuatannya?

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 63


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

S2 : Rangka Payung Geulis ini kebetulan saya pasok pada dasarnya adalah bunga, hanya saja
dari tukang rangka, ukuran dan ketentuannya penempatan posisi bunganya lebih beragam.
semua bagaimana tukang rangka, saya hanya
C. Etnomatematika pada Payung Geulis
menerima jadi saja terkecuali memang ada
pesanan khusus dari pembeli. Tasikmalaya
P : Bagaimana cara menentukan kain atau kertas Hasil dari penelitian ini berupa gambaran
yang digunakan dan ukurannya? tentang Payung Geulis yang mengandung
S2 : Disesuaikan saja dengan ukuran diameter nilai-nilai matematis khususnya dalam
payungnya.
bahasan geometri. Setelah diamati lebih lanjut
P : Pada proses pemasangan benang, apa yang
menjadi perhatian khusus dan benang sejenis apa ditemukan adanya beberapa konsep
yang dipakai? matematika yang terkandung dalam bentuk
S2 : Sebenarnya kita hanya cukup mengikuti polanya dan motif payung geulis. Konsep matematika
saja dan untuk proses ini sudah ada ahlinya atau tersebut antara lain konsep geometri bangun
yang biasanya mengerjakan tahapan ini.
datar, geometri bangun ruang, geometri
P : Pada tahapan melukis, bahan-bahan apa saja
yang dibutuhkan serta motif seperti apa yang transformasi (refleksi, translasi dan rotasi) dan
dijadikan pertimbangannya? kekongruenan. Tidak hanya dapat
S2 : Cat lukis, alat lukis, dan motif yang akan dibuat. diperhatikan dari bentuk dan motifnya, namun
Biasanya yang paling diproduksi itu motif bunga. konsep matematika ini secara tidak langsung
Data hasil observasi yang dilakukan di dapat diperhatikan pada cara pembuatan
rumah produksi Prima Art. Peneliti motif ini, tanpa disadari bahwa budaya
mendapatkan beberapa koleksi Payung Geulis masyarakat pengrajin Payung Geulis telah
dari subjek S2 (lihat gambar 3 & 4). menanamkan nilai-nilai matematis di
Gambar tersebut merupakan beberapa dalamnya. Adapun kajian mengenai konsep-
koleksi Payung Geulis Prima Art. Pada gambar konsep matematika pada bentuk dan motif
tersebut terdapat beberapa jenis Payung Payung Geulis diuraikan sebagai berikut.
Geulis yaitu Payung Geulis dari bahan kertas 1. Konsep Geometri Bangun Datar pada
serta kain. Motif Payung Geulis yang dibuat Payung Geulis
Konsep Geometri Bangun Datar yang
dimaksudkan disini adalah Bangun Datar
Lingkaran. Bangun datar lingkaran yang dibuat
digunakan sebagai awal pembuatan dari
rangka Payung Geulis. Sebelum membuat
rangka Payung Geulis, biasanya pengrajin
menentukan terlebih dahulu diameter payung
Gambar 3. Koleksi Payung Geulis Prima Art. yang akan dibuat, kemudian menentukan
jumlah jari-jarinya, barulah setelah itu
pengrajin akan membuat bangun datar
lingkaran dengan ukuran yang sebelumnya
telah ditentukan (lihat gambar 5).

Gambar 4. Koleksi Payung Geulis Prima Art 2.

64 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Utomo, Rahman, & Fikrati e-ISSN: 2527-8827

Pada gambar tersebut terlihat bahwa titik lingkaran. Misalkan, sebuah Payung Geulis
pusat lingkaran dilambangkan dengan (O), titik dengan diameter 66cm memiliki jumlah jari-
pusat lingkaran berada tepat di tengah-tengah jari 22 buah, sehingga bangun segitiga yang
lingkaran, sedangkan jari-jari dilambangkan
dengan (r), antara jari-jari yang satu dengan
yang lainnya selalu berjarak sama. Pada
dasarnya jenis ataupun ukuran yang biasa
diproduksi yaitu Payung Geulis dengan ukuran
diameter 66cm dengan jumlah jari-jari atau
rusuk payung sebanyak 20 atau 22 buah.
Ukuran Payung Geulis ini beragam ada yang
33cm sampai dengan 1,5m tergantung Gambar 5. Bangun Datar Lingkaran pada Rangka
kebutuhan. Penentuan ukuran diameter dan Payung Geulis.
jumlah jari-jari ini disesuaikan dengan
keinginan konsumen, hanya saja diberikan
rambu-rambu oleh pengrajin sehingga
Payung Geulis tetap dapat menjaga keaslian
budayanya.
2. Konsep Geometri Bangun Ruang pada
Payung Geulis
a. Bangun Ruang Kerucut Gambar 6. Bangun Ruang Kerucut pada Payung
Geulis.
Jika diperhatikan lebih lanjut, bagian
bawah dari rangka Payung Geulis ini akan
membuat sebuah bangun menyerupai kerucut
yang memiliki jumlah jari-jari yang sama
dengan bangun datar lingkaran yang
sebelumnya telah dibuat. Bangun kerucut
yang dihasilkan ini tidak memiliki selimut serta
alasnya tidak tampak secara jelas (lihat
gambar 6).
Kerucut merupakan gabungan dari Gambar 7. Gagang Payung Geulis.

lingkaran serta limas, dimana lingkaran


merupakan alasnya. Pada Payung Geulis
tersebut, jari-jari pada lingkaran ditarik ke atas
yang kemudian bertumpu pada titik yang
sama yaitu bagian untuk menutup atau
membuka Payung Geulis. Jika diperhatikan
secara detail, kita dapat melihat segitiga-
segitiga yang terbentuk. Jumlah segitiga
tersebut setara dengan jumlah jari-jari Gambar 8. Motif Simetri pada Payung Geulis

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 65


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

terbentuk pada bagian penyangga Payung Payung Geulis yakni refleksi terhadap sumbu
Geulis adalah 22 buah, nilai yang sama dengan X.
jumlah jari-jari pada lingkaran. Pencerminan terhadap sumbu 𝑥∶
′ (𝑥,
b. Bangun Ruang Tabung 𝑃(𝑥, 𝑦) 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥 → 𝑃 −𝑦), dengan
Bangun Ruang Tabung yang dimaksudkan matriks pencerminan
disini adalah pada bagian gagang Payung 1 0 1 0 𝑥
𝑃𝑥 = [ ] 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑃𝑥′ = [ ][ ]
Geulis. Jika diperhatikan secara seksama, 0 −1 0 −1 𝑦
.
gagang pada Payung Geulis ini membentuk
5. Konsep Geometri Transformasi Translasi
sebuah bangun ruang tabung yang padat.
pada Payung Geulis
Pembuatan gagang Payung Geulis ini
Konsep lain yang digunakan dalam
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
pembuatan motif Payung Geulis adalah
menjaga kekukuhan serta kemudahan
konsep translasi, dengan memindahkan atau
Payung Geulis untuk dipakai (lihat gambar 7).
menggeser sketsa motif bunga pada Payung
3. Konsep Simetri pada Payung Geulis
Geulis ke posisi tertentu, tentunya cukup jelas
Konsep simetri yang dimaksudkan disini
menggambarkan bahwa konsep translasi telah
adalah simetri lipat. Salah satu cara
diterapkan dalam pembuatan motif Payung
pembuatan motif Payung Geulis yaitu
Geulis. Contoh motif Payung Geulis pada
dengan membuat sketsanya serta terlebih
gambar 12 , motif a digeser ke kanan sekian
dahulu. Sketsa ini biasanya langsung dibuat
satuan sehingga diperoleh motif a’,
pada kain atau kertas yang sudah terpasang
selanjutnya a’ digeser ke kanan sekian satuan
pada rangka
lagi sehingga diperoleh a”, demikian
Payung Geulis. Sebagai contoh pada
seterusnya. Pada akhirnya diperoleh motif
pembuatan motif Payung Geulis seperti
Payung Geulis seperti gambar 12.
gambar 8.
6. Konsep Geometri Rotasi pada Payung
4. Konsep Geometri Transformasi Refleksi
Geulis
pada Payung Geulis
Dapat juga digunakan metode sederhana
lainnya dalam pembuatan motif yaitu dengan
menerapkan konsep refleksi. Perhatikan
gambar 10, pada gambar tersebut cukup
dibuat sketsa motif a yang selanjutnya sketsa
ini ditaruh di sebelah kanan, bawah atau posisi
tertentu lainnya yang akhirnya akan
memperoleh motif Payung Geulis yang utuh Gambar 9. Motif Refleksi pada Payung Geulis
seperti gambar 9.
Gambar berikut ini menunjukkan bahwa
motif pada Payung Geulis yang dipotong
menggunakan sumbu X (lihat gambar 10).
Setelah dicermati secara seksama, terdapat
sifat refleksi yang diterapkan pada motif
Gambar 10. Refleksi pada Motif Payung Geulis

66 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Utomo, Rahman, & Fikrati e-ISSN: 2527-8827

Pembuatan motif Payung Geulis juga dapat Payung Geulis terdapat kekongruenan pada
dikaitkan dengan konsep rotasi pada bangun motifnya, yaitu sketsa yang dibuat kemudian
datar. Dimana konsep rotasi yang dimaksud diberikan tindakan, apakah dicerminkan,
didapat dengan cara memutar motif yang digeser, atau diputar, sehingga dengan proses
dibuat sesuai dengan sumbunya. Sebagai ini, maka diperoleh motif lainnya pada posisi
contoh, perhatikan motif Payung Geulis pada lain yang memiliki ukuran dan bentuk yang
gambar 13 . Pada gambar ini, motif a terlebih sama dengan motif yang semula. Sebagai
dahulu dicerminkan terhadap sumbu vertikal contoh yaitu gambar 14 , pada gambar ini,
yaitu y, sehingga diperoleh a’, a’ ini motif Payung Geulis terdiri dari motif bunga
selanjutnya dirotasi 180° sehingga diperoleh yang kongruen satu sama lain.
a”. Dari proses ini, diperoleh motif Payung Berikut adalah ringkasan mengenai jenis
Geulis pada gambar 12. dan ukuran pada pembuatan Payung Geulis
Gambar 13 adalah rotasi pada motif (lihat tabel 2).
payung geulis di titik O (0,0) dengan rotasi Berdasarkan pada hasil wawancara
𝑥′ 𝑥 cos 𝜃 −𝑦 sin 𝜃 𝑥 yang diperoleh dari subjek, proses
sejauh 180ᵒ. [ ] = [ ][ ]
𝑦′ 𝑥 sin 𝜃 𝑦 cos 𝜃 𝑦 pembuatan Payung Geulis tidaklah jauh
7. Konsep Kekongruenan pada Payung Geulis berbeda. Para pengrajin Payung Geulis di
Selain konsep simetri dan transformasi, Panyingkiran melakukan kerja sama dengan
pada motif Payung Geulis juga terdapat pembuat rangka payung sehingga
konsep lain yaitu konsep kekongruenan. Salah memudahkan serta mengefisienkan waktu
satu cara untuk menunjukkan bahwa dalam bagi para pengrajinnya. Kegiatan pembuatan

Gambar 12. Motif Translasi pada Payung Geulis


Gambar 14. Rotasi pada Motif Payung Geulis.

Gambar 13. Motif Rotasi pada Payung Geulis. Gambar 15. Motif Kongruen pada Payung Geulis

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 67


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Payung Geulis di Panyingkiran ini berfokus pada saat pembuatan rangka pada Payung
pada bagian finishing saja, dimana kegiatan Geulis, sedangkan bangun ruang tabung
tersebut berupa pemasangan benang dan muncul pada saat pembuatan gagang Payung
kertas, melukis motif pada Payung Geulis Geulis. Terdapat pula konsep transformasi
serta pemasangan gagang. Pemasaran yang geometri dalam motif Payung Geulis. Konsep
dilakukan pun cukup beragam, selain matematika sebagai hasil aktivitas membuat
dilakukan secara langsung di rumah produksi, pola yang dapat diungkap dari motif
pemasaran melalui akun media sosial seperti tersebut diantaranya translasi, refleksi dan
Facebook, Instagram, blogspot, wordpress rotasi. Kaidah ilmu matematika terkandung
dan lain sebagainya. dalam Payung Geulis yang dibentuk dari setiap
Etnomatematika dengan unsur budaya proses pelukisan yang membentuk motif
yang bersifat fisik dapat ditemukan pada berdasarkan konsep transformasi geometri.
Payung Geulis. Payung Geulis ternyata Motif Payung Geulis ini terdiri dari
menggambarkan suatu lambang, konsep, beberapa macam, diantaranya motif lukis
prinsip serta keterampilan matematis yang geometris (garis lurus, lengkung dan patah-
diterapkan secara tidak sengaja oleh para patah) dan motif non-geometris (manusia,
pengrajin Payung Geulis. Konsep matematis hewan dan tumbuhan). Payung Geulis
yang diteliti pada Payung Geulis ini adalah memiliki motif tradisional yaitu bunga. Motif
mengenai konsep geometri. bunga tersebut dibedakan berdasarkan letak
Berdasarkan hasil penelitian, konsep pelukisannya, seperti lingkar tengah, lingkar
geometri yang ditemukan pada Payung Geulis pinggir, berkumpul dan lainnya. Dalam konsep
diantaranya simetri, geometri bangun datar matematika, transformasi geometri
lingkaran, geometri bangun ruang kerucut dan merupakan suatu pemetaan titik pada bidang
tabung, geometri transformasi (refleksi, ke himpunan titik pada bidang yang sama.
translasi dan rotasi) dan kekongruenan. Jenis-jenis transformasi yang dapat
Konsep geometri simetri, geometri dilakukan diantaranya translasi, refleksi dan
transformasi serta kongruen muncul pada saat rotasi. Tidak semua jenis transformasi
tahapan pelukisan motif pada Payung Geulis, tersebut dapat diaplikasikan pada motif
sedangkan konsep geometri bangun datar Payung Geulis.
lingkaran dan bangun ruang kerucut muncul Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan terdapat tiga jenis transformasi
Tabel 2.
Jenis dan Ukuran Payung Geulis yang digunakan yaitu translasi, refleksi, dan
Lingkaran Kerucut rotasi. Melalui etnomatematika Payung
Tinggi
Jenis Jumlah Jumlah Geulis ini tentu dapat memberikan
Dia Tabung
Ukuran Jari- Segitiga
met /Gagan inspirasi kepada pendidik untuk
Payung jari/Rusuk yang
er g
Payung Terbentuk mengembangkan pembelajaran yang menarik
55 40—50 dengan menerapkannya ke dalam proses
Kecil 18 18 buah
cm cm
66 pembelajaran, hal ini sejalan dengan
Sedang 20 20 buah 60 cm
cm etnomatematika yang dilakukan oleh Dewita,
20 buah Mujib, & Siregar (2019).
84
Standar 20 dan 22 dan 22 75 cm
cm
buah

68 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Utomo, Rahman, & Fikrati e-ISSN: 2527-8827

IV. PENUTUP Research in Education 3rd IPCoRE 2014


Terdapat keterkaitan antara Universitas Pendidikan Indonesia.
etnomatematika Payung Geulis dalam Afriansyah, E. A. (2015). Students'
bahasan konsep geometri dengan materi Misconception in Decimal Numbers.
pelajaran matematika. Keterkaitan tersebut International Seminar on Teacher
dapat dijadikan sumber bagi mata pelajaran Education 1st ISTE UIN Suska Riau.
matematika khususnya pada jenjang sekolah Afriansyah, E. A. (2016). Enhancing
dasar mengenai konsep simetri dan jenjang Mathematical Problem Posing via Realistic
sekolah menengah pertama mengenai bangun Approach. International Seminar on
datar, bangun ruang sisi lengkung, geometri Mathematics, Science, and Computer
transformasi dan kongruen. Science Education MSCEIS.
Payung Geulis dapat menjadi pembelajaran Alangui, W. V. (2010). Stone Walls and Water
yang bersifat kontekstual dan logis; dalam Flows: Interrogating Cultural Practice and
bahasan yang lebih luas bukan hanya dalam Mathematics. (Disertasi). Mathematics
konsep Geometri; Dapat mencari Education, University of Auckland, New
etnomatematika yang ada pada kebudayaan Zealand.
masyarakat tertentu, sehingga aktivitas Arisetyawan, A., Suryadi, D., Herman, T., &
matematika yang tidak disadari oleh Rahmat, C. (2014). Study of
masyarakat dapat terungkap dengan luas; Ethnomathematics: A Lesson from Baduy
sebelum melakukan kegiatan penelitian, Culture. International Journal of
sebaiknya mempunyai dasar teori yang kuat Education and Research, 2(10), 681-688.
dan runtun, sehingga aktivitas matematika Atmanto, E. Y. (2008). Metode Studi Kasus
dapat semuanya terungkap. dalam Penelitian. Bandung: Erlangga
Barton, B. (1996). Ethnomathematics:
UCAPAN TERIMA KASIH Exploring Cultural Diversity in
Ucapan terima kasih kepada semua pihak Mathematics. Unpublished doctoral
yang telah membantu dalam pelaksanaan dissertation, University of Auckland,
penelitian ini, riset ini dibiayai oleh DRPM Auckland, New Zealand.
UNSIL dalam skema penelitian internal D'Ambrosio, U., & Ascher, M. (1994).
penelitian pengembangan kapasitas. Ethnomathematics: A Dialogue. For the
Learning of Mathematics, 14 (2), 36-43.
DAFTAR PUSTAKA Dewita, A., Mujib, A., & Siregar, H. (2019).
Afriansyah, E. A. (2013). Penjumlahan Bilangan Studi Etnomatematika tentang Bagas
Desimal Melalui Permainan Roda Desimal. Godang sebagai Unsur Budaya Mandailing
Prosiding Seminar Nasional Matematika di Sumatera Utara. Mosharafa: Jurnal
dan Pendidikan Matematika, 233-240. Pendidikan Matematika, 8(1), 1-12.
Afriansyah, E. A. (2014). Addition and DOI: https://doi.org/10.31980/mosharafa.
Substraction Numbers up to 10 through v8i1.202
PMRI for SD/MI Level Students. Mulyo, M. R. G. T., Sari, A. F., & Syarifuddin, A.
International Postgraduate Colloqium of (2019). Proses Berpikir Siswa Bergaya

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 69


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Kognitif Visualizer dalam Menyelesaikan Sundawan, M. D., Irmawan, W., & Sulaiman,
Masalah TIMSS Non Geometri. H. (2019). Kemampuan Berpikir Relasional
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Abstrak Calon Guru Matematika dalam
Matematika, 8(1), 167-178. Menyelesaikan Soal-Soal Non-Rutin pada
DOI: https://doi.org/10.31980/mosharafa. Topik Geometri Non-Euclid. Mosharafa:
v8i1.435 Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 319-
Paraide, P. (2008). Number in the Tolai 330.
Culture. Contemporary PNG Studies DWU DOI: https://doi.org/10.31980/mosharafa.
Research Journal, 9(2), 69-77. v8i2.438
Puspadewi, K. R., & Putra, I. G. N. N. (2014). Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori
Etnomatematika di Balik Kerajinan Pembelajaran Matematika (Berparadigma
Anyaman Bali. Jurnal Matematika, 4(2). Eksploratif dan Investigatif). Jakarta
Sholihah, S. Z., & Afriansyah, E. A. (2017). Pusat: Leuser Cita Pustaka.
Analisis Kesulitan Siswa dalam Proses
Pemecahan Masalah Geometri RIWAYAT HIDUP PENULIS
Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele. Siska Ryane Muslim, M. Pd.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Lahir di Tasikmalaya, 28 Januari
Matematika, 6(2), 287-298. Fto 1981. Dosen di Universitas
DOI: https://doi.org/10.31980/mosharafa. Penulis Siliwangi. Studi S1 Pendidikan
Pertama Matematika di Universitas
v6i2.317 Siliwangi, lulus tahun 2004; S2
Siregar, N. (2016). Meninjau Kemampuan Pendidikan Matematika di
Penalaran Matematis Siswa SMP melalui Universitas Terbuka, lulus tahun
2014.
Wawancara Berbasis Tugas Geometri.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Mega Nur Prabawati, M.Pd.
Matematika, 5(2), 128-137.
Lahir di Tasikmalaya, 24 Januari
DOI: https://doi.org/10.31980/mosharafa. 1988. Studi S1 Pendidikan
v5i2.268 Matematika di Universitas
Siliwangi, lulus tahun 2005; S2
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Matematika di
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Universitas Pendidikan Indonesia,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. lulus tahun 2013.

Suherman, E. (2012). Belajar dan


Pembelajaran Matematika. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumardianta, J. (2013). Mempersoalkan
Kurikulum 2013. [Online]. Diakses dari
www.tempo.co/read/kolom/2013/03/15/
658/Mempersoalkan-Kurikulum-2013.
Sumardyono. (2008). Karakteristik
Matematika dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:
Depdiknas.

70 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

Anda mungkin juga menyukai