Anda di halaman 1dari 10

Vol.2 No.

8 Januari 2022 2705


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ETNOMATEMATIKA DALAM SENI ANYAMAN JAMBI SEBAGAI SUMBER
PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh
Sonya Fiskha Dwi Patri1), Sonya Heswari2)
1,2Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Sungai Penuh

Email: 1sonyafiskha62@gmail.com, 2sonyaheswarii@gmail.com

Abstrak
Matematika itu pada hakekatnya tumbuh dari keterampilan atau aktivitas lingkungan budaya,
sehingga matematika seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya. Ethnomathematics
merupakan representasi kompleks dan dinamis yang menggambarkan pengaruh kultural
penggunaan matematika dalam aplikasinya. Dari etnomatematika peneliti akan meneliti dan
menganalisis tentang seni anyaman sebagai penelitian dari budaya yang dikaitkan dengan
matematika. Seni anyaman yang digunakan oleh penliti yaitu anyaman tikar dan topi. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis aspek-aspek matematika dalam seni anyaman Jambi terhadap
pembelajaran matematika dan mengetahui keterkaitan etnomatematika dengan seni anyaman Jambi
sehingga bisa dijadikan sebagai sumber pembelajaran matematika. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskriptif yang menggunakan metodologi pendekatan penelitian kualitatif. Berdasarkan
hasil identifikasi dan pengkodingan yang telah dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa terdapat
3 aspek etnomatemnatika dari 6 aspek yang telah ada, yaitu aspek counting (perhitungan), aspek
measuring (pengukuran), dan aspek explaining (menjelaskan). Selain itu, juga diperoleh hasil
keterkaitan etnomatematika dengan seni anyaman Jambi yang dapat dijadikan sebagai sumber
pembelajaran matematika yaitu pada materi perkalian dua (aljabar) dan perbandingan senilai, luas
dan keliling bangun datar, pola barisan dan deret, geometri (pencerminan) terdapat aspek
explaining, program linear terdapat aspek measuring.
Kata Kunci: Etnomatematika, Anyaman Jambi, Pendidikan Matematika

PENDAHULUAN untuk menyelesaikan berbagai permasalahan


Matematika merupakan mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
wajib yang diajarkan mulai dari tingkat manfaat matematika kurang begitu dirasakan
Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, dan tidak disukai.
khususnya pada rumpun bidang sains. Hal ini Tidak dapat dipungkiri banyak orang
menunjukkan bahwa mata pelajaran yang mengganggap matematika merupakan
Matematika merupakan mata pelajaran yang mata pelajaran yang sukar bahkan
penting. Pentingnya mata pelajaran ini menakutkan. Banyak mitos mengatakan
didasari pada konsep dan proses dalam bahwa matematika merupakan pelajaran
matematika yang tersusun secara sistematis, yang sangat sukar, terlalu banyak rumus
logis dan hirarkis, yang berkaitan erat dengan yang harus dihafalkan, hanya ilmu
proses berpikir dan pengambilan keputusan. menghitung, matematika itu membosankan,
Pandangan bahwa matematika serta matematika itu ilmu abstrak dan tidak
merupakan pelajaran yang sukar, dan tidak jelas penerapannya dalam kehidupan sehari-
banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, hari. Menurut Hilbert dan Carpenter
secara tidak langsung menyiratkan bahwa (Hartoyo, 2012: 16), matematika dipandang
matematika sama sekali tidak terkait dengan sebagai mata pelajaran yang sulit dikarenakan
budaya. Kebanyakan orang tidak mengetahui pembelajaran matematika di sekolah terlalu
bagaimana cara menggunakan matematika bersifat formal dan sering jauh berbeda
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2706 Vol.2 No.8 Januari 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
dengan yang ditemukan sehari-hari. dari berbagai macam kebudayaan, profesi,
Matematika banyak digunakan dalam jender, dan lain-lain.
kehidupan sehari-hari serta matematika Shirley (Hartoyo, 2012: 15),
merupakan alat dan bahasa untuk berpandangan bahwa sekarang ini bidang
memecahkan masalah baik masalah dalam ethnomathematics, yaitu matematika yang
matematika maupun masalah dalam timbul dan berkembang dalam masyarakat dan
kehidupan sehari-hari. Dari sini dapat dilihat sesuai dengan kebudayaan setempat,
bahwa matematika itu sangat bermanfaat dan merupakan pusat proses pembelajaran dan
penting dalam kehidupan sehari-hari. metode pengajaran. Matematika itu pada
Pendidikan tidak dapat dipisahkan hakekatnya tumbuh dari keterampilan atau
dengan nilai-nilai budaya. Antara Pendidikan aktivitas lingkungan budaya, sehingga
dan Kebudayaan keduanya sangat erat matematika seseorang dipengaruhi oleh latar
hubungannya karena saling melengkapi dan belakang budayanya. Ethnomathematics
mendukung antara satu sama lain. Untuk itu merupakan representasi kompleks dan
pendidikan memiliki peran yang sangat besar dinamis yang menggambarkan pengaruh
dalam proses pewarisan kebudayaan sehingga kultural penggunaan matematika dalam
nilai-nilai budaya sangat perlu diterapkan di aplikasinya.
dalam proses pembelajaran. Pendidikan Etnomatematika merupakan sebuah
sebagai pilar kebudayaan dan kebudayaan studi tentang perbedaan cara masyarakat
akan mengembangkan pendidikan. memecahkan masalah matematika dan
Menurut Orey (2000: 239) pendidikan algoritma praktis berdasarkan perspektif
yang akan dikembangkan dalam budaya ini matematika mereka sendiri yang mengacu
adalah matematika. Budaya merupakan suatu pada bentuk-bentuk matematika yang
hal yang tidak bisa kita hindari dalam bervariasi sebagai konsekuensi yang tertanam
kehidupan sehari-hari, karena budaya satu dalam kegiatan budaya. Pembelajaran
kesatuan yang utuh dan menyeluruh dari matematika dengan berbasiskan budaya
beragaman perwujudan yang dihasilkan dan merupakan salah satu cara yang dipersepsikan
atau berlaku dalam suatu komunitas. Hal dapat menjadikan pembelajaran matematika
tersebut memungkinkan bahwa terdapat bermakna dan kontekstual yang sangat terkait
konsep-konsep matematika yang tertanam dengan komunitas budaya, dimana
dalam praktek-praktek budaya dan mengakui matematika dipelajari dan akan diterapkan
bahwa semua budaya dan semua orang nantinya.
mengembangkan metode unik untuk Dari etnomatematika peneliti akan
memahami dan mengubah realitas mereka meneliti dan menganalisis tentang seni
sendiri, yang kemudian disebut anyaman sebagai penelitian dari budaya yang
etnomatematika. Sebuah studi yang mengkaji dikaitkan dengan matematika. Seni anyaman
ide matematika dalam ragam aktivitas budaya, yang digunakan oleh penliti yaitu anyaman
dikenal dengan nama ethnomathematics tikar dan topi. Seni anyaman itu sendiri
D’Ambrosio (1985: 3) menyatakan menggunakan pola-pola yang berhubungan
bahwa terdapat dua alasan utama penggunaan dengan matematika.
etnomatematika dalam pendidikan. Alasan Untuk menemukan konsep matematika
pertama yaitu etnomatematika digunakan dengan hasil budaya seperti seni anyaman
untuk mereduksi anggapan bahwa matematika Jambi yaitu anyaman tikar dan topi dapat
itu bersifat final, permanen, absolute (pasti), dijadikan sebagai sumber pembelajaran
dan unik (tertentu). Sedangkan, alasan kedua matematika sehingga matematika itu menjadi
yaitu ethnomathematics digunakan untuk mudah, unik, dan asyik. Pembelajaran
mengilustrasikan perkembangan intelektual matematika dapat mengambil manfaat dari

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.8 Januari 2022 2707
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
budaya tersebut, terutama sebagai sumber mengacu pada kumpulan norma atau aturan
belajar matematika, selain untuk umum yang berlaku di masyarakat,
meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri kepercayaan dan nilai yang diakui pada
dalam belajar matematika. kelompok masyarakat yang berada pada suku
Alasan peneliti memilih penelitian atau kelompok bangsa yang sama.
menganalisis matematika yang berbasis D'Ambrosio (Rachmawati, 2012: 4)
budaya melahirkan etnomatematika agar bisa menyatakan bahwa tujuan dari adanya
menemukan konsep atau teori baru untuk etnomatematika adalah untuk mengakui
mempermudah belajar matematika. Alasan bahwa ada cara-cara berbeda dalam
lainnya yaitu agar masyarakat Jambi terutama melakukan matematika dengan
yang masih duduk di bangku pendidikan lebih mempertimbangkan pengetahuan matematika
mudah mendapatkan ilmu matematika dan akademik yang dikembangkan oleh berbagai
disisi budayanya masyarakat dapat mengenal sektor masyarakat serta dengan
lebih dalam mengenai budaya Jambi yang mempertimbangkan modus yang berbeda di
banyak dilupakan oleh masyarakat sekarang. mana budaya yang berbeda merundingkan
praktek matematika mereka (cara
LANDASAN TEORI mengelompokkan, berhitung, mengukur,
Etnomatematika merancang bangunan atau alat, bermain dan
Gerdes (1996: 13) etnomatematika lainnya).
adalah matematika yang diterapkan oleh Tujuan penelitian ethnomathematical,
kelompok budaya tertentu, kelompok secara umum adalah untuk mendapatkan
buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas perspektif lain terhadap matematika dan
tertentu, kelas-kelas professional, dan lain-lain pelajaran matematika. Tujuan lain dari
sebagainya. Dari defenisi seperti ini, maka penelitian ethnomathematical adalah untuk
etnomatematika memiliki pengertian yang mengeksplorasi sifat perbedaan budaya untuk
lebih luas dari hanya sekedar etno (etnis) atau tujuan sosial atau politik (Barton 1996: 198).
suku. Jika ditinjau dari sudut pandang riset Bishop (1997: 1) berpendapat bahwa
maka etnomatematika didefenisikan sebagai ada enam aspek utama yang perlu diperhatikan
antropologi budaya (cultural anthropology of dalam suatu budaya untuk mengembangkan
mathematics) dari matematika dan pendidikan ide-ide matematika, yaitu: Counting
matematika. Salah satu alasan etnomatematika (Perhitungan), Locating (Lokasi), Measuring
menjadi disiplin ilmu dikemukakan adalah (Pengukuran), Designing (Merancang),
karena pengajaran matematika disekolah Playing (Permainan), dan Explaining
memang terlalu bersifat formal. (Menjelaskan)
Rahayu dan Putra (2014: 81) Seni Anyaman Jambi
mengatakan bahwa etnomatematika Budaya daerah Jambi terbentuk oleh
merupakan matematika yang tumbuh dan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh
berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu. masyarakat daerah itu sendiri, serta
Etnomatematika dipersepsikan sebagai lensa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
untuk memandang dan memahami hari sebagai pedoman dalam pergaulan
matematika sebagai produk budaya. bermasyarakat. kuntjaraningrat mengatakan,
Pada hakekatnya matematika bahwa nilai-nilai budaya berisikonsep-konsep
merupakan teknologi simbolis yang tunbuh yang hidup dalam alam pikiran sebagian
pada keterampilan atau aktivitas lingkungan masyarakat mengenai hal-hal yang harus
yang bersifat budaya. Jadi menurut penulis mereka anggap amat bernilai dalam hidup.
etnomatematika merupakan matematika yang Karena itu sistem nilai budaya biasanya
tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi
tertentu. Budaya yang dimaksud disini kelakuan manusia. Sistem-sistem tata

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2708 Vol.2 No.8 Januari 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih untuk membuat perkakas rumah tangga oleh
kongkret seperti aturan khusus, dan norma- masyarakat Tradisional Dayak. Berdasarkan
norma semuanya juga berpedoman kepada buku Plaited Arts from the Borneo Rainforest,
system nilai budaya (Lembaga Adat Provinsi teknik anyaman Dayak itu sendiri terdiri dari
Jambi, 2001: 58). Sistem nilai budaya beberapa macam jenis.
merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia
akan mempengaruhi dan menata elemen-
elemen yang berada pada struktur permukaan
(survace structure) dari kehidupan manusia,
yang meliputi; perilaku sebagai kesatuan, Anyaman silang tunggal
gejala dan benda sebagai kesatuan material.
Anyaman adalah proses menyilangkan
atau menjaringkan bahan-bahan yang
biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Dalam dunia industri, biasanya anyaman Anyaman silang ganda
dibuat dalam karya seni terapan, yaitu karya
seni yang mempunyai kaitan langsung dengan
kehidupan manusia, mengingat karya seni
terapan mempunyai makna guna dalam
keseharian manusia dan lebih menekankan
fungsi gunanya tanpa meninggalkan fungsi Anyaman silang ganda
estetisnya atau keindahannya. Tocharman
(2009: 8) Ada 3 jenis anyaman, yaitu
anyaman datar, anyaman tiga demensi, dan
makrame seni simpul menyimpul.
Tocharman (2009: 9) Anyaman dapat
dibagi menjadi empat jenis anyaman, yaitu : Anyaman silang tunggal
anyaman silang tunggal, anyaman silang Gambar 2.2 Jenis teknik anyaman (“Plaited Art
ganda, anyaman tiga sumbu dan anyaman from the Borneo Rainforest” Bernard
empat sumbu. Sellato, 2012)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
deskriptif yang menggunakan metodologi
pendekatan penelitian kualitatif. Instrumen
dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara
Anyaman Anyaman
silang tunggal silang ganda yang dirancang untuk mengetahui nilai- nilai
budaya yang terkandung dalam seni anyaman
yang berkaitan dengan pembelajaran
matematika. Pedoman wawancara hanya
membimbing penelitian agar materi wawancara
tetap terfokus pada permasalahan yang ingin
Anyaman Anyaman diangkat dalam penelitian ini. Dalam
tiga sumbu empat sumbu pelaksanaannya peneliti dapat menganalisis
Gambar 2.1 Jenis-jenis anyaman sesuai dengan kondisi yang sedang dialami saat
itu, tetapi masih tetap mengacu pada pedoman
Larasati (2014: 3) teknik anyaman ini wawancara.
sendiri merupakan teknik yang biasa dipakai
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.8 Januari 2022 2709
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Penelitian ini dilakukan di tempat membandingkan, mengsintesiskan, dan
pembuatan seni anyaman tersebut yaitu di merenungkan data yang direkam juga meninjau
Rumah Anyaman Pandan KUB Radesta di Desa kembali data mentah dan terekam.
Rano Tanjung Jabung Timur. Pelaksanaan Dalam teknik analisis data pada tahap
penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 penyajian data ini, peneliti akan menyajikan
minggu. Mulai dari observasi tempat data-data yang telah direduksi tadi, sehingga
penganyaman, wawancara sampai mengambil tampak jelas data-data yang sudah direduksi
dokumentasi. Masing-masing dilakukan kemudian disajikan oleh peneliti. Penyajian
peneliti sebanyak 3 kali. data dalam penelitian ini, akan disajikan data
Subjek d a l a m penelitian ini adalah hasil penelitian tentang analisis
seniman anyaman Jambi yang berjumlah 3 etnomatematika yang terkandung dalam
orang seniman. Selanjutnya peneliti akan anyaman yang berkaitan dengan pembelajaran
menyeleksi dan memilih salah satu diantara 3 matematika, seperti pola yang digunakan yang
seniman ini.Penentuan lokasi dan sampel membentuk bentuk-bentuk persegi, persegi
sumber data penelitian dalam penelitian ini panjang, segitiga hingga membentuk lingkaran.
menggunakan purposive sampling. Sugiyono Data yang disajikan berupa catatan lengkap
(2013: 218-219) Purposive sampling adalah mengenai hasil penelitian, dokumentasi
teknik pengambilan sampel sumber data lapangan, berupa foto-foto seni anyaman.
dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh data
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang hasil penelitian, peneliti akan menarik
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kesimpulan mengenai hasil analisis, yaitu
diharapkan peneliti. Dalam penelitian ini adanya nilai budaya jambi yang bisa dikaitkan
peneliti akan memilih salah satu dari tiga orang dengan pembelajaran matematika, bisa dalam
seniman anyaman Jambi sebagai informan atau materi luas bangun datar, keliling bangun datar
narasumber. Jenis data yang berupa kata-kata dan geometri, yaitu pada pola yang dibentuk
dan tindakan, diperoleh peneliti melalui oleh anyaman.
wawancara dan observasi dengan
menggunakan alat perekam berupa tape HASIL DAN PEMBAHASAN
recorder dan kamera. Sedangkan sumber Berdasarkan hasil identifikasi dan
tertulis, peneliti peroleh dari lembaga adat pengkodingan yang telah dilakukan oleh
provinsi jambi dan perpustakaan. Peneliti peneliti, hasil yang didapat oleh peneliti ada 3
menggunakan foto sebagai pelengkap data pada aspek dari 6 aspek yang telah ada, yaitu aspek
teknik penelitian yang peneliti gunakan dimana counting (perhitungan), aspek measuring
sebagian besar foto tersebut merupakan hasil (pengukuran), dan aspek explaining
kerja peneliti sendiri. Jenis data yang beragam (menjelaskan).
ini, peneliti kumpulkan sebanyak mungkin agar Counting (Menghitung), Dalam seni
peneliti mendapatkan informasi yang anyaman Jambi aspek counting (perhitungan)
mendetail, terperinci, dan akurat. ini dapat ditemukan pada tahap pengambilan
Sugiyono (2014: 318) pengumpulan data bahan untuk anyaman. Saat pengambilan daun
dapat dilakukan dalam berbagai setting, pandan seniman akan menghitung berapa
berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat banyak daun yang diambil untuk selanjutnya
dari segi cara atau teknik pengumpulan data, dipilih. Dalam anyaman satuan untuk daun
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan pandan itu adalah memakai kata ikat atau
dengan observasi (pengamatan), interview ikatan. Kata-kata membilang atau menghitung
(wawancara), catatan lapangan dan pada proses pengambilan bahan ini dapat
dokumentasi. dinyatakan sebagai bilangan asli, bilangan
Analisis data mencakup menguji, ganjil dan bilangan genap yang merupakan
menyortir, mengategorikan, mengevaluasi, konsep bilangan.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2710 Vol.2 No.8 Januari 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Measuring (Mengukur), Aspek
pengukuran ini terdapat pada proses pemilihan
dan proses pembuatan anyaman tikar dan topi,
yaitu pada saat pemilihan daun pandan seniman
akan mengukur berapa panjang dan lebar daun
yang dibutuhkan untuk membuat anyaman 3 ikat daun = ????? lembar daun
sedangkan pada pembuatan anyaman seniman
menggunakan aspek mengukur ini ketika Gambar 4.1 . Daun pandan yang diikat
hendak menganyam akan membutuhkan Jadi, 3 ikat daun sama dengan 50 dikali
ukuran panjang dan lebar kanan, kiri, atas, dan dengan 3 ikat daun yaitu 150 lembar daun
bawah anyaman agar anyaman yang dibuat itu pandan.
sama panjang dan lebar sisi kanan, kiri, atas dan Untuk penanaman konsep terhadap
bawah anyaman tersebut. materi perbandingan senilai, dari anyaman ini
Explaining (Menjelaskan), Dalam proses bisa diberi contoh atau diceritakan kepada
pembuatan anyaman tikar dan topi, ada siswa bahwa untuk membuat satu buah tikar
beberapa tahapan yang termasuk dalam aspek akan diperlukan 2 ikat daun pandan, untuk
explaining. Tahap pembuatan anyaman akan membuat dua buah tikar akan diperlukan 4 ikat
ada penjelasan dari proses pembuatan yang daun pandan, untuk membuat tiga buah tikar
akan disampaikan, seperti kegiatan menyilang- akan diperlukan 6 ikat daun pandan dan begitu
nyilangkan daun pandan dari sisi kanan, kiri, seterusnya. Maka siswa akan menyimpulkan
atas, dan bawah. bahwa semakin banyak tikar yang dibuat maka
Berdasarkan hasil analisis, keterkaitan semakin banyak pula daun yang dibutuhkan.
antara aspek-aspek matematika dalam seni Maka akan tertanam konsep tentang
anyaman Jambi sebagai suber pembelajaran perbandingan senilai tersebut.
matematika formal disekolah adalah sebagai
berikut:
1. Perkalian Aljabar dan Perbandingan Senilai
Seperti pada pengambilan bahan dan
1 ikat daun = 1 Tikar
pemilihan dalam perhitungan jumlah daun
pandan yang digunakan dalam menganyam
tikar dan topi. Satuan yang digunakan untuk
daun adalah ikat, dalam satu ikat terdapat 50
lembar daun pandan. Jadi, jika membuat satu
tikar memerlukan 2 ikat daun berarti sama 2 ikat daun = 2 Tikar
dengan 100 lembar daun pandan.

1 ikat daun = 50 lembar daun


3 ikat daun = 3 Tikar
𝒂 𝒄
Sehingga dapat dirumuskan 𝒃 = 𝒅
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak tikar yang dibuat maka semakin banyak
2 ikat daun = 100 lembar daun
pula daun yang dibutuhkan.
2. Luas dan Keliling Bangun Datar
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.8 Januari 2022 2711
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Berdasarkan aspek measuring (pengukuran), 3. Pola Barisan dan Deret
secara tidak langsung masyarakat telah Dalam seni anyaman terutama dalam tikar
menggunakan konsep matematika yaitu luas sebelum menganyam seniman itu akan
dan keliling bangun datar dalam proses membuat pola seperti pada pola bilangan dalam
pemilihan bahan untuk anyaman dan aspek bilangan asli, barisan bilangannya = 1, 2, 3, 4,
measuring (pengukuran), secara tidak langsung 5,… yaitu mengumpulkan beberapa lembar
juga dipakai dalam mencari luas dan keliling daun pandan dan dijejerkan terlebih dahulu,
bangun datar ini, dan ini diterapkan dalam seni setelah itu bilangan ganjil, barisan bilangan = 1,
anyaman seperti pada pengukuran daun 3, 5, 7, 9,… yaitu seniman itu akan
pandan, berapa ukuran (panjang dan lebar) menggabungkan atau menyilangkan daun
daun pandan yang digunakan untuk pandan tersebut pada daun yang telah disusun
menganyam tikar dan topi. tadi begitu juga dengan bilangan genap barisan
Jika selembar daun pandan lebarnya 1 cm bilangan = 2, 4, 6, 8, 10,… yaitu seniman akan
dan panjangnya 2 m (200 cm) dan untuk menggabungkan atau menyilangkan daun-daun
membuat satu tikar memerlukan 2 ikat daun yang telah disusun. Tanpa disengaja konsep
pandan atau sama dengan 100 lembar daun matematika telah digunakan dalam proses
pandan. 1 ikat sebagai keliling dan luas tikar, membuat anyaman. Proses tersebut masuk
sedangkan 1 ikat lagi untuk menyilang- kedalam aspek accounting (perhitungan).
nyilangkan daun pandan tersebut maka, luas Dalam seni anyaman juga terterap konsep
dan keliling tikar tersebut adalah 10.000 cm² barisan dan deret. Pada barisan dan deret ini,
dan 500 cm. barisan aritmatika juga digunakan dalam proses
menganyam tanpa kita ketahui dan tanpa
disengaja. Barisan aritmatika adalah suatu
barisan bilangan dengan pola tertentu berupa
penjumlahan yang mempunyai beda (selisih)
yang sama atau tetap. Dalam menganyam tikar
konsep barisan aritmatika ini digunakan untuk
mengatur jarak-jarak daun yang disilang-
silangkan dan agar pola ditikar tersebut sama
Gambar 4.2 . Daun pandan dan tikar besar dan sama panjang.
Karena panjang daun pandan (p) adalah 4. Geometri (Pencerminan)
200 cm dan lebar daun pandan (l) adalah 50 Prinsip teselasi (teselasi pada kajian
cm sehingga didapat rumus luas persegi geometri) banyak diterapkan dalam kehidupan
panjang adalah e × l sedangkan keliling sehari-hari, seperti pada teknik pemasangan
persegi panjang adalah 2 × (e + l). ubin, pembuatan motif kain, desain pola
Jadi, luas daun-daun adalah 200 cm x 50 wallpaper dan lain-lain (Rahayu, dkk, 2014:
cm = 10.000 cm² sedangkan keliling daun- 82). Berdasarkan teori tersebut terdapat aspek
daun tersebut adalah 200 cm + 50 cm + 200 explaining (menjelaskan) dalam menganyam
cm + 50 cm = 500 cm. topi secara tidak langsung dan tidak disengaja
Sekarang ini bidang etnomatematika, yaitu kita menggunakan materi geometri yaitu
matematika yang timbul dan berkembang pencerminan. Suatu pencerminan (refleksi)
dalam masyarakat dan sesuai dengan pada sebuh garis s adalah suatu fungsi M yang
kebudayaan setempat, merupakan pusat proses ditetapkan untuk setiap titik P pada bidang.
pembelajaran dan metode pengajaran. Pada Dalam menghias topi kita menggunakan
luas dan keliling bangun datar ini juga terdapat konsep pencerminan.
aspek explaining (menjelaskan), karena dalam
setiap tahapan pebuatan anyaman itu ada proses
menjelaskan.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2712 Vol.2 No.8 Januari 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
untuk membuatnya, serta jumlah pengrajin
anyaman ini.

PENUTUP
Kesimpulan
Gambar 4.3 . Sumbu empat Aspek-aspek matematika yang terungkap
dalam seni anyaman Jambi antara lain sebagai
berikut.
a. Counting (Membilang), Aspek ini terdapat
dalam tahap pengambilan bahan yaitu
berapa banyaknya alat dan bahan yang
digunakan dalam anyaman.
b. Measuring (Pengukuran), Aspek ini terdapat
Gambar 4.4 . Anyaman topi dalam tahap pemilihan bahan dan pembutan
Dalam anyaman topi terdapat materi anyaman.
refleksi (pencerminan), jika anyaman topi c. Explaining (Menjelaskan), Aspek ini
tersebut dibelah menjadi 2 maka akan menjadi terdapat dalam tahap pengambilan bahan,
2 bagian yang sama besar, sama panjang, dan pemilihan bahan dan pembuatan anyaman.
bentuk polanya juga sama, dan apabila 2 Keterkaitan etnomatematika dengan seni
potongan tersebut disatukan kembali maka anyaman Jambi sehingga bisa dijadikan sebagai
akan membentuk 1 buah anyaman topi yang sumber pembelajaran matematika dalam
utuh. materi.
5. Program linear a. Perkalian dua (aljabar) dan Perbandingan
Dalam materi program linear ini senilai terdapat aspek accounting dan aspek
terdapat aspek measuring (pengukuran). explaining.
Bishop (1997: 1) mengungkapkan bahwa b. Luas dan Keliling Bangun Datar terdapat
mengukur pada umumnya berkaitan dengan aspek measuring dan aspek explaining.
pertanyaan “berapa” (panjang, lebar atau c. Pola Barisan dan Deret terdapat aspek
ukuran, waktu/lama, jumlah/banyak). accounting dan aspek explaining.
Berdasarkan aspek measuring (pengukuran), d. Geometri (Pencerminan) terdapat aspek
terdapat pengukuran mengenai panjang explaining.
pendeknya daun pandan yang digunakan e. Program linear terdapat aspek measuring.
dalam menganyam. Dalam hal ini konsep Saran
program linear secara tak langsung telah Saran pada penelitian ini lebih
digunakan, seperti dalam menentukan pola- menitikberatkan pada output dari penggunaan
pola yang akan digunakan dalam menganyam prinsip mutual interrogation pada penelitian
dan banyaknya bahan yang digunakan dalam ethnomathematics. Melalui penelitian ini,
menganyam, dalam menentukan jumlah peneliti memberikan saran sebagai berikut.
ukuran bahan yang digunakan, dalam 1. Penelitian ini merupakan bukti adanya
menentukan jumlah waktu yang diperlukan kedekatan konsep matematika dengan
untuk membuat satu buah anyaman tikar budaya dalam kehidupan masyarakat
ataupun topi. Jambi. Hasil penelitian diharapkan dapat
Selain itu, program linear dapat juga memberikan wawasan kepada pembaca
digunakan dalam meminimumkan biaya mengenai proses pembuatan anyaman
dalam pembuatan anyaman dari proses Jambi seperti anyaman tikar dan topi,
pengambilan sampai ke proses pembuatan aspek-aspek matematika yang terkandung
anyaman, menentukan bahan yang dibutuhkan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.8 Januari 2022 2713
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
di dalamnya, serta keterkaitannya dalam [8] Gerdes, P. 1996. “Ethnomathematics
pembelajaran matematika. and Mathematics Education”, dalam
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat International Handbook of
memberikan masukan bagi pengembangan Mathematics Education. Dordrecht:
pendidikan berbasis budaya. Kluwer Academic Publishers.
3. Diharapkan hasil penelitian dijadikan [9] Gunawan, Imam. 2013. Metode
referensi bagi ahli matematika untuk Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.
melakukan penelitian dibidang budaya dan Jakarta: BumiAksara.
matematika. [10] Hartoyo, A. (2012). “Eksplorasi
4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat Etnomatematika pada Budaya
dijadikan sumber referensi oleh pengajar Masyarakat Dayak Perbatasan
dalam mengajarkan konsep matematika di Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau
kelasnya. Kalbar”.Jurnal Pendidikan Matematika.
13, (1), 14-23.
DAFTAR PUSTAKA [11] Karim, Asrul. 2011. Penerapan Metode
[1] Abdurrahman, Mulyono. 2009. Penemuan Terbimbing dalam
Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Pembelajaran Matematika untuk
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
[2] Ahmadi, R. 2014. Metodologi Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kualitatif. Yogyakarta: AR-RUZZ Sekolah Dasar. [Online]
Media. http://jurnal.upi.edu/file/3-
[3] Alangui, Wilfredo Vidal. 2010. Stone Asrul_Karim.pdf [28 Februari 2016].
Walls and Water Flows: Interrogating [12] Larasati, Gladiola. 2014. Teknik Anyam
Culture Practice and Mathematics. dan Motif Dayak Ngaju pada Material
Disertasi Doktor. University of Kulit untuk Produk Tas. Bogor: ITB
Auckland, Auckland, New Zealand: [13] Lembaga Adat provinsi Jambi. 2001.
Tidak Diterbitkan. Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi
[4] Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Sembilan Lurah Jilid IV. Jambi:
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Lembaga Adat provinsi Jambi
Jakarta: Rineka Cipta. [14] Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi
[5] Barton, William David. 1996. Penelitian Kualitatif Edisi
Ethnomathematics: Exploring Cultural Revisi.Bandung:PT. Remaja
Diversity in Mathematics. A Thesis for Rosdakarya.
Doctor of Philosophy in Mathematics [15] Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi
Education University of Auckland: Penelitian Kualitatif Edisi
Unpublished. Revisi.Bandung:PT. Remaja
[6] Bishop, Alan J. 1997. Educating the Rosdakarya.
Mathematical Enculturators.(Paper [16] Orey, D.C. 2000. The
presented at ICMIChina Regional Ethnomathematics of the Sious Tipi and
Conference, Shanghai, Cina, August Cone, In 11. Selin (Ed), Mathematics
1994). Papua New Guinea Jpurnal of across culture: the History of non-
Teacher Education, Vol. 4, (2), Pages Western mathematics (pp. 239-252).
17-20. Dordrecht, Netherlands : Kulwer
[7] Clements, K. (1996). “Historical Academic Publishers.
Perspective”, dalam International [17] Orey, D.C& Rosa, M. 2011.
Handbook of Mathematics Education. Ethnomathematics: the cultural aspects
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. of mathematics. Revista

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2714 Vol.2 No.8 Januari 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Latinoamericana de Etnomatematica, Workshop Anyaman dan Gerabah di
4(2), 32-54. Museum Sribaduga, Bandung.
[18] Rahayu, Kadek & Putra, Nila. 2014. [26] Wahyuni, Astri., dkk. 2013. Peran
Etnomatematika di Balik Kerajinan Etnomatematika dalam Membangun
Anyaman Bali. Denpasar: Universitas Karakter Bangsa. Yogyakarta:
Mahasaraswati Denpasar. Universitas Negeri Yogyakarta.
[19] Rachmawati, Inda. 2012. Eksplorasi
Matematika Masyarakat Sidoarjo.
Jurnal UNESA. 1, (1).
[20] Sellato, Bernard. Marieanne Daviy Ball,
Jean-Francois Blehaut, Hanne
Christensen, Pascal Coudrec,Susi
Dunsmore, Roy W.Hamilton, Arne
Martin Klausen, Arnoud H.Klokke,
Martin Lenjau, Robin Fedilis Lojiwin,
Valerie Mashman, Heidi Munan,
Patricia Nayoi, Mering Ngo, Janet Rata
Noel, Patricia Regis, Diana Rose,
Martua.T.Sirait dan Dianne M.Tillotson.
2012. “Plaited Art from Borneo
Rainforest”, Singapur: The Lontar
Foundation.
[21] Sirate, S. Fatimah. 2011. Studi Kualitatif
Tentang Aktivitas Etnomatematika
dalam Kehidupan Masyarakat Tolaki.
Jurnal Lentera Pendidikan. Vol. 14, (2),
Pages 123-136. Makassar: Universitas
Negeri Makassar.
[22] Sugiyono, 2013. Metode penelitian
kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta Bandung.
[23] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&
D.Bandung: Alfabeta Bandung.

[24] Tandiling, Edy. 2013. Pengembangan


Pembelajaran Matematika Sekolah
dengan Pendekatan Etnomatematika
Berbasis Budaya Lokal sebagai Upaya
untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Matematika di Sekolah.
Prosiding Penguatan Peran Matematika
dan Pendidikan Matematika untuk
Indonesia Lebih Baik. Yogyakarta.
[25] Tocharman, M. (2009). Melestarikan
Budaya Kriya Anyam. Makalah pada

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai