Dibuat :
FAHRUL IBRA MUBARAK P220196095
FEBRIELYA DARMADI P220196141
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA BANGUNAN KOTA LAMA DIKOTA
SEMARANG
ETNOMATEMATIKA
SUPRIYADI (2017):22
03
Ambrosio 2006
menghitung/membilang, penentuan lokasi, mengukur,
Etnomatematika didefinisikan sebagai mendesain,bermain dan menjelaskan.
antropologi budaya dari matematika dan
pendidikan matematika
Shirley 1955
Etnomatemtika adalah kunci untuk menemukan koneksi dalam
04
menemukan matematika karna kelompok budaya memadukan
dua atau lebih area matematika untuk memenuhi kebutuhan
mereka ke bidang lain seperti seni, geografi dll.
Pendahuluan Don't
forge
t
...
objek etnomatematika merupakan objek budaya yang mengandungkonsep matematika pada suatu masyarakat tertentu.
Objek etnomatematika tersebut dapat berupa permainantradisional, kerajinan tradisional, artefak, dan aktivitas
(tindakan) yangberwujud kebudayaan. Kota Semarang(Jawa:Kutha Semarang) adalahibu kotaProvinsiJawa
Tengah,Indonesiasekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia. Sebagai salah satu kota paling
berkembang diPulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlahpenduduk lebih dari 1,7 juta jiwa dan siang hari bisa
mencapai 2 juta jiwa. Secara etimologis, nama “Semarang” berasal dari kata “sem”, yang berarti “asam/pohon asam”, dan
kata “arang”, yang berarti “jarang”, yang digabungkan menjadi “asam yang jarang-jarang”. Penamaan “Semarang”ini bermula
ketika Ki Ageng Pandanaran I datang ke sebuah pulau bernama Pulau Tirang (dekat pelabuhan Bergota) dan melihat pohon
asam yang jarang-jarang tumbuh berdekatan. Penamaan Kota Semarang ini sempat berubah saat jaman kolonialisme
Hindia –Belanda menjadi “Semarang. Kota Semarang merupakan satu dari tiga pusat pelabuhan (Jakarta dan Surabaya)
penting bagi Hindia -Belanda sebagai pemasok hasil bumi dari wilayah pedalaman Jawa
01 Metode
Taman Srigunting merupakan lambang dari Gedung marba terdapat konsep bangun datar, seperti persegi
kota lama. Bentuk taman srigunting ini panjang, persegi, lingkaran, dan konsep bangun ruang
terdapat konsep – konsep bangun datar seperti balok. Pada gedung marba juga dapat digunakan
seperti, persegi, persegi panjang, lingkaran.
untuk mengajarkan konsep garis, perbandingan, bahkan
Dan ada juga konsep bangun ruang yaitu
balok. transpormasi.
Hasil dan pembahasan
Gedung jiwasraya mempunyai konsep bangun datar seperti persegi panjang, persegi,
dan tugu yang terletak didepan gedung jiwasraya sarat akan konsep bangun tabung,dan
dapat digunakan untuk mengajarkan konsep luas permukaan tabung. Pada langit-langit
jiwasraya terdapat bangun segi delapan (oktagonal). Pada gedung ini juga dapat
digunakan untuk mengjarkan konsep garis,dan bahkan transpormasi geometri.
kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas berbagai bangunan terdapat dikota lama seperti Gereja
Blenduk, Taman Srigunting, Gedung Marba, dan Gedung jiwasraya. Memiliki relasi
dengan matematika, seperti konsep-konsep bangun datar( persegi, persegi panjang,
segitiga ,lingkaran. Dan trapezium). Dan konsep-konsep bangun ruang (tabung,
balok). Konsep garis, perbandingan, trigonometri, bahkan tranpormasi geometri.
Etnomatematika menyediakan lingkungan pembelajaran yang menciptakan motivasi
yang baik dan lebih menyenangkan sehingga siswa memiliki minat yang besar dalam
mengikuti pembelajran matematika yang diharapkan dapat mempengaruhi
kemampuan matematika mereka, terutama kemampuan pemecahan masalah
matematis. Guru dapat memanfaatkan bentuk-bentuk bangunan di kota lama
Semarang sebagai sumber belajar matematika yang bersifat konkret. Objek
etnomatemtika yang ada dikota lama dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan
pembelajaran yang inovatif.
Daftar pustaka
Astri Wahyuni, Ayu Aji W T, &Budiman Sani. (2013). “Peran Etnomatematika dalam
Membangun Karakter Bangsa”. Makalah dipresentasikan dalamseminar nasional
matematika dan pendidikan matematika dengan tema“Penguatan Peran
Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesiayang Lebih Baik” pada
tanggal 9 November 2013 di Jurusan PendidikanMatematika FMIPA UNY.
Bishop, J.A. (1994). Cultural Conflicts in the Mathematics Education ofIndigenous
People. Clyton, Viktoria: Monash University.
D’Ambrosio, U. (1994). „Cultural framing of mathematics teaching and learning‟, in R.
Biehler, R.W. Scholz, R. Sträßer and B. Winklelmann (eds.). Didacticsof
Mathematics as a Scientific Discipline. Kluwer Academic Publishers.
D’Ambrosio, U. (2006). Ethnomathematics Link Between Traditions and Modernity. AW
Rotterdam:Sense Publishers.
Hardiarti, S. (2017). “Etnomatematika: Aplikasi Bangun DatarSegiempat Pada Candi
Muaro Jambi”. AKSIOMA,8(2): 2579-7646
Muhtadi, D., Sukirwan, Warsito, Prahmana, R. C. I. (2017). “Sundanese
Ethnomathematics: MathematicalActivities In Estimating, Measuring, And Making
Patterns”.Journal on Mathematics Education, 8(2).
Mushlihah, R., & Sugeng, S. (2018). “Analysis Problem Solving In Mathematical Using
Theory Newman”. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology
Education,14(2): 671-681.
Pinxten. (1994). Ethnomathematics and Its Practice: For the Leraning ofMathematics,
14(2)
Link artikel
https://
proceeding.unnes.ac.id/
index.php/snpasca/article/
view/402/198
get
Don't for
next
k 3...
Kelompo