Anda di halaman 1dari 18

ALAT MUSIK TRADISIONAL JUK ATAU BIJOLA PADA ACARA

PENYAMBUTAN TAMU PEJABAT-PEJABAT BESAR MASYARAKAT OE'EKAM


TTS

OLEH:
PETRONELA NAEMA BANUSU(34200020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIMOR
2021
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas berkat
rahmat_Nyakami dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun makalah Etnomatematika
dengan judul “ALAT MUSIK TRADISIONAL JUK ATAU BIJOLA PADA ACARA
PENYAMBUTAN TAMU PEJABAT-PEJABAT BESAR MASYARAKAT OE’EKAM
TTS” dengan konsep matematika pada masyarakat kecamatan molo tengah. Tepat pada
waktunya kami juga menyampaikan terimakasih kepada dosen yang telah mempercayai kami
untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah yang bersangkutan. Selain itu juga
agar kami bisa mengetahui tradisi dari daerah oe’ekamkhususnya alat musik tradisional JUK
atau BIJOLA.

Kami menyadari banyak kekurangan sistematika penulisan dalam makalah ini.Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Demikian pengantar
kami apa bila ada kesalahan kata maupun kekurangan, kami mengucapkan mohon maaf
sebesar-besarnya.

Penulis

Kefamenanu, Oktober 2021


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II KAJIAN TEORI
A. Budaya dan matematika
B. Etnomatematika
C. Kerangka pikiran
BAB III METODE PENELITIN
A. Jenis penelitian
B. Tempat penelitian
C. waktu penelitian
D. Variabel penlitian
E. Teknik pengumpulan data
F. Instrumen penelitian
G. Teknik analisis data
BAB IV PEMBHASAN
A. Sekilas tentang alat musik tradisional Juk/Bijola
B. Unsur matematika dalam alat musik Juk/Bijola
C. Makna budaya pada alat music Juk/Bijola
D. Nilai budaya pada alat musik Juk/Bijola
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
ABSTRAK
Pada Hakikatnya matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis
dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep
matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh
orang lain dan dapat dimanipulasi (universal). Sedangkan budaya merupakan salah satu pola
hidup masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun. Keterkaitan antara matematika dan
budaya atau yang sering disebut Etnomatematika yang mengacu pada konsep-konsep
matematika yang tertanam dalam praktik-praktik budaya dan mengakui bahwa semua budaya
dan semua orang mengembangkan metode unik memahami dan mengubah realitas komunitas
budaya. Dengan menerapkanetnomatematikasebagai suatu pendekatan maka kebudayaan
tersebut minimal bisa menjadi sebuah muatan lokal dalam pembelajaran dalam materi yang
diajarkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etnomatematikayang terkandung dalam
alat musik tradisional JUK atau BIJOLApada masyarakat OE’EKAM TTS. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.Teknik analisis data dilakukan dengan cara penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam alat musik tradisional JUK atau
BIJOLA terdapat konsep matematika antara lain: konsep garis, dankonsep bangunan datar
segitiga. Maka dengan demikian penilitanmenyarankan agar guru mengembangkan
pembelajaran matematikasebagai komunitas budaya dalam hal ini berbasis alat musik
tradisional JUK atau BIJOLA pada materi konsep garis dan konsep bangunan datar segitiga.
Tujuannya adalah agar dapat mengaitkan matematika dan budaya lokal sebagai salah satu
pembelajaran yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran atau belajar mengajar.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Matematika dan budaya merupakan dua hal yang mempunyai ikatan yang sangat erat
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena matematika merupakan suatu
pengetahuan yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
budaya merupakan salah pola hidup yang telah diwariskan turun-temurun.
Matematika terwujud karena matematika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Sedangkan wujud dari budaya itu bentuk tindakan manusia yang berpola.
Etnomatematika dikenal sebagai keterkaitan antara matematika dan budaya.
Menurut (Marsigit. 2017)etnomatematika adalah suatu ilmu yang digunakan untuk
memahami bagaimana matematika diadaptasi dari sebuah budaya.Selain itu menurut
(padafing,2019) etnomatematika merupakan cara-cara khusus yang dipakai oleh suatu
kelompok budaya atau suatu masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika. Aktif
matematika merupakan aktivitas yang terjadi dari sebuah proses pengalaman nyata
dalam kehidupan sehari-hari kedalam matematika atau sebaliknya.
Nilai budaya merupakan landasan karakter bangsa merupakan hal yang paling penting
untuk ditanamkan dalam setiap individu, untuk nilai budaya perlu ditanamkan sejak
dini agar setiap individu mampu lebih memahami, memaksnai dan menghargi setra
menyadari pentingnya nilai budaya dalam menjalakan setiap aktivitas kehidupan.
Salah satu yang dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan khususnya
matematika adalah etnomatematika. Melalui peranan etnomatematika dalam
pendidikan diharapkan peserta didik dapat lebih memahami matematika dan budaya
mereka, sehingga nilai budaya yang merupakan bagian karakter bangsa tertanam sejak
dini.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas maka penulis merumuskan masalah bagaimana hubungan antara
alat musik Juk/Bijola dengan konsep matematika pada masyarakat Oe’ekam dan
bagaimana cara memainkan alat musik Juk/Bijola.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengetahuan baru
2. Untuk mengetahui dan mengembngkan pengetahuan tentang konsep matematika
yang ada pada alat musik Juk/bijola.
3. Sarana untuk mencari dan menemukan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan
langsung dalam kehidupan
D. MANFAAT
1. memberikan kontribusi terhadap pembaca mengenai pemahaman terhadap tradisi
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Berguna dalam pengembangan ilmu pola berpikir dan ilmu bahasa.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Budaya dan matematika
Etnomatematika pertama kali dikenalkan oleh ilmuan matematika asal Brasil bernama
D’Ambrosio pada tahun 1977. Ia mengemukakan bahwa etnomatematika adalah
pembelajaran matematika yang memperhitungkan pertimbangan budaya di mana
matematika muncul dengan memahami penalaran dan sistem matematika yang
digunakan (dalam Wahyuni, dkk, 115: 2013). Sedangkan menurut Borton,
etnomatematika mencakup ide-ide Matematika, pemikiran dan praktik yang
dikembangkan oleh semua budaya. Tidak hanya itu, etnomatematika dapat juga
diartikan sebagai matematika yang diterapkan dan dilaksanakan oleh kelompok
budaya tertentu, kelas-kelas profesional, dan sebagainya (Gerdes dalam Tandililing,
2013). Selain dari pendapat di atas, terdapat definisi etnomatematika menurut
Prabawati (2016: 27) yang mengungkapkan bahwa etnomatematika ialah matematika
yang dipraktikkan di antara kelompok budaya teridentifikasi, seperti masyarakat,
suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok tertentu dan kelas profesional. Dari
penjabaran di atas, etnomatematika dapat diartikan sebagai suatu model pendekatan
matematika dalam presfektif budaya di mana model pendekatan matematika ini
menggunakan budaya sebagai media pembelajarannya. Zhang&Zhang (2010)
mengemukakan bahwa etnomatematika adalah studi tentang hubungan antara
matematika dengan latar belakang sosial budaya yang berhubungan dan dalam sistem
budaya yang beragam. Dengan penggunaan etnomatematika siswa dimudahkan untuk
dapat memahami materi matematika yang disampaikan guru dan akhirnya
menggunakan ide-ide matematika, konsep matematika, dan praktik-praktik untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan aktivitas sehari-hari mereka. Jadi,
dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etnomatematika merupakan kajian yang
baru dan berpotensi sangat baik bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran
matematika menjadi pembelajaran yang kontekstual sekaligus dapat mengenalkan
budaya yang dimiliki bangsa Indonesia kepada peserta didik. Selain itu
etnomatematika juga dapat digunakan sebagai metode maupun pendekatan dalam
pembelajaran matematika walaupun etnomatematika masih relatif baru dalam dunia
pendidikan.
B. Etnomatematika
Jika berbicara mengenai etnomatematika, maka pembahasan tidak akan jauh dari
pembelajaran berbasis kebudayaan. Sardjiyo Paulina Pannen (melalui Astri, dkk; 2013:
3) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model
pendekatan pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai
ragam latar belakang budaya yang dimiliki, diintegrasikan dalam proses pembelajaran
bidang studi tertentu, dan dalam penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam
perwujudan penilaian. Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui
budaya. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran berbasis budaya,
yaitu substansi dan kompetensi bidang ilmu/bidang studi, kebermaknaan dan proses
pembelajaran, penilaian hasil belajar, serta peran budaya .Pembelajaran berbasis
budaya lebih menekankan tercapainya pemahaman yang terpadu (integrated
understanding) dari pada sekedar pemahaman mendalam (inert understanding).
Menurut Hartoyo (2012: 115) matematika yang timbul dan berkembang dalam
masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan proses pembelajaran
dan metode pengajaran. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui adanya hubungan
antara kebdayaan dan matematika. Oleh karena itu, tidak salah jika pembelajaran
matematika berbasis kebudayaan akan mempermudah siswa, karena matematika
menjadi lebih hidup dan dekat dengan dunianya. Pembelajaran semacam ini disebut
sebagai pembelajaran matematika berbasis budaya yang sering disebut
etnomatematika.
C. Kerangka pikir
Salah satu faktor yang yang melatarbelakangi rendahnya prestasi belajar adalah
rendahnya motivasi belajar.Motivasi belajar adalah kekuatan yang mendorong orang
untuk belajar. Motivasi belajar bisa timbul dari dalam diri seseorang atau diluar diri
seseorang seperti lingkungan, keluarga, guru maupun orang lain. Indonesia yang
merupakan negara kepulauan memiliki keragaman budaya, seni, suku bangsa, bahasa
daerah, ras, agama dan masih banyak lainnya. Dalam hal kebudayaan, Indonesia
memiliki banyak sekali peninggalan-peninggalan bersejarah.Dalam pembelajaran,
siswa mempelajari tentang kebudayaan Indonesia melalui pelajaran Sejarah, Seni
Budaya dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Padahal siswa juga dapat mempelajari
kebudayaan Indonesia melalui matematika. Oleh karena itu, diperlukan adanya bahan
ajar yang menggunakan pendekatan budaya untuk meningkatkan prestasi dan motivasi
belajar siswa. Mengembangkan bahan ajar yang inovatif dan menyenangkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik alami (Natural serfing) sebagai
sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil. Analisis
dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif dan makna
makna merupakan hal yang esensial.
B. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Oe’ekam, Kecamatan Molo Tengah, Dusun 2,
RT14/RW7.
Peneliti memilih lokas tersebut karena lokasi tersebut merupakan salah satu daerah
yang ke khasanya masih sangat terlihat dengan menggunakan alat musik juk/bijola
tersebut.
C. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian, pelaksanaan
penelitian, sampai pembuatan laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di bulan
september 2021sampai bulan oktober 2021.
D. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari lapangan. Sumber data primer penelitian ini meliputi wawancara dan
observasi, dimana wawancara akan dilakukan kepada bapak AGUSTINUS PAY yang
berusia 63 tahun.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu tektnik atau cara mengumpulkan
data dengan melakukan pengamatan langsung pada suatu kegiatan yang sedang
berlangsung. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Dari pengamatan, akan mendapatkan data tentang suatu
masalah, sehingga diperoleh pamahaman atau sebagai alat r atau pembuktian
terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.
2. Wawancara interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan dilaksanakan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atau pertanyaan
tersebut. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam.Wawancara mendalam merupakan cara mengumpulkan
data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan
maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan
dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen-dokumen.
E. Instrumen penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman
observasi, pedoman wawancara dan pedoman dan pedoman dokumentasi.
1. Kendali wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dua pihak
(interviewer dan interviewe) untuk mengumpulkan suatu informasi.Pada
penelitian ini, teknik sebelumnya telah disusun daftar pertanyaan. Dengan
demikian, peneliti telah menyiapkan kendali wawancara untuk menyusun
instrumen penelitian berupa wawancara.
2. Kendali Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung
terhadap obyek yang akan diteliti. Pedoman observasi dibuat dan di isi oleh
peneliti.
3. Dokumen
Menurut Sugiyono (2012: 329), dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu yang berupa tulisan, gambar, atau karya- karya monumental
seseorang. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel
kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang mendukung.
F. Teknik analisis data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu dengan
cara menghimpun data-data faktual dan mendiskripsikan. Data berasal dari seluruh
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara serta dokumen-dokumen melalui
beberapa tahap. Setelah pengumpulan data, pencatatan data, peneliti melakukan
analisis interaksi yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Analisis
dari penelitian ini berlangsung bersama dengan proses pengumpulan data, maupun
dilakukan setelah data data terkumpul.
1. Pengumpulan data
Menggali informasi dan data dari berbagai sumber atau responden. yaitu dengan
wawancara, observasi, analisis dokumen dan foto-foto kegiatan yang ada.
2. Reduksi data Dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena data dari
hasil wawancara merupakan data yang memiliki sifat sangat luas informasinya
bahkan masih mentah. Dengan ini kita akan bisa memilih laporan hasil wawancara
yang lebih penting, jadi bila ada hasil laporan yang dirasa kurang penting bisa
dibuang.
3. Penyajian data
Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan secara sistematis dapat dibentuk
dalam sebuah laporan. Bentuk penyajian laporan berupa diskriptif analitik dan
logis yang mengarah pada kesimpulan. Dalam tahap ini peneliti dituntut untuk
melakukan penefsiran terhadap data dalam wawancara.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi.
Penarikan kesimpulan menyangkut intepretasi peneliti, yaitu pengembangan
makna dari data yang ditampilkan. Kesimpulan yang masih 51 kaku senantiasa di
verifikasi selama penelitian berlangsung, sehingga diperoleh kesimpulan yang
krediibilitas dan objektifnya terjamin. Verifikasi bisa berupa pemikiran kembali
yang melintas dalam pikiran peneliti saat mengadakan pencatatan atau bisa berupa
suatu tinjauan ulang terhadap catatan-catatan di lapangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sekilas tentang alat musik juk/bijola
Alat musik juk merupakan alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik.
Alat musik ini sejenis dengan alat musik okulele. Perbedaannya terdapat pada leher
(neck) dari masing-masing alat musik tersebut. Pada leher (neck) alat musik okulele
terdapat fret yang menjadi pembatas setiap nada sedangkan pada alat musik juk tidak
memiliki fret. Alat musik juk memiliki empat senar yang masingmasing senar itu
distem dengan nada ;
- Si (7) senar pertama
- Sol (5) senar kedua
- Mi (3) senar ketiga
- Do (1) senar keempat
Jadi senar yang sudah distem sudah membentuk akor I akan tetapi masyarakat
Sikka lebih cenderung memainkan dengan menggunakan tiga akor saja yakni akor
I, akor IV dan akor V. Akorakor yang dimainkan tersebut merupakan akor-akor
mayor.
Pada pembelajaran pola permainanansakelele kreasi, peneliti menggunakan alat
musik juk sebagai pengiring. Permainan alat musik ini juga hanya menggunakan
tiga akor saja yakni akor I, IV dan V.
1. Bahan pembuatan alat musik Juk
Alat musik juk ini terbuat dari berbagai jenis kayu. Terdapat dua jenis yang
biasa digunakan masyarakat karena menghasilkan bunyi yang bagus dan tahan
lama yakni kayu kepok dan kayu rita. Kayu tersebut di potong dan dipahat
berbentuk seperti alat musik okulele.
2. Cara memainkan alat musik Juk
Juk dimainkan dengan cara dipetik dengan menggunakan teknik bermain
struming, down stroke dan up stroke. Masyarakat Oe’ekam memainkan juk
dengan menggunakan tiga akor atau disebut juga dengan tiga jurus yakni akor
I, Akor IV dan Akor V. berikut ini merupakan cara menekan tiga akor tersebut
dalam permainan juk.
- Akor I
Sebelum memainkan akor pada alat musik juk, harus dipastikan bahwa empat
senar pada alat musik juk tersebut sudah distem dengan baik. Alat musik
jukdistem dengan nada 1-3-5-7 jika diawali dari senar atas atau senar 4. Untuk
menghasilkan akor I maka jari telunjuk harus menekan pada senar bawah atau
senar satu untuk menghasilkan nada do pada senar tersebut. Alat musik juk ini
tidak memilkifret sehingga posisi jari telunjuk yang menekan senar satu harus
rapat dengan bagian nutjuk.
- Akor IV
Nada-nada yang dimainkan untuk menghasilkan akor IV dalam permainan juk
yakni nada do-fa-la-do. Untuk menghasilkan nada-nada tersebut jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis memilki peran dalam menghasilkan nada fa-la-do. Jari
telunjuk harus menekan senar ketiga untuk menghasilkan nada fa. Posisi jari
telunjuk harus rapat dengan nutjuk. Jari tengah menekan senar satu untuk
menghasilkan nada do dan posisi jari tengah harus rapat dengan nutjuk.
Sedangkan jari manis menekan senar kedua untuk menghasilkan nada la dan
posisi jari manis agak jauh dari nutjuk. Jarak antara nutjuk dengan posisi jari
manis ± 2 cm.
- Akor V
Nada-nada yang dimainkan untuk menghasilkan akor V pada alat musik juk yakni
re-sol-sol-si jika diurutkan dari senar atas atau senar empat. Senar yang ditekan
untuk menghasilkan akor V yakni senar ketiga dan senar keempat. senar ketiga
ditekan untuk menghasilkan nada re sedangkan senar ketiga ditekan untuk
menghasilkan nada sol. jari yang digunakan untuk menekan senar keempat adalah
jari tengah sedangkan untuk senar ketiga digunakan jari manis. Posisi jari tengah
dalam menekan senar keempat agak rapat dengan nutjuk, sedangkan posisi jari
manis dalam menekan senar ketiga yakni berjarak ± 2 cm.

Alat musik juk/bijola ini digunakan saat acara-acara penyambutan pejabat-pejabat


besar contohnya bupati atupun gubernur.

B. Konsep matematika dalam alat musik juk/bijola


Konsep matematika yang terdapat pada alat musik juk/bijola yaitu:
- Konsep garis
- Konsep bangun datar segitiga
1. Konsep garis
Garis merupakan kumpulan titik-titik yang beraturan dan berkesinambungan serta
memanjang ke dua arah. Sebuah garis hanya mempunyai suatu dimensi yaitu
panjang.

Berikut adalah konsep garis yang terdapat dalam alat musik juk/bijola:

Dari gambar diatas kita katakan bahwa konsep garisnya merupakan keempat tali
senar dari juk/bijola tersebut. Dalam gambar tersebut konsep garis di dalam
gambar tersebut juga termasuk dari garis yang sejajar. Garis sejajar merupakan
garis yang berada pada bidang yang sama dan dan tidak berpotongan satu sama
lain.

2. Konsep bangun datar segitiga


Segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi dengan adanya tiga buah sisi serta
memiliki tiga buah titik sudut. Kemudian untuk alas dari segitiga adalah satu dari
sisi suatu bangun segitiga. Lalu untuk tingginya adalah garis yang berbentuk tegak
lurus dengan sisi alas dan melewati titik sudut yang saling berhadapan dengan sisi
alas.

Berikut adalah konsep bangun datar segitiga yang terdapat dalam alat musik
juk/bijola:

Dari gambar diatas konsep pada alat musik juk/bijola tersebut terdapat konsep
bangun datar segitiga pada lubang juk tersebut. Dalam gambar tersebut konsep
bangun datar segitiga tersebut termasuk segitiga sama kaki yang memiliki dua sisi
yang sama panjang.

C. Makna budaya pada alat musik juk/bijola


Dalam bidang budaya kekayaan Indonesia adalah dalam bidang seni budaya. Salah
satu warisan budaya Indonesia yang telah mendunia adalah alat musik tradisional.
Salah satu alat music yang turun temurun berkembang di daerah tertentu salah satunya
adalah alat music juk/bijola. Hadirnya alat music ini menjadi bukti tingginya
kekhasan pemikiran dan kebudayaan. Secara umum dalam masyarakat oe,ekam, alat
music ini memiliki makna pada acara penyambutan tamu pejabat-pejabat besar
masyarakat oe,ekam tts, maknanya yaitu,alat music ini memberikan dampak yang
positif dalam melestarikan budaya sekaligus mengajarkan hal yang lebih bermanfaat
dibandingkan permainan game online yang berdampak pada kondisi fisik maupun
psikis dari orang dewasa bahkan anak-anak.

D. Nilai budaya pada alat musik juk/Bijola


Juk telah menjedi khasana alat music tradisi kita, yang patut dipelihara,
dikembangkan menjadi kebanggaan kita bersama, dan malah dapat disebut juk adalah
identitas kita, karena sudah menjadi bagian yang melekat dalam kebudayaan dan
peradaban kita.
Music juk dalam tradisi kita selalu dapat dimainkan (dipetik), kapan dan dimana saja
pada berbagai peristiwa apa saja, oleh anak kecil sampai kepada orang dewasa dan
yang beruban sekalipun. Juk dimainkan pada saat orang berdendang, dan bernyanyi
sambil berbalas pantun. Dalam tradisi leluhur kita pada masa lampau, dan karena itu
jangan ditinggal tetapi harus dikembangkan, dan dirawat pertumbuhannya kedepan.
Juk adalah alat instrument music ysng sudah menjadi bagian yang melekat dalam
berbagai kehidupan masyarakat oe’ekam tts pada umumnya.
Karena alat music ini adalah alat music yang mudah sekali dibawah kemana-mana,
maka dalam tradisi, masyarakat turut mendominasi aktifitas musical orang-orang di
masyarakat oe’ekam tts.

Dengan juk ini kita dapat menemukan berbagai nilai-nilai social, tentang Toleransi,
Hidup yang damai, Gotong royong, Saling menghormati, Memupuk hidup
persaudaraan sebagai sesama orang tts dan orang-orang dari luar tts walau pun kita
berbeda Ras, suku dan agama dalam bangunan multicultural.
BABV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika dan budaya
merupakan suatu hal yang berkaitan erat dalamkehidupan manusia setiap hari.
Sehingga memiliki keterkaitan yang disebut Etnomatematika. Etnomatematika
merupakan matematika yang didalamnya terdapat suatu budaya. Salah satu contonya
yaitu terdapat dalam “alat musik tradisional juk/bijola” yang keterkaitannya dengan
matematika itu terdapat konsep-konsep garis dan bangun datar segitiga.

Dengan demikian peneliti mengajukan agar guru mengembangkan pembelajaran yang


berbasis budaya dalam hal ini berbasis acara penyambutan tamu atau pejabat besar
pada materi konsep garis dan konsep bangun datar segitiga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai