Anda di halaman 1dari 12

AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)

Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

EKSPLORASI KONSEP ETNOMATEMATIKA PADA


GERAK TARI TRADISIONAL SUKU LIO

Finsensius Yesekiel Naja1, Agustina Mei2, Sofia Sa’o3*


1,2,3*
Pendidikan Matematika, Universitas Flores Ende, Indonesia
*corresponding author.
E-mail: naja.finsensius@gmail.com 1)
meiagustina612@gmail.com 2)
saosofia39@gmail.com 3*)

Received 30 June 2021; Received in revised form 12 September 2021; Accepted 15 September 2021

Abstrak
Budaya merupakan kesatuan utuh dan menyeluruh yang berlaku dalam suatu komunitas ini
memungkinkan adanya konsep-konsep matematika yang tertanam dalam praktek-praktek budaya. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan konsep-konsep etnomatematika yang ada pada tiap gerakan tarian
tradisional toja dan wanda suku Lio Desa Mbuli Waralau utara. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif deskriptif, Subjek dalam penelitian ini adalah informan yaitu pembicara asli yang
diminta oleh peneliti untuk berbicara tentang konsep-konsep matematika dalam seni gerak tari toja
wanda, instrumen penelitian ini adalah human instrument, data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa gerak tari toja salah satu tetap bertumpu ditempat dan satu kaki maju
kedepan, gerak ini dapat membentuk garis vertikal dan horisontal, pada tari wanda kaum pria tangan
merentang kesamping dengan badan tegak, serta kedua tangan mengayun kedepan dan kebelakang
gerakan ini akan tampak garis perpotongan dan garis sejajar, sedangkan disetiap gerak tari toja maupun
wanda, tangan yang memegang selempang sambil menggerakan setiap gerakan, serta kaki yang
menggerakan ke depan, ke samping dan ke belakang, gerakan tersebut selalu membentuk sudut dan
segitiga. Disimpulkan bahwa setiap gaya dari gerakan tari toja dan wanda suku lio, kampung wolowuwu
desa Mbuli waralau utara memiliki konsep-konsep etnomatematika. antara lain: garis vertikal, garis
horizontal, garis berpotongan, sudut lancip, sudut siku-siku, sudut tumpul, segitiga sebarang, segitiga
sama kaki, segitiga sama sisi dan segitiga siku-siku.

Kata kunci: Eksplorasi; etnomatematika; tarian; tradisional.

Abstract
Culture is a complete and comprehensive unit that applies in a community. This allows mathematical
concepts to be embedded in cultural practices. The purpose of this study is to describe the
ethnomathematical concepts that exist in each traditional dance movement of the Toja and Wanda of the
Lio tribe, Mbuli Village, North Waralau. This study uses a descriptive qualitative research type. The
subjects in this study were informants, namely, native speakers who were asked by researchers to talk
about mathematical concepts in the art of Toja Wanda dance movements, the instrument of this research
was the human instrument, data were analyzed descriptively qualitatively. The results show that one of
the Toja dance movements remains in place and one foot moves forward, this motion can form vertical
and horizontal lines, in the Wanda dance the men's arms stretch to the side with an upright body, and
both hands swing forward and backward. intersecting lines and parallel lines, while in every Toja and
Wanda dance movement the hands holding the sash while moving each movement, and the legs moving
forward, sideways, and backward, these movements always form angles and triangles. It was concluded
that every style of the Toja and Wanda dance movements of the Lio tribe, Wolowuwu Village, Mbuli
Village, North Warala has ethnomathematical concepts. including vertical lines, horizontal lines,
intersecting lines, acute angles, right angles, obtuse angles, arbitrary triangles, isosceles triangles,
equilateral triangles, and right triangles.

Keywords: Dance; ethnomathematics; exploration; traditional.

This is an open access article under the Creative Commons Attribution 4.0 International License

1836|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

PENDAHULUAN Berdasarkan penelitian-penelitian yang


Budaya adalah sesuatu yang tidak sudah pernah dilakukan terlihat bahwa
bisa dihindari dalam kehidupan sehari- banyak budaya Indonesia yang dapat
hari, karena budaya merupakan dikaitkan dengan konsep matematika.
kesatuan utuh dan menyeluruh yang Istilah etnomatematika pertama
berlaku dalam suatu komunitas ini kali dikemukaan oleh Ubiratan
memungkinkan adanya konsep-konsep D’Ambrioso pada tahun 1977 sebagai
matematika yang tertanam dalam sebuah metodologi untuk melacak dan
praktek-praktek budaya dan mengakui menganalisis proses produksi, peminda-
bahwa semua orang mengembangkan han, penyebaran, dan pelembagaan
cara khusus dalam melakukan aktivitas (matematika) dalam berbagai macam
matematika. Begitu pula dalam sistem budaya (Ulum et al., 2018).
pembelajaran matematika sering Etnomatematika menjembatani antara
disajikan secara kontekstual atau budaya dan pendidikan (Putri, 2017).
mengaitkan matematika dengan Pendidikan dan budaya adalah dua
kehidupan nyata, termasuk salah unsur yang tidak bisa dihindarkan
satunya mengaitkan dengan kearifan dalam kehidupan sehari-hari, karena
lokal atau budaya lokal Indonesia. budaya merupakan kesatuan utuh dan
Dalam bidang matematika pembelajaran menyeluruh yang berlaku dalam suatu
berbaiss kearifan lokal dikenal dengan masysrakat dan pendidikan merupakan
istilah etnomatematika (Hartanti & kebutuhan mendasar bagi setiap
Ramlah, 2021). individu dalam masyarakat (Lubis et al.,
Adanya etnomatematika mendo- 2018). Berdasarkan penjelasan tersebut
rong terwujudnya sebuah dengan etnomatematika dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang ditautkan dengan matematika yang dipraktikkan oleh
budaya. Terlihat pada kurikulum 2013 kelompok budaya, seperti masyarakat
yang mengharapkan adanya kebermak- perkotaan maupun pedesaan, kelompok
naan dalam setiap materi yang buruh, anak–anak dari kelompok usia
disampaikan dalam pembelajaran dan tertentu dan lainnya.
sekaligus menyentuk aspek dalam Penelitian ini akan mengeksplo-
kehidupan sehari-hari (Dewi, 2019). rasi tentang etnomatematika pada tari
Termasuk di dalamnya pembelajaran toja wanda suku Ende lio. Pengetahuan
matematika, karena matematika adalah terkait tari toja wanda yang akan
salah satu bentuk budaya yang dieksplorasi adalah pola gerakan yang
sesungguhnya telah terintegrasi dalam ada. Dalam tari toja wanda ditinjau dari
kehidupan (Destrianti, Rahmadani, & klasifikasi tari toja wanda dan unsur-
Ariyanto, 2019). unsur lain yang terdapat di dalamnya.
Telah banyak penelitian tentang Tari merupakan kegiatan kreatif
etnomatematematika yang dilakukan, dan konstruktif yang dapat menimbul-
diantaranya oleh ((Avelia, 2020); kan intensitas emosional dan makna,
(Maure & Ningsi, 2018); (Putri, 2017); (Khutniah & Iryanti, 2012), sedangkan
(Ulum, Budiarto, & Ekawati, 2018); (Maryati & Pratiwi, 2019), tari dapat
(Pratiwi & Pujiastuti, 2020), dan (Lubis, menjadi jati diri atau identitas
Mujib, & Siregar, 2018)). Penelitian- masyarakat tertentu. Bagian dalam seni
penelitian tersebut membahas berbagai tari yang berkaitan dengan matematika
jenis budaya yang ada di Indonesia, diantaranya adalah gerakan, pakaian,
seperti seni tari dan yang lainnya. dan formasi (Maryati & Pratiwi, 2019).

| 1837
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

Hal lain dalam tari yang mengimple- /parang. 5). Gawi, Gerak tari dengan
mentasikan konsep matematika adalah menyentakkan kaki pada tanah.
nilai-nilai dalam tari itu sendiri, seperti Tujuan penelitian ini adalah
kekeompakan dan kebersamaan mendeskripsikan konsep etnomatemati-
(Darmayanthi, Hartoyo, & Sayu, 2020). ka yang ada pada tiap gerakan tarian
Begitupun dengan tari Ende Lio tradisional toja dan wanda suku Ende
adalah sebuah tarian daerah yang Lio Desa Mbuli Waralau Utara,
mengekspresikan rasa lewat tatanan Kecamatan Wolowaru Kabupaten Ende.
gerak dalam irama musik dan lagu.
Tarian ini merupakan ungkapan rasa METODE PENELITIAN
syukur atas segala berkat dan rahmat Penelitian ini menggunakan jenis
yang diberikan oleh Tuhan kepada penelitian kualitatif deskriptif sebagai
mereka. Menurut sumber sejarah yang jenis penelitian untuk mengungkap dan
ada, tarian ini sejak dulu sering memperoleh informasi secara menyelu-
ditampilkan dalam upacara adat atau ruh, meluas, dan mendalam, (Molleong,
ritual adat masyarakat Ende Lio. Tari 2010). Dalam prosesnya, penelitian ini
ini ditampilkan di bagian akhir acara menggunakan pendekatan etnografi,
sebagai penutup dan merupakan yaitu pendekatan empiris dan teoritis.
ungkapan rasa syukur atas berkat dan Subjek dalam penelitian ini adalah
rahmat yang diberikan oleh Tuhan. informan yaitu pembicara asli yang
Penari toja dan wanda jika yang menari diminta untuk berbicara tentang konsep-
adalah kaum perempaun maka wajib konsep matematika dalam seni gerak
menggunakan selendang (salempang) tarian toja wanda, untuk menetapkan
yang ditaruh di kedua bahu, namun jika informan peneliti menetapkan kriteria
dilakukan oleh kaum pria maka boleh yaitu informan harus tahu dan paham
menggunakan selendang (salempang) tentang budaya dari desa tersebut.
yang dipegang dan direntangkan oleh Instrumen penelitian ini adalah
kedua tangan ataupun boleh juga human instrument, yaitu peneliti
dengan tangan kosong. berperan sebagai instrumen utama yang
Dilihat dari tata gerak dan tidak dapat digantikan oleh orang lain
bentukya, tarian Ende Lio dapat yang berperan sebagai pengumpul data
dibagikan beberapa jenis di antaranya yang berkaitan dengan konsep-konsep
yaitu: 1). Toja, Kelompok Penari matematika dalam setiap gerak tari toja
menarikan sebuah tarian yang telah wanda. Selain itu juga digunakan
ditatar dalam bentuk ragam dan irama instrumen pendukung berupa observasi,
musik / lagu untuk suatu penampilan catatan lapangan, wawancara, dan
yang resmi. 2). Wanda, Penari dengan dokumentasi.
gayanya masing-masing, menari Teknik pengumpulan data dalam
mengikuti irama musik / lagu dalm penelitian ini terdiri atas dua bagian
suatu kelompok atau perorangan. 3). yaitu: Pengumpulan data pustaka dan
Wedho, Menari dengan gaya bebas pengumpulan data lapangan yang terdiri
dengan mengandalkan gerak kaki dari empat bagian yaitu observasi,
seakan -akan melompat. 4).Woge, pencatatan, wawancara, dan
Gerak tari dengan mengandalkan dokumentasi. Teknik pengujian
kelincahan kaki dengan penuh energi keabsahan data menggunakan
dan dinamis, dilengkapi dengan sarana triangulasi sumber (Sugiyono, 2016).
mbaku dan sau atau perisai dan pedang

1838|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

Teknik analisis data dalam pelaksanaan upacara tersebut terdapat


penelitian ini adalah analisis deskriptif kesenian yang ikut terlibat didalammya.
kualitatif. Data yang dieroleh melalui Namun, dari sekian jenis kesenian yang
wawancara dan observasi dianalisis terlibat pada upacara-upacara adat Suku
dengan menggunakan metode analisis Lio, seni tari merupakan seni yang
yang dipaparkan oleh Miles & selalu digunakan atau ditampilkan serta
Huberman (1992) yaitu terdapat tiga merupakan bagian yang tak terpisahkan
aktivitas dalam analisis data: 1) reduksi dari upacara adat tersebut. Seni tari
data (data reduction) adalah proses yang ada di Suku Lio terdiri atas
penilaian dan penyederhanaan atau beberapa jenis tari seperti tari gawi,
sering disebut tahap memilih sehingga toja, wanda, simo sau, sanggu alu, dan
data yang tidak dibutuhkan dapat hai nggaja serta tarian lain sebagai
disingkirkan; 2) penyajian data (data hiburan. Semua jenis tari yang ada
display) adalah tahap dimana data yang mempunyai fungsi dan nilai serta
diperlukan dapat diolah sehingga dapat simbol yang berbeda-beda bagi
diperoleh gambaran secara umum apa kehidupan masyarakat Suku Lio. Tari
yang telah diteliti; 3) penarikan toja dan wanda selalu menjadi bagian
kesimpulan atau verivikasi (conclusion dari upacara-upacara baik itu upacara
drawing/ verification) adalah tahap adat maupun upacara lainnya digunakan
dimana data yang telah dikumpulkan sebagai suatu hiburan (Mati, 2019).
dapat ditarik kesimpulan tentang apa Suku lio yang dimaksudkan dalam
yang telah diteliti. penelitian ini adalah khusus yang
terletak di desa mbuli waralau utara
HASIL DAN PEMBAHASAN dimana terdapat empat kampung yang
1. Suku dan Tarian Adat Lio Desa masih kental dengan kekhasan adat,
Mbuli Waralau Utara yakni kampung Wolowuwu, Waturajo,
Woloboro, dan kampung Wolooja.
Kabupaten Ende terdiri dari dua Acara adat dilaksanakan secara tetap
suku yakni suku Ende dan suku Lio. yaitu bulan oktober setiap tahun.
Suku Lio sangat masih sangat kental Dalam penelitian ini akan
dengan upacara adat, oleh karena itu, dilakukan eksplorasi terhadap seni tari
tidak mengherankan apabila Suku Lio toja dan wanda karena tarian toja dan
melaksanakan berbagai upacara adat wanda adalah tarian yang wajib
(Mati, 2019). Upacara-upacara adat dilakukan dalam berbagai upacara adat
yang ada di Suku Lio diantaranya suku lio. Dimana dalam setiap ayunan
pengangkatan kepala suku, pembangu- tangan dan hentakan kaki tarian toja dan
nan rumah adat, pembukaan lahan, tolak wanda mengandung konsep geometri.
bala, mau melakukan tanam, pengum-
pulan hasil panen dalam lumbung padi, 2. Tarian Toja dan Wanda
upacara dan penghormatan kepada Tari suku Lio adalah sebuah tarian
arwah leluhur yang ada di Danau daerah yang mengekspresikan rasa
Kelimutu serta upacara-upacara lainnya. lewat tatanan gerak dalam irama musik
Selain itu, suku Lio memiliki berbagai dan lagu. Tarian lio desa mbuli waralau
kesenian lain seperti seni tari, musik, toja dan wanda merupakan ungkapan
teater, sampai seni rupa (Mati, 2019). rasa syukur atas segala berkat dan
Kesenian tersebut tidak terlepas rahmat yang diberikan Tuhan kepada
dari upacara-upacara adat yang ada di mereka. Menurut sumber sejarah yang
masyarakat Suku Lio karena dalam

| 1839
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

ada, tarian ini sejak dulu sering menggunakan atribut selendang atau
ditampilkan dalam upacara adat atau tangan kosong, selain itu juga penari
ritual adat masyarakat mbuli waralau. wanda tidak diperkenankan mengguna-
Tari merupakan salah satu kan alas kaki.
warisan budaya yang perlu kita jaga dan
kita lestarikan keberadaannya, karena 3. Hasil Eksplorasi Muatan
suatu budaya adalah cerminan suatu Etnomatematika dalam Tarian
bangsa, maka dari itu sebagai warga Toja dan Wanda
yang baik kita perlu mempertahankan
kebudayaan yang sudah ada, (Khutniah Eksplorasi etnomatematika dalam
& Iryanti, 2012). Adapun Salah satu tarian toja dan wanda hanya terbatas
contoh warisan budaya adalah tari toja dalam konsep geometri. Hasil
dan wanda yang ada di kampung eksplorasi konsep geometri pada terian
wolowuwu, desa mbuli waralau utara. adat toja dan wanda dideskripsikan
Tari toja dan wanda tetap dijaga sebagai berikut:
keberadaannya kerana merupakan tarian
khas suku lio. Oleh karena itu kampung Ruas garis
wolowuwu membuat sanggar sederha- Ruas garis adalah bagian dari
na dengan tujuan untuk mempertahan- garis lurus yang berada diantara dua
kan eksistensi tari toja dan wanda. titik pada garis lurus tersebut, termasuk
Dilihat dari tata gerak dan kedua titik tersebut (Lisdiana, Ansori &
bentuknya, tarian Ende Lio khususnya Amanto).
desa mbuli waralau dapat dibagikan 1. Garis Vertikal
beberapa jenis, namun dalam penelitian Garis vertikal adalah garis dengan
ini peneliti hanya meneliti konsep- posisi tegak lurus terhadap permukaan
konsep geometri pada gerak tarian toja bumi. Garis vertical pada koordinat
dan wanda. 1). Toja, menari yang kertesius digambarkan dengan garis
dilakukan dalam kelompok penari yang yang sejajar atau berimpit dengan
terdiri dari minimal 2 orang dan sumbu y (absis) (Bramasti, 2012)
maksimal 10 orang akan menarikan
sebuah tarian yang telah ditatar dalam
bentuk ragam dan irama yang telah
ditetapkan lewat musik/lagu untuk suatu
penampilan yang resmi, dalam tarian
toja penari wanita wajib menggunakan
atribut selendang yang akan diayunkan
menggunakan tangan, selain itu juga
penari toja tidak diperkenankan untuk Gambar 1. Garis vertikal
menggunakan alas kaki. 2). Wanda,
tidak jauh berbeda dengan tarian toja Pada tarian toja penari melakukan
namun pada tarian wanda penari gerakan salah satu kaki maju ke depan
melakukan tarian dengan gayanya dan kaki lainya bertumpu pada satu
masing-masing, menari mengikuti irama tempat. Kaki yang bertumpu dengan
musik/lagu dalam suatu kelompok atau tegak akan membentuk pola garis
perorangan, dalam tarian wanda penari vertikal hal ini sesuai dengan konsep
wanita wajib menggunakan atribut geometri garis vertikal, seperti yang
selendang sedangkan penari pria boleh disajikan pada Gambar 2.

1840|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

3. Garis Berpotongan
Dua gari dikatakan saling
berpotongan apabila garis tersebut tepat
berpotongan pada sebuah titik
(Bramasti, 2012)

Gambar 2. Garis vertikal pada tarian


toja
Gambar 5. Garis Berpotongan
2. Garis Horisontal
Garis horizontal adalah garis Pada tarian wanda penari
dengan posisi mendatar terhadap melakukan gerakan salah satu tangan
permukaan bumi. Garis horizontal pada direntangkan ke samping, dengan
koordinat kartesius digambarkan bentuk tubuh tegak akan membentuk
dengan garis yang sejajar atau berimpit garis berpotongan, hal ini sesuai dengan
dengan sumbu x (ordinat), (Bramasti, konsep geometri garis berpotongan
2012) seperti yang disajikan pada Gambar 6.

Gambar 3. Garis Horisontal

Pada tarian toja penari melakukan


gerakan dengan kedua tangan
memegang dan mengayunkan selendang
ke arah depan, ketika melakukan
gerakan tersebut kedua tangan penari
harus horisontal. Hal ini sesuai dengan
konsep geometri garis horisontal,
seperti yang disajikan pada Gambar 4.

Gambar 6. Garis berpotongan pada


tarian wanda

4. Garis Sejajar
Dua buah garis dikatakan sejajar
apabilah kedua garis tersebut terletak
pada satu bidang datar yang tidak akan
berpotongan meskipun diperpanjang
tanpa batas (Negoro & Harahap, 2010)
Gambar 4. Garis horisontal pada tarian Simbol dari gari sejajar ( // )
toja

| 1841
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

konsep geometri dimensi dua pada


tarian adat toja dan wanda
dideskripsikan sebagai berikut:

1. Sudut
Dalam geometri Euklides, sebuah
Gambar 7. Garis sejajar sudut adalah gambar yang dibentuk oleh
dua sinar, yang disebut juga sisi dari
Pada tarian wanda penari melaku- sudut, berbagi titik akhir yang sama,
kan gerakan kedua tangan diayunkan ke yang disebut puncak/veteks dari sudut.
belakang secara bersama, akan Sudut dibentuk oleh dua sinar terletak
membentuk garis sejajar, hal ini sesuai pada bidang yang memuat sinar.
dengan konsep geometri garis sejajar
seperti yang disajikan pada Gambar 7. Sudut lancip (0° < x < 90°)
Sudut lancip merupakan jenis
sudut yang memiliki besar sudut antara
0° hingga kurang dari 90°. (Negoro &
Harahap, 2010). Notasi matematika dari
sudut ini adalah 0° < x < 90°. x
merupakan besar sudut yang diukur.
Sudut ini lebih kecil dari sudut siku-siku
(Gambar 8)

Gambar 8. Sudut lancip


Gambar 7. Garis sejajar pada tarian
wanda Pada tarian toja sekelompok
penari melakukan gerakan dengan
Garis terdapat pada gaya setiap memegang selendang salah satu tangan
gerakan toja dan wanda. Pada pembe- diayunkan kedepan dengan siku tangan
lajaran matematika khususnya geometri, menekuk membentuk sudut lancip, hal
diawali dengan titik dan garis, dalam ini sesuai dengan konsep geometri
pembelajaran geometri ada teorema dimensi dua seperti yang disajikan pada
yang membuktikan bahwa garis tersebut Gambar 9.
berpotongan, sejajar dan tegak lurus.
Pada tarian toja dan wanda ada gaya
gerakan garis berpotongan dan sejajar.

4. Konsep Geometri dimensi dua


yang terdapat pada tarian toja dan
wanda

Eksplorasi etnomatematika pada


tarian toja dan wanda dalam konsep
geometri dimensi dua. Hasil eksplorasi Gambar 9. Sudut lancip pada tarian toja

1842|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

Sudut siku-siku (90°)


Sudut siku-siku adalah sudut yang
memiliki besar sudut tepat 90° (Negoro
& Harahap, 2010). Jika dua garis lurus
saling berpotongan pada sudut 90˚ atau
saling tegak lurus di persimpangan,
keduanya membentuk sudut siku-siku.
Sudut siku-siku diwakili oleh simbol ∟ Gambar 12. Sudut siku-siku pada tarian
(Gambar 10). toja dan wanda

Sudut Tumpul (90° < x < 180°)


Sudut tumpul merupakan salah
satu jenis sudut yang mempunyai besar
sudut antara 90° hingga kurang dari
180° (Negoro & Harahap, 2010). Jika
diterjemahkan ke dalam notasi
matematika, sudut tumpul dituliskan
Gambar 10. Sudut siku-siku dengan 90° < x < 180°, di mana x
adalah besar sudut yang diukur. Bentuk
Pada tarian wanda penari dari sudut tumpul dapat dilihat pada
melakukan gerakan memegang Gambar 13.
selendang dengan salah satu tangan
direntangkan ke samping dan menekuk
ke arah bawah membentuk sudut siku-
siku, hal ini sesuai dengan konsep
geometri dimensi dua seperti yang
disajikan pada Gambar 11. Gambar 13. Sudut tumpul

Pada tarian wanda penari


melakukan gerakan tangan memegang
selendang mengangkat dan
mengayunkan kedepan dengan siku
tangan dan bahu membentuk sudut
tumpul, hal ini sesuai dengan konsep
geometri dimensi dua seperti yang
disajikan pada Gambar 14.
Gambar 11. Sudut siku-siku pada tarian
wanda

Pada tarian toja penari melakukan


gerakan dengan salah satu kaki
bertumpu tegak dan kaki lainya maju ke
depan membentuk sudut siku-siku, hal
ini sesuai dengan konsep geometri
dimensi dua seperti yang disajikan pada
Gambar 12.
Gambar 14. Sudut tumpul pada tarian
Wanda
| 1843
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

2. Bangun Datar Segitiga sama besar, (Bramasti, 2012). Pada


Segitiga adalah bangun datar gambar di bawah di bawah, segitiga
yang dibatasi oleh tiga buah sisi. sama kaki ABC dengan AB = BC
Ketiga ujung sisi saling bertemu dan (Gambar 17).
membentuk tiga buah sudut, jumlah
besar ketiga sudutnya 1800 (Negoro &
Harahap, 2010). Segitiga biasanya
dilambangkan dengan “ Δ”.

Segitiga sebarang
Segitiga sebarang adalah segitiga
yang sisi-sisinya tidak sama panjang Gambar 17. Segitiga sama kaki
(Bramasti, 2012). Pada gambar di
bawah ini, AB≠ BC≠AC (Gambar 15). Pada tarian toja penari melakukan
gerakan dengan memegang selendang
dan salah satu tangan merentang ke arah
setengah samping dengan membuka
selendang sampai membentuk segitiga
sama kaki, hal ini sesuai dengan konsep
geometri bangun datar segitiga seperti
yang disajikan pada Gambar 18.
Gambar 15. Segitiga sebarang

Pada tarian toja sekelompok


penari melakukan gerakan tangan
memegang selendang, kedua tangan
mengayunkan ke arah depan atas
dengan lengan dan siku tangan yang
memegang selendang membentuk
segitiga sebarang, hal ini sesuai dengan
konsep geometri bangun datar segitiga
seperti yang disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16. Segitiga sebarang pada tarian Gambar 18. Segitiga sama kaki pada
toja. tarian toja

Segitiga sama kaki Segitiga sama sisi


Segitiga sama kaki adalah Segitiga sama sisi adalah segitiga
segitiga yang mempunyai dua buah sisi yang memiliki tiga buah sisi sama
sama panjang dan sudut pada alasnya panjang dan tiga buah sudut sama

1844|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

besar. Segitiga ABC pada Gambar 19


merupakan segitiga sama sisi. Coba
kalian sebutkan tiga buah sisi yang
sama panjang dan tiga buah sudut yang
sama besar.

Gambar 21. Segitiga siku-siku

Pada tarian toja penari melakukan


gerakan dengan memegang selendang
salah satu tangan menekuk kearah
pinggang dengan badan setengah
mebungkuk, sampai membentuk
Gambar 19. Segitiga sama sisi segitiga siku-siku, hal ini sesuai dengan
konsep geometri bangun datar segitiga
Pada tarian wanda penari seperti yang disajikan pada Gambar 22.
melakukan gerakan dengan memegang
selendang dan salah satu tangan
merentang lurus ke samping atas
dengan membuka selendang sampai
membentuk segitiga sama sisi, hal ini
sesuai dengan konsep geometri bangun
datar segitiga seperti yang disajikan
pada Gambar 20.

Gambar 22. Segitiga siku-siku pada


tarian toja dan wanda

Bangun segitiga dapat ditemukan


pada gaya gerakan tarian toja dan
wanda suku lio. Dalam pembelajaran
matematika gerakan tersebut dapat
dijadikan media pembelajaran pada
materi bangun datar segitiga dan jenis-
jenis segitiga.
Gambar 20. Segitiga sama sisi pada Hasil Penelitian ini sejalan dengan
tarian wanda hasil penelitian Mutia dkk (2019)
dengan judul eksplorasi etnomatematika
Segitiga Siku-siku dalam tari kejei dan rumah adat
Segitiga siku-siku adalah segitiga kabupaten Rejang Lebong. dari
yang salah satu sudutnya merupakan penelitian yang dilakukan menyimpul-
sudut siku-siku (besarnya 900) kan bahwa setiap pola gerakan tari kejei
(Bramasti, 2012). Ilustrasinya dapat membentuk konsep geometri (garis
dilihat pada Gambar 21. lurus, sudut lancip, segitiga siku-siku,

| 1845
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

segitiga sama kaki, dan segi empat). saran-saran sebagai berikut: bagi warga
Penelitian yang dilakukan Sandhi masyarakat setempat untuk tetap
(2018) tentang etnomatematika pola melesatrikan budaya khususnya pada
tarian jejer jaran dawuk Banyuwangi tari toja dan wanda, bagi para pendidik
diperoleh hasil bahwa penari melakukan hendaknya dapat memilih model
gerakan tangan dan gerakan kaki yang pembelajaran kontekstual yang
dapat dibentuk konsep geometri (garis, berkaitan dengan budaya untuk
sudut dan bangun datar). mengenal dan mengetahui konsep-
Yang membedakan dengan konsep matematika pada siswa-siswi
penelitian sebelumnya penelitian ini yang ada pada setiap gerakan tarian,
mengeksplorasi muatan etnomatematika khususnya tari toja dan wanda.
dalam tarian toja dan wanda suku lio
dimana penari wanita wajib menggu- DAFTAR PUSTAKA
nakan atribut selendang yang meru- Avelia, L. T. (2020). Eksplorasi
pakan ciri khas suku lio, karena setiap Etnomatematika pada Tarian
gerakan tangan yang memegang dan Soreng di Dusun Ngargotontro,
menayunkan selendang akan terbentuk Desa Sumber, Kecamatan Dukun,
pola konsep geometri. Kabupaten Magelang, Jawa
Dampak dari hasil penelitian ini Tengah. Universitas Sanata
adalah semakin banyak konsep Dharma.
matematika yang dieksplor dari tarian Bramasti, R. (2012). kamus matematika.
toja dan wanda suku lio maka akan Surakarta: Surakarta. Aksarra
semakin memperkaya literasi Sinergi Media.
matematika sehingga matematika tidak Darmayanthi, R. S., Hartoyo, A., &
selalu tentang operasi hitung atau Sayu, S. (2020). Etnomatematika
rumus-rumus akan tetapi matematika Dalam Tari Jepin Tali Bui
juga dapat dieksplore dari berbagai Masyarakat Melayu Pontianak.
kebudayaan yang ada. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Khatulistiwa,
KESIMPULAN DAN SARAN 9(10), 1–8.
Berdasarkan data hasil penelitian Destrianti, S., Rahmadani, S., &
dan pembahasan dapat disimpulkan Ariyanto, T. (2019).
bahwa setiap gaya dari gerakan tari toja Etnomatematika dalam Seni Tari
dan wanda suku lio, kampung Kejei Sebagai Kebudayaan
wolowuwu desa Mbuli Waralau utara Rejang Lebong. Jurnal Equation,
memiliki konsep-konsep etnomate- 2(2), 116–132.
matika. Etnomatematika dalam gerak Dewi, L. I. P. (2019). Etnomatematika
tari toja dan wanda yakni konsep Dalam Tari Bali Ditinjau dari
geometri yang ada disetiap gerak tarian Klasifikasi Tari Bali. Jurnal
antara lain: 1). Garis (garis vertikal, Pendidikan Dan Pembelajaran
garis horizontal, garis berpotongan), 2). Matematika Indonesia, 8(1), 39–
Sudut (sudut lancip, sudut siku-siku, 48.
sudut tumpul), 3) Bangun datar segitiga Hartanti, S., & Ramlah. (2021).
(segitiga sebarang, segitiga sama kaki, Matematika: Melestarikan
segitiga sama sisi, segitiga siku-siku). Kesenian dengan Pembelajaran
Berdasarkan kesimpulan peneliti- Matematika. Jurnal IDEAS, 7(2),
an, maka peneliti merekomendasikan 33–42.

1846|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 10, No. 3, 2021, 1836-1847 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3885

https://doi.org/10.32884/ideas.v7i Putri, L. I. (2017). Etnomatematika,


2.347 Kesenian Tradisional Rebana,
Khutniah, N., & Iryanti, V. E. (2012). Pembelajaran Matematika. Jurnal
Upaya Mempertahankan Ilmiah “Pendidikan Dasar,”
Eksistensi Tari Kridha Jati Di IV(1), 21–31.
Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Reneldis Tina Mati. (2019). Tari gawi:
Pengkol Jepara. Upaya simbol identitas budaya
Mempertahankan Eksistensi Tari masyarakat suku lio kabupaten
Kridha Jati Di Sanggar Hayu ende. Universitas Negeri
Budaya Kelurahan Pengkol Semarang.
Jepara, 1(1), 9–21. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Lubis, S. I., Mujib, A., & Siregar, H. Pendidikan (Pendekatan
(2018). Eksplorasi Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Etnomatematika pada Alat Musik Bandung: ALfabeta.
Gordang Sambilan. Edumatika Ulum, B., Budiarto, M. T., & Ekawati,
Jurnal Riset Pendidikan R. (2018). ETNOMATEMATIKA
Matematika, 1(2), 1–10. PASURUAN : EKSPLORASI
Maryati, & Pratiwi, W. (2019). GEOMETRI UNTUK SEKOLAH
Etnomatematika: Eksplorasi DASAR PADA MOTIF BATIK
Dalam Tarian Tradisional pada PASEDAHAN SUROPATI.
Pembukaan Asian Games 2018. Jurnal Review Pendidikan Dasar:
FIBONACCI, 5(1), 23–28. Jurnal Kajian Pendidikan Dan
Mati, R. T. (2019). Tari Gawi: Simbol Hasil Penelitian, 4(2).
Identitas Budaya MasyarakatSuku
Lio Kabupaten Ende. Universitas
Negeri Semarang.
Maure, O. P., & Ningsi, Ga. P. (2018).
Eksplorasi Etnomatematika pada
Tarian Caci Masyarakat
Manggarai Nusa Tenggara Timur.
Prosiding Seminar Nasional
Etnomatematnesia, 340–347.
Yogyakarta: Universitas Srjana
Tamansiswa.
Molleong, L. J. (2010). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Edisi Revisi.
Negoro, ST., & Harahap, B. (2010).
Ensiklopedia Matematika. Bogor
Selatan: Bogor Selatan: Ghalia
Indonesia.
Pratiwi, J. W., & Pujiastuti, H. (2020).
Eksplorasi Etnomatematika Pada
Permainan Tradisional Kelereng.
Jurnal Pendidikan Matematika
Raflesia, 05(02), 1–12.

| 1847

Anda mungkin juga menyukai