Anda di halaman 1dari 10

1 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.

,dkk

Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan


Volume 5 Tahun 2023
https://edukatif.org/index.php/edukatif/index

PENGENALAN BANGUN DATAR MELALUI KONTEKS KERATON


KASUNANAN SURAKARTA

Dian Permata Ningtyas1, Reni Apriyana2, Tasya Karunia Vebiola3, Yolanda Okta Angelista4, Ana Ekawati
Sutarno5, Yulia Vareno6, Hanafie Pareira Mukti A.7, Annis Qoniatu Khasanah8.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Slamet Riyadi Surakarta

tyas.dp.9@gmail.com

Abstrak
Matematika dan budaya adalah dua hal yang berkaitan erat. Tapi terkadang matematika dilihat sebagai sesuatu yang
tidak terkoneksi dengan kehidupan sehari- hari. Matematika dalam budaya dikenal dengan istilah etnomatematika.
Salah satu objek etnomatematika adalah artefak. Keraton Kasunan Surakarta merupakan tempat para kerajaan
terdahulu dimana tempat ini merupakan kerajaan tertua di Surakarta. Keraton Surakarta berdiri tahun 1745 Masehi
atau tahun 1670. Metode Penelitian yang digunakan pada artikel kali ini adalah kualitatif deskriptif dengan
pendekatan etnografi. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti
objek, suatu kondisi, sekelompok manusia, atau fenomena lainnya dengan kondisi alamiah atau riil (tanpa
situasi eksperimen) untuk membuat gambaran umum yang sistematis atau deskripsi rinci yang faktual dan
akurat. Sedangkan pendekatan etnografi dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis konsep-konsep matematika yang ada pada bangunan bersejarah keraton Kasunanan Surakarta
Berdasarkan hasil study lapangan, keraton solo memiliki benda-benda kongkrit bangun datar geometri. Jenis bangun
datar geometri antaranya yaitu persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan
lingkaran. Selain belajar mengenai matematika pesera didik juga belajar mengenai bangun datar dengan contoh
konkret yaitu Keraton Kasunan. Mengaitkan pembelajaran matematika dengan benda – benda disekitar yang mana
dalam hal ini adalah benda di sekitar Keraton Kasunan merupakan salah satu cara agar peserta didik dapat
mempelajari matematika dengan lebih mudah, karena peserta didik akan mendapat contoh nyata dari apa yang
mereka pelajari.

Kata Kunci: etnomatematika, bangun datar, Keraton Kasunan

Abstract
Math and culture are closely related. But sometimes math is seen as something that is not connected to
everyday life. Mathematics in culture is known as ethnomathematics. One of the objects of
ethnomathematics is artifacts. Surakarta Kasunan Palace is the place of the previous kingdoms where
this place is the oldest kingdom in Surakarta. Surakarta Palace was founded in 1745 AD or 1670. The
research method used in this article is descriptive qualitative with an ethnographic approach. Descriptive
qualitative research method is research conducted to examine an object, a condition, a group of people,
or other phenomena with natural or real conditions (without experimental situations) to create a
systematic overview or detailed description that is factual and accurate. While the ethnographic approach
in this study is used to describe and analyze the mathematical concepts that exist in the historical
buildings of the Surakarta Kasunanan palace Based on the results of field studies, the solo palace has
2 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

concrete objects of geometric flat shapes. Types of geometric flat shapes include square, rectangle,
triangle, trapezoid, kite, rhombus, and circle. In addition to learning about math, students also learn about
flat shapes with a concrete example, namely the Kasunan Palace. Linking math learning with objects
around which in this case are objects around the Kasunan Palace is one way that students can learn math
more easily, because students will get real examples of what they are learning.
.
Keywords: ethnomathematics, flat shape,
Keraton Kasunan
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan pendidikan
manusia akan semakin maju dalam peradabannya dan semakin beradab dalam kehidupan sosialnya.
Manusia yang beradab setidaknya memiliki common sense tentang pendidikan bahwa pendidikan memiliki
peran yang snagat penting dalam kehidupan manusia. Pendidkan memiliki kekuatan ( pengaruh besar ) yang
dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki oleh peserta didik secara optimal, yaitu pengembangan potensi siswa yang setinggi - tingginya dalam
aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual yang sesuai dengan tahap perkembangan serta
karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan diri seseorang sebagai individu yang utuh, sebagai anggota
masyarakat, sebagai warga bangsa. Dengan kata lain mampu mengenal diri, masyarakat disekitar dan
bangsanya.

Proses pembelajaran merupakan upaya yang di lakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai
metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil
yang optimal. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru dihadapkan pada dua hal utama yakni
pengelolaan kelas dimana guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran
supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat
diharapkan guru dapat melakukan kegiatan belajaran secara terkontrol dan terarah. Salah stau aspek utama
yang mendukung dalam proses pembelajaran adalah pemilihan media pembelajaran yang tepatsesuai
dengan materi pembelajaran yang disampaikan. Media trmasuk alat peraga akan berfungsi dengan baik
apabila media tersebut dapat memberikan pengalaman belajaran yang bermakna, mengaktifkan dan
menyenangkan siswa.

Bangun datar merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika yang tergabung dalam cabang
geometri berupa bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar berupa bidang datar yang
dibatasi oleh garis lurus ataupun lengkung. Dalam materi bangun datar ini siswa dan kita semua sering
bersinggungan dengan segala macam bentuk bangun datar yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pada
artikel kali ini bengun datar yang dipaparkan antara lain berupa bangun datar persegi, persegi panjang,
segitiga, lingkaran, trapesium, jajar genjang, layang – layang, dan belah ketupat.

Budaya merupakan suatu kebiasaan yang mengandung unsur-unsur nilai penting dan fundamental yang
diwariskan dari generasi ke generasi (Arwanto, 2017). Pada era globalisisasi sekarang dengan kemajuan
teknologi yang ada tidak sedikit masyarakat maupun siswa yang semakin lama semakin melupakan budaya
yang ada (Nutriana, 2019; Kholisah, 2021). Padahal nilai budaya penting untuk ditanamkan pada setiap
individu sejak dini, agar setiap individu mampu memahami, memaknai, dan menghargai pentinganya nilai
budaya dalam menjalankan setiap aktivitas kehidupannya (Fajriyah, 2018; Setiana dkk, 2021). Penanaman
3 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

nilai budayadapat dilakukan melalui lingkungan keluarga, pendidikan, dan dalam lingkungan masyarakat
tentunya.

Kegiatan manusia adalah kegiatan matematika juga. Hal ini seperti yang diungkapkan ‘mathematics as a
human activity’ (Shanty, 2016; Hartono, Prahmana, & Zulkardi, 2012). Pendapat tersebut mengisyaratkan
bahwa matematika selalu berhubungan dengan aktivitas manusia, termasuk didalamnya adalah aktivitas
berbudaya. Budaya dan matematika sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan
Matematika dalam budaya dikenal dengan istilah etnomatematika. Etnomatematika merupakan suatu
pendekatan penelitian yang mengkaji tentang budaya matematika suatu kelompok masyarakat, yang
meliputi sejarah dan filosofi keberadaan konsep matematika tertentu di kelompok tersebut, serta
implikasinya terhadap pembelajaran matematika (d’Ambrosio, 1985). Etnomatematika mencakup ide-ide
matematika, pemikiran, dan praktik yang dikembangkan oleh semua budaya. Salah satu objek
etnomatematika yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu artefak berupa bangunan bersejarah Keraton
Kasunan Surakarta.

METODE
Metode Penelitian yang digunakan pada artikel kali ini adalah kualitatif deskriptif dengan
pendekatan etnografi. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
meneliti objek, suatu kondisi, sekelompok manusia, atau fenomena lainnya dengan kondisi alamiah atau riil
(tanpa situasi eksperimen) untuk membuat gambaran umum yang sistematis atau deskripsi rinci yang faktual
dan akurat. Sedangkan pendekatan etnografi dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis konsep-konsep matematika yang ada pada bangunan bersejarah keraton Kasunanan
Surakarta .Subjek penelitian ini adalah Masyarakat yang ada di sekitar Keraton Kasunanan Surakarta. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu: observasi,wawancara dan
dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengamati objek atau bangunan disekitar keraton Kasunanan
Surakarta, wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai nilai budaya dan sejarah yang
terkandung pada keraton Kasunan dan dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan objek atau
bangunan yang ada disekitar keraton. Tahap analisis data ini terdiri dari analisis data selama di lapangan dan
analisis data setelah dilapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebuah kerajaan Jawa yang memerintah beberapa abad yang lalu telah menjadi ikon Kota Solo.
Kerajaan ini bernama Keraton Kasunanan, didirikan oleh Susuhan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun
1744 sebagai pengganti Keraton Kartasura yang rusak akibat Geger Pecinan pada tahun 1743. Memiliki luas
area sekitar 54 are dan banyak koleksi patung, senjata dan pusaka kerajaan. Salah satu bangunan bertingkat
yang menarik di Keraton Kasunanan yaitu Menara Sanggabuwana, konon menjadi tempat bertemunya Ratu
Laut Selatan dengan Raja. Menara ini didirikan oleh Sri Susuhan Pakubuwono III pada tahun 1782. Menara
setinggi 30 meter ini berfungsi sebagai menara dan tempat memata-matai Belanda pada masa penjajahan.
4 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

Ketika Anda berkunjung ke Keraton Kasunanan ada beberapa tempat yang tidak boleh dimasuki yaitu
kediaman Raja Pakubuwono. Area di Keraton Kasunanan yang boleh dikunjungi publik salah satunya adalah
pendopo besar di dalam Sasana Sewaka, dimana pertunjukan tari dan gamelan disuguhkan di tempat itu.
Ketika masuk Sasana Sewaka pengunjung harus melepaskan alas kaki dan berjalan dengan kaki telanjang di
hamparan pasir yang diambil langsung dari Pantai Parangkusumo dan Gunung Merapi. Anda juga bisa
mengunjungi museum yang ada di dalam kawasan Keraton Kasunanan. Terdapat berbagai koleksi kerajaan
seperti kereta kencana, tandu, patung, senjata kuno dan beberapa koleksi lainnya.

Warisan budaya Indonesia yang diwariskan oleh para leluhur dan dilestarikan hingga saat ini salah satunya
adalah Keraton Kasunanan Solo. Keraton Kasunanan Solo merupakan tempat para kerajaan terdahulu dimana
tempat ini merupakan kerajaan tertua di Surakarta. Keraton Surakarta berdiri tahun 1745 Masehi atau tahun 1670
Jawa. Secara historis keberadaan atau eksistensi Keraton Surakarta telah ada jauh sebelumnya berdirinya Negara
Republik Indonesia. Menilik sejarah mengenai Keraton Kasunanan Solo, saat ini Keraton Kasunanan Solo
menjadi sebuah simbol tempat pariwisata yang wajib dikunjungi apabila berkunjung ke daerah Solo.

Berdasarkan hasil study lapangan, keraton solo memiliki benda-benda kongkrit bangun datar geometri.
Geomteri adalah studi tentang ruang dan berbagai bentuk dalam ruang. Pengetahuan tentang geometri sangat
berguna dalam kehidupan siswa. Geometri membantu kita menyampaikan dan menguraikan tentang keteraturan
dunia tempat kita hidup. Siswa akan mengembangkan konsep-konsep geometri dengan mengamati bentuk-
bentuk geometri yang terdapat disekitar mereka. Mereka belajar geomteri dengan jalan mengamati daripada
dengan jalan mengadakan analisis yang kompleks. Jenis bangun datar geometri antaranya yaitu persegi, persegi
panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkara. Selain belajar mengenai jenis bangun
datar diswa juga belajar mengenai luas bangun datar. Geometri sebagai salah satu cabang matematika (Bell,
1978:27) yang dipelajari siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajad bukanlah hal yang
pertama kalinya, akan tetapi siswa telah cukup banyak belajar geometri yaitu 6 (enam) tahun di Sekolah Dasar
(SD) atau sederajat. Kondisi ini seharusnya menjadi pengalaman bagi siswa dalam belajar Geometri kearah yang
5 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

lebih komplek dengan kemampuan dasar yang sudah dimilikinya. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa
keadaan yang cukup memprihatinkan. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian Fuy, dkk. (1988:4)
mengemukakan bahwa pengalaman guru-guru sekolah menengah menunjukkan bahwa murid menghadapi
kesulitan ketika mempelajari geometri ditingkat sekolah lanjutan, khususnya dalam kaitan dengan bukti-bukti
formal. Belajar geometri sangat penting untuk dipelajari karena menjadikan siswa dapat menyelesaikan masalah-
masalah pengukuran dan bentuk, berkaitan dengan pentingnya belajar geometri, van de Walle (1994:325)
mengungkapkan

lima alasan mengapa geometri sangat penting dipelajari,

(1) geometri membantu manusia memiliki aspirasi yang utuh tentang dunianya,

(2) eksplorasi geometrik dapat membantu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

(3) geometri memerankan peranan utama dalam matematika lainnya,

(4) geometri digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari, dan

(5) geometri penuh teka-teki dan menyenangkan.

Dari pada itu untuk memahamkan siswa tentang geometri, maka pembelajaran yang dapat adalah
pembelajaran berdasarkan teori van Hiele, Martina (2003 : 129) menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan
teori van Hiele dapat memberikan pengalaman belajar sesuai level berpikir siswa dan dapat menstabilkan
konsepsi siswa tentang bangun segiempatyang sama dengan konsep ilmiah dan dapat meningkatkan kualitas
berpikir siswa.Senada dengan hasil penelitian sebelumnya, (Bobango, 1993:152-153) menyatakan bahwa
pembelajaran berdasarkan level berpikir van Hiele dapat membentuk siswa membangun konsep bangun
segiempat dan siswa merasa senang dengan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pada bentuk Gamelan Di Kraton berkaitan dengan konsep
dasar bangun datar yaitu sebuah Persegi Panjang. Hasil analisis etnomatematika dapat dilihat pada tabel berikut

Gambar Bentuk Geometri

Persegi Panjang

Tabel 1 : Lukisan

Berdasarkan hasil analisis etnomatematika diatas ditemukan bahwa pada salah satu area Keraton Kasunan
terdapat sebuah ruangan berisi gamelan. Pada ruangan tersebut terdapat sebuah lukisan yan terpampang jelas dan
cukup besar.
6 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

Setelah dianalisis, lukisan tersebut membentuk sebuah bangun datar yaitu persegi panjang. Persegi
Panjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang sisi yang masing-masing sama
panjang dan sejajar dengan pasangannya, dan memiliki empat buah sudut yang kesemuanya adalah sudut
siku – siku.
Terdapat cara atau rumus yang dapat digunakan untuk menghiung keliling dan luas dari sebuah
persegi panjang, yaitu sebagai berikut :

Persegi panjang memiliki sifat dan sifat persegi panjang sendiri antara lain sebagai berikut :
 Memiliki empat sisi (dimana kedua sisi tersebut saling berhadapan sama panjang dan sejajar).
 Memiliki empat sudut siku-siku yang sama besar, yaitu 90 derajat.
 Memiliki dua diagonal (garis melintang) yang berpotongan menjadi dua bagian yang sama
panjang.
 Memiliki dua sumbu simetri lipat.
 Memiliki dua sumbu simetri putar.
 Memiliki sisi-sisi persegi panjang yang saling tegak lurus.

Gambar Bentuk Geometri

Trapesium

Tabel 2 : atap bangunan keraton


7 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

Berdasarkan hasil analisis etnomatematika diatas ditemukan bahwa pada salah satu area Keraton Kasunan
terdapat sebuah bangunan.
Setelah dilakukan analisis, bangunan tersebut membentuk sebuah bangun datar yaitu tarpesium.
Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang dua di antaranya
saling sejajar namun tidak sama panjang. Trapesium termasuk jenis bangun datar segi empat yang
mempunyai ciri khusus.
Terdapat cara atau rumus yang dapat digunakan untuk menghiung keliling dan luas dari sebuah
trapesium, antara lain sebagai berikut :

L = ½ × jumlah panjang sisi sejajar × tinggi

Trapesium memiliki sifat dan sifat trapesium itu sendiri antara lain sebagai berikut :
1. Memiliki sepasang sisi sejajar.
2. Memiliki satu simetri putar.
3. Memiliki empat rusuk dan empat titik siku.
4. Memiliki diagonal yang sama Panjang

SIMPULAN
Sebuah kerajaan Jawa yang memerintah beberapa abad yang lalu telah menjadi ikon Kota Solo.
Kerajaan ini bernama Keraton Kasunanan, didirikan oleh Susuhan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun
1744 sebagai pengganti Keraton Kartasura yang rusak akibat Geger Pecinan pada tahun 1743. Memiliki luas
area sekitar 54 area dan banyak koleksi patung, senjata dan pusaka kerajaan. Ketika Anda berkunjung ke
Keraton Kasunanan ada beberapa tempat yang tidak boleh dimasuki yaitu kediaman Raja Pakubuwono. Area
di Keraton Kasunanan yang boleh dikunjungi publik salah satunya adalah pendopo besar di dalam Sasana
Sewaka, dimana pertunjukan tari dan gamelan disuguhkan di tempat itu.

Berdasarkan hasil study lapangan, keraton solo memiliki benda-benda kongkrit bangun datar
geometri. Geomteri adalah studi tentang ruang dan berbagai bentuk dalam ruang. Pengetahuan tentang
geometri sangat berguna dalam kehidupan siswa. Geometri membantu kita menyampaikan dan menguraikan
tentang keteraturan dunia tempat kita hidup. Jenis bangun datar geometri antaranya yaitu persegi, persegi
panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkara. Selain belajar mengenai jenis bangun
datar diswa juga belajar mengenai luas bangun datar. lima alasan mengapa geometri sangat penting dipelajari,

(1) geometri membantu manusia memiliki aspirasi yang utuh tentang dunianya,

(2) eksplorasi geometrik dapat membantu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

(3) geometri memerankan peranan utama dalam matematika lainnya,

(4) geometri digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari, dan

(5) geometri penuh teka-teki dan menyenangkan.


8 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada Ibu Ema Butsi Prihastari,S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah inovasi
pembelajaran matematika di sd bermuatan lokal yang telah memebrikan pengarahan dan pengajaran terkait
tugas yang diberikan dan juga terimakaish kepada seluruh anggota kelompok 2 yang sudah berkerja sama
dan kompak dalam penyusunan artukel.

DAFTAR PUSTAKA
Astri Wahyuni, Ayu Aji W T, & Budiman Sani. (2013). Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter
Bangsa, makalah dipresentasikan dalam seminar nasional matematika dan pendidikan matematika
dengan tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang
Lebih Baik” pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Cahirati, P. E. P., Makur, A. P., & Fedi, S. (2020). Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Matematika yang Menggunakan Pendekatan PMRI. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(2),
227-238

Lisnani & Asmaruddin, S.N. (2018). Desain Buku Ajar Matematika Bilingual Materi Bangun Datar
Menggunakan Pendekatan PMRI Berkonteks Kebudayaan Lokal. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 7(3), 345– 356.

Sari, E. F. P., Somakim, & Hartono, Y. (2018). Etnomatematika pada Kebudayaan Rumah Adat Ogan
Komering Ulu Sumatera Selatan. Journal of Medives, 2(1), 137–144.

Rahmatina, D. (2017). Penggunaan perangkat pembelajaran geometri ruang berbasis ICT untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 6(1), 57-68.

Sundawan, M. D., Irmawan, W., & Sulaiman, H. (2019). Kemampuan Berpikir Relasional Abstrak Calon Guru
Matematika dalam Menyelesaikan Soal-Soal Non-Rutin pada Topik Geometri Non-Euclid. Mosharafa:
Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 319-330.

Rahmiati, R., Musdi, E., & Fauzi, A. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis
Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII SMP .
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 267-272.

Supiyati, S., Hanum, F., & Jailani. (2019). Ethnomathematics in Sasaknese Architecture. Journal on
Mathematics Education, 10(1), 47–58

Zulkardi & Putri, R. I. I. (2006). Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika. Prosiding Konferensi
Nasional Matematika XIII. Semarang.

Margana, S., 2004, Kraton Surakarta dan Yogyakarta 1769-1874, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ardhana. (2007). Teknik Analisis Data dalam Penelitian. Bandung: Jurusan Pendidikan.

Moleong,M.A 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif:Bandung:PT.Remaja Roesdakarya

Herawati, Susi. 2010. Pembelajaran Matematika Kelas Lanjut di Sekolah Dasar. Padang: Bung Hatta
University Press.

Heruman. 2012. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
9 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

Suherman, Erman, M.S, Kahfi, Sri sudaryati. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Runtukahu, Tombokan. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogjakarta:
Ar-Ruzz Media

Ching, FDK, Arsitektur : Bentuk, Ruang & Susunannya, Alih Bahasa Ir. Paulus Hanoto Adjie, Penerbit Erlangga,
1985.

Radjiman. 2002. Toponimi Kota Surakarta dan Awal Berdirinya Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Surakarta :
Medio

Ratna, Dwi.1999. Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta. Jakarta: CV Ilham Bangun Karya .

Sidharta, 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah Di Surakarta. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press

Nurul , Sri Hardiyanti. 2005. Studi Perkembangan Dan Pelestarian Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.
Dimensi teknik Arsitektur Vol. 33, No.1. Universitas Kristen Petra Surabaya.

Tanjung, Ardiyanto. 2005. Analisis Keruangan Bangunan Kuno Bersejarah Di Kota Surakarta. Skripsi, (tidak
diterbitkan) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Gambar dan Tabel

Gambar Bentuk Geometri

Persegi Panjang

Tabel 1 : Lukisan

Gambar Bentuk Geometri


10 | Pengenalan Bangun Datar Melalui Konteks Keraton Kasunan Surakarta – Ningtyas Dian, Reni A.,dkk

Trapesium

Tabel 2 : atap bangunan keraton

Anda mungkin juga menyukai